4 tinjauan pustaka marasmus
TRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
I. Gizi Buruk
Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan
asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anak
disebut gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama 3 bulan
berturut-turut tidak naik) dan tidak disertai tanda-tanda bahaya.
Penyebab terjadinya gizi buruk secara langsung antara lain:
1. Penyapihan yang terlalu dini
2. Kurangnya sumber energi dan protein dalam makanan.
3. Anak yang asupan gizinya terganggu karena penyakit bawaan sepertijantung
atau metabolisme lainnya.
Penyebab tidak langsung:
1. Daya beli keluarga rendah/ ekonomi lemah
2. Lingkungan rumah yang kurang baik
3. Pengetahuan gizi kurang
4. Perilaku kesehatan dan gizi keluarga kurang
Dampak gizi buruk pada anak terutama balita
1. Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa terhambat.
2. Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi.
3. Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.
Ada tiga tipe gizi buruk, antara lain:
1. Marasmus:
Anak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, rambut tipis,
jarang, kusam, berubah warna, kulit keriput karena lemak di bawah kulit
berkurang, iga gambang, bokong baggy pant, perut cekung, wajah bulat sembab.
2. Kwarsiorkor:
Rewel, apatis, rambut tipis, warna jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit,
kedua punggung kaki bengkak, bercak merah kehitaman, di tungkai atau
bokong.
3. Gabungan dari marasmus dan kwarsiorkor
II. Batasan
Batasan gizi buruk adalah kekurangan berat badan yang besar (BB/TB <70 % P50
standar NCHS atau <-3 SD Standar WHO) dengan atau tanpa edema
1) Gizi Buruk Tanpa Komplikasi
a. BB/TB: < -3 SD dan atau;
b. Terlihat sangat kurus dan atau;
c. Adanya Edema dan atau;
d. LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan
2) Gizi Buruk dengan Komplikasi
Gizi buruk dengan tanda-tanda tersebut di atas disertai salah satu atau lebih dari tanda
komplikasi medis berikut:
a. Anoreksia
b. Pneumonia berat
c. Anemia berat
d. Dehidrasi berat
e. Demam sangat tinggi
f. Penurunan kesadaran
III. Klasifikasi
1. Menurut Wellcome Trust (FAO/WHO)
Berat badan Edema
% dari baku Tidak ada Ada
>60% Gizi kurang Kwashiorkor
<60% Marasmus Marasmus-
Kwashiorkor
2. Klasifikasi Depkes RI
BB/TB
(berat menurut tinggi)
TB/U
(tinggi menurut umur)
Mild 80-90% 90-94%
Moderate 70-79% 85-89%
Severe <70% <85%
3. Klasifikasi Gomez
Kategori (derajat KEP) BB/U
0= Normal ≥90%
1= Ringan 89-75%
2= Sedang 74-60%
3= Berat <60%
4. Klasifikasi Jelliffe
Kategori BB/U (% baku)
KEP I 90-80
KEP II 80-70
KEP III 70-60
KEP IV <60
5. Klasifikasi Waterlow
Gangguan derajat Stunting(tinggi menurut umur) Wasting(berat terhadap
tinggi)
0 >95 >90%
1 %95-90 % 90-80 %
2 89-85% 80-70%
3 < 85% < 70%
IV. Etiologi
Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :
1. Penyebab Langsung: Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi,
menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita penyakit kanker. Anak yang
mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang atau demam akhirnya menderita
kurang gizi.
2. Penyebab tidak langsung: ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan
kesehatan.
Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan masalah
utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan
kesempatan kerja. Oleh karena itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama
lintas sektor Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik maupun gizinya.
Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena asupan makanan yang kurang
atau anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan makanan yang kurang disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak
cukup salah mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah.
Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar
diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi
kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan
dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi.
Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan zat-zat gizi
ensensial, yang bisa disebabkan oleh: asupan yang kurang karena makanan yang jelek
atau penyerapan yang buruk dari usus (malabsorbsi), penggunaan berlebihan dari zat-zat
gizi oleh tubuh, dan kehilangan zat-zat gizi yang abnormal melalui diare, pendarahan,
gagal ginjal atau keringat yang berlebihan.
V. Patogenesis
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau anorexia bisa terjadi
karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan, pengaturan makanan
dan lingkungan.
Rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan
vitamin E. Karena keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien
juga mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan protein.
Pada retina ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa membedakan cahaya
terang dan gelap.
Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya
terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul
lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu.
Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran adaptasi rodopsin.
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek patella
negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon patella dan degenerasi saraf
motorik akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti gangguan neurotransmitter.
Sedangkan, hepatomegali terjadi karena kekurangan protein. Jika terjadi kekurangan protein,
maka terjadi penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan
LDL. Karena penurunan HDL dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit ditransport ke
jaringan-jaringan, pada akhirnya penumpukan lemak di hepar.
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema adalah
edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema disebabkan oleh
kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi,
maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel,
karena pada penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi
natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi protein juga defisiensi multinutrien. Ketika
ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh
membran sel dan mengembalikannya membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang
rapat. Edema biasanya terjadi pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi,
tekanan hidrostatik dan onkotik).
Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah kurang kalori
protein yang dapat terjadi karena: diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat
seperti hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan metabolik atau
malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan
makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri
anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.
Secara garis besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut :
1. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang
sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang
terlalu encer.
2. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral
misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis
kongenital.
3. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschpurng,
deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus. Hiatus hernia,
hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas
4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian ASI
kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat
5. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup
6. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia,
galactosemia, lactose intolerance
7. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab
maramus yang lain disingkirkan
8. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang
kurang akan menimbulkan marasmus
9. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus,
meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan
kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat
dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang terutama
gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus
VI. Manifestasi Klinis
Menifestasi klinis dari gizi buruk dapat berupa :
1. Hambatan pertumbuhan
2. Hilangnya jaringan lemak bawah kulit
3. Atrofi otot
4. Perubahan tekstur dan warna rambut
5. Kulit kering dan memperlihatkan alur yang tegas dan dalam
6. Pembesaran hati
7. Anemia
8. Anoreksia
9. Edema, Dan lain lain.
VII. Bentuk klinis
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor.
Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari masing-masing tipe
yang berbeda-beda.
A. Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul
diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit
(kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit,
gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering
rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar.
Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya,
tinggal tulang terbungkus kulit.
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
B. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana dietnya
mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh lainnya
terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua
punggung kaki sampai seluruh tubuh
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada
penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
c. Wajah membulat dan sembab
d. Pandangan mata anak sayu
e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa kenyal
pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas
C. Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan
marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan juga energi untuk
pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disamping menurunnya berat badan
<60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut,
kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula (Depkes RI, 2000).
VIII. Diagnosis
Dasar diagnosis :
BB/TB <70%, <-3SD
Klasifikasikan berdasarkan manifestasi klinis
Langkah diagnosis :
Tetapkan KEP berat
Tetapkan klasifikasi/bentuk KEP
Tetapkan kondisi
Tetapkan diagnosis penyakit yang menyertai (mendasari dan penyerta)
Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan pemeriksaan
laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda tergantung dari derajat dan lamanya
deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi disebabkan oleh karena adanya
kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya. Gejala klinis gizi buruk ringan dan
sedang tidak terlalu jelas, yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat
badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat.
Gizi buruk ringan sering ditemukan pada anak-anak dari 9 bulan sampai 2 tahun, akan
tetapi dapat dijumpai pula pada anak yang lebih besar. Pertumbuhan yang terganggu dapat
dilihat dari pertumbuhan linier mengurang atau terhenti, kenaikan berat badan berkurang,
terhenti dan adakalanya beratnya menurun, ukuran lingkar lengan atas menurun, maturasi
tulang terlambat, rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun, tebal lipat kulit normal
atau mengurang, anemia ringan, aktivitas dan perhatian berkurang jika dibandingkan dengan
anak sehat, adakalanya dijumpai kelainan kulit dan rambut. Gizi buruk berat memberi gejala
yang kadang-kadang berlainan, tergantung dari dietnya, fluktuasi musim, keadaan sanitasi
dan kepadatan penduduk.
Gizi buruk berat dapat dibedakan tipe kwashiorkor, tipe marasmus dan tipe
marasmik-kwashiorkor. Tipe kwashiorkor ditandai dengan gejala tampak sangat kurus dan
atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh, perubahan status mental,
rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok,
wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu, pembesaran hati, kelainan kulit berupa
bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan
terkelupas, cengeng dan rewel.
Tipe marasmus ditandai dengan gejala tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua,
cengeng, rewel, kulit keriput, perut cekung, rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga
tampak jelas, pantat kendur dan keriput. Tipe marasmik-kwashiorkor merupakan gabungan
beberapa gejala klinik kwashiorkor –marasmus.
Pengukuran antropometrik lebih ditujukan untuk menemukan gizi buruk ringan dan
sedang. Pada pemeriksaan antropometrik, dilakukan pengukuran-pengukuran fisik anak
(berat, tinggi, lingkar lengan, dan lain-lain) dan dibandingkan dengan angka standar (anak
normal). Untuk anak, terdapat tiga parameter yang biasa digunakan, yaitu berat dibandingkan
dengan umur anak, tinggi dibandingkan dengan umur anak dan berat dibandingkan dengan
tinggi/panjang anak.
Parameter tersebut lalu dibandingkan dengan tabel standar yang ada. Untuk
membandingkan berat dengan umur anak, dapat pula digunakan grafik pertumbuhan yang
terdapat pada KMS. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar
hemoglobin darah merah (Hb) dan kadar protein (albumin/globulin) darah. Dengan
pemeriksaan laboratorium yang lebih rinci, dapat pula lebih jelas diketahui penyebab
malnutrisi dan komplikasi-komplikasi yang terjadi pada anak tersebut.
Pada gizi buruk terdapat perubahan nyata dari komposisi tubuhnya seperti jumlah dan
distribusi cairan, lemak, mineral, dan protein terutama protein otot. Tubuh mengandung lebih
banyak cairan. Keadaan ini merupakan akibat hilangnya lemak, otot dan jaringan lain. Cairan
ekstra sel terutama pada anak-anak dengan edema terdapat lebih banyak dibandingkan tanpa
edema.
Kalium total tubuh menurun terutama dalam sel sehingga menimbulkan gangguan
metabolik pada organ-organ seperti ginjal, otot dan pankreas. Dalam sel otot kadar natrium
dan fosfor anorganik meninggi dan kadar magnesium menurun. Kelainan organ sering terjadi
seperti sistem alimentasi bagian atas (mulut, lidah dan leher), sistem gastrointestinum (hepar,
pankreas), jantung, ginjal, sistem endokrin sehingga gizi buruk harus segera
ditangani dengan cepat dan cermat.
IX. Tatalaksana
Pada keadaan :
Marasmus Kwashiokor Ringan
Tidak memerlukan perawatan di RS
mengubah menu makan : 2-3 gr protein dan 100-150 kkal/kgBB
Marasmus Kwashiokor Berat
Perlu perawatan untuk mencegah komplikasi
Berdasarkan tanda bahaya dan tanda penting, dibagi:
Kondisi I : Renjatan (syok), letargis, muntah, diare atau dehidrasi.
1.Pasang O2 1-2L/menit,
2.Pasang infuse RLdan D10 % dengan perbandingan 1 : 1 (RLG 5 %)
3.Glukosa 10 % intravena (IV) bolus dengan dosis 5 ml/kgBB bersamaan dengan
ReSoMal 5 ml/kgBB melalui NGT.
Kondisi II: Letargi, muntah, diare atau dehidrasi
Bolus glukosa 10% intravena, 5 ml/kgBB, lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula
pasir 10% melalui NGT sebanyak 50 ml. Berikan ReSoMal dalam 2 jam pertama secara
oral/NGT setiap 30 menit, dengan dosis : 5 ml/kgBB setiap pemberian. Catat frekuensi nadi,
nafas dan pemberian ReSoMal.
Kondisi III : Ditemukan : muntah dan atau diare atau dehidrasi
Berikan 50 ml glukosa atau larutan gula pasir 10 % (oral/NGT). Berikan ReSoMal dalam
2 jam pertama secara oral/NGT setiap 30 menit, dosis : 5 ml/kgBB setiap pemberian. Catat
frekuensi nadi, nafas dan pemberian ReSoