makalah marasmus dan kwarsiorkor

16
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Penulis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekurangan gizi terjadi karena ketidakseimbangan seluler antara pasokan nutrisi dan energi dan kebutuhan tubuh bagi mereka untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi tertentu. Menurut Lembaga Nutrisi Bangsa (2012) malnutrisi adalah istilah umum ketika terjadi kekurangan beberapa atau seluruh elemen nutrisi yang penting bagi tubuh. Istilah ini sering kali lebih dikaitkan dengan keadaan undernutrition (gizikurang) yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang, penyerapan yang buruk, atau kehilangan zat gizi secara berlebihan. Malnutrisi merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di dunia. Diperkirakan 9% anak di bawahusia 5 tahun mengalami kelaparan (dengan standar deviasi berat badan menurut tinggi badan di bawah -2 SD menurut WHO/NCHS). Keadaan ini berisiko terhadap kematian atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan mental yang berat. Marasmus merupakan salah satu bentuk dari malnutrisi energi protein yang biasanya ditemui pada balita. Penyebabnya antara lain karena infeksi, premature, kelainan struktur bawaan, penyakit pada masa neonatus, serta kekurangan kalori berat dalam jangka waktu lama terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan, yang ditandai dengan retardasi pertumbuhan dan pengurangan lemak bawah kulit dan otot secara progresif tetapi biasanya masih ada nafsu makan dan kesadaran mental. “Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau

Upload: alta-dwi-diniengga-brayien

Post on 02-Jan-2016

309 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

marasmus dan kwarsiorkor dfghjk,m bvcdfghjmbvcdfghnvcfghbvghn cfghnbvfghb cfghnvghnbvghnvghngh eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee dddddddddddddddddddddg f

TRANSCRIPT

Page 1: makalah marasmus dan kwarsiorkor

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Latar Belakang Penulis

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekurangan gizi

terjadi karena ketidakseimbangan seluler antara pasokan nutrisi dan energi dan

kebutuhan tubuh bagi mereka untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan

fungsi tertentu.

Menurut Lembaga Nutrisi Bangsa (2012) malnutrisi adalah istilah umum

ketika terjadi kekurangan beberapa atau seluruh elemen nutrisi yang penting bagi

tubuh. Istilah ini sering kali lebih dikaitkan dengan keadaan undernutrition

(gizikurang) yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang, penyerapan

yang buruk, atau kehilangan zat gizi secara berlebihan. Malnutrisi merupakan

salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di dunia. Diperkirakan

9% anak di bawahusia 5 tahun mengalami kelaparan (dengan standar deviasi berat

badan menurut tinggi badan di bawah -2 SD menurut WHO/NCHS). Keadaan ini

berisiko terhadap kematian atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan

mental yang berat.

Marasmus merupakan salah satu bentuk dari malnutrisi energi protein

yang biasanya ditemui pada balita. Penyebabnya antara lain karena infeksi,

premature, kelainan struktur bawaan, penyakit pada masa neonatus, serta

kekurangan kalori berat dalam jangka waktu lama terutama terjadi

selama tahun pertama kehidupan, yang ditandai dengan retardasi

pertumbuhan dan pengurangan lemak bawah kulit dan otot secara progresif tetapi

biasanya masih ada nafsu makan dan kesadaran mental.

“Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering

dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan

penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat

berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau

Page 2: makalah marasmus dan kwarsiorkor

2

jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga

gangguan pada saraf pusat” (Solihin, 1990:116).

Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai adalah tipe marasmus.

Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan

kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang

berkembang serta terjadinya krisis ekonomi di lndonesia (Lubis dan Marsida:

Tanpa Tahun )

Hal ini dapat dibuktikan dari laporan Badan Pusat Statistik

(BPS) dan Laporan Survei Departemen Kesehatan-Unicef tahun 2005, dari

343 kabupaten/kota di Indonesia penderita gizi buruk sebanyak 169

kabupaten/kota tergolong prevalensi sangat tinggi dan 257 kabupaten/kotalainnya

prevalensi tinggi. Dari data Depkes juga terungkap masalah gizi di

Indonesia ternyata lebih serius dari yang dibayangkan selama ini.

Sesuai dengan pendapat Sedyaningsih (2012) yang mengatakan bahwa:

Saat ini Indonesia berada di peringkat kelima Negara dengan kekurangan gizi

sedunia dengan jumlah penduduk Indonesia yang berada di urutan empat terbesar

dunia. Jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu

jiwa. Jumlah tersebut merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23

juta jiwa. Daerah yang kekurangan gizi tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya

daerah bagian timur Indonesia.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis berupaya untuk

memberikan sumbangan pemikiran berupa penjelasan mengenai sebab-sebab

terjadinya marasmus, gejala yang dialami, dan upaya pencegahannya demi

mewujudkan Indonesia bebas dari marasmus.

1.1.2 GagasanKreatif

Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik

apabila ada kerjasama dari semua pihak. Bukan hanya dari dokter maupun tenaga

medis, namun juga pihak orang tua, masyarakat, serta pemerintah.

Pertama, dari pihak orang tua misalnya dengan pemberian air susu ibu

(ASI) yang diberikan sampai umur 2 tahun karena ASI merupakan makanan yang

paling baik untuk bayi. Kedua, dari pihak masyarakat misalnya dengan

Page 3: makalah marasmus dan kwarsiorkor

3

meningkatkan kebersihan lingkungan maupun individu. Ketiga, pemerintah

seharusnya berupaya menghimbau masyarakat luas untuk mengikuti

KeluargaBerencana (KB), pemberian imunisasi gratis, pemantauan yang teratur

bagi para balita yang kurang gizi, serta melakukan program penyuluhan kepada

masyarakat tentang pentingnya makanan yang bergizi bagi bayi dan balita.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini adalah:

1. Apa penyebab terjadinya penyakit marasmus?

2. Apa saja gejala yang timbul dari penyakit marasmus?

3. Bagaimana upaya pencegahan dan pengobatan agar penyakit marasmus di

Indonesia dapat ditanggulangi?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan ini adalah:

1. Memberikan penjelasan penyebab terjadinya penyakit marasmus.

2. Memberikan penjelasan mengenai gejala klinis yang timbul dari penyakit

marasmus.

3. Memberikan sumbangan pemikiran apa saja upaya pencegahan dan

pengobatan agar penyakit marasmus di Indonesia dapat ditanggulangi.

1.4 Manfaat

1. Bagi mahasiswa

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai hal-hal

yang berhubungan dengan marasmus dan dijadikan sebagai bahan

referensi perkuliahan.

2. Bagi pemerintah

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi agar pemerintah

tanggap dalam pemberantasan masalah marasmus yang sedang

mengancam masyarakat Indonesia.

3. Bagi masyarakat

Page 4: makalah marasmus dan kwarsiorkor

4

Penulisan ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan

informasi bagi para keluarga di Indonesia untuk selalu sadar gizi (Kadarzi)

agar tidak ada lagi kematian bayi dan balita akibat gizi yang buruk.

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Pengertian

2.1.1 Pengertian Marasmus

Marasmus, sebuah istilah yang berasal dari bahasa yunani yang berarti

kurus kering. Sudah sejak lama marasmus digunakan sebagai istilah dalam ilmu

kedokteran untuk menggambarkan seorang anak yang berat badannya sangat

kurang dari berat badan seharusnya.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1992) klasifikasi

internasional terhadap istilah masalah gizi atau ‘salah gizi’ (malnutrition),

khususnya yang berkaitan dengan kekurangan gizi (undernutrition), ada tiga

tingkatan yang dipakai, yaitu ringan (mild), sedang (moderate), dan berat (severe).

Penentuan tingkat kekurangan gizi dapat menggunakan perbandingan berat badan

anak terhadap berat badan normal berdasarkan tinggi badan/berat badan atau juga

berat badan terhadap usia anak.

Kekurangan gizi tingkat berat dibedakan menjadi 3, yaitu tipe marasmus,

kwarshiorkor, dan marasmik-kwarshiorkor. Hal umum yang membedakan

ketiganya adalah berat badan dan oedema. Penderita marasmus memiliki berat

badan <60% berat badan normal berdasarkan tinggi badan dan tidak ditemukan

adanya oedema. Pada penderita kwarshiorkor ditemukan adanya oedema namun

berat badan ≥60% berat badan normal berdasarkan tinggi badan. Sedangkan

marasmik-kwarshiorkor merupakan gabungan keduanya, yakni berat badan <60%

berat badan normal berdasarkan tinggi badan dan ditemukan adanya oedema.

Page 5: makalah marasmus dan kwarsiorkor

5

2.1.2 Gejala Marasmus

- Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit

- Wajah seperti orang tua

- Kulit kering dan keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai

tidak ada (pakai celana longgar)

- Rambut tipis, jarang, kering, tanpa kilap normal, dan mudah dicabut tanpa

menyisakan rasa sakit

- Cengeng, rewel, mudah marah

- Terlihat apatis, meskipun biasanya masih tetap sadar, dan menampakkan

gurat kecemasan

- Perut cekung

- Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) dan diare

- Nafsu makan berkurang

- Detak jantung, tekanan darah, dan suhu tubh rendah

2.2 Penyebab Marasmus

Berdasarkan Publikasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations, Juli

1996, How Nutrition Improves), penyebab gizi buruk (termasuk marasmus di

dalamnya) dapat ditinjau dari beberapa tingkatan, yaitu penyebab langsung,

penyebab tidak langsung, dan akar masalahnya.

Penyebab langsung, merupakan faktor yang berhubungan langsung dengan

kejadian gizi buruk, yakni konsumsi makanan (asupan gizi) yang tidak

adekuat dan penyakit yang diderita anak. Kurangnya asupan nutrisi anak

menyebabkan anak rawan terhadap berbagai macam penyakit. Jika hal ini

terjadi terus menerus dan tidak ada upaya pengobatan dan peningkatan

1. Kwarshiorkor. 2. Marasmus.

Page 6: makalah marasmus dan kwarsiorkor

6

asupan nutrisi, penyakit ini dapat menggorogoti tubuh anak dan anak akan

semakin kurus dan kemungkinan anak menderita marasmus semakin besar.

Penyebab tidak langsung, merupakan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi penyebab langsung. Seperti akses mendapatkan pangan

yang kurang, perawatan dan pola asuh anak, pelayanan kesehatan, serta

lingkungan buruk yang tidak mendukung kesehatan anak. Orangtua,

keluarga, lingkungan serta pemerintah harus memiliki sinergi yang kuat

untuk mewujudkan daerah bebas dari berbagai macam penyakit, termasuk

marasmus. Jika salah satu faktor saja tidak terpenuhi, maka faktor lainnya

juga akan terganggu. Terganggunya faktor lain ini menjadi celah yang

potensial untuk akses masuknya berbagai macam penyakit, termasuk

marasmus.

Akar masalah, terdiri dari dua hal, yakni faktor sumber daya potensial dan

sumber daya manusia. Pengelolaan sumber daya potensial erat kaitannya

dengan poitik dan ideologi, suprastruktur dan struktur ekonomi suatu

negara. Dengan demikian umumnya daerah dengan tingkat kerawanan

yang tinggi terhadap marasmus umumnya adalah daerah yang masih dalam

taraf berkembang, daerah tertinggal dan daerah terpencil. Sedangkan

faktor sumber daya manusia erat kaitannya dengan pendidikan.

Pengetahuan keluarga tentang asupan nutrisi bagi buah hati mereka

sangatlah penting. Semakin rendah tingkat pengetahuan orangtua terhadap

asupan nutrisi bagi sang buah hati, semakin tinggi resiko buah hati terkena

marasmus. Begitu pun sebaliknya, semakin tinggi tingkat pengetahuan

orangtua terhadap asupan nutrisi bagi buah hati, semakin rendah resiko

buah hati terkena marasmus.

2.3 Pencegahan Marasmus

Ditinjau dari faktor penyebab penyakit marasmus, maka upaya pencegahan

yang dapat dilakukan adalah:

Penyediaan asupan makanan yang cukup

Page 7: makalah marasmus dan kwarsiorkor

7

Para orang tua senantiasa menyediakan makanan yang baik dan sehat

dimana mengandung:

- Protein, diperlukan untuk pertumbuhan, perbaikan, dan penggantian

jaringan tubuh.Produk hewan seperti daging, ikan, telur, keju dan

produk susu lainnya; amat banyakmengandung protein. Dari bahan

nabati, antara lain kacang-kacangan (kacang hijau,kedelai, dan

sebagainya).

- Hidrat-arang, untuk menambah energi, namun bila kelebihan akan

disimpan dalam tubuhsebagai lemak. Yang banyak mengandung Hidrat

arang adalah gula, beras, jagung, danumbi-umbian.

- Lemak, juga merupakan sumber energi dan menghasilkan kalori lebih

banyak dari makanan lainnya. Makanan yang banyak berlemak adalah

yang berasal dari kacang-kacangan

- Serat, adalah bahan yang tak dapat dicerna oleh sistem pencernaan.

Tidak mengandung giziatapun energi, hanya berguna untuk kelancaran

kegiatan pencernaan.

- Vitamin, adalah bahan kimia kompleks yang diperlukan tubuh dalam

jumlah sedikit. Anak makannya normal tak punya kecenderungan

kekurangan vitamin.

- Mineral dan garam-garam, diperlukan dalam jumlah sedang. Termasuk

di dalamnya zat besi, potasium, kalsium, dan sodium (terdapat dalam

garam meja). Seorang anak akan terhindar dari kekurangan zat-zat ini

bila makanannya seimbang.

- ASI, bagi bayi yang masih dalam usia menyusui, pemberian air susu ibu

(ASI) juga sangat penting. Karena di dalam ASI terdapat zat-zat yang

baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi

Membentuk lingkungan yang baik, lingkungan yang baik tidak dapat lepas

dari upaya mewujudkan daerah yang bersih, sehat, dan bebas dari berbagai

macam penyakit termasuk marasmus. Lingkungan yang baik diantaranya

memiliki ciri:

- Udara yang masih bersih, budaya menanam tanaman harus senantiasa

dijaga walaupun hanya memiliki pekarangan yang sempit. Dewasa ini,

Page 8: makalah marasmus dan kwarsiorkor

8

teknologi di bidang pertanian terus berkembang yang mengakibatkan

tanaman memiliki sifat adaptif yang baik sehingga dapat ditanam

dimana saja dan menggunakan berbagai macam media bukan hanya

saja tanah. Berbagai tanaman yang mampu tumbuh merambat di

dinding juga terus dikembangan diberbagai perkotaan. Alasan lahan

sempit bukan lagi menjadi alasan utama untuk tidak menanam tanaman

yang menhasilkan udara sejuk dan bersih

- Air yang cukup, Indonesia dengan tidak kurang dari 2/3 bagian

negaranya adalah perairan sangatlah cukup persediaan air untuk seluruh

masyarkatnya. Pembangunan berwawasan lingkungan harus senantiasa

ditegakkan agar daerah resapan air tidak terus berkurang dan bahkan

hilang. Berbagai macam teknologi penyulingan air juga terus

dikembangan untuk mengatasi daerah kering dari kekurangan air.

Bahkan untuk daerah pesisir saat ini juga sudah dikembangan

penyulingan air laut untuk dapat dimanfaatkan untuk air minum.

Dengan tercukupinya kebutuhan air, masyarakat juga akan lebih mudah

mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan kesehatan

- Sanitasi yang baik, urusan sanitasi biasanya sering diabaikan oleh

masyarakat, baik masyarakat perkotaan ataupun pedesaan. Limbah

rumah tangga yang dibuang begitu saja ke lingkungan tanpa diolah

terlebih dahulu akan menjadi sarang dari berbagai macam penyakit. Jika

sarang penyakit dibiarkan terus menerus, masyarakat di sekitar akan

mudah sekali terserang penyakit yang makin lama akan menggerogoti

tubuhnya. Oleh karena itu, pemerintah daerah terus menerus

menggalakan masyarakat berbudaya yang mampu mengelola

lingkungan dengan baik, termasuk mengelola sanitasi. Lingkungan

dengan sanitasi yang baik menjauhkan masyarakat sekitar dari berbagai

macam penyakit termasuk marasmus.

