lapsus marasmus

82
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi buruk Adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Menurut Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita gizi kurang), 3,5 juta Anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3 %). WHO (1999) mengelompokkan wilayah berdasarkan prevalensi gizi kurang dalam 4 kelompok yaitu: Rendah (di bawah 10%), sedang (10-19%), tinggi (20-29%), sangat tinggi (30%). 4,5 Gizi buruk masih merupakan masalah di Indonesia, walaupun Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk menanggulanginya. Data Dusenas menunjukkan bahwa jumlah balita yang BB/U < -3 SD Z-score WHO-NCHS sejak tahun 1989 meningkatkan dari 6,3% menjadi 7,2% tahun 1992 dan mencapai puncaknya 11,6% pada tahun 1995. Upaya Pemerintah antara lain melalui pemberian makanan tambahan dalam jaringan pengamansosial (JPS) dan peningkatan pelayanan gizi 1

Upload: donald-haynes

Post on 09-Nov-2015

81 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

marasmus

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1.Latar BelakangGizi buruk Adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Menurut Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita gizi kurang), 3,5 juta Anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3 %). WHO (1999) mengelompokkan wilayah berdasarkan prevalensi gizi kurang dalam 4 kelompok yaitu: Rendah (di bawah 10%), sedang (10-19%), tinggi (20-29%), sangat tinggi (30%).4,5 Gizi buruk masih merupakan masalah di Indonesia, walaupun Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk menanggulanginya. Data Dusenas menunjukkan bahwa jumlah balita yang BB/U < -3 SD Z-score WHO-NCHS sejak tahun 1989 meningkatkan dari 6,3% menjadi 7,2% tahun 1992 dan mencapai puncaknya 11,6% pada tahun 1995. Upaya Pemerintah antara lain melalui pemberian makanan tambahan dalam jaringan pengamansosial (JPS) dan peningkatan pelayanan gizi melalui pelatihan-pelatihan tatalaksana gizi buruk kepada tenaga kesehatan, berhasil menurunkan angka gizi buruk menjadi 10,1% padatahun 1998, 8,1% pada tahun 1999, dan 6,3% tahun 2001. Namun pada tahun 2002 terjadi peningkatan kembali 7% dan pada tahun 2003 menjadi 8,15%.4,7Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan Laporan Survei Departemen Kesehatan-Unicef tahun 2005, dari 343 kabupaten/kota di Indonesia penderita gizi buruk sebanyak 169 kabupaten/kota tergolong prevalensi sangat tinggi dan 257 kabupaten/kota lainnya prevalensi tinggi. Dari data Depkes juga terungkap masalah gizi di Indonesia ternyata lebih serius dari yang kita bayangkan selama ini. Gizi buruk atau anemia gizi tidak hanya diderita anak balita,tetapi semua kelompok umur.Perempuan adalah yang paling rentan, disamping anak-anak. Sekitar 4 juta ibu hamil, setengahnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya kekurangan energi kronis (KEK). Dalam kondisi itu, rata-rata setiap tahun lahir 350.000 bayilahir dengan kekurangan berat badan (berat badan rendah).4

1.2.TujuanLaporan ini bertujuan untuk :1. Menganalisis penyakit penyerta pada kasus marasmus2. Menganalisis ketepatan diagnosis yang ditegakkan pada kasus.3. Menganalisis ketepatan penatalaksanaan pada kasus.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. DefinisiMarasmus adalah Bentuk malnutrisi energi protein yang terutama disebabkan kekurangan kalori berat dalam jangka waktu lama, terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan, yang ditandai dengan retardasi pertumbuhan dan pengurangan lemak bawah kulit dan otot secara progresif tetapi biasanya masih ada nafsu makan dan kesadaran mental.4Malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup, informasi teknik pemberian makan yang tidak cukup atau higiene jelek. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. 8 2.2. Etiologi dan Faktor RisikoGizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara garis besar penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang kurang dan anak sering sakit atau terkena infeksi. Selain itu gizi buruk dipengaruhi oleh faktor lain seperti sosial ekonomi, kepadatan penduduk, kemiskinan dan lain-lain.4,52.2.1 Faktor Utama penyebab gizi buruk pada anak2A. Peranan DietAnak sering tidak cukup mendapatkan makanan bergizi seimbang terutama dalam segi protein dan karbohidratnya. Diet yang mengandung cukup energi tetapi kurang protein akan menyebabkan anak menjadi penderita kwasiokhor, sedangkan diet kurang energi walaupin zat gizi esensialnya seimbang akan menyebabkan anak menjadi penderita marasmus. Pola makan yang salah seperti pemberian makanan yang tidak sesuai dengan usia akan menimbulakan masalah gizi pada anak. Contohnya anak usia tertentu sudah diberikan makanan yang seharusnya belum dianjurkan untuk seusianya, sebaliknya anak telah melewati usia tertentu tetapi diberikan makanan yang seharusnya sudah tidak diberikan lagi pada usianya. Selain itu mitos atau kepercayaan dimasyarakat atau keluarga dalam pemberian makanan seperti berpantang makanan tertentu akan memberikan andil terjadinya gizi buruk pada anak. Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yagn saling terkait. Secara garis besar penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang kurang dan anak sering sakit atau terkena infeksi. Selain itu gizi buruk dipengaruhi oleh faktor lain seperti sosial ekonomi, kepadatan penduduk, kemiskinan dan lain-lain.4,5

B. Peranan penyakit atau infeksiPenyakit atau infeksi menjadi penyebab terbesar kedua setelah asupan makanan yang tidak seimbang. Telah lama diketahui adanya hubungan yang erat antara malnutrisi dan penyakit infeksi terutama dinegara tertinggal walaupun di negara berkembang seperti indonesia, dimana kesdaran akan kebersihan diri (persolan hygiene) masih kurang dan adanya penyakit infeksi kronik seperti Tuberkulosis dan cacingan pada anak-anak. Kaitan antara infeksi dan kurang gizi sangat sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan menyebabkan anak menjadi kurang gizi yang pada akhirnya memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan tubuh sehingga mempermudah terjadinya infeksi pada anak.

2.2.2 Faktor l ain penyebab gizi buruk pada anak4,5A.Peranan Sosial EkonomiTidak tersedianya makanan yang adekuat terkait lansung dengan masalah sosial ekonomi, dan kemiskinan. Data di Indonesia dan negara lain menujukkan adanya hubungan timbal balik antara kurang gizi dengan masalah-masalah sosial yang terjadi dimasyarakat terutama masalah kemiskinan yang pada akhirnya mempengaruhi ketersediaan makanan serta keragaman makanan yang dikonsumsi. Banyak masyarakat yang masih menganut sistem bahwa orang tua harus lebih mendapatkan porsi makanan yang lebih banyak dan lebih bergizi daripada anak-anaknya karena mereka harus bekerja keras untuk menhidupi keluargnnya sedangkan anaknya hanyabermain dirumah sehingga tidak perlu mendapat asupan yang bergizi. Selain ituadanya faktor-faktor lain seperti poligami, seorang suami dengan banyak istri dananak membuat pendapatan suami tersebut tidak dapat mencukupi makan istri-istri dananak-anaknya, serta tingginya tingkat perceraian, dimana sebelumnya suami dan istribersama-sama mencari nafkah untuk menghidupi anak-anaknya, kini hanya tinggalistri yang menghidupi anaknya sebagai orang tua tunggal (single parrent).B.Peranan kepadatan pendudukDalam kongresnya di Roma pada tahun 1974, World Food Organization memaparkan bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan bertambahnya persediaan pangan maupun bahan makanan setempat yang memadaimerupakan sebab utama krisis pangan. Marasmus dapat terjadi jika suatu daerahterlalu padat penduduknya dengan keadaan higiene yang buruk, contohnya dikota-kota besar yang laju pertambahan penduduknya sangat besar akibat arus urbanisasi dan tingginya angka kelahiran menyebabkan kepadatan penduduk yang semakinmeningkat. Pada akhirnya ketersediaan makanan yang ada tidak akan mencukupi lagiuntuk memenuhi kebutuhan makanan masyarakat di daerah tersebut.

2.3. PatofisiologiMalnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor diet (makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan. Marasmus adalah compensated malnutrition atau sebuah mekanisme adaptasi tubuh terhadap kekurangan energi dalam waktu yang lama. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, tetapi kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama kurangnya intake makanan, jaringan lemak akan dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Setelah lemak tidak dapat mencukupi kebutuhan energi, maka otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan. Pada akhirnya setelah semua tidak dapat memenuhi kebutuhan akan energi lagi, protein akan dipecah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal tubuh. Proses ini berjalan menahun, dan merupakan respon adaptasi terhadap ketidak cukupan asupan energi dan protein.1

2.4. KlasifikasiKlasifikasi menurut Wellcome pada MEP berat dapat digunakan sampai usia lebih dari 20 tahun. Klasifikasi menurut Wellcome ini sangat sederhana karena hanya melihat %BB/U dan ada atau tidaknya edema. Terdapat kategori kurang gizi ini meliputi anak dengan PEM sedang atau yang mendekati PEM berat tapi tanpa edema, pada keadaan ini % BB/U berada diatas 60%.4

Tabel 1. Penentuan status gizi anakKlinisAntropometri

Gizi BurukTampak sangat kurusEdema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh< -3 SD

Gizi KurangTampak kurus-3 SD - < - 2 SD

Gici BaikTampak sehat-2 SD 2 SD

Gizi LebihTampak gemuk>2 SD

Tabel 2. Klasifikasi MEP berat menurut Wellcome Trust4BB % dari BakuEdema (+)Edema (-)

> 60%Gizi kurangKwasiokhor

120 %: disebut gizi lebih 80 120 % : disebut gizi baik 60 80 % : tanpa edema; gizi kurang dengan edema; gizi buruk (kwashiorkor) < 60% : gizi buruk : tanpa edema (marasmus) dengan edema marasmus kwashiorkor)

Tinggi badan pasien harus diukur pada tiap kunjungan . Pengukuran berat badan akanmemberikan informasi yang bermakna kepada dokter tentang status nutrisi dan pertumbuhanmfisis anak. Seperti pada pengukuran berat badan, untuk pengukuran tinggi badan jugadiperlukan informasi umur yang tepat, jenis kelamin dan baku yang diacu yaitu CDC 2000.4Interpretasi dari dari TB/U dibandingkan standar baku berupa:490 110 % : baik/normal70 89 % : tinggi kurang< 70 % : tinggi sangat kurang

2.6. Gejala KlinisPada kasus malnutrisi yang berat, gejala klinis terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu kwashiokor dan marasmus. Pada kenyataannya jarang sekali ditemukan suatu kasus yanghanya menggambarkan salah satu dari bagian tertentu saja. Sering kali pada kebanyakan anak-anak penderita gizi buruk, yang ditemukan merupakan perpaduan gejala dan tanda dari kedua bentuk malnutrisi berat tersebut. Marasmus lebih sering ditemukan pada anak-anak dibawah usia satu tahun, sedangkan insiden pada anak-anak dengan kwashiokor terjadi pada usia satu hingga enam tahun. Pada beberapa negara seperti di Asia dan Afrika, marasmus juga didapatkan pada anak yang lebih dewasa dari usia satu tahun (toddlers), sedangkan diChili, marasmus terjadi pada bulan pertama kehidupan anak tersebutnya.1,2Gejala pertama dari malnutrisi tipe marasmus adalah kegagalan tumbuh kembang. Pada kasus yang lebih berat, pertumbuhan bahkan dapat terhenti sama sekali. Selain itu didapatkan penurunan aktifitas fisik dan keterlambatan perkembangan psikomotorik. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, akan ditemukan suara tangisan anak yang monoton, lemah, dan tanpa air mata, lemak subkutan menghilang dan lemak pada telapak kaki juga menghilang sehingga memberikan kesan tapak kaki seperti orang dewasa. Kulit anak menjadi tipis dan halus, mudah terjadi luka tergantung adanya defisiensi nutrisi lain yang ikut menyertai keadaan marasmus. Kaki dan tangan menjadi kurus karena otot-otot lengan serta tungkai mengalami atrofi disertai lemak subkutan yang turut menghilang. Pada pemeriksaan protein serum, ditemukan hasil yang normal atau sedikit meningkat. Selain itu keadaan yang terlihat mencolok adalah hilangnya lemak subkutan pada wajah. Akibatnya ialah wajah anak menjadi lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face). Tulang rusuk tampak lebih jelas. Dinding perut hipotonus dan kulitnya longgar. Berat badan turun menjadi kurang dari 60% berat badan menurut usianya. Suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang. Cengeng dan rewel serta lebih sering disertai diare kronik atau konstipasi, serta penyakit kronik. Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan menjadi berkurang.2,3Pada kasus malnutrisi kwashiokor marasmik ditemukan perpaduan gejala antara kwashiokor dan marasmus. Keadaan ini ditemukan pada anak-anak yang makanan sehari-harinya tidak mendapatkan cukup protein dan energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada anak-anak penderita kasus ini disamping terjadi penurunan berat badan dibawah 60% berat badan normal seusianya, juga memperlihatkan tanda-tanda kwashiokor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit, dan kelainan biokimiawi. Kelainan rambut pada kwashiokor adalah rambut menjadi lebih mudah dicabut tanpa reaksi sakit dari penderita, warna rambutmenjadi lebih merah, ataupun kelabu hingga putih. Kelainan kulit yang khas pada penyakitini ialah crazy pavement dermatosis, yaitu kulit menjadi tampak bercak menyerupai petechiae yang lambat laun menjadi hitam dan mengelupas di tengahnya, menjadikan daerah sekitarnya kemerahan dan dikelilingi batas-batas yang masih hitam. Adanya pembesaran hati dan juga anemia ringan dikarenakan kekurangan berbagai faktor yang turut mengiringi kekurangan protein, seperti zat besi, asam folat, vitamin B12, vitamin C, dan tembaga. Selain itu juga ditemukan kelainan biokimiawi seperti albumin serum yang menurun, globulin serum yang menurun, dan kadar kolesterol yang rendah.2,4

