case trigeminal neuralgia (fixed)

48
PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA RUMAH SAKIT PAMBALAH BATUNG AMUNTAI Nama : SHELVY TUCUNAN Dokter Pembimbing : dr.Giri Wicaksono Sp.S Dokter Pembimbing : dr. Badrus, dr.Anggy L STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. LM Usia : 34 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Kel. Paliwara, Amuntai Tengah Agama : Islam Tanggal Masuk : 30 Oktober 2014 Tanggal Keluar : 4 November 2014 No. Rekam Medis : 04.39. 01 II. ANAMNESIS Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 31 Oktober 2014 Keluhan Utama : Nyeri pipi dan rahang bawah kanan saat makan dan minum sejak 1 minggu. 1

Upload: shelvy-tucunan

Post on 11-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

CASE

TRANSCRIPT

Page 1: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA

RUMAH SAKIT PAMBALAH BATUNGAMUNTAI

Nama : SHELVY TUCUNAN

Dokter Pembimbing : dr.Giri Wicaksono Sp.S

Dokter Pembimbing : dr. Badrus, dr.Anggy L

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. LM

Usia : 34 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Kel. Paliwara, Amuntai Tengah

Agama : Islam

Tanggal Masuk : 30 Oktober 2014

Tanggal Keluar : 4 November 2014

No. Rekam Medis : 04.39. 01

II. ANAMNESIS

Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 31 Oktober 2014

Keluhan Utama : Nyeri pipi dan rahang bawah kanan saat makan dan minum sejak 1

minggu.

Keluhan Tambahan : Sakit kepala.

Riwayat penyakit sekarang:1

Page 2: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

Pasien wanita 32 tahun datang dengan keluhan nyeri pada daerah pipi dan rahang

bawah kanan 1 minggu belakangan. Nyeri dirasakan bertambah berat 3 hari belangan. Nyeri

dirasakan seperti menusuk-nusuk dan terasa panas di daerah pipi dan rahang bawah kanan.

Nyeri dirasakan pasien sangat berat sering kira-kira 1-2 menit lalu nyeri menjadi sedikit

berkurang kemudian nyeri hebat muncul lagi beberapa menit kemudian. Nyeri pipi kanan ini

membuat pasien tidak bisa makan karena pasien merasa sangat sakit jika membuka mulut dan

mengunyah. Nyeri juga dapat dipicu pada sentuhan yang mengenai daerah pipi kanan dan

rahang kanan seperti mencuci muka. Nyeri kepala dirasakan berdenyut pada kedua sisi

kepala. Hilangnya rasa sentuhan pada pipi kanan dan rahang kanan tidak ada. Keluhan yang

sama yang dirasakan pada pipi dan rahang bawah kiri tidak ada. Tidak ada masalah dengan

pendengaran. Tidak ada sakit kulit seperti cacar. Tidak ada rasa baal atau mati rasa. Tidak ada

kelemahan alat gerak. Tidak ada gangguan pendengaran.

Riwayat penyakit keluarga

Riwayat diabetes melitus dan hipertensi di dalam keluarga disangkal oleh pasien.

Riwayat penyakit dahulu

Pasien pernah mengalami keluhan yang sama 1 tahun yang lalu.

Pasien tidak pernah di rawat di rumah sakit sebelumnya.

Riwayat cabut gigi graham kanan 1 bulan yang lalu.

Tidak ada riwayat penyakit kulit seperti cacar sebelumnya.

Tidak ada riwayat sakit telinga atau hilangnya pendengaran sebelumnya.

I. OBJEKTIF

1. Status Presens

Keadaan umum : Tampak sakit sedang (Skala nyeri : 7)

Kesadaran                 : Compos mentis

GCS : E4 V5 M6 = 15

Tekanan darah          : 130 / 90 mmHg

Nadi                          : 96 x / menit, reguler

Pernapasan       : 20 x / menit

2

Page 3: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

Suhu                           : 36.6 oC  (Axiller)

Kepala                : Normocephali, deformitas (-), terdapat sedikit bengkak dan

kemerahan pada pipi kanan

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), sekret (-/-)

Pupil : bulat, isokor

Diameter : 3 mm

Reflex cahaya kiri / kanan : (+/+)

Leher                    : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid

Dada : Simetris pada keadaan statis dan dinamis                                   

Jantung : Bunyi I & II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru-paru : Suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronki (-/-),

Retraksi sela iga (-/-)

Perut : Supel, BU (+) normal , nyeri tekan epigastrium

2. Status Neurologikus   

A. Kepala

Bentuk : Normocephali.

Nyeri tekan : (+) pada regio mandibular dextra

Simetris : Simetris

Pulsasi : (+)

B. Leher

Sikap tegak : Simetris

Pergerakan : Bebas

Kaku kuduk : Tidak ada

C. Nervus Craniales

N I ( OLFAKTORIUS ) Kanan Kiri

Subjektif Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Objektif dengan bahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

3

Page 4: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

N II ( OPTICUS ) Kanan Kiri

Tajam penglihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Lapangan penglihatan Normal Normal

Melihat warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Fundus oculi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N III ( OCCULOMOTORIUS ) Kanan Kiri

Sela mata Normal Normal

Pergerakan bulbus Normal Normal

Strabismus (-) (-)

Nistagmus (-) (-)

Eksoptalmus (-) (-)

Pupil diameter

Bentuk

2,5mm

Isokor

2,5mm

Isokor

Refleks terhadap sinar (+) (+)

Refleks terhadap konvergensi (+) (+)

Refleks terhadap konsensual (+) (+)

Melihat kembar (-) (-)

N IV (TROCHLEARIS) Kanan Kiri

Pergerakan mata

(ke bawah – ke dalam)

Normal Normal

Sikap bulbus Ditengah Ditengah

4

Page 5: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

Melihat kembar (-) (-)

N V (TRIGERMINUS) Kanan Kiri

Membuka mulut Terbatas Terbatas

Reflex kornea Baik Baik

Sensibilitas muka Alodinia Baik

N VI (ABDUCENS) Kanan Kiri

Pergerakan mata ke lateral Baik Baik

Sikap bulbus Ditengah Ditengah

Melihat kembar (-) (-)

N VII (FACIALIS) Kanan Kiri

Menutup mata Normal Normal

Memperlihatkan gigi Normal Normal

Bersiul Normal Normal

Mengerutkan dahi Normal Normal

Perasaan lidah bagian 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N VIII

(VESTIBULOCOCCLEARIS)

Kanan Kiri

5

Page 6: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

Detik arloji Baik Baik

Suara berbisik Baik Baik

Test Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Test Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Test Swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N IX (GLOSSOPHARYNGEUS) Kanan Kiri

Perasaan lidah 1/3 bagian belakang Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Sensibilitas pharynx Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N X (VAGUS) Kanan Kiri

Arcus pharynx Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Bicara Terbatas Terbatas

Menelan Baik Baik

Nadi Baik Baik

N XI (ACCESORIUS) Kanan Kiri

Mengangkat bahu Baik Baik

Memalingkan kepala Baik Baik

N XII (HYPOGLOSSUS) Kanan Kiri

Pergerakan lidah Baik Baik

6

Page 7: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

Tremor lidah (-) (-)

Artikulasi Baik Baik

D. Badan dan Anggota Gerak

i. Badan

Motorik

Respirasi : Thorako-abdominal

Duduk : Baik

Bentuk columna vetebralis : Normal

Pergerakan collumna vetebralis : Normal

Sensibilitas Kanan Kiri

Taktil + +

Nyeri + +

Thermo Tidak dilakukan

Lokalisasi Baik Baik

Refleks Kanan Kiri

Refleks kulit perut atas Tidak dilakukan

Refleks kulit perut tengah Tidak dilakukan

Refleks kulit perut bawah Tidak dilakukan

ii. Anggota gerak atas

Motorik Kanan Kiri

Pergerakan bebas bebas

Kekuatan 5/5/5/5 5/5/5/5

Tonus normotonus normotonus

Trofik eutrofik eutrofik

7

Page 8: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

Refleks Kanan Kiri

Biceps + +

Triseps + +

Radius + +

Ulna + +

Hoffman Trommer - -

Sensibilitas Kanan Kiri

Taktil + +

Nyeri + +

Thermi Baik Baik

Diskriminasi Baik Baik

Lokalisasi Baik Baik

iii. Anggota gerak bawah

Motorik Kanan Kiri

Pergerakan bebas bebas

Kekuatan 5/5/5/5 5/5/5/5

Trofik eutrofik eutrofik

Tonus normotonus normotonus

Refleks Kanan Kiri

Refleks patella + +

Refleks achilles + +

Refleks patologis

Babinski - -

Chaddock - -

Oppenheim - -

Gordon - -

Schaeffer - -

8

Page 9: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

Tes lasegue - -

Tes kernig - -

Sensibilitas Kanan Kiri

Taktil + +

Nyeri + +

Thermo Tidak dilakukan

Diskriminasi Baik Baik

Lokalisasi Baik Baik

II. RINGKASAN

Subje k tif

Pasien wanita 32 tahun datang dengan keluhan nyeri pada daerah pipi dan rahang

bawah kanan 1 minggu belakangan. Nyeri dirasakan bertambah berat 3 hari belangan.

Nyeri dirasakan seperti menusuk-nusuk dan terasa panas di daerah pipi dan rahang

bawah kanan. Nyeri dirasakan pasien sangat berat sering kira-kira 1-2 menit lalu nyeri

menjadi sedikit berkurang kemudian nyeri hebat muncul lagi beberapa menit

kemudian. Nyeri pipi kanan ini membuat pasien tidak bisa makan karena pasien

merasa sangat sakit jika membuka mulut dan mengunyah. Nyeri juga dapat dipicu

pada sentuhan yang mengenai daerah pipi kanan dan rahang kanan seperti mencuci

muka. Nyeri kepala dirasakan berdenyut pada kedua sisi kepala. Hilangnya rasa

sentuhan pada pipi kanan dan rahang kanan tidak ada. Keluhan yang sama yang

dirasakan pada pipi dan rahang bawah kiri tidak ada. Tidak ada masalah dengan

pendengaran. Tidak ada sakit kulit seperti cacar. Tidak ada rasa baal atau mati rasa.

Tidak ada kelemahan alat gerak. Tidak ada gangguan pendengaran.

Objektif

Status generalis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang (Skala nyeri : 7)

Kesadaran                 : Compos mentis

GCS : E4 V5 M6 = 15

9

Page 10: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

Tekanan darah          : 130 / 90 mmHg

Nadi                          : 96 x / menit, reguler

Pernapasan       : 20 x / menit

Suhu                           : 36.6 oC  (Axiller)

Kepala :Normocephali, deformitas (-), terdapat sedikit bengkak dan

kemerahan pada pipi kanan

Perut : Supel, Bu (+) normal, Nyeri tekan epigastrium

Status Neurologis Nervus Craniales

N V (TRIGERMINUS) Kanan Kiri

Sensibilitas muka Alodinia Baik

III. DIAGNOSIS

Diagnosa Klinik : Alodinia wajah kanan , nyeri seperti ditusuk-tusuk.

Diagnosa Topik : Nervus Trigeminus

Diagnosa Etiologik : Neuralgia Trigeminal

Diagnosiss tambahan : Sindrom dispepsia

IV. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa :

Infus : NS 20 tpm

Injeksi : Pantoprazol 40mg 1x1

Dexketoprofen trometamol 50mg 3x1

Metilprednisolon 125mg 3x1

Ranitidin 50mg 3x1

Peroral : Eperison HCL 5mg 2x1

Carbamazepin 200mg 2x2

Pregabalin 75mg 2x1

Alprazolam 0,5mg k/p

Amitriptilin 25mg 1x1 (malam)

10

Page 11: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

Non-medikamentosa :

Diet makanan lunak

VII. PROGNOSIS

Quo Ad Vitam : dubia ad bonam

Quo Ad Sanationam : dubia ad bonam

Quo Ad Fungsionam : dubia ad bonam

III.FOLLOW UP

31 Oktober 2014 01 November 2014 02 November 2014

S Nyeri pipi kanan

menjalar ke rahang

kanan (+)

Rasa panas, merah dan

bengkak (+)

Makan (-)

Mual (+)

Tidak bisa tidur

Nyeri pipi kanan menjalar

ke rahang kanan (+) <

Rasa panas, merah dan

bengkak (+) <

Makan (-)

Mual (+)

Tidak bisa tidur

Nyeri pipi kanan menjalar

ke rahang kanan (+) <<

Rasa panas, merah dan

bengkak (+) <<

Makan sedikit

Mual (-)

Tidak bisa tidur

O KU: tampak sakit sedang

KS: compos mentis

TTV:

TD: 140/80 mmHg

N: 80 x/menit.

S: 36.5 oC.

RR: 24 x/menit.

Kepala dan Leher:

Konjungtiva anemis (-/-),

KU: tampak sakit sedang

KS: compos mentis

TTV:

TD: 130/80 mmHg

N: 87 x/menit.

S: 36 oC.

RR: 21 x/menit.

Kepala dan Leher:

Konjungtiva anemis (-/-),

KU: tampak sakit sedang

KS: compos mentis

TTV:

TD: 140/90 mmHg

N: 80 x/menit.

S: 36.2 oC.

RR: 20 x/menit.

Kepala dan Leher:

Konjungtiva anemis (-/-),

11

Page 12: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

sklera ikterik (-/-)

Bengkak, kemerahan dan

panas pada region maksila

kanan.

Thorax: Suara nafas

vesikuler tidak ada

whizzing dan tidak ada

rhonki.

Abdomen : datar supel,

bising usus (+) normal,

nyeri tekan region

epigastrium

Ekstremitas: keempat

ekstremitas hangat, tidak

ada udem

sklera ikterik (-/-)

Bengkak, kemerahan dan

panas pada region maksila

kanan.

Thorax: Suara nafas

vesikuler tidak ada whizzing

dan tidak ada rhonki.

Abdomen : datar supel,

bising usus (+) normal, nyeri

tekan region epigastrium

Ekstremitas: keempat

ekstremitas hangat, tidak ada

udem

sklera ikterik (-/-)

Bengkak, kemerahan dan

panas pada region maksila

kanan.

Thorax: Suara nafas

vesikuler tidak ada whizzing

dan tidak ada rhonki.

Abdomen : datar supel,

bising usus (+) normal, nyeri

tekan region epigastrium

Ekstremitas: keempat

ekstremitas hangat, tidak ada

udem

A Trigeminal Neuralgia Trigeminal Neuralgia Trigeminal Neuralgia

P Infus NS 20 tpm

Injeksi :

Pantoprazol 40mg

1x1

Dexketoprofen

trometamol 50mg

3x1

Metilprednisolon

125mg 3x1

Ranitidin 50mg 3x1

Peroral :

Eperison HCL 5mg

2x1

Carbamazepin

Infus NS 20 tpm

Injeksi :

Pantoprazol 40mg 1x1

Dexketoprofen

trometamol 50mg 3x1

Metilprednisolon

125mg 3x1

Ranitidin 50mg 3x1

Peroral :

Eperison HCL 5mg

2x1

Carbamazepin 200mg

2x2

Pregabalin 75mg 2x1

Infus NS 20 tpm

Injeksi :

Ketorolac 30mg 2x1

Metilprednisolon

125mg 2x1

Ranitidin 50mg 3x1

Peroral :

Eperison HCL 5mg

2x1

Carbamazepin 200mg

3x2

Pregabalin 75mg 2x1

Alprazolam 0,5mg k/p

12

Page 13: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

200mg 2x2

Pregabalin 75mg

2x1

Alprazolam 0,5mg

k/p

Amitriptilin 25mg

1x1 (malam)

Alprazolam 0,5mg k/p

Amitriptilin 25mg 1x1

(malam)

Amitriptilin 25mg 1x1

(malam)

03 November 2014 04 November 2014

S Nyeri pipi kanan

menjalar ke rahang

kanan (+) <<

Rasa panas, merah dan

bengkak (-)

Makan sedikit

Mual (-)

Nyeri pipi kanan menjalar

ke rahang kanan (+) <<<

Rasa panas, merah dan

bengkak (-)

Makan normal

Mual (-)

O KU: tampak sakit sedang

KS: compos mentis

TTV:

TD: 130/80 mmHg

N: 80 x/menit.

S: 36.5 oC.

RR: 22 x/menit.

Kepala dan Leher:

Konjungtiva anemis (-/-),

sklera ikterik (-/-)

Thorax: Suara nafas

KU: tampak sakit sedang

KS: compos mentis

TTV:

TD: 120/80 mmHg

N: 82 x/menit.

S: 36.4 oC.

RR: 24 x/menit.

Kepala dan Leher:

Konjungtiva anemis (-/-),

sklera ikterik (-/-)

Thorax: Suara nafas

13

Page 14: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

vesikuler tidak ada

whizzing dan tidak ada

rhonki.

Abdomen : datar supel,

bising usus (+) normal,

nyeri tekan (-)

Ekstremitas: keempat

ekstremitas hangat, tidak

ada udem

vesikuler tidak ada whizzing

dan tidak ada rhonki.

Abdomen : datar supel,

bising usus (+) normal, nyeri

tekan (-)

Ekstremitas: keempat

ekstremitas hangat, tidak ada

udem

A Trigeminal Neuralgia Trigeminal Neuralgia

P Infus NS 20 tpm

Injeksi :

Ketorolac 30mg 2x1

Metilprednisolon

125mg 3x1

Ranitidin 50mg 3x1

Peroral :

Eperison HCL 5mg

2x1

Carbamazepin

200mg 3x2

Alprazolam 0,5mg

k/p

Amitriptilin 25mg

1x1 (malam)

Gabapentin 300mg

1x1

BLPL

Aff infus

Peroral :

Carbamazepin 200mg

3x2

Gabapentin 300mg 1x1

Metilprednisolon 4 mg

3x1

Ranitidin 150mg 2x1

14

Page 15: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

TINJAUAN PUSTAKA

NEURALGIA TRIGEMINAL

Neuralgia trigeminal adalah kelainan yang ditandai oleh serangan nyeri berat

paroksismal dan singkat dalam cakupan persarafan satu atau lebih cabang nervus

trigeminus, biasanya tanpa bukti penyakit saraf organik.. Penyakit ini menyebabkan

nyeri wajah yang berat. Penyakit ini juga dikenal sebagai tic doulourex atau sindrom

Fothergill. 1.2

Neuralgia trigeminal pertama dijelaskan oleh dokter Arab bernama Jurjani pada abad

ke delapan. Jurjani juga merupakan orang pertama yang mengajukan teori kompresi

vaskular pada neuralgia trigeminal. Dokter Prancis, Nicoulaus Andre, memberikan

penjelasan yang detail mengenai neuralgia trigeminal pada tahun 1756 dan menciptakan

istilah tic doulourex. Dokter Inggris, John Fothergill juga menjelaskan sindrom ini pada

pertengahan tahun 1700an, dan kelainan ini kadang disebut sebagai penyakit Fothergill .

Pengetahuan mengenai neuragia trigeminal berkembang perlahan selama abad ke dua

puluh. Pada tahun 1960an, pengobatan yang efektif dengan obat dan operasi mulai

tersedia.2

Neuralgia trigeminal merupakan kelainan yang jarang pada serabut sensoris dari

nervus trigeminus (nervus kranial ke-5), yang menginervasi wajah dan rahang. Neuralgia

pada penyakit ini disertai dengan nyeri yang berat dan menusuk pada rahang dan wajah,

biasanya pada satu sisi dari rahang atau pipi, yang biasanya terjadi dalam beberapa detik.

Nyeri sebelum pengobatan dirasakan berat, namun demikian neuralgia trigeminal bukan

termasuk penyakit yang membahayakan nyawa. Sebagaimana diketahui, terdapat dua

nervus trigeminus, satu untuk setiap sisi dari wajah, neuralgia trigeminal sering

mengenai salah satu sisi dari wajah dan tergantung pada nervus trigeminus yang mana

yang terkena. Nyeri neuralgia trigeminal adalah unilateral dan mengikuti distribusi

sensoris dari nervus kranial V, khas mengenai daerah maksila (V.2) atau mandibula

(V.3). Pemeriksaan fisis biasanya dapat mengeliminasi diagnosa alternatif. Tanda dari

disfungsi nervus kranialis atau abnormalitas neurologis yang lain menyingkirkan

diagnosis dari neuralgia trigeminal idiopatik dan mungkin menandakan nyeri sekunder

yang dirasakan akibat lesi struktural.2,3

I. ANATOMI DAN FISIOLOGI

15

Page 16: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

Nervus trigeminus adalah saraf otak motorik dan sensorik. Serabut motoriknya

mempersarafi muskulus maseter, temporalis, pterigoideus internus et eksternus, tensor

timpani, omohioideus dan bagian anterior muskulus digastrikus.

Gambar 1. Anatomi dari nervus trigeminus

Inti motoriknya terletak di pons. Serabut-serabut motoriknya bergabung dengan

serabut-serabut sensorik nervus trigeminus yang berasal dari ganglion Gasseri. Serabut-

serabut sensoriknya menghantarkan impuls nyeri, suhu, raba dan perasaan proprioseptif.

Kawasannya ialah wajah dan mukosa lidah dan rongga mulut serta lidah, dan rongga

hidung. Impuls proprioseptif, terutama berasal dari otot-otot yang dipersarafi oleh

cabang mandibular sampai ke ganglion Gasseri.4

Cabang pertama N.V. ialah cabang oftalmikus. Ia menghantarkan impuls protopatik

dari bola mata serta rung orbita, kulit dahi sampai vertex. Impuls sekretomotorik

16

Page 17: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

dihantarkan ke glandula lakrimalis. Serabut-serabut dari dahi menyusun nervus frontalis.