Mempersiapkan sumber daya manusia yang bermutu tinggi

Sumber daya manusia dari berbagai sektor harus mendapatkan pembinaan

dengan baik, antara lain dengan:

- Pengadaan tenaga gizi, dalam berbagai tingkat dan jenis merupakan

salah satu kegiatan yang sangat diperlukan untuk mengelola

Page 9: makalah marasmus dan kwarsiorkor

9

pengembangan program-program perbaikan pangan dan gizi yang

dewasa ini sudah beraneka ragam dan berkembang jumlahnya. Tenaga

gizi yang bertugas di berbagai instansi rumah sakit dan Puskesmas

bertugas memberikan punyuluhan kepada para keluarga Indonesia

tentang asupan makanan yang baik dan seimbang. Hal ini dapat

dilakukan oleh tenaga gizi melalui berbagai cara mulai dari pengadaan

seminar sampai melayani konsultasi langsung dengan keluarga

Indonesia.

- Pembinaan pada keluarga, keluarga dan masyarakat mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai sektor (mulai dari aparat

pemerintahan hingga petugas kesehatan di lapangan) secara

terkoordinasi untuk mewujudkan lingkungan yang baik, sehat, dan

bebas dari berbagai macam penyakit termasuk marasmus

- Pembinaan pada balita, pemerintah Indonesia melalui dinas kesehatan

sudah sejak lama mengadakan program Posyandu secara rutin. Program

yang terus meluas keberadaannya ini secara tidak langsung akan

membentuk balita yang sehat, dimana setiap bulannya anak-anak di

bawah lima tahun (balita) ditimbang dan diperiksa kesehatannya serta

di saat-saat tertentu akan diberikan juga berbagai macam vaksin melalui

imunisasi yang bertujuan untuk menghindarkan balita dari beberapa

penyakit berbahaya. Petugas kesehatan di lapangan akan segera

memberikan saran dan nasehat kepada balita yang berat badannya

dianggap kurang. Bahkan jika terus memburuk, petugas akan

memberikan rujukan kepada balita untuk segera dibawa ke rumah sakit

terdekat. Dengan kegiatan ini diharapkan mutu kesehatan balita

Indonesia akan senantiasa terjaga dengan baik.

Page 10: makalah marasmus dan kwarsiorkor

10

BAB III

METODE PENULISAN

Penulis menggunakan metode kajian pustaka metode yang menggunakan

sumber-sumber pustaka berupa materi-materi, informasi dari berupa buku,

artikel atau yang lainnya. Dalam metode ini penulis tidak menggunakan observasi

atau eksperimen. Jadi penulis hanya membutuhkan sumber-sumber yang berupa

data saja.

BAB IV

ANALISIS SINTESIS

Berdasarkan data statistik kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun 2005

dari 241,9 juta penduduk Indonesia 14,5 juta orang menderita gizi buruk.

Penderita gizi buruk pada umumnya anak-anak di bawah usia lima tahun (balita).

Indikasinya 2-4 dari 10 balita menderita gizi kurang.

Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai adalah tipe marasmus.

Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein

(Suriadi,2001:196) Marasmus sering dijumpai pada usia 0-2 tahun. Keadaan yang

terlihat mencolok adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah lonjong,

berkeriput dan tampak lebih tua (old man face) dan anggota gerak terlihat seperti

kulit dengan tulang. Berat badan turun menjadi kurang dari 60%. Penyakit ini

sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk, lingkungan kurang

higiene dan krisis ekonomi.

Secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh ketidakcukupan asupan

makanan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh

ketersediaan pangan tingkat rumah tangga, ketersediaan pelayanan kesehatan,

Page 11: makalah marasmus dan kwarsiorkor

11

pola asuh yang tidak memadai. Lebih lanjut masalah gizi disebabkan oleh

kemiskinan, pendidikan rendah, kesempatan kerja

Dampak jangka pendek terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi

apatis, mengalami gangguan bicara & gangguan perkembangan lain. Sedangkan

dampak jangka panjang nya adalah penurunan skor IQ, penurunan integrasi

sensori, gangguan pemusatan perhatian, penurunan rasa percaya diri dan

merosotnya prestasi akademik di sekolah.

Untuk penanggulangan marasmus dapat dilaksanakan dengan baik apabila

ada kerjasama dari semua pihak. Data Indonesia dan Negara lain menunjukkan

bahwa adanya hubungan timbal balik antara marasmus dan kemiskinan. Karena

kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah dari marasmus. Makin

kecil pendapatan penduduk makin besar presentasi anak menderita marasmus, dan

salah satu penanggulannya sebagai berikut.

Upaya bagi pemerintahan dan instansi terkait :

1. Membuka lapangan pekerjaan terutama di daerah-daerah terpencil

2. Meningkatkan hasil produksi pertanian, supaya persediaan bahan

makanan menjadi lebih banyak, yang sekaligus merupakan tambahan

penghasilan rakyat.

3. Penyediaan makanan formula yang mengandung tinggi protein dan

tinggi energi untuk anak-anak yang disiplin. Formula tersebut dapat

diberikan dalam program pemberian makanan suplementer maupun

dipasarkan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.

4. Subsidi harga bahan makanan. Interfensi demikian bertujuan untuk

membantu mereka yang sangat terbatas penghasilannya.

5. Pemberian makanan suplementer. Dalam hal ini makanan diberikan

secara cuma-cuma atau dijual dengan harga minim.

6. Pendidikan gizi. Tujuan pendidikan gizi ialah untuk mengajar rakyat

mengubah kebiasaan mereka dalam menanam bahan makanan dan

Page 12: makalah marasmus dan kwarsiorkor

12

cara menghidangkan makanan supaya mereka dan anak-anaknya

mendapat makanan yang lebih baik mutunya.

Upaya bagi keluarga :

Masalah yang kedua adalah unsur pendidikan perempuan. Anak yang

diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan,

mengerti soal pentingnya ASI,mengikuti program keluarga berencana,manfaat

posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih

sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak.

Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau

pengasuh yang juga miskin dan tidak berpendidikan. Interaksi antara ibu dengan

anak berhubungan positif dengan keadaan gizi anak. Anak yang mendapatkan

perhatian lebih baik secara fisik maupun emosional misalnya selalu mendapatkan

senyuman, mendapat respon ketika berceloteh dan mendapatkan makanan yang

seimbang, maka keadaan gizinya lebih baik dibandingkan dengan teman

sebayanya yang kurang mendapat perhatian orang tua.

Upaya bagi masyarakat sekitar :

Masalah ketiga adalah kurang hygiene nya lingkungan di sekitar

masyarakat karena masalah ini sangat berhubungan dengan kesehatan masyarakat

sekitar, dimana terdapat lingkungan yang bersih maka terciptalah masyarakat

yang sehat salah satunya dengan cara :

1. Memperbaiki hygiene lingkungan dengan menyediakan air minum,

tempat membuang air besar (WC)

2. Mendidik rakyat untuk membuang air besar di tempat-tempat tertentu

atau di tempat yang sudah disediakan, membersihkan badan pada

waktu-waktu tertentu, memasak air minum, memakai sepatu atau sandal

untuk menghindarkan investasi cacing dan parasit lain, membersihkan

rumah serta isinya dan memasang jendela-jendela untuk mendapatkan

hawa segar.

Page 13: makalah marasmus dan kwarsiorkor

13

3. Menanam pohon-pohonan di area-area tertentu agar tercipta sirkulasi

udara yang kondusif

Posyandu dan puskesmas sebagai ujung tombak dalam melakukan

skrining / deteksi dini dan pelayanan pertama menjadi vital dalam

pencegahan kasus gizi buruk saat ini. Penggunaan kartu menuju sehat dan

pemberian makanan tambahan di posyandu perlu digalakkan lagi.

Tindakan cepat pada balita yang 2x berturut-turut tidak naik timbangan

berat badan untuk segera mendapat akses pelayanan dan edukasi lebih

lanjut, dapat menjadi sarana deteksi dan intervensi yang efektif. Termasuk

juga peningkatan cakupan imunisasi untuk menghindari penyakit yang

dapat dicegah

Dengan upaya-upaya demikian diharapkan masyarakat Indonesia

dapat terbebas dari gizi buruk khususnya marasmus. Demi terciptanya

penerus bangsa yang cerdas dan berdedikasi tinggi. Sehingga terbentuklah

Negara Indonesia yang makmur dan sejahtera.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari Pembahasan dalam karya ilmiah ini, kesimpulan penulis adalah sebagai

berikut:

Marasmus merupakan akibat dari interaksi antara berbagai faktor,tetapi

yang paling utama adalah akibat kurangnya kalori protein karena

konsumsi makanan (asupan gizi) yang kurang memadai baik kuantitas

maupun kualitas dan penyakit yang diderita anak.

