makalah marasmus dan kwarsiorkor
DESCRIPTION
marasmus dan kwarsiorkor dfghjk,m bvcdfghjmbvcdfghnvcfghbvghn cfghnbvfghb cfghnvghnbvghnvghngh eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee dddddddddddddddddddddg fTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Latar Belakang Penulis
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekurangan gizi
terjadi karena ketidakseimbangan seluler antara pasokan nutrisi dan energi dan
kebutuhan tubuh bagi mereka untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan
fungsi tertentu.
Menurut Lembaga Nutrisi Bangsa (2012) malnutrisi adalah istilah umum
ketika terjadi kekurangan beberapa atau seluruh elemen nutrisi yang penting bagi
tubuh. Istilah ini sering kali lebih dikaitkan dengan keadaan undernutrition
(gizikurang) yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang, penyerapan
yang buruk, atau kehilangan zat gizi secara berlebihan. Malnutrisi merupakan
salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di dunia. Diperkirakan
9% anak di bawahusia 5 tahun mengalami kelaparan (dengan standar deviasi berat
badan menurut tinggi badan di bawah -2 SD menurut WHO/NCHS). Keadaan ini
berisiko terhadap kematian atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan
mental yang berat.
Marasmus merupakan salah satu bentuk dari malnutrisi energi protein
yang biasanya ditemui pada balita. Penyebabnya antara lain karena infeksi,
premature, kelainan struktur bawaan, penyakit pada masa neonatus, serta
kekurangan kalori berat dalam jangka waktu lama terutama terjadi
selama tahun pertama kehidupan, yang ditandai dengan retardasi
pertumbuhan dan pengurangan lemak bawah kulit dan otot secara progresif tetapi
biasanya masih ada nafsu makan dan kesadaran mental.
“Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering
dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan
penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat
berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau
2
jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga
gangguan pada saraf pusat” (Solihin, 1990:116).
Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai adalah tipe marasmus.
Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan
kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang
berkembang serta terjadinya krisis ekonomi di lndonesia (Lubis dan Marsida:
Tanpa Tahun )
Hal ini dapat dibuktikan dari laporan Badan Pusat Statistik
(BPS) dan Laporan Survei Departemen Kesehatan-Unicef tahun 2005, dari
343 kabupaten/kota di Indonesia penderita gizi buruk sebanyak 169
kabupaten/kota tergolong prevalensi sangat tinggi dan 257 kabupaten/kotalainnya
prevalensi tinggi. Dari data Depkes juga terungkap masalah gizi di
Indonesia ternyata lebih serius dari yang dibayangkan selama ini.
Sesuai dengan pendapat Sedyaningsih (2012) yang mengatakan bahwa:
Saat ini Indonesia berada di peringkat kelima Negara dengan kekurangan gizi
sedunia dengan jumlah penduduk Indonesia yang berada di urutan empat terbesar
dunia. Jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu
jiwa. Jumlah tersebut merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23
juta jiwa. Daerah yang kekurangan gizi tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya
daerah bagian timur Indonesia.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis berupaya untuk
memberikan sumbangan pemikiran berupa penjelasan mengenai sebab-sebab
terjadinya marasmus, gejala yang dialami, dan upaya pencegahannya demi
mewujudkan Indonesia bebas dari marasmus.
1.1.2 GagasanKreatif
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik
apabila ada kerjasama dari semua pihak. Bukan hanya dari dokter maupun tenaga
medis, namun juga pihak orang tua, masyarakat, serta pemerintah.
Pertama, dari pihak orang tua misalnya dengan pemberian air susu ibu
(ASI) yang diberikan sampai umur 2 tahun karena ASI merupakan makanan yang
paling baik untuk bayi. Kedua, dari pihak masyarakat misalnya dengan
3
meningkatkan kebersihan lingkungan maupun individu. Ketiga, pemerintah
seharusnya berupaya menghimbau masyarakat luas untuk mengikuti
KeluargaBerencana (KB), pemberian imunisasi gratis, pemantauan yang teratur
bagi para balita yang kurang gizi, serta melakukan program penyuluhan kepada
masyarakat tentang pentingnya makanan yang bergizi bagi bayi dan balita.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Apa penyebab terjadinya penyakit marasmus?
2. Apa saja gejala yang timbul dari penyakit marasmus?
3. Bagaimana upaya pencegahan dan pengobatan agar penyakit marasmus di
Indonesia dapat ditanggulangi?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan ini adalah:
1. Memberikan penjelasan penyebab terjadinya penyakit marasmus.
2. Memberikan penjelasan mengenai gejala klinis yang timbul dari penyakit
marasmus.
3. Memberikan sumbangan pemikiran apa saja upaya pencegahan dan
pengobatan agar penyakit marasmus di Indonesia dapat ditanggulangi.
1.4 Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan marasmus dan dijadikan sebagai bahan
referensi perkuliahan.
2. Bagi pemerintah
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi agar pemerintah
tanggap dalam pemberantasan masalah marasmus yang sedang
mengancam masyarakat Indonesia.
3. Bagi masyarakat
4
Penulisan ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan
informasi bagi para keluarga di Indonesia untuk selalu sadar gizi (Kadarzi)
agar tidak ada lagi kematian bayi dan balita akibat gizi yang buruk.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.1.1 Pengertian Marasmus
Marasmus, sebuah istilah yang berasal dari bahasa yunani yang berarti
kurus kering. Sudah sejak lama marasmus digunakan sebagai istilah dalam ilmu
kedokteran untuk menggambarkan seorang anak yang berat badannya sangat
kurang dari berat badan seharusnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1992) klasifikasi
internasional terhadap istilah masalah gizi atau ‘salah gizi’ (malnutrition),
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan gizi (undernutrition), ada tiga
tingkatan yang dipakai, yaitu ringan (mild), sedang (moderate), dan berat (severe).
Penentuan tingkat kekurangan gizi dapat menggunakan perbandingan berat badan
anak terhadap berat badan normal berdasarkan tinggi badan/berat badan atau juga
berat badan terhadap usia anak.
Kekurangan gizi tingkat berat dibedakan menjadi 3, yaitu tipe marasmus,
kwarshiorkor, dan marasmik-kwarshiorkor. Hal umum yang membedakan
ketiganya adalah berat badan dan oedema. Penderita marasmus memiliki berat
badan <60% berat badan normal berdasarkan tinggi badan dan tidak ditemukan
adanya oedema. Pada penderita kwarshiorkor ditemukan adanya oedema namun
berat badan ≥60% berat badan normal berdasarkan tinggi badan. Sedangkan
marasmik-kwarshiorkor merupakan gabungan keduanya, yakni berat badan <60%
berat badan normal berdasarkan tinggi badan dan ditemukan adanya oedema.
5
2.1.2 Gejala Marasmus
- Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua
- Kulit kering dan keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai
tidak ada (pakai celana longgar)
- Rambut tipis, jarang, kering, tanpa kilap normal, dan mudah dicabut tanpa
menyisakan rasa sakit
- Cengeng, rewel, mudah marah
- Terlihat apatis, meskipun biasanya masih tetap sadar, dan menampakkan
gurat kecemasan
- Perut cekung
- Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) dan diare
- Nafsu makan berkurang
- Detak jantung, tekanan darah, dan suhu tubh rendah
2.2 Penyebab Marasmus
Berdasarkan Publikasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations, Juli
1996, How Nutrition Improves), penyebab gizi buruk (termasuk marasmus di
dalamnya) dapat ditinjau dari beberapa tingkatan, yaitu penyebab langsung,
penyebab tidak langsung, dan akar masalahnya.
Penyebab langsung, merupakan faktor yang berhubungan langsung dengan
kejadian gizi buruk, yakni konsumsi makanan (asupan gizi) yang tidak
adekuat dan penyakit yang diderita anak. Kurangnya asupan nutrisi anak
menyebabkan anak rawan terhadap berbagai macam penyakit. Jika hal ini
terjadi terus menerus dan tidak ada upaya pengobatan dan peningkatan
1. Kwarshiorkor. 2. Marasmus.
6
asupan nutrisi, penyakit ini dapat menggorogoti tubuh anak dan anak akan
semakin kurus dan kemungkinan anak menderita marasmus semakin besar.
Penyebab tidak langsung, merupakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penyebab langsung. Seperti akses mendapatkan pangan
yang kurang, perawatan dan pola asuh anak, pelayanan kesehatan, serta
lingkungan buruk yang tidak mendukung kesehatan anak. Orangtua,
keluarga, lingkungan serta pemerintah harus memiliki sinergi yang kuat
untuk mewujudkan daerah bebas dari berbagai macam penyakit, termasuk
marasmus. Jika salah satu faktor saja tidak terpenuhi, maka faktor lainnya
juga akan terganggu. Terganggunya faktor lain ini menjadi celah yang
potensial untuk akses masuknya berbagai macam penyakit, termasuk
marasmus.
Akar masalah, terdiri dari dua hal, yakni faktor sumber daya potensial dan
sumber daya manusia. Pengelolaan sumber daya potensial erat kaitannya
dengan poitik dan ideologi, suprastruktur dan struktur ekonomi suatu
negara. Dengan demikian umumnya daerah dengan tingkat kerawanan
yang tinggi terhadap marasmus umumnya adalah daerah yang masih dalam
taraf berkembang, daerah tertinggal dan daerah terpencil. Sedangkan
faktor sumber daya manusia erat kaitannya dengan pendidikan.
Pengetahuan keluarga tentang asupan nutrisi bagi buah hati mereka
sangatlah penting. Semakin rendah tingkat pengetahuan orangtua terhadap
asupan nutrisi bagi sang buah hati, semakin tinggi resiko buah hati terkena
marasmus. Begitu pun sebaliknya, semakin tinggi tingkat pengetahuan
orangtua terhadap asupan nutrisi bagi buah hati, semakin rendah resiko
buah hati terkena marasmus.
2.3 Pencegahan Marasmus
Ditinjau dari faktor penyebab penyakit marasmus, maka upaya pencegahan
yang dapat dilakukan adalah:
Penyediaan asupan makanan yang cukup
7
Para orang tua senantiasa menyediakan makanan yang baik dan sehat
dimana mengandung:
- Protein, diperlukan untuk pertumbuhan, perbaikan, dan penggantian
jaringan tubuh.Produk hewan seperti daging, ikan, telur, keju dan
produk susu lainnya; amat banyakmengandung protein. Dari bahan
nabati, antara lain kacang-kacangan (kacang hijau,kedelai, dan
sebagainya).
- Hidrat-arang, untuk menambah energi, namun bila kelebihan akan
disimpan dalam tubuhsebagai lemak. Yang banyak mengandung Hidrat
arang adalah gula, beras, jagung, danumbi-umbian.
- Lemak, juga merupakan sumber energi dan menghasilkan kalori lebih
banyak dari makanan lainnya. Makanan yang banyak berlemak adalah
yang berasal dari kacang-kacangan
- Serat, adalah bahan yang tak dapat dicerna oleh sistem pencernaan.
Tidak mengandung giziatapun energi, hanya berguna untuk kelancaran
kegiatan pencernaan.
- Vitamin, adalah bahan kimia kompleks yang diperlukan tubuh dalam
jumlah sedikit. Anak makannya normal tak punya kecenderungan
kekurangan vitamin.
- Mineral dan garam-garam, diperlukan dalam jumlah sedang. Termasuk
di dalamnya zat besi, potasium, kalsium, dan sodium (terdapat dalam
garam meja). Seorang anak akan terhindar dari kekurangan zat-zat ini
bila makanannya seimbang.
- ASI, bagi bayi yang masih dalam usia menyusui, pemberian air susu ibu
(ASI) juga sangat penting. Karena di dalam ASI terdapat zat-zat yang
baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi
Membentuk lingkungan yang baik, lingkungan yang baik tidak dapat lepas
dari upaya mewujudkan daerah yang bersih, sehat, dan bebas dari berbagai
macam penyakit termasuk marasmus. Lingkungan yang baik diantaranya
memiliki ciri:
- Udara yang masih bersih, budaya menanam tanaman harus senantiasa
dijaga walaupun hanya memiliki pekarangan yang sempit. Dewasa ini,
8
teknologi di bidang pertanian terus berkembang yang mengakibatkan
tanaman memiliki sifat adaptif yang baik sehingga dapat ditanam
dimana saja dan menggunakan berbagai macam media bukan hanya
saja tanah. Berbagai tanaman yang mampu tumbuh merambat di
dinding juga terus dikembangan diberbagai perkotaan. Alasan lahan
sempit bukan lagi menjadi alasan utama untuk tidak menanam tanaman
yang menhasilkan udara sejuk dan bersih
- Air yang cukup, Indonesia dengan tidak kurang dari 2/3 bagian
negaranya adalah perairan sangatlah cukup persediaan air untuk seluruh
masyarkatnya. Pembangunan berwawasan lingkungan harus senantiasa
ditegakkan agar daerah resapan air tidak terus berkurang dan bahkan
hilang. Berbagai macam teknologi penyulingan air juga terus
dikembangan untuk mengatasi daerah kering dari kekurangan air.
Bahkan untuk daerah pesisir saat ini juga sudah dikembangan
penyulingan air laut untuk dapat dimanfaatkan untuk air minum.
Dengan tercukupinya kebutuhan air, masyarakat juga akan lebih mudah
mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan kesehatan
- Sanitasi yang baik, urusan sanitasi biasanya sering diabaikan oleh
masyarakat, baik masyarakat perkotaan ataupun pedesaan. Limbah
rumah tangga yang dibuang begitu saja ke lingkungan tanpa diolah
terlebih dahulu akan menjadi sarang dari berbagai macam penyakit. Jika
sarang penyakit dibiarkan terus menerus, masyarakat di sekitar akan
mudah sekali terserang penyakit yang makin lama akan menggerogoti
tubuhnya. Oleh karena itu, pemerintah daerah terus menerus
menggalakan masyarakat berbudaya yang mampu mengelola
lingkungan dengan baik, termasuk mengelola sanitasi. Lingkungan
dengan sanitasi yang baik menjauhkan masyarakat sekitar dari berbagai
macam penyakit termasuk marasmus.
Mempersiapkan sumber daya manusia yang bermutu tinggi
Sumber daya manusia dari berbagai sektor harus mendapatkan pembinaan
dengan baik, antara lain dengan:
- Pengadaan tenaga gizi, dalam berbagai tingkat dan jenis merupakan
salah satu kegiatan yang sangat diperlukan untuk mengelola
9
pengembangan program-program perbaikan pangan dan gizi yang
dewasa ini sudah beraneka ragam dan berkembang jumlahnya. Tenaga
gizi yang bertugas di berbagai instansi rumah sakit dan Puskesmas
bertugas memberikan punyuluhan kepada para keluarga Indonesia
tentang asupan makanan yang baik dan seimbang. Hal ini dapat
dilakukan oleh tenaga gizi melalui berbagai cara mulai dari pengadaan
seminar sampai melayani konsultasi langsung dengan keluarga
Indonesia.
- Pembinaan pada keluarga, keluarga dan masyarakat mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai sektor (mulai dari aparat
pemerintahan hingga petugas kesehatan di lapangan) secara
terkoordinasi untuk mewujudkan lingkungan yang baik, sehat, dan
bebas dari berbagai macam penyakit termasuk marasmus
- Pembinaan pada balita, pemerintah Indonesia melalui dinas kesehatan
sudah sejak lama mengadakan program Posyandu secara rutin. Program
yang terus meluas keberadaannya ini secara tidak langsung akan
membentuk balita yang sehat, dimana setiap bulannya anak-anak di
bawah lima tahun (balita) ditimbang dan diperiksa kesehatannya serta
di saat-saat tertentu akan diberikan juga berbagai macam vaksin melalui
imunisasi yang bertujuan untuk menghindarkan balita dari beberapa
penyakit berbahaya. Petugas kesehatan di lapangan akan segera
memberikan saran dan nasehat kepada balita yang berat badannya
dianggap kurang. Bahkan jika terus memburuk, petugas akan
memberikan rujukan kepada balita untuk segera dibawa ke rumah sakit
terdekat. Dengan kegiatan ini diharapkan mutu kesehatan balita
Indonesia akan senantiasa terjaga dengan baik.
10
BAB III
METODE PENULISAN
Penulis menggunakan metode kajian pustaka metode yang menggunakan
sumber-sumber pustaka berupa materi-materi, informasi dari berupa buku,
artikel atau yang lainnya. Dalam metode ini penulis tidak menggunakan observasi
atau eksperimen. Jadi penulis hanya membutuhkan sumber-sumber yang berupa
data saja.
BAB IV
ANALISIS SINTESIS
Berdasarkan data statistik kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun 2005
dari 241,9 juta penduduk Indonesia 14,5 juta orang menderita gizi buruk.
Penderita gizi buruk pada umumnya anak-anak di bawah usia lima tahun (balita).
Indikasinya 2-4 dari 10 balita menderita gizi kurang.
Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai adalah tipe marasmus.
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein
(Suriadi,2001:196) Marasmus sering dijumpai pada usia 0-2 tahun. Keadaan yang
terlihat mencolok adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah lonjong,
berkeriput dan tampak lebih tua (old man face) dan anggota gerak terlihat seperti
kulit dengan tulang. Berat badan turun menjadi kurang dari 60%. Penyakit ini
sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk, lingkungan kurang
higiene dan krisis ekonomi.
Secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh ketidakcukupan asupan
makanan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh
ketersediaan pangan tingkat rumah tangga, ketersediaan pelayanan kesehatan,
11
pola asuh yang tidak memadai. Lebih lanjut masalah gizi disebabkan oleh
kemiskinan, pendidikan rendah, kesempatan kerja
Dampak jangka pendek terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi
apatis, mengalami gangguan bicara & gangguan perkembangan lain. Sedangkan
dampak jangka panjang nya adalah penurunan skor IQ, penurunan integrasi
sensori, gangguan pemusatan perhatian, penurunan rasa percaya diri dan
merosotnya prestasi akademik di sekolah.
Untuk penanggulangan marasmus dapat dilaksanakan dengan baik apabila
ada kerjasama dari semua pihak. Data Indonesia dan Negara lain menunjukkan
bahwa adanya hubungan timbal balik antara marasmus dan kemiskinan. Karena
kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah dari marasmus. Makin
kecil pendapatan penduduk makin besar presentasi anak menderita marasmus, dan
salah satu penanggulannya sebagai berikut.
Upaya bagi pemerintahan dan instansi terkait :
1. Membuka lapangan pekerjaan terutama di daerah-daerah terpencil
2. Meningkatkan hasil produksi pertanian, supaya persediaan bahan
makanan menjadi lebih banyak, yang sekaligus merupakan tambahan
penghasilan rakyat.
3. Penyediaan makanan formula yang mengandung tinggi protein dan
tinggi energi untuk anak-anak yang disiplin. Formula tersebut dapat
diberikan dalam program pemberian makanan suplementer maupun
dipasarkan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.
4. Subsidi harga bahan makanan. Interfensi demikian bertujuan untuk
membantu mereka yang sangat terbatas penghasilannya.
5. Pemberian makanan suplementer. Dalam hal ini makanan diberikan
secara cuma-cuma atau dijual dengan harga minim.
6. Pendidikan gizi. Tujuan pendidikan gizi ialah untuk mengajar rakyat
mengubah kebiasaan mereka dalam menanam bahan makanan dan
12
cara menghidangkan makanan supaya mereka dan anak-anaknya
mendapat makanan yang lebih baik mutunya.
Upaya bagi keluarga :
Masalah yang kedua adalah unsur pendidikan perempuan. Anak yang
diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan,
mengerti soal pentingnya ASI,mengikuti program keluarga berencana,manfaat
posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih
sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak.
Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau
pengasuh yang juga miskin dan tidak berpendidikan. Interaksi antara ibu dengan
anak berhubungan positif dengan keadaan gizi anak. Anak yang mendapatkan
perhatian lebih baik secara fisik maupun emosional misalnya selalu mendapatkan
senyuman, mendapat respon ketika berceloteh dan mendapatkan makanan yang
seimbang, maka keadaan gizinya lebih baik dibandingkan dengan teman
sebayanya yang kurang mendapat perhatian orang tua.
Upaya bagi masyarakat sekitar :
Masalah ketiga adalah kurang hygiene nya lingkungan di sekitar
masyarakat karena masalah ini sangat berhubungan dengan kesehatan masyarakat
sekitar, dimana terdapat lingkungan yang bersih maka terciptalah masyarakat
yang sehat salah satunya dengan cara :
1. Memperbaiki hygiene lingkungan dengan menyediakan air minum,
tempat membuang air besar (WC)
2. Mendidik rakyat untuk membuang air besar di tempat-tempat tertentu
atau di tempat yang sudah disediakan, membersihkan badan pada
waktu-waktu tertentu, memasak air minum, memakai sepatu atau sandal
untuk menghindarkan investasi cacing dan parasit lain, membersihkan
rumah serta isinya dan memasang jendela-jendela untuk mendapatkan
hawa segar.
13
3. Menanam pohon-pohonan di area-area tertentu agar tercipta sirkulasi
udara yang kondusif
Posyandu dan puskesmas sebagai ujung tombak dalam melakukan
skrining / deteksi dini dan pelayanan pertama menjadi vital dalam
pencegahan kasus gizi buruk saat ini. Penggunaan kartu menuju sehat dan
pemberian makanan tambahan di posyandu perlu digalakkan lagi.
Tindakan cepat pada balita yang 2x berturut-turut tidak naik timbangan
berat badan untuk segera mendapat akses pelayanan dan edukasi lebih
lanjut, dapat menjadi sarana deteksi dan intervensi yang efektif. Termasuk
juga peningkatan cakupan imunisasi untuk menghindari penyakit yang
dapat dicegah
Dengan upaya-upaya demikian diharapkan masyarakat Indonesia
dapat terbebas dari gizi buruk khususnya marasmus. Demi terciptanya
penerus bangsa yang cerdas dan berdedikasi tinggi. Sehingga terbentuklah
Negara Indonesia yang makmur dan sejahtera.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari Pembahasan dalam karya ilmiah ini, kesimpulan penulis adalah sebagai
berikut:
Marasmus merupakan akibat dari interaksi antara berbagai faktor,tetapi
yang paling utama adalah akibat kurangnya kalori protein karena
konsumsi makanan (asupan gizi) yang kurang memadai baik kuantitas
maupun kualitas dan penyakit yang diderita anak.
14
Marasmus memiliki gejala- gejala, seperti :
- Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua
- Kulit kering dan keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit
sampai tidak ada (pakai celana longgar)
- Rambut tipis, jarang, kering, tanpa kilap normal, dan mudah dicabut
tanpa menyisakan rasa sakit
- Cengeng, rewel, mudah marah
- Terlihat apatis, meskipun biasanya masih tetap sadar, dan
menampakkan gurat kecemasan
- Perut cekung
- Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) dan diare
- Nafsu makan berkurang
- Detak jantung, tekanan darah, dan suhu tubuh rendah
Marasmus dapat di cegah dan diobati dengan cara :
- Memberikan asupan nutrisi yang cukup secara kualitas maupun
kuantitas, terutama yang mengandung protein dan energi yang tinggi.
- Menciptakan lingkungan yang baik dan mendukung , meliputi pelayanan
kesehatan, ketersediaan bahan pangan yang cukup, memperbaiki
infrastruktur pemasaran, subsidi harga bahan makanan, serta
menciptakan lingkungan yang sehat.
- Mempersiapkan sumber daya manusia yang bermutu tinggi seperti
penyuluhan pada masyarakat tentang gizi serta peningkatan tenaga gizi
di setiap daerah.
5.2 Saran
Melihat banyaknya kasus marasmus di Indonesia, disarankan untuk
mengadakan pelayanan gizi di setiap daerah dan mengadakan pemberian makanan
tambahan pemulihan secara gratis sampai kelompok sasaran dinyatakan berstatus
gizi baik sesuai dengan aturan kesehatan. Selain itu juga perlu adanya monitoring
15
dan evalusi secara rutin ,serta perlu adanya perbaikan infrastruktur pemasaran dan
pemerataan pendapatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, Irianto dan Priharsiwi, Endah. 2006. Busung Lapar (Potret Buram
Anak Indonesia di Era Otonomi Daerah). Yogyakarta: Media Presindo
Brown AK. 1973. Jaundice in Neonatology. Behrman RCV. (ed). Mosby
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat. 1998. Pedoman Tata
Laksana Kekurangan Energi Protein pada Anak di Rumah Sakit
Kabupaten/Kodya. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Moninja HE. 1979. Marasmus-kwashiorkor. Jakarta ; Yayasan Sumber Daya
Masyarakat
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka
sarwono Prwirohardjo
Republika.Gizi Buruk, Aib Negara Berkembang.2009. (online)
(http://www.scribd.com/doc/61837243/Gizi-Buruk diakses 12 Agustus 2012)
Satriya Kelana . 2009. Malnutrisi di Indonesia. (online)
(http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1954908-malnutrisi-di-indonesia/
diakses 12 Agustus 2012)
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
1985. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Info Medika
Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara
Tim MGMP Kabupaten Tulungagung. 2011. LKS Pendidikan Lingkungan Hidup
Kelas 12. Tulungagung: UPT Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung.
16
Tempo.18 Januari 2012. RI Negara di Urutan ke 5 yang Warganya Kurang Gizi.
(online) (http://www.tempo.co/read/news/2012/01/18/173378104/RI-Negara-di-
Urutan-ke-5-yang-Warganya-Kurang-Gizi/ diakses 14 agustus 2012)
Indah Puspita, Mujahidin Wirawan ,dkk. 2009. Kurang Energi dan Protein. (online)
(http://www.scribd.com/doc/90720227/Pengertian-KEP. diakses 14 Agustus
2012)
Nikmatul Azizah .2009.Konsep Marasmus. (online)
(http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/01/konsep-marasmus/ diakses 14
Agustus 2012)