Ia masuk melalui ruang orbita melalui foramen supraorbitale. Serabut-serabut dari bola

mata dan rongga hidung bergabung menjadi seberkas saraf yang dikenal sebagai nervus

nasosiliaris. Berkas saraf yang menuju ke glandula lakrimalis dikenal sebagai nervus

lakrimalis. Ketiga berkas saraf, yakni nervus frontali, nervus nasosiliaris dan nervus

lakrimalis saling mendekat pada fisura orbitalis superior dan di belakang fisura tersebut

bergabung menjadi cabang I N.V. (nervus oftalmikus). Cabang tersebut menembus

duramater dan melanjutkan perjalanan di dalam dinding sinus kavernosus. Pada samping

prosesus klinoideus posterior ia keluar dari dinding tersebut dan berakhir di ganglion

Gasseri.4

Cabang kedua ialah cabang maksilaris yang hanya tersusun oleh serabut-serabut

somatosensorik yang menghantarkan impuls protopatik dari pipi, kelopak mata bagian

bawah, bibir atas, hidung dan sebagian rongga hidung, geligi rahang atas, ruang

nasofarings, sinus maksilaris, palatum molle dan atap rongga mulut. Serabut-serabut

sensorik masuk ke dalam os. maksilaris melalui foramen infraorbitalis. Berkas saraf ini

dinamakan nervus infraorbialis. Saraf-saraf dari mukosa cavum nasi dan rahang atas

serta geligi atas juga bergabung dalam saraf ini dan setelahnya disebut nervus maksilaris,

cabang II N.V. Ia masuk ke dalam rongga tengkorak melalui foramen rotundum

kemudian menembus duramater untuk berjalan di dalanm dinding sinus kavernosus dan

berakhir di ganglion Gasseri. Cabang maksilar nervus V juga menerima serabut-serabut

sensorik yang berasal dari dura fossa crania media dan fossa pterigopalatinum.4

Cabang mandibularis (cabang III N.V. tersusun oleh serabut somatomotorik dan

sensorik serta sekretomotorik (parasimpatetik). Serabut-serabut somatomotorik muncul

dari daerah lateral pons menggabungkan diri dengan berkas serabut sensorik yang

dinamakan cabang mandibular ganglion gasseri. Secara eferen, cabang mandibular

keluar dari ruang intracranial melalui foramen ovale dan tiba di fossa infratemporalis.

Di situ nervus meningea media (sensorik) yang mempersarafi meninges menggabungkan

diri pada pangkal cabang madibular. Di bagian depan fossa infratemporalis, cabang III

N.V. bercabang dua . Yang satu terletak lebih belakang dari yang lain. Cabang belakang

merupakan pangkal dari saraf aferen dari kulit daun telinga (nervus aurikulotemporalis),

kulit yang menutupi rahang bawah, mukosa bibir bawah, dua pertiga bagian depan lidah

(nervus lingualis), glandula parotis dan gusi rahang bawah ( nervus dentalis inferior) dan

17

Page 18: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

serabut eferen yang mempersarafi otot-otot omohioideus dan bagian anterior muskulus

digastrikus Cabang anterior dari cabang madibular terdiri dari serabut aferen yang

menghantarkan impuls dari kulit dan mukosa pipi bagian bawah dan serabut eferen yang

mempersyarafi otot-otot temporalis, masseter, pterigoideus dan tensor timpani. Serabut-

serabut aferen sel-sel ganglion gasseri bersinaps di sepanjang wilayah inti nukleus

sensibilis prinsipalis (untuk raba dan tekan)serta nukleus spinalis nervi trigemini (untuk

rasa nyeri) dan dikenal sebagai tractus spinalis nervi trigemini.4

II. EPIDEMIOLOGI

Tidak ada studi sistematik mengenai prevalensi dari neuralgia trigeminal, namun

suatu kutipan yang diperkirakan diterbitkan pada tahun 1968 mengatakan bahwa

prevalensi dari neuralgia trigeminal mendekati 15,5 per 100.000 orang di United States.2,3

Sumber lain mengatakan bahwa insiden tahunannya adalah 4-5 per 100.000 orang,

dimana menandakan tingginya prevalensi. Di beberapa tempat, penyakit ini jarang

ditemukan. Onsetnya usia diatas 40 tahun pada 90% penderita. Neuralgia trigeminal

sedikit lebih umum terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.2

Penyakit ini lebih sering terjadi pada perempuan dan biasanya timbul setelah umur 50

tahun, jarang setelah umur 70 tahun. Insiden familial sedikit lebih tinggi (2%) dibanding

insiden sporadik. Faktor resiko epidemiologis (umur, ras, kebiasaan merokok dan minum

alkohol) diperkirakan penting dalam hubungannya dengan apakah wajah atas atau wajah

bawah yang terkenal. Perbandingan frekuensi antara laki-laki dan perempuan adalah 2:3,

sedangkan perkembagan dari neuralgia trigeminal pada usia muda dihubungkan dengan

kemungkinan dari multiple sklerosis. Neuralgia trigeminal yang idiopatik khas terjadi

pada dekade kelima kehidupan, tapi dapat pula terjadi pada semua umur, sedangkan

simptomatik atau neuralgia trigeminal sekunder cenderung terjadi pada pasien yang lebih

muda.3

III. ETIOPATOGENESIS

Etiologi sampai saat ini belum ada penjelasan yang pasti dan ada dua pendapat yang

pertama mengatakan gangguan mekanisme perifer sebagai penyebab Neuralgia

trigeminal dan pendapat kedua mengatakan gangguan mekanisme sentral.

Gangguan saraf tepi sebagai penyebab NT didukung oleh data-data klinis berupa:

18

Page 19: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

1. Ditemukannya peregangan atau kompresi nervus V.

2. Ditemukannya malformasi vaskular pada beberapa penderita NT.

3. Adanya tumor dengan pertumbuhan yang lambat.

4. Adanya proses inflamasi pada N.V.

Penyebab-penyebab dari terjadinya trigeminal neuralgia adalah penekanan mekanik

oleh pembuluh darah, malformasi arteri vena disekitarnya, penekanan oleh lesi atau

tumor, sklerosis multipel, kerusakan secara fisik dari nervus trigeminus oleh karena

pembedahan atau infeksi, dan yang paling sering adalah faktor yang tidak diketahui.1,3,4

Penekanan mekanik pembuluh darah pada akar nervus ketika masuk ke brainstem

yang paling sering terjadi, sedangkan diatas bagian nervus trigeminus/portio minor

jarang terjadi. Pada orang normal pembuluh darah tidak bersinggungan dengan nervus

trigeminus. Penekanan ini dapat disebabkan oleh arteri atau vena baik besar maupun

kecil yang mungkin hanya menyentuh atau tertekuk pada nervus trigeminus.

Arteri yang sering menekan akar nervus ini adalah arteri cerebelar superior.

Penekanan yang berulang menyebabkan iritasi dan akan mengakibatkan hilangnya

lapisan mielin (demielinisasi) pada serabut saraf. Sebagai hasilnya terjadi peningkatan

aktifitas aferen serabut saraf dan penghantaran sinyal abnormal ke nukleus nervus

trigeminus dan menimbulkan gejala trigeminal neuralgia. Teori ini sama dengan

patofisiologi terjadinya trigeminal neuralgia oleh karena suatu lesi atau tumor yang

menekan atau menyimpang ke nervus trigeminus.1,2

Pada kasus sklerosis multipel yaitu penyakit otak dan korda spinalis yang ditandai

dengan hilangnya lapisan mielin yang membungkus saraf, jika sudah melibatkan sistem

nervus trigeminus maka akan menimbulkan gejala neuralgia trigeminal. Pada tipe ini

sering terjadi secara bilateral dan cenderung terjadi pada usia muda sesuai dengan

kecenderungan terjadinya sklerosis multipel.

Adanya perubahan pada mielin dan akson diperkirakan akan menimbulkan potensial

aksi ektopik berupa letupan spontan pada saraf. Aktivitas ektopik ini terutama

disebabkan karena terjadinya perubahan ekspresi dan distribusi saluran ion natrium

sehingga menurunnya nilai ambang membran. Kemungkinan lain adalah adanya

hubungan ephaptic antar neuron, sehingga serabut saraf dengan nilai ambang rendah

dapat mengaktivasi serabut saraf yang lainnya dan timbul pula cross after discharge.

Selain itu aktivitas aferen menyebabkan dikeluarkannya asam amino eksitatori

glutamat. Glutamat akan bertemu dengan reseptor glutamat alfa-amino-3-hidroxy-5-

19

Page 20: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

methyl-4-isaxole propionic acid (AMPA) di post sinap sehingga timbul depolarisasi dan

potensial aksi. Aktivitas yang meningkat akan disusul dengan aktifnya reseptor

glutamat lain N-Methyl-D-Aspartate (NMDA) setelah ion magnesium yang menyumbat

saluran di reseptor tersebut tidak ada. Keadaan ini akan menyebabkan saluran ion

kalsium teraktivasi dan terjadi peningkatan kalsium intra seluler. Mekanisme inilah

yang menerangkan terjadinya sensitisasi sentral.

Beberapa penyebab juga dihubungkan dengan gigi, dari berbagai kepustakaan disebut

sebagai berikut. Seperti diketahui N. V merupakan satu-satunya serabut saraf yang

kemungkinan selalu dihadapkan dengan keadaan sepsis sepanjang hidup. Keadaan

sepsis tersebut dapat berupa karies gigi, abses, sinusitis, pencabutan gigi oleh berbagai

sebab, infeksi periodontal, yang kesemuanya diperkirakan dapat menjadi penyebab NT.

Akan tetapi bukti lain menunjukkan banyak juga penderita dengan infeksi disekitar

mulut, cabut gigi yang tidak menderita NT. Disisi lain, tidak jarang pula penderita NT

yang ditemukan tanpa menderita infeksi seperti tersebut diatas.9

Dahulu diketahui bahwa NT berawal dari dikeluhkannya rasa nyeri area mulut pasca

suatu prosedur dental sehingga berakibat munculnya diagnosis sebagai dry socket pasca

ekstraksi gigi. Oleh karena seringnya keluhan nyeri dirasakan pada gigi geligi atas atau

bawah disatu sisi, maka penderita terdorong mencari pengobatan ke bagian gigi dengan

asumsi nyeri tersebut berasal dari gigi. 9

Setelah dilakukan ekstraksi gigi timbul nyeri setelah 24-48 jam kemudian dan

biasanya disebabkan adanya osteitis superfisial pada tulang alveolar. Pada pemeriksaan

tidak menunjukkan adanya pembekuan darah setelah dilakukan ekstraksi maupun tidak

ada nyeri lokal pada waktu dilakukan palpasi.9

Satu laporan kasus disebutkan kurang lebih sekitar 2 bulan setelah dilakukan ”

endodontic treatment ” timbul nyeri paroxysmal yang tajam, dan makin bertambah

frekwensinya, dan nyeri timbul bila ada ” trigger ” sentuhan ringan pada pipi kiri dan

setiap serangan berlangsung 1-2 detik dan kadang sampai 5-10 serangan berulang,

kemudian akhirnya didiagnosa sebagai Neuralgia Trigeminal.9

Pada satu penelitian kasus dari 48 penderita dengan NT , 31 penderita yang diobati

sebelumnya telah mengalami 83 tindakan prosedur ”dental” diantaranya ekstraksi

tunggal, ekstraksi multipel, prosedur endodontik, ” complete denture”, ” periapical

surgery ” dsbnya. Kesimpulan hasil penelitian didapatkan adanya korelasi yang

20

Page 21: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

bermakna antara sejumlah pasien yang mendapat tindakan terapi ”dental” dengan durasi

terjadinya neuralgia trigeminal.9

IV. GAMBARAN KLINIS

Ciri khas neuralgia trigeminal adalah nyeri seperti tertusuk-tusuk singkat dan

paroksismal, yang untuk waktu yang lama biasanya terbatas pada salah satu daerah

persarafan cabang nervus V. Jika terbatas pada daerah yang dipersarafi oleh salah satu

cabang, kondisi yang ada dapat disebut neuralgia supraorbital, infraorbital atau

mandibular tergantung saraf yang terlibat. Cabang I jauh lebih jarang terserang dan

kadang-kadang setelah cabang II sudah terserang. Jika nyeri berawal pada daerah yang

dipersarafi cabang II atau III, biasanya akan menyebar ke kedua cabang lainnya. Pada

kasus-kasus yang ditemukan nyeri terjadi lebih besar 5 kali lipat pada bagian kanan

daripada bagian kiri wajah. Pada beberapa kasus juga dapat terjadi nyeri bilateral

walaupun sangat jarang terjadi bersamaan pada kedua sisi. Menurut definisi yang ada,

pasien akan bebas dari rasa nyeri di antara dua serangan paroksismal beruruan ,

walaupun nyeri sisahan kadang kadang ada. Nyeri biasanya terbatas pada disteribusi

kutaseus cabang nV, tidak melintasi linea mediana dan dapat dipicu oleh lebih dari satu

titik pemicu. Nyeri dapat sangat dirasakan pada kening, pipi, rahang atas atau bawah,

atau lidah. Nyeri cenderung menyebar ke daerah persarafan cabang lain.2,3,9

Penampakan klinis yang khas adalah nyeri dapat dipresipitasi oleh sentuhan pada

wajah , seperti saat cuci muka atau bercukur, berbicara, mengunyah dan menelan. Nyeri

yang timbul biasanya sangat berat sehingga pasien sangat menderita. Nyeri seringkali

menimbulkan spasme reflex otot wajah yang terlibat sehingga disebut ‘tic douloreaux’,

kemerahan pada wajah, lakrimasi dan salivasi. Pada neuralgia trigeminal seringkali

tidak ditemukan berkurangnya sensibilitas tetapi dapat ditemukan penumpulan rangsang

raba atau hilangnya refleks kornea walaupun jarang. Serangan yang timbul dapat

mengurangi nafsu makan, rekurensi dalam jangka lama dapat menyebabkan kehilangan

berat badan, depresi hingga bunuh diri. Untungnya, serangan biasa berhenti pada malam

hari, walaupun pasien dapat juga terbangun dari tidur akibat serangan. Remisi dari rasa

sakit selamam berminggu-minggu hingga berbulan-bulan merupakan tanda dari

penyakit tahap awal.

VI. DIAGNOSIS

21

Page 22: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

Trigeminal neuralgia menurut International Headache Society, 1988 dibagi atas 2

yaitu idiopatik dan simptomatik. 4

1. Trigeminal neuralgia idiopatik : Jika dalam pemeriksaan anamnesa, pemeriksaan

fisik dan neurologik serta pemeriksaan penunjang tidak ditemukan penyebab

dari nyeri wajah.

2. Trigeminal neuralgia simptomatik : penyebab nyeri wajahnya dapat diketahui

dari pemeriksaan penunjang tertentu atau pada eksplorasi fossa posterior.

Trigeminal neuralgia memberikan gejala dan tanda sebagai berikut :1,3,4.

Rasa nyeri berupa nyeri neuropatik, yaitu nyeri berat paroksimal, tajam, seperti

menikam, tertembak, tersengat listrik, terkena petir, atau terbakar yang

berlangsung singkat beberapa detik sampai beberapa menit tetapi kurang dari

dua menit, tiba-tiba dan berulang. Diantara serangan biasanya ada interval bebas

nyeri, atau hanya ada rasa tumpul ringan.