Page 14: makalah marasmus dan kwarsiorkor

14

Marasmus memiliki gejala- gejala, seperti :

- Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit

- Wajah seperti orang tua

- Kulit kering dan keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit

sampai tidak ada (pakai celana longgar)

- Rambut tipis, jarang, kering, tanpa kilap normal, dan mudah dicabut

tanpa menyisakan rasa sakit

- Cengeng, rewel, mudah marah

- Terlihat apatis, meskipun biasanya masih tetap sadar, dan

menampakkan gurat kecemasan

- Perut cekung

- Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) dan diare

- Nafsu makan berkurang

- Detak jantung, tekanan darah, dan suhu tubuh rendah

Marasmus dapat di cegah dan diobati dengan cara :

- Memberikan asupan nutrisi yang cukup secara kualitas maupun

kuantitas, terutama yang mengandung protein dan energi yang tinggi.

- Menciptakan lingkungan yang baik dan mendukung , meliputi pelayanan

kesehatan, ketersediaan bahan pangan yang cukup, memperbaiki

infrastruktur pemasaran, subsidi harga bahan makanan, serta

menciptakan lingkungan yang sehat.

- Mempersiapkan sumber daya manusia yang bermutu tinggi seperti

penyuluhan pada masyarakat tentang gizi serta peningkatan tenaga gizi

di setiap daerah.

5.2 Saran

Melihat banyaknya kasus marasmus di Indonesia, disarankan untuk

mengadakan pelayanan gizi di setiap daerah dan mengadakan pemberian makanan

tambahan pemulihan secara gratis sampai kelompok sasaran dinyatakan berstatus

gizi baik sesuai dengan aturan kesehatan. Selain itu juga perlu adanya monitoring

Page 15: makalah marasmus dan kwarsiorkor

15

dan evalusi secara rutin ,serta perlu adanya perbaikan infrastruktur pemasaran dan

pemerataan pendapatan.

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, Irianto dan Priharsiwi, Endah. 2006. Busung Lapar (Potret Buram

Anak Indonesia di Era Otonomi Daerah). Yogyakarta: Media Presindo

Brown AK. 1973. Jaundice in Neonatology. Behrman RCV. (ed). Mosby

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat. 1998. Pedoman Tata

Laksana Kekurangan Energi Protein pada Anak di Rumah Sakit

Kabupaten/Kodya. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Moninja HE. 1979. Marasmus-kwashiorkor. Jakarta ; Yayasan Sumber Daya

Masyarakat

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka

sarwono Prwirohardjo

Republika.Gizi Buruk, Aib Negara Berkembang.2009. (online)

(http://www.scribd.com/doc/61837243/Gizi-Buruk diakses 12 Agustus 2012)

Satriya Kelana . 2009. Malnutrisi di Indonesia. (online)

(http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1954908-malnutrisi-di-indonesia/

diakses 12 Agustus 2012)

Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

1985. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Info Medika

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara

Tim MGMP Kabupaten Tulungagung. 2011. LKS Pendidikan Lingkungan Hidup

Kelas 12. Tulungagung: UPT Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung.

Page 16: makalah marasmus dan kwarsiorkor

16

Tempo.18 Januari 2012. RI Negara di Urutan ke 5 yang Warganya Kurang Gizi.

(online) (http://www.tempo.co/read/news/2012/01/18/173378104/RI-Negara-di-

Urutan-ke-5-yang-Warganya-Kurang-Gizi/ diakses 14 agustus 2012)

Indah Puspita, Mujahidin Wirawan ,dkk. 2009. Kurang Energi dan Protein. (online)

(http://www.scribd.com/doc/90720227/Pengertian-KEP. diakses 14 Agustus

2012)

Nikmatul Azizah .2009.Konsep Marasmus. (online)

(http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/01/konsep-marasmus/ diakses 14

Agustus 2012)