2.7.DiagnosisDiagnosis marasmus dibuat berdasarkan gambaran klinis, tetapi untuk mengetahui penyebab harus dilakukan anamnesis makanan dan kebiasaan makan anak serta riwayat penyakit yang lalu. Pada awalnya, terjadi kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang. Lemak pada daerah pipih adalah bagian terakhir yang hilang sehingga untuk beberapa waktu muka bayi tampak relatif normal sampai nantinya menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung atau datar dan gambaran usus dapat dengan mudah dilihat. Terjadi atrofi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya subnormal, nadi mungkin lambat, dan angka metabolisme basal cenderung menurun. Mula-mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian menjadi lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul diare dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus dan sedikit.3,4Ciri dari marasmus antara lain:3,4- Penampilan wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus- Perubahan mental- Kulit kering, dingin dan kendur - Rambut kering, tipis dan mudah rontok - Lemak subkutan menghilang sehingga turgor kulit berkurang - Otot atrofi sehingga tulang terlihat jelas- Sering diare atau konstipas- Kadang terdapat bradikardi- Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak sehat yang sebaya- Kadang frekuensi pernafasan menurun

Selain itu marasmus harus dapat dibedakan dengan kasus malnutrisi lainnya yaitu kwashiokor agar tidak terjadi kesalahan dalam penegakkan diagnosa yang dapat berpengaruh pada tindak lanjut kasus ini. Kwashiorkor merupakan sindroma klinis akibat dari malnutrisi protein berat (MEP berat) dengan masukan kalori yang cukup. Bentuk malnutrisi yang paling serius dan paling menonjol di dunia saat ini terutama yang berada di daerah industri belum berkembang. Kwashiorkor berarti anak tersingkirkan, yaitu anak yang tidak lagi menghisap, gejalanya dapat menjadi jelas sejak masa bayi awal sampai sekitar usia 5 tahun, biasanya sesudah menyapih dari ASI. Walaupun penambahan tinggi dan berat badan dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan berat badan anak normal.3Ciri dari Kwashiorkor menurut antara lain:3,4- Perubahan mental sampai apatis- Sering dijumpai Edema- Atrofi otot- Gangguan sistem gastrointestinal- Perubahan rambut dan kulit- Pembesaran hati- Anemia

2.8. PencegahanTindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila penyebabnya diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi. Beberapa diantaranya ialah:4,71 Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi.2 Ditambah dengan pemberian makanan tambahan bergizi dan berprotein serta energi tinggi pada anak sejak umur 6 bulan ke atas.3 Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan.4 Pemberian imunisasi.5 Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.6 Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang.7 Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.8 Meningkatkan hasil produksi pertanian agar persediaan makan mencukupi.9 Memperbaiki infrastruktur pemasaran dan mensubsidi harga bahan makanan.10 Melakukan program transmigrasi ke daerah lain agar terjadi pemerataan penduduk.

2.9. PenatalaksanaanTujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik, sedangkan penderita yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit. Penatalaksanaan penderita yang dirawat di RS dibagidalam beberapa tahap.1,7Tahap awal yaitu 24-48 jam per-tama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena. Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-mula diberikan 60ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.1,2Tahap kedua yaitu penyesuaian. Sebagian besar penderita tidak memerlukan koreksi cairan dan elektrolit, sehingga dapat langsung dimulai dengan penyesuaian terhadap pemberian makanan. Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/kg BB/hari atau rata-rata 50 kalori/kg BB/hari, dengan protein 1-1,5 g/kg BB/hari.Jumlah ini dinaikkan secara berangsur-angsur tiap 1-2 hari sehingga mencapai 150-175kalori/kg BB/hari dengan protein 3-5 g/kg BB/hari. Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet tinggi kalori tinggi protein ini lebih kurang 7-10 hari. Cairan diberikan sebanyak 150ml/kg BB/hari.2,4Pemberian vitamin dan mineral yaitu vitamin A diberikan sebanyak 200.000. i.u peroral atau 100.000 i.u im pada hari pertama kemudian pada hari ke dua diberikan 200.000i.u. oral. Vitamin A diberikan tanpa melihat ada/tidaknya gejala defisiensi Vitamin A untuk mencegah terjadinya xeroftalmia karena pada kasus ini kadar vitamin A serum sangat rendah. Mineral yang perlu ditambahkan ialah K, sebanyak 1-2 Meq/kg BB/hari/IV atau dalam bentuk preparat oral 75-100 mg/kg BB/hari dan Mg, berupa MgS04 50% 0,25 ml/kgBB/hari atau magnesium oral 30 mg/kg BB/hari. Dapat diberikan 1 ml vitamin B (IC) dan 1 ml vit. C(IM), selanjutnya diberikan preparat oral atau dengan diet.2,4Jenis makanan yang memenuhi syarat untuk penderita malnutrisi berat ialah susu.Dalam pemilihan jenis makanan perlu diperhatikan berat badan penderita. Dianjurkan untuk memakai pedoman BB kurang dari 7 kg diberikan makanan untuk bayi dengan makanan utama ialah susu formula atau susu yang dimodifikasi, secara bertahap ditambahkan makanan lumat dan makanan lunak. Penderita dengan BB di atas 7 kg diberikan makanan untuk anak di atas 1 tahun, dalam bentuk makanan cair kemudian makanan lunak dan makanan padat.Antibiotik perlu diberikan, karena penderita marasmus sering disertai infeksi. Pilihan obat yang dipakai ialah procain penicillin atau gabungan penicilin dan streptomycin.1,7

Tabel 1. Sepuluh langkah tatalaksana gizi buruk 1,7NoTindakan PelayananFase StabilisasiH1-2 H3-7Fase RehabilitasiMinggu ke 3-6Fase Tindak LanjutMinggu ke 7-26

1Mencegah dan mengatasi Hipoglikemi

2Mencegah dan Mengatasi Hipoglikemi

3Mencegah dan Mengatasi Dehidrasi

4Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrokit

5Mengobati Infeksi

6Memperbaiki zat gizi mikroTanpa FeDengan Fe

7Memmberikan makanan untuk stabilisasi dan transisi

8Memberikan makanan untuk tumbuh kejar

9Memberikan stimulasi tumbuh kembang

10Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah

*) Pada fase tindak lanjut dapat dilakukan di rumah, dimana anak secara berkala (1minggu/kali) berobat jalan ke Puskesmas atau Rumah Sakit.Pada pasien dengan gizi buruk dibagi dalam 4 fase yang harus dilalui yaitu fasestabilisasi (Hari 1-7), fase transisi (Hari 8 14), fase rehabilitasi (Minggu ke 3 6), fase tindak lanjut (Minggu ke 7 26) seperti tampak pada tabel diatas.1,7

2.10.KomplikasiKeadaan malnutrisi marasmus dapat menyebabkan anak mendapatkan penyakit penyerta yang terkadang tidak ringan apabila penatalaksanaan marasmus tidak segera dilakukan. Beberapa keadaan tersebut ialah:4,61 Noma Noma merupakan penyakit yang kadang-kadang menyertai malnutrisi tipe marasmus-kwashiokor. Noma atau stomatitis gangraenosa merupakan pembusukan mukosa mulut yang bersifat progresif sehingga dapat menembus pipi. Noma terjadi pada malnutrisi berat karena adanya penurunan daya tahan tubuh. Penyakit ini mempunyai bau yang khas dan tercium dari jarak beberapa meter. Noma dapat sembuh tetapi menimbulkan bekas luka yang tidak dapat hilang seperti lenyapnya hidung atau tidak dapat menutupnya mata karena proses fibrosis.2 Xeroftalmia Penyakit ini sering ditemukan pada malnutrisi yang berat terutama pada tipe marasmus-kwashiokor. Pada kasus malnutrisi ini vitamin A serum sangat rendah sehingga dapat menyebabkan kebutaan. Oleh sebab itu setiap anak dengan malnutrisi sebaiknya diberikan vitamin A baik secara parenteral maupun oral, ditambah dengan diet yang cukup mengandung vitamin A.

3 Tuberkulosis Pada anak dengan keadaan malnutrisi berat, akan terjadi penurunan kekebalan tubuh yang akan berdampak mudahnya terinfeksi kuman. Salah satunya adalah mudahnya anak dengan malnutrisi berat terinfeksi kuman mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit tuberkulosis.4 Sirosis hepatis. Sirosis hepatis terjadi karena timbulnya perlemakan dan penimbunan lemak pada saluran portal hingga seluruh parenkim hepar tertimbun lemak. Penimbunan lemak ini juga disertai adanya infeksi pada hepar seperti hepatitis yang menimbulkan penyakit sirosis hepatis pada anak dengan malnutrisi berat.5 Hipotermia merupakan komplikasi serius pada malnutrisi berat tipe marasmus. Hipotermia terjadi karena tubuh tidak menghasilkan energi yang akan diubah menjadi energi panas sesuai yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu lemak subkutan yang tipis bahkan menghilang akan menyebabkan suhu lingkungan sangat mempengaruhi suhu tubuh penderita.6 Hipoglikemia dapat terjadi pada hari-hari pertama perawatan anak dengan malnutrisi berat. Kadar gula darah yang sangat rendah ini sangat mempengaruhi tingkat kesadaran anak dengan malnutrisi berat sehingga dapat membahayakan penderitanya.7 Infeksi traktus urinarius merupakan infeksi yang sering terjadi pada anak bergantung kepada tingkat kekebalan tubuh anak. Anak dengan malnutrisi berat mempunyai daya tahan tubuh yang sangat menurun sehingga dapat mempermudah terjadinya infeksi tersebut.8 Penurunan kecerdasan pada anak dengan malnutrisi berat, akan terjadi penurunan perkembangan organ tubuhnya. Organ penting yang paling terkena pengaruh salah satunya ialah otak. Otak akan terhambat perkembangannya yang diakibatkan karena kurangnya asupan nutrisi untuk pembentukan sel-sel neuron otak. Keadaan ini akan berpengaruh pada kecerdasan seorang anak yang membuat fungsi afektif dan kognitif menurun, terutama dalam hal daya tangkap, analisa, dan memori.

2.11.PrognosisPrognosis pada penyakit ini buruk karena banyak menyebabkan kematian dari penderitanya akibat infeksi yang menyertai penyakit tersebut, tetapi prognosisnya dapat dikatakan baik apabila malnutrisi tipe marasmus ini ditangani secara cepat dan tepat. Kematian dapat dihindarkan apabila dehidrasi berat dan penyakit infeksi kronis lain seperti tuberkulosis atau hepatitis yang menyebabkan terjadinya sirosis hepatis dapat dihindari. Pada anak yang mendapatkan malnutrisi pada usia yang lebih muda, akan terjadi penurunan tingkat kecerdasan yang lebih besar dan irreversibel dibanding dengan anak yang mendapat keadaan malnutrisi pada usia yang lebih dewasa. Hal ini berbanding terbalik dengan psikomotor anak yang mendapat penanganan malnutrisi lebih cepat menurut umurnya, anak yang lebih muda saat mendapat perbaikan keadaan gizinya akan cenderung mendapatkan kesembuhan psikomotornya lebih sempurna dibandingkan dengan anak yang lebih tua, sekalipun telah mendapatkan penanganan yang sama. Hanya saja pertumbuhan dan perkembangan anak yang pernah mengalami kondisi marasmus ini cenderung lebih lambat, terutama terlihat jelas dalam hal pertumbuhan tinggi badan anak dan pertambahan berat anak, walaupun jika dilihat secara ratio berat dan tinggi anak berada dalam batas yang normal.1,4,7

BAB IIILAPORAN KASUS

3.1 AnamnesisI. Identitas Pasien Nama: Qorin Oktavela Umur: 1 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat: Jl.KH balki komplek permata hijau Blok B2 no.3 RT/039 RW/008 Agama: Islam Suku: Palembang MRS: 11 November 2014 No. Rekmed: 40.68.57

Ayah/Wali Nama: Ahmad Sauri Umur: 34 tahun Pekerjaan: Karyawan Swasta Pendidikan: SMA Agama: Islam Suku : Palembang Alamat: Lorong Ogan RT 014 / RW 003 1 ulu Kota Palembang

Ibu/Wali Nama: Rusda Ermely Umur: 38 tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SMA Agama : Islam Suku : Palembang Alamat : Lorong Ogan RT 014 / RW 003 1 ulu Kota Palembang

II. AnamnesisAlloanamnesis dengan nenek penderitaKeluhan UtamaBAB Cair sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Perjalanan PenyakitBAB cair sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, dalam satu hari frekuensi 5x dengan jumlah setiap kali BAB seperempat gelas belimbing 50cc, air lebih banyak daripada ampas, warna hitam (-), hijau (-), kuning (-), putih seperti dempul (-), berbau busuk (-), berbau anyir (-), lendir (-), darah (-). Ada demam tapi tidak terlalu tinggi dan tidak terus-menerus, muntah (-), sesak (-) , batuk (-), pilek (-), kejang (-), penurunan kesadaran (+), kencing seperti biasa dan tidak berkurang, lemah (+), lecet di dubur (-), anak masih merasa sangat haus (+).Sebelumnya OS sudah dirawat di Bangsal anak 5 hari yang lalu. Dengan gizi buruk, berat badan 3,6 kg, panjang badan 65 cm, lingkar lengan atas 7 cm. OS tidak mendapatkan asupan yang cukup sejak usia 4 bulan.

Riwayat Penyakit dahuluJantung( - )Hipertensi( - )

Ginjal( - )Alergi obat( - )

DM( - )Asma( - )

Campak ( - )Riwayat Penyakit KeluargaJantung( - )DM( - )

Paru( - )Hipertensi( - )

Hati( - )Alergi( - )

Ginjal( - )

Riwayat KelahiranLahir dari ibu G1P1A0, cukup bulan ( ? ), spontan langsung menangis ( ? ), ditolong (bidan), BBL ( ? ), PB ( ? ), riwayat anak lahir kebiruan ( ? ),riwayat ibu demam pada saat hamil ( ? ), riwayat PEB ( ? ), riwayat KPSW ( ? ) Riwayat Makanan0 - 3 bulan: Asi eksklusif, susu formula3 6 bulan: Susu formula6 9 bulan: Susu formula, Bubur susu9 12 bulan: Nasi tim, Makanan dewasa Ikan ( - )Daging ( - )Wortel/kentang ( - )Buah ( - )Kesan: intake tidak adekuat Tidak memenuhi AKG yang dianjurkan

Riwayat PerkembanganUsia 0 3 bulan: Mengangkat kepala setinggi 450 ( + ) Menggerakkan kepala dari kiri ke kanan( + ) Melihat dan menatap wajah anda ( + ) Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh ( + ) Suka tertawa keras ( + ) Bereaksi terkejut terhadap suara keras ( + ) Membalas tersenyum ketika diajak bicara ( + ) Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman dan pendengaran ( + )

Usia 3 6 bulan: Berbalik dan telungkup ke telentang ( + ) Mengangkat kepala setinggi 900 ( + ) Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil ( + ) Menggenggam pensil ( + ) Meraih benda yang ada dalam jangkauannya( + ) Memegang tangannya sendiri ( + ) Berusaha memperluas pandangan ( + ) Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil ( + ) Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi ( + )

Usia 6-9 bulan: Duduk ( + ) Belajar berdiri ( + ) Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang ( + ) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya ( + ) Memungut benda sebesar kacang dengan meraup ( + ) Berbicara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatata ( + ) Mencari mainan yang dijatuhkan ( + ) Bermain tepuk tangan ( + ) Bergembira dengan melempar benda ( + ) Makan kue sendiri ( + ) Takut kepada orang asing ( + ) Ikut berpartisipasi bermain tepuk tangan ( + )

Usia 9-12 bulan: Mengangkat posisi bdannya ke posisi berdiri ( - ) Belajar berdiri selama 30 detik ( - ) Dapat berjalan dengan dituntun ( - ) Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan ( - ) Menggenggam erat pensil ( - ) Memasukkan benda ke mulut ( - ) Mengulang menirukan bunyi yang didengar( - ) Menyebut 2-3 susku kata yang sama tanpa arti ( - ) Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu ingin menyentuh apa saja dan ingin memsukkan ke mulutnya ( - ) Bereaksi terhadap suara yang perlahan( + ) Berpartisipasi dalam permainan ( - ) Mengenal anggota keluarga ( - )Kesan : mengalami penurunan perkembangan

Riwayat Pertumbuhan0 bulan: BB: ?PB: ?1 bulan 11 bulan: BB : ?PB: ?12 bualn: BB: 3,6 kgPB: 65 cm

Riwayat ImunisasiBCG: ?DPT: ?Polio: ?Hepatitis B: ?Campak : ?

Riwayat sosial ekonomi dan lingkunganOS adalah anak pertama dari Tn. AS yang bekerja sebagai karyawan swasta. dan Ny. YY sebagai ibu rumah tangga. Ibu OS meninggal, pada saat usia OS 9 bulan. OS diasuh oleh ayah dan ibu tiri. Riwayat makanan tidak diketahui. 1.2. PemeriksaanIII. Pemeriksaan FisikKeadaan umum: Tampak sakit sedangKesadaran: LetargiNadi: frek 160 x / menit, irama, isi, kualitasTemperatur: 38,4 oCNafas: 30 x / menitBB sebelum MRS: 3,6 kgBB Ideal: 10 kgPanjang/tinggi badan : 65 cmStatus gizi : Buruk ( 2 detik)Punggung: dbnGenitalia: Baggy Pants (+)Ekstremitas : akral hangat, CRT < 3 detik, edema ( - )

V. Pemeriksaan Laboratorium1. Hb : 5,9 g/dlNilai Normal:P:12-14 g/dl2. Ht : 20 %3. Trombosit: 270.000 /ul4. Leukosit: 11.500/ ulNilai Normal: 5.000-10.000/ ul5. LED: 12 mm/jamNilai normal : L 2 detik Genital: Baggy Pants (+) Ekstremitas : akral hangat ( + ), pucat ( - ), CRT < 3 detikAssesmentMarasmus kondisi IIPlanning Stopper (+) O2 NK 3L/m Inj. Ampicilin 3x 120 mg Inj. Ceftazidime 3x 120 mg Th/ oral F75 tiap 2 jam seterusnya Resomal jika perlu 35 cc tiap BAB Th/ oral asam folat 1x1 mg Th/ oral vitamin c 2 x 1 tab Th/ oral Bcomp 1x 1 tab Th/ oral vitamin A 100.000iu Th/ PCT Syrup cth13-11-2014 08:00 WIBSubjektifBAB cair ( - )Lemah ( - )Demam (-)ObjektifKeadaan umum : lemahKesadaran : Somnolen Nadi: 120 kali / menit Suhu: 36,6 oC RR: 30 kali / menit BB : 4 kgKeadaan spesifik : Kepala : normocephali, nafas cuping hidung ( - ), konjungtiva anemis ( - ), sklera ikterik ( - ), mata cekung ( + ), air mata ( + ) Leher: dbn Thoraks: iga gambang Pulmo : vesikuler ( + ), wheezing ( - ), ronchi ( - ) Cor: BJ I/II normal, murmur ( - ), gallop ( - ), BJ III/IV( - ) Abdomen : datar, lemas, bising usus ( ), hepar dan Lien dbn, nyeri tekan ( - ), turgor > 2 detik Genital: Baggy Pants (+) Ekstremitas : akral hangat ( + ), pucat ( - ), CRT < 3 detikAssesmentMarasmus kondisi IIPlanning Inj. Ampicilin 3x 120 mg Inj. Ceftazidine 3x 120 mg Th/ oral F75 tiap 3 jam 65 cc Resomal jika perlu 35 cc tiap BAB Th/ oral asam folat 1x1 mg Th/ oral vitamin c 2 x 1 tab Th/ oral Bcomp 1x 1 tab Th/ PCT Syrup cth14-11-2014 08:00 WIBSubjektifBAB cair ( - )Lemah ( + )ObjektifKeadaan umum : lemahKesadaran : Somnolen Nadi: 120 kali / menit Suhu: 37,2 oC RR: 36 kali / menit BB : Keadaan spesifik : Kepala : normocephali, nafas cuping hidung ( - ), konjungtiva anemis ( - ), sklera ikterik ( - ), mata cekung ( + ), air mata ( + ) Leher: dbn Thoraks: iga gambang Pulmo : vesikuler ( + ), wheezing ( - ), ronchi ( - ) Cor: BJ I/II normal, murmur ( - ), gallop ( - ), BJ III/IV( - ) Abdomen : datar, lemas, bising usus ( ), hepar dan Lien dbn, nyeri tekan ( - ), turgor > 2 detik Genital: Baggy Pants (+) Ekstremitas : akral hangat ( + ), pucat ( - ), CRT < 3 detikAssesmentMarasmus kondisi IIPlanning Inj. Ampicilin 3x 120 mg Inj. Ceftazidine 3x 120 mg Th/ oral F75 tiap 3 jam 65 cc Resomal jika perlu 35 cc tiap BAB Th/ oral asam folat 1x1 mg Th/ oral vitamin C 2 x 1 tab Th/ oral Bcomp 1x 1 tab Th/ Nistatin drop 1cc15-11-2014 08:00 WIBSubjektifBAB cair ( + ) mulut putih (+)Lemah ( + )stomatitis (+)ObjektifKeadaan umum : lemahKesadaran : Somnolen Nadi: 100 kali / menit Suhu: 37,0 oC RR: 28 kali / menit BB : 3,9 kgKeadaan spesifik : Kepala : normocephali, nafas cuping hidung ( - ), konjungtiva anemis ( - ), sklera ikterik ( - ), mata cekung ( + ), air mata ( + ) Leher: dbn Thoraks: iga gambang Pulmo : vesikuler ( + ), wheezing ( - ), ronchi ( - ) Cor: BJ I/II normal, murmur ( - ), gallop ( - ), BJ III/IV( - ) Abdomen : datar, lemas, bising usus ( ), hepar dan Lien dbn, nyeri tekan ( - ), turgor > 2 detik Genital: Baggy Pants (+) Ekstremitas : akral hangat ( + ), pucat ( - ), CRT < 3 detikAssesmentMarasmus kondisi II + candida oral + stomatitsPlanning Inj. Ampicilin 3x 120 mg Inj. Ceftazidine 3x 120 mg Th/ oral F75 tiap 3 jam 65 cc Resomal jika perlu 35 cc tiap BAB Th/ oral asam folat 1x1 mg Th/ oral vitamin C 2 x 1 tab Th/ oral Bcomp 1x 1 tab Th/ Nistatin drop 1cc`16-11-2014 08:00 WIBSubjektifBAB cair ( - )stomatitis (+)Mulu putih (+)ObjektifKeadaan umum : Sakit SedangKesadaran : Somnolen Nadi: 100 kali / menit Suhu: 37 oC RR: 30 kali / menit BB : 3,9 kgKeadaan spesifik : Kepala : normocephali, nafas cuping hidung ( - ), konjungtiva anemis ( - ), sklera ikterik ( - ), mata cekung ( + ), air mata ( + ) Leher: dbn Thoraks: iga gambang Pulmo : vesikuler ( + ), wheezing ( - ), ronchi ( - ) Cor: BJ I/II normal, murmur ( - ), gallop ( - ), BJ III/IV( - ) Abdomen : datar, lemas, bising usus ( ), hepar dan Lien dbn, nyeri tekan ( - ), turgor > 2 detik Genital: Baggy Pants (+) Ekstremitas : akral hangat ( + ), pucat ( - ), CRT < 3 detikAssesmentMarasmus kondisi II + candida oral + stomatitisPlanning Inj. Ampicilin 3x 120 mg Inj. Ceftazidine 3x 120 mg Th/ oral F75 tiap 3 jam 65 cc Resomal jika perlu 35 cc tiap BAB Th/ oral asam folat 1x1 mg Th/ oral vitamin C 2 x 1 tab Th/ oral Bcomp 1x 1 tab Th/ Nistatin drop 1cc17-11-2014 08:00 WIBSubjektifBAB cair ( - )mulut putih (+)stomatitis (+)ObjektifKeadaan umum : Sakit SedangKesadaran : Somnolen Nadi: 100 kali / menit Suhu: 36 oC RR: 30 kali / menit BB : 3,9 kgKeadaan spesifik : Kepala : normocephali, nafas cuping hidung ( - ), konjungtiva anemis ( - ), sklera ikterik ( - ), mata cekung ( + ), air mata ( + ) Leher: dbn Thoraks: iga gambang Pulmo : vesikuler ( + ), wheezing ( - ), ronchi ( - ) Cor: BJ I/II normal, murmur ( - ), gallop ( - ), BJ III/IV( - ) Abdomen : datar, lemas, bising usus ( ), hepar dan Lien dbn, nyeri tekan ( - ), turgor > 2 detik Genital: Baggy Pants (+) Ekstremitas : akral hangat ( + ), pucat ( - ), CRT < 3 detikAssesmentMarasmus kondisi II + candida oral + stomatitisPlanning Inj. Ampicilin 3x 120 mg Inj. Ceftazidine 3x 120 mg Th/ oral F75 tiap 3 jam 65 cc Resomal jika perlu 35 cc tiap BAB Th/ oral asam folat 1x1 mg Th/ oral vitamin C 2 x 1 tab Th/ oral Bcomp 1x 1 tab Th/ Nistatin drop 1cc18-11-2014 08:00 WIBSubjektifBAB cair ( - )ObjektifKeadaan umum : LemahKesadaran : Somnolen Nadi: 110 kali / menit Suhu: 36,8 oC RR: 30 kali / menit BB : 4 kgKeadaan spesifik : Kepala : normocephali, nafas cuping hidung ( - ), konjungtiva anemis ( - ), sklera ikterik ( - ), mata cekung ( + ), air mata ( + ) Leher: dbn Thoraks: iga gambang Pulmo : vesikuler ( + ), wheezing ( - ), ronchi ( - ) Cor: BJ I/II normal, murmur ( - ), gallop ( - ), BJ III/IV( - ) Abdomen : datar, lemas, bising usus ( ), hepar dan Lien dbn, nyeri tekan ( - ), turgor > 2 detik Genital: Baggy Pants (+) Ekstremitas : akral hangat ( + ), pucat ( - ), CRT < 3 detikAssesmentMarasmus kondisi II + candida oral + stomatitisPlanning Inj. Ampicilin 3x 120 mg Inj. Ceftazidine 3x 120 mg Th/ oral F75 tiap 3 jam 65 cc Resomal jika perlu 35 cc tiap BAB Th/ oral asam folat 1x1 mg Th/ oral vitamin C 2 x 1 tab Th/ oral Bcomp 1x 1 tab Th/ Nistatin drop 1ccKonsul GiziBB : 4 kg TB : 65 cm Status gizi : 2 detik Genital: Baggy Pants (+) Ekstremitas : akral hangat ( + ), pucat ( - ), CRT < 3 detikAssesmentMarasmus kondisi II + candida oral + stomatitisPlanning Inj. Ampicilin 3x 120 mg Inj. Ceftazidine 3x 120 mg Th/ oral F75 tiap 3 jam 65 cc Resomal jika perlu 35 cc tiap BAB Th/ oral asam folat 1x1 mg Th/ oral vitamin C 2 x 1 tab Th/ oral Bcomp 1x 1 tab Th/ Nistatin drop 1cc20-11-2014 08.00 WIBSubjektifBAB cair ( - )stomatitis (+)Mulut putih (+)ObjektifKeadaan umum : Tampak Sakit SedangKesadaran : Somnolen Nadi: 100 kali / menit Suhu: 37,0 oC RR: 40 kali / menit BB : 4 kgKeadaan spesifik : Kepala : normocephali, nafas cuping hidung ( - ), konjungtiva anemis ( - ), sklera ikterik ( - ), mata cekung ( + ), air mata ( + ) Leher: dbn Thoraks: iga gambang Pulmo : vesikuler ( + ), wheezing ( - ), ronchi ( - ) Cor: BJ I/II normal, murmur ( - ), gallop ( - ), BJ III/IV( - ) Abdomen : datar, lemas, bising usus ( ), hepar dan Lien dbn, nyeri tekan ( - ), turgor > 2 detik Genital: Baggy Pants (+) Ekstremitas : akral hangat ( + ), pucat ( - ), CRT < 3 detikAssesmentMarasmus kondisi II + candida oral + stomatitisPlanning Inj. Ampicilin 3x 120 mg Inj. Ceftazidine 3x 120 mg Th/ oral F100 : 6x 90 cc Memberi ekstra bubur susu porsi Vit. A 100.000 iu Resomal jika perlu 35 cc tiap BAB Th/ oral asam folat 1x1 mg Th/ oral vitamin C 2 x 1 tab Th/ oral Bcomp 1x 1 tab Th/ Nistatin drop 1cc21-11-2014 08:00 WIBSubjektifBAB cair ( - )mulut putih (+)Mata merah (+)stomatitis (+)ObjektifKeadaan umum : Tampak Sakit SedangKesadaran : Somnolen Nadi: 110 kali / menit Suhu: 37,0 oC RR: 30 kali / menit BB : 3,9 kgKeadaan spesifik : Kepala : normocephali, nafas cuping hidung ( - ), konjungtiva anemis ( - ), sklera ikterik ( - ), mata cekung ( + ), air mata ( + ), Keratits (+) Leher: dbn Thoraks: iga gambang Pulmo : vesikuler ( + ), wheezing ( - ), ronchi ( - ) Cor: BJ I/II normal, murmur ( - ), gallop ( - ), BJ III/IV( - ) Abdomen : datar, lemas, bising usus ( ), hepar dan Lien dbn, nyeri tekan ( - ), turgor > 2 detik Genital: Baggy Pants (+) Ekstremitas : akral hangat ( + ), pucat ( - ), CRT < 3 detikAssesmentMarasmus kondisi II + Keratitis + candida oral + stomatitisPlanning Inj. Ampicilin 3x 120 mg Inj. Ceftazidine 3x 120 mg Th/ oral F100 : 6x 90 cc Vit A 100.000 iu Resomal jika perlu 35 cc tiap BAB Th/ oral asam folat 1x1 mg Th/ oral vitamin C 2 x 1 tab Th/ oral Bcomp 1x 1 tab Th/ Nistatin drop 1cc22-11-2014 08:00 WIBSubjektifBAB cair ( - )mulut putih (+)Mata merah (+)stomatitis (+)ObjektifKeadaan umum : Tampak Sakit SedangKesadaran : Somnolen Nadi: 112 kali / menit Suhu: 37,0 oC RR: 30 kali / menit BB : 3,8 kgKeadaan spesifik : Kepala : normocephali, nafas cuping hidung ( - ), konjungtiva anemis ( - ), sklera ikterik ( - ), mata cekung ( + ), air mata ( + ), Keratits (+) Leher: dbn Thoraks: iga gambang Pulmo : vesikuler ( + ), wheezing ( - ), ronchi ( - ) Cor: BJ I/II normal, murmur ( - ), gallop ( - ), BJ III/IV( - ) Abdomen : datar, lemas, bising usus ( ), hepar dan Lien dbn, nyeri tekan ( - ), turgor > 2 detik Genital: Baggy Pants (+) Ekstremitas : akral hangat ( + ), pucat ( - ), CRT < 3 detikAssesmentMarasmus kondisi II + Keratitis + candida oral + stomatitisPlanning Inj. Ampicilin 3x 120 mg Inj. Ceftazidine 3x 120 mg Th/ oral F100 : 6x 90 cc Resomal jika perlu 35 cc tiap BAB Th/ oral asam folat 1x1 mg Th/ oral vitamin C 2 x 1 tab Th/ oral Bcomp 1x 1 tab Th/ Nistatin drop 1cc Cendolyteers 1 tetes / jam23-11-2014 08:00 WIBSubjektifBAB cair ( - )mulut putih (+)Mata merah (+)stomatitis (+)ObjektifKeadaan umum : Tampak Sakit Sedang, LemahKesadaran : Somnolen Nadi: 115 kali / menit Suhu: 36,9 oC RR: 30 kali / menit BB : 3,6 kgKeadaan spesifik : Kepala : normocephali, nafas cuping hidung ( - ), konjungtiva anemis ( - ), sklera ikterik ( - ), mata cekung ( + ), air mata ( + ), Keratits (+) Leher: dbn Thoraks: iga gambang Pulmo : vesikuler ( + ), wheezing ( - ), ronchi ( - ) Cor: BJ I/II normal, murmur ( - ), gallop ( - ), BJ III/IV( - ) Abdomen : datar, lemas, bising usus ( ), hepar dan Lien dbn, nyeri tekan ( - ), turgor > 2 detik Genital: Baggy Pants (+) Ekstremitas : akral hangat ( + ), pucat ( - ), CRT < 3 detikAssesmentMarasmus kondisi II + Keratitis + candida oral + stomatitisPlanning Inj. Ampicilin 3x 120 mg Inj. Ceftazidine 3x 120 mg Th/ oral F100 : 6x 90 cc Resomal jika perlu 35 cc tiap BAB Th/ oral asam folat 1x1 mg Th/ oral vitamin C 2 x 1 tab Th/ oral Bcomp 1x 1 tab Th/ Nistatin drop 1cc Cendolyteers 1 tetes / jam24-11-2014 08:00 WIBSubjektifBAB cair ( - )Demam (-)mulut putih (+)Sesak (-)mata merah (+)stomatitis (+)ObjektifKeadaan umum : Tampak Sakit Sedang, LemahKesadaran : Somnolen Nadi: 110 kali / menit Suhu: 37 oC RR: 37 kali / menit BB : 3,6 kgKeadaan spesifik : Kepala : normocephali, nafas cuping hidung ( - ), konjungtiva anemis ( - ), sklera ikterik ( - ), mata cekung ( + ), air mata ( + ), Keratits (+) Leher: dbn Thoraks: iga gambang Pulmo : vesikuler ( + ), wheezing ( - ), ronchi ( - ) Cor: BJ I/II normal, murmur ( - ), gallop ( - ), BJ III/IV( - ) Abdomen : datar, lemas, bising usus ( ), hepar dan Lien dbn, nyeri tekan ( - ), turgor > 2 detik Genital: Baggy Pants (+) Ekstremitas : akral hangat ( + ), pucat ( - ), CRT < 3 detikAssesmentMarasmus kondisi II + Keratitis + candida oral + stomatitisPlanning Inj. Ampicilin 3x 120 mg Inj. Ceftazidine 3x 120 mg Th/ oral F100 : 6x 100 cc/4 jam Resomal jika perlu 35 cc tiap BAB Th/ oral asam folat 1x1 mg Th/ oral vitamin C 2 x 1 tab Vit A 100.000 iu Th/ oral Bcomp 1x 1 tab Th/ Nistatin drop 1cc Cendolyteers 1 tetes / jam Ceftazidine dan Ampizidin stop diganti Meropenem 3x 72 mg25-11-2014 08:00 WIBSubjektifBAB cair ( - )Demam (-)matamerah (+)Batuk (-)Mulut Putih (+)Stomatitis (+)Sesak (-)ObjektifKeadaan umum : Tampak Sakit Sedang, LemahKesadaran : Somnolen Nadi: 118 kali / menit Suhu: 36,5 oC RR: 40 kali / menit BB : 3,65 kgKeadaan spesifik : Kepala : normocephali, nafas cuping hidung ( - ), konjungtiva anemis ( - ), sklera ikterik ( - ), mata cekung ( + ), air mata ( + ), Keratitis (+), Mulut Putih (+), Stomatitis (+) Leher: dbn Thoraks: iga gambang Pulmo : vesikuler ( + ), wheezing ( - ), ronchi ( - ) Cor: BJ I/II normal, murmur ( - ), gallop ( - ), BJ III/IV( - ) Abdomen : datar, lemas, bising usus ( ), hepar dan Lien dbn, nyeri tekan ( - ), turgor > 2 detik Genital: Baggy Pants (+) Ekstremitas : akral hangat ( + ), pucat ( - ), CRT < 3 detikAssesmentMarasmus kondisi II + Keratitis + candida oral + StomatitisPlanning Th/ oral F100 : 6x 100 cc/4 jam Resomal jika perlu 35 cc tiap BAB Th/ oral asam folat 1x1 mg Th/ oral vitamin C 2 x 1 tab Th/ oral Bcomp 1x 1 tab Th/ Nistatin drop 1cc Cendolyteers 1 tetes / jam Th/ Meropenem 3x 72 mg Gintianviolet 26-11-2014 08:00 WIBSubjektifBAB cair ( - )Demam (-)mata merah (+)Batuk (-)Mulut Putih (+)Stomatitis (+)Sesak (-)ObjektifKeadaan umum : Tampak Sakit Sedang, LemahKesadaran : Somnolen Nadi: 105 kali / menit Suhu: 37,8 oC RR: 35 kali / menit BB : 3,6 kgKeadaan spesifik : Kepala : normocephali, nafas cuping hidung ( - ), konjungtiva anemis ( - ), sklera ikterik ( - ), mata cekung ( + ), air mata ( + ), Keratits (+), Mulut Putih (+), Stomatitis (+) Leher: dbn Thoraks: iga gambang Pulmo : vesikuler ( + ), wheezing ( - ), ronchi ( - ) Cor: BJ I/II normal, murmur ( - ), gallop ( - ), BJ III/IV( - ) Abdomen : datar, lemas, bising usus ( ), hepar dan Lien dbn, nyeri tekan ( - ), turgor > 2 detik Genital: Baggy Pants (+) Ekstremitas : akral hangat ( + ), pucat ( - ), CRT < 3 detikAssesmentMarasmus kondisi II + Keratitis + candida oral + StomatitisPlanning Th/ oral F100 : 6x 110 cc/4 jam Resomal jika perlu 35 cc tiap BAB Th/ oral asam folat 1x1 mg Th/ oral vitamin C 2 x 1 tab Th/ oral Bcomp 1x 1 tab Th/ Nistatin drop 1cc Cendolyteers 1 tetes / jam Th/ Meropenem 3x 72 mg Gintianviolet Th/ PCT syr cth27-11-2014 08:00 WIBSubjektifBAB cair ( - )Demam (-)Batuk (-)Mulut Putih ( - 3 SD dalam kasus ini 5,5 kg.Komplikasi dari marasmus kondisi II pada pasien ditemukannya hipoglikemi dan hipotermi serta infeksi pada saluran kemih. Terjadinya penurunan perkembangan otak yang diakibatkan oleh kurangnya asupan nutrisi untuk pembentukan sel-sel neuron otak sehingga fungsi afektif dan kognitif pasien menurun. Komplikasi Tuberkulosis pada pasien dapat disingkirkan, dengan pemeriksaan Mantoux Test yang hasilnya negatif.Prognosis pada pasien maramus kondisi II ini untuk Quo ad vitam adalah dubia karena walaupn tidak adanya dehidrasi berat, tidak ada penyakit penyerta seperti Tuberkulosis dan hepatitis yang akan menyebabkan sirosis pada anak, pasien mengalami bronkopneumonia sebagai penyakit penyerta dalam kasus ini. Prognosis juga sangat bergantung pada kemajuan status gizi dalam terapi gizi. Pada pasien ini kemajuan status gizi sangat lambat dikarenakan adanya infeksi kronis pada pasien yaitu diare kronis, infeksi pada mulut yaitu candida oral dan stomatitis disertai infeksi mata yaitu keratitis. Infeksi kronis yang menghambat efektifnya asupan gizi untuk meningkatkan perbaikan status gizi menjadi lambat, dan otak kekurangan nutrisi dalam perkembangannya, serta terjadi penurunan fungsi afektif dan kognitif pada anak, untuk prognosis Quo ad functionam adalah dubia ad malam.

BAB VKESIMPULAN

Setelah dilakukan pembahasan, dapat diambil kesimpulan :1. Penyakit penyerta dalam kasus marasmus kondisi II pada pasien ini adalah brobkopneumonia dan penyakit infeksi kronis lain yaitu keratitis, candida oral dan stomatitis.2. Diagnosis yang ditegakkan pada kasus ini sudah tepat.3. Penatalaksanaan terapi gizi untuk pasien dengan marasmus kondisi II sudah sesuai dengan indikasi dan konsul gizi RSUD Palembang Bari4. Tidak tercapainya berat badan yang cukup dalam terapi gizi dikarenakan faktor keluarga pasien yang tidak kooperatif terhadap aturan gizi yang ditetapkan.1

52

53