Lokasi nyeri umumnya terbatas di daerah dermatom nervus trigeminus dan yang

karakteristik nyeri unilateral. Tersering nyeri didaerah distribusi nervus

mandibularis (V2) 19,1% dan nervus maksilaris (V3) 14,1% atau kombinasi

keduanya 35,9% sehingga paling sering rasa nyeri pada setengah wajah bawah.

Jarang sekali hanya terbatas pada nervus optalmikus (V3) 3,3%. Sebagian

pasien nyeri terasa diseluruh cabang nervus trigeminus (15,5%) atau kombinasi

nervus maksilaris dan optalmikus (11,5%). Jarang ditemukan kombinasi nyeri

pada daerah distribusi nervus optalmikus dan mandibularis (0,6%). Nyeri

bilateral 3,4%, nyeri jarang terasa pada kedua sisi bersamaan, umumnya diantara

kedua sisi tersebut dipisahkan beberapa tahun. Kasus bilateral biasanya

berhubungan dengan sklerosis multiple atau familial.

Trigeminal neuralgia dapat dicetuskan oleh stimulus non-noksius seperti

perabaan ringan, getaran, atau stimulus mengunyah. Akibatnya pasien akan

mengalami kesulitan atau timbul saat gosok gigi, makan, menelan, berbicara,

bercukur wajah, tersentuh wajah, membasuh muka bahkan terhembus angin

dingin. Biasanya daerah yang dapat mencetuskan nyeri (triger area) diwajah

bagian depan, sesisi dengan nyeri pada daerah percabangan nervus trigeminus

yang sama. Bila triger area didaerah kulit kepala, pasien takut untuk berkeramas

atau bersisir.

22

Page 23: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

Nyeri pada trigeminal neuralgia dapat mengalami remisi dalam satu tahun atau

lebih. Pada periode aktif neuralgia, karakteristik terjadi peningkatan frekuensi

dan beratnya serangan nyeri secara progresif sesuai dengan berjalannya waktu.

Sekitar 18% penderita dengan trigeminal neuralgia, pada awalnya nyeri atipikal

yang makin lama menjadi tipikal, disebut preneuralgia trigeminal. Nyeri terasa

tumpul, terus-menerus pada salah satu rahang yang berlangsung beberapa hari

sampai beberapa tahun. Stimulus termal dapat menimbulkan nyeri berdenyut

sehingga sering dianggap sebagai nyeri dental. Pemberian terapi anti konvulsan

dapat meredakan nyeri preneuralgia trigeminal sehingga cara ini dapat dipakai

untuk membedakan kedua nyeri tersebut.

Pada pemeriksaan fisik dan neurologik biasanya normal atau tidak ditemukan

defisit neurologik yang berarti. Hilangnya sensibilitas yang bermakna pada

nervus trigeminal mengarah pada pencarian proses patologik yang

mendasarinya, seperti tumor atau infeksi yang dapat merusak syaraf. Pada tumor

selain nyerinya atipikal dan hilangnya sensibilitas, disertai pula gangguan pada

syaraf kranial lainnya.

Tabel 1. Ciri khas neuralgia trigeminal

A. Nyeri: paroksismal, intensitas tinggi, durasi pendek, sensasi shooting

B. Cabang kedua atau ketiga n. trigeminus

C. Kejadian: unilateral

D. Onset: umur pertengahan; wanita (3:2); kambuh-kambuhan sering pada

musim semi dan gugur

E. Daerah pencetus: 50%; sensitive terhadap sentuhan atau gerakan

F. Kehilangan fungsi sensorik: tidak ada ( kecuali pernah dirawat sebelumnya)

G. Perjalanan penyakit: intermitten; cenderung memburuk; jarang hilang spontan

H. Insidensi familial: jarang (2%)

Tidak ada uji spesifik dan definitif untuk neuralgia trigeminal. Pemeriksaan radiologis seperti

CT scan dan MRI atau pengukuran elektrofisiologis periode laten kedipan dan refleks rahang

dikombinasikan dengan elektromiografi masseter dapat digunakan untuk membedakan kasus-

kasus simtomatik akibat gangguan struktural dari kasus idiopatik. Pengukuran potensial

somatosensorik yang timbul setelah perangsangan nervus trigeminus dapat juga digunakan

23

Page 24: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

untuk menentukan kasus yang disebabkan oleh ektasis arteri sehingga dapat ditangani dengan

dekompresi operatif badan saraf pada fossa posterior.1,2,5,6

VII. DIAGNOSA BANDING

Neuralgia trigeminal harus dibedakan dari tipe nyeri lainnya yang muncul pada wajah

dan kepala. Nyeri neuralgia postherpetikum dapat menyerupai neuralgia trigeminal, tetapi

adanya eskar bekas erupsi vesikel dapat mengarahkan kepada neuralgia postherpetikum.

Neuralgia postherpetikum pada wajah biasanya terbatas pada daerah yang dipersarafi oleh

nervus trigeminus cabang pertama. Sindrom Costen yang bermanifestasi sebagai nyeri

menjalar ke rahang bawah dan pelipis saat mengunya) dapat menyerupai neuralgia trigeminal

tetapi hanya dipicu oleh proses mengunyah; biasanya disebabkan oleh artrosis

temporomandibular dan maloklusi gigi.1,5,6

Nyeri psikogenik daerah wajah sering menyebabkan kesulitan diagnosis. Sindrom yang disebut neuralgia fasial atipik ini (nyeri wajah atipikal)

sering ditemukan pada wanita muda atau setengah baya. Nyeri bersifat tumpul dan menetap, sering kali unilateral pada rahang atas (walaupun dapat menyebar ke

bagian lain kepala dan leher) dan biasanya dihubungkan dengan manifestasi ansietas kronik dan depresi. Tanda-tanda fisis tidak ditemukan dan pemberian

analgetika tidak mempan. Perbaikan biasanya diperoleh dengan penggunaan antidepresan dan obat penenang oleh karena itu, penentuan diagnosis harus sebaik

mungkin Neuralgia migrainosa (nyeri kepala sebelah) dapat menyebabkan nyeri paroksismal berat pada daerah persarafan trigeminal tetapi dapat dibedakan

berdasarkan periode, ketiadaan faktor pencetus dan durasi tiap nyeri paroksismal yang lebih lama.1,6

Diagnosis

BandingPersebaran

Karakteristik

Klinis

Faktor yang

Meringankan/

Memperburuk

Penyakit

yang

Dihubungk

an

Tata Laksana

Neuralgia

Trigeminal

Daerah persarafan

cabang 2 dan 3

nervus trigeminus,

unilateral

Laki- laki/

perempuan = 1:3

Lebih dari 50

tahun

Paroksismal (10-

30 detik), nyeri

bersifat menusuk-

nusuk atau sensasi

terbakar, persisten

selama

berminggu-

minggu atau lebih

Titik-titik rangsang

sentuh,

mengunyah,

senyum, bicara,

dan menguap

Idiopatik

Skeloris

multipel

pada dewasa

muda

Kelainan

pembuluh

darah

Tumor

nervus V

Carbamazepine

Phenytoin

Gabapentin

Injeksi alkohol

Koagulasi atau

dekompresi

bedah

24

Page 25: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

Ada titik-titik

pemicu

Tidak ada

paralisis motorik

maupun sensorik

Neuragia Fasial

Atipik

Unilateral atau

bilateral, pipi atau

angulus

nasolabialis,

hidung bagian

dalam

Lebih banyak

ditemukan pada

wanita usia 30-50

tahun

Nyeri hebat

berkelanjutan

umumnya pada

daerah maksila

Tidak ada Status

ansietas atau

depresi

Histeria

Idiopatil

Anti ansietas

dan anti

depresan

Neuralgia

Postherpetikum

Unilateral

Biasanya pada

daerah persebaran

cabang oftalmikus

nervus V

Riwayat herpes

Nyeri seperti

sensasi terbakar,

berdenyut-denyut

Parastesia,

kehilangan

sensasi sensorik

keringat

Sikatriks pada

kulit

Sentuhan,

pergerakan

Herpes

Zoster

Carbamazepin,

anti depresan

dan sedatif

Sindrom Costen Unilateral,

dibelakang atau di

depan telinga,

pelipis, wajah

Nyeri berat

berdenyut-denyut

diperberat oleh

proses

mengunyah

Nyeri tekan sendi

temporomandibul

a

Maloklusi atau

ketiadaan molar

Mengunyah,

tekanan sendi

temporomandibular

Ompong,

arthritis

rematoid

Perbaikan

geligi, operasi

pada beberapa

kasus

25

Page 26: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

Neuralgia

Migrenosum

Orbito-frontal,

pelipis, rahang

atas, angulus

nasolabial

Nyeri kepala

sebelah

Alkohol pada

beberapa kasus

Tidak ada Ergotamin

sebagai

profilaksis

VIII.PENATALAKSANAAN

A. Medikamentosa

Obat yang paling efektif adalah karbamazepin (tegretol®) 100-200 mg 3-4X sehari

tergantung toleransi. Obat ini, suatu antikonvulsan, efektif pada kebanyakan kasus tetapi

menyebabkan rasa pusing dan mual pada beberapa pasien sedangkan pada pasien lain

timbul ruam pada kulit dan leucopenia sehingga terpaksa dihentikan. Setelah beberapa

minggu atau bulan pemberian, obat dapat dihentikan tetapi harus diberikan lagi jika nyeri

berulang. Obat-obatan anti konvulsan selain karbamazepin dapat memperpendek durasi

dan beratnya serangan. Obat-obat seperti ini contohnya phenitoin (300-400 mg/hari),

asam falproat (800-1200 mg/hari), klonazepam (2-6 mg/hari), dan gabapentin (300-900

mg/hari). Baclofen dapat digunakan pada pasien yang tidak mentoleransi karbamazepin

atau gabapentin, tetapi sebenarnya paling efektif digunakan sebagai adjuvan terhadap

salah satu antikonvulsan. Capsaisin yang diberikan lokal pada titik pemicu atau diberikan

sebagai tetes mata topikal pada mata (proparakain 0,5%) cukup membantu pada beberapa

pasien. Sekitar 80% pasien berespon pada pengobatan karbamazepin atau gabapentin

dengan dosis yang tepat. Pengobatan harus dilakukan setiap hari dan dosisnya dinaikkan

secara bermakna hingga nyeri yang dirasakan berkurang. 1,7,8

Dalam ulasan literatur American Academy of Neurology mengenai manajemen neuralgia

trigeminal, pengoobatan neuralgia trigeminal didasarkan pada metode penggolongan

obat berdasarkan rekomendasi yang ditetapkan dari bukti-bukti kasus yang sudah ada.10

Pengobatan pada neuralgia trigeminal merupakan pengobatan yang berhubungan dengan

asimptomatik. Pada kasus-kasus simptomatik belum ada bukti yang cukup yang

mengatakan efektivitas dalam pengendalian nyeri.10

26

Page 27: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

Sumber: Trigeminal Neuralgia: Current concepts in the Management. 2010.

Level A Established as effective, ineffective, or harmful for the given condition in the specified population (i.e., should be done, or should not be done)

Drug: Carbamazepine

Level B Probably effective, ineffective, or harmful for the given condition in the specified population (i.e., should be considered, or sh ould not be considered)

Drug: Oxycarbazepine

Level C Possibly effective, ineffective, or harmful for the given condition in the specified population (i.e., may be considered, or may not be considered)

Drugs: Lamotrigine, Baclofen, Primozide

Level U Data inadequate or conflicting, or treatment is unproven (no recommendation)

Drugs: Clonazepam, Gabapentin, Phenytoin, Tizanidine, Topical capsaicin, Valproic acid.

Sumber: AAN and EFNS Guideline on Diagnosing and Treating Trigeminal

Neuralgia. Am Fam Physician. 2009.

27

Page 28: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

Sumber: Practical Pain Management (Trigeminal Neuralgia). 2012.

B. Injeksi

Jika nyeri terbatas pada daerah persebaran saraf supraorbital dan infraorbital, injeksi

alkohol atau fenol seringkali dapat memberikan kelegaan yang bertahan berbulan-bulan

28

Page 29: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

hingga menahun. Setelah itu, injeksi harus diulang jika nyeri rekuren. Sayangnya, injeksi

berikutnya lebih sulit dilakukan akibat sikatriks yang timbul akibat injeksi sebelumnya.

Walaupun begitu, terapi injeksi cukup berguna untuk menghindari operasi selama

beberapa waktu dan pada waktu bersamaan membiasakan pasien dengan efek samping

yang tidak terhindarkan yang dapat ditimbulkan oleh operasi, utamanya hilang rasa.1,6

C. Operatif

Operasi klasik untuk penyakit ini bertujuan membagi ganglion sensorik nervus

trigeminus yang terletak proksimal dari ganglion Gasseri pada fossa crania medialis.

Ganglion motorik tetap tidak mendapat intervensi dan dengan menyisakan serabut saraf

bagian atas, pasien tetap dapat merasa pada daerah yang dipersarafi cabang I. sehingga

serabut saraf sensorik kornea dan reflex kornea tetap normal. Rasa nyeri dan raba akan

hilang selamanya pada daerah yang dipersarafi serabut saraf yang diinsisi. Jika saraf

perifer diinsisi di distal ganglion Gasseri, dapat terjadi regenerasi sehingga nyeri muncul

lagi. Cabang sensorik juga dapat dibagi di dalam fossa kranial posterior di mana serabut

tersebut bergabung dengan pons. Dengan pendekatan yang serupa, tractus medulla

desendens nervus trigeminus dapat dipotong pada medulla. Karena traktus ini hany

mengandung serabut saraf nyeri, sensasi sentuh tetap dipertahankan. Tractotomi jauh

lebih berbahaya dengan hasil tidak pasti disbanding pembelahan cabang sensorik

sehingga biasanya dilakukan hanya pada kondisi-kondisi tertentu seperti jika nyeri

terbatas pada nervus supraorbitalis dan reflex kornea ingin dipertahankan, atau terdapat

keterlibatan bilateral dan cabang motorik ingin dipastikan bertahan. Taarnhoj meyakini

bahwa neuralgia trigeminal diakibatkan oleh jepitan saraf ketika melalui sambungan

fossa posterior dan medial sehingga dilakukan operasi dekompresi tanpa pembelahan

saraf tetapi rekurensi setelah operasi seperti ini cukup tinggi. Penelitian selanjutnya

memperlihatkan keraguan akan adanya dekompresi dan bahwa hasil yang diperoleh dari

operasi dekompresi diakibatkan oleh jejas pada saraf dan bukan dekompresi sesuai teori.6

Hasil operasi disimpulkan oleh White dan Sweet. Secara umum, dengan kompetensi

yang cukup, rhizotomi retroGasseri memiliki angka mortalitas < 1%. Insidensi

komplikasi berupa palsi fasial < 5%. Kelegaan dari nyeri cukup memuaskan dan

permanen.6

IX. PROGNOSIS

Neuralgia trigeminal bukan merupakan penyakit yang mengancam nyawa. Namun, neuralgia

trigeminal cenderung memburuk bersama dengan perjalanan penyakit dan banyak pasien

29

Page 30: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

yang sebelumnya diobati dengan tatalaksana medikamentosa harus dioperas pada akhirnya.

Banyak dokter menyarankan operasi seperti dekompresi mikrovaskular pada awal penyakit

untuk menghindari jejas demyelinasi. Namun, masih ada perdebatan dan ketidakpastian

mengenai penyebab neuralgia trigeminal, serta mekanisme dan faedah dari pengobatan yang

memberikan kelegaan pada banyak pasien.2

X. PEMBAHASAN KASUS

Seorang laki-laki berusia 59 tahun berobat ke poli dengan diagnosa Bell’s palsy. Pada pasien

ini didiagnosis Bell’s palsy karena didapatkan dari :

Anamnesis : : Pasien wanita 32 tahun datang dengan keluhan nyeri pada daerah pipi

sebelah kanan yang menjalar ke rahang bawah kanan 1 minggu belakangan. Nyeri

dirasakan bertambah berat 3 hari belangan. Nyeri dirasakan seperti menusuk-nusuk

dan terasa panas di daerah pipi kanan. Nyeri dirasakan pasien sangat berat sering kira-

kira 1-2 menit lalu nyeri menjadi sedikit berkurang kemudian nyeri hebat muncul lagi

beberapa menit kemudian. Nyeri rahang kanan ini membuat pasien tidak bisa makan

karena pasien merasa sangat sakit jika membuka mulut dan mengunyah. Nyeri juga

dapat dipicu pada sentuhan yang mengenai daerah pipi kanan dan rahang kanan

seperti mencuci muka. Keluhan pasien diatas sesuai dengan kriteria diagnosis

Trigeminal Neuralgia yaitu adanya nyeri yang sangat tinggi, seperti ditusuk-tusuk,

dan dengan frekuensi yang tinggi pada pipi serta menjalar ke rahang bawah kanan.

Kriteria nyeri yang lain juga mendukung gejala Neuralgia Trigeminal yaitu nyeri

hebat yang hanya timbul 1-2 menit lalu berulang dalam beberapa menit. Hal lain yang

juga sesuai dengan kriteria Trigeminal Neuralgia karena adanya trigger pada daerah

nyeri yaitu mencuci muka dan juga membuka mulut, unilateral, dan distribusi nya

pada region mandibular saja.

Dari anamnesis di dapatkan juga pasien pernah mencabut gigi graham bawah

kanan 1 bulan yang lalu. Tidak ada riwayat penyakit kulit atau penyakit telinga

sebelumnya sehingga dapat disimpulkan pencetus dari Neuralgia Trigeminal pada

pasien dikarenakan oleh proses inflamasi akibat pencabutan gigi graham kanan bawah

1 bulan yang lalu.

Tidak ada riwayat penyakit kulit seperti cacar sebelumnya yang

menyingkirkan diagnosis banding neuralgia post herpetic. Tidak ada nya gangguan

30

Page 31: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

pendengaran, baal atau berkurangnya sensasi rabaan menandakan tidak ada penyakit

sistem saraf pusat yang mendasarinya.

Pemeriksaan Fisik : Pada pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum : tampak sakit

sedang, kesadaran compos mentis. Tanda Vital dalam batas noral. Pada pemeriksaan

fisik umum didapatkan sedikit bengkak, kemerehan, panas dan nyeri pada daerah pipi

dan rangang kanan yang menandakan adanya infeksi pada daerah tersebut dimana

kemungkinan infeksi berasal dari pencabutan gigi graham. Pada pemeriksaan

neurologis tidak didapatkan deficit pada nervus kranialis I-XII kecuali pada nervus

V3 didapatkan nyeri seperti ditusuk-tusuk daan pada perabaan didapatkan alodinia.

Tidak didapatkan juga reflex patologis pada pasien. Tidak ada pemeriksaan

labolatorium dan radiologis karena dari anamnesis tidak mengarah kepada Neuralgia

Trigeminal karena penyakit pada system saraf pusat.

Pengobatan

Pengobatan yang diberikan pada pasien ini berupa:

Pada terapi pengobatan pasien diberikan karbamazepin 200mg 2x2 tablet dan

Gabapentin 300mg 1x1. Karbamazepin merupakan obat lini pertama pada pasien

Neuralgia Trigeminal. Pemberian karbamazepin dapat mengurangi serangan

trigeminal neuralgia dengan menurunkan hiperaktifitas nukleus nervus trigeminus di

dalam brain stem sedangkan pemberian anti konvulsan lain nya seperti gabapentin

dapat memperpendek durasi dan beratnya serangan. Sekitar 80% pasien berespon

pada pengobatan karbamazepin atau gabapentin dengan dosis yang tepat. Pemberian

pregabalin dapat memperpendek durasi dan beratnya serangan karena kerja nya sama

dengan gabapentin tetapi lebih poten karena ikatan nya dengan jaringan CNS lebih

kuat dari pada gabapentin. Pemberian kostikosteroid contohnya metilprednison untuk

mengurangkan peradangan dan edema pada saraf akibat proses inflamasi. Pemberian

pantoprazol dan ranitidin diberikan sesuai simptomatis pasien yaitu mual dan muntah

yang dikarenakan asam lambung yang meningkat karena pasien tidak mau makan.

Prognosis : Pada kasus diatas prognosis pasien dikatakan baik karena pada anamnesis

dan pemeriksaan fisik tidak ada gejala-gejala kelainan sistem saraf pusat dan tidak ada

31

Page 32: Case Trigeminal Neuralgia (Fixed)

deficit neurologis serta dengan pengobatan yang telah diberikan dapat mengurangi

nyeri pada pipi dan rahang bawah kanan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Walton, Sir John. Brain’s Disease of Nervous System. New York: Oxford Universiy Press;

1985.p.110-2

2. Turkingston, Carol A. Trigeminal Neuralgia. In: Stacey L C and Brigham N, editors. The Gale

Encyclopedia Of Neurological Disorder. Detroit: Thomson Gale; 2006.p.875-7.

3. Huff S J. Trigeminal Neuralgia. 2010. Diunduh 24 Februari 2013 dari :

http://emedicine.org/trigeminal-neuralgia.htm

4. Marjono, Mahar and Priguna Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat;

1988.p.149-59

5. Merrit H H. A Textbook Of Neurology 5th ed. Philadelphia: Lea and Febiger; 1973.p.365-8

6. Kane CA and Walter W. Craniofacial Neuralgia. In: Baker A B. Clinical Neurology. New York:

Harper and Row; 1965.p.1897-904

7. Ropper AH and Robert H B. Adams And Victor’s Principles Of Neurology 8 th ed. New York:

McGraw-Hill; 2006.p.161-3

8. Mumenthaler M, Heinrich M, and Ethan T. Fundamentals Of Neurology An Illustrated Guide.

New York: Thieme; 2006.p.253-4

9. Santos MM, Freire AR, Rossi AC, and Friends. Trigeminal neuralgia: literature review at J

Morphol. Sci., 2013, vol. 30, no. 1, p. 1-5.

10. Mara Lambert. AAN and EFNS Guideline on Diagnosing and Treating Trigeminal

Neuralgia at American Family Physician Journal. Jun 2009. Vol. 11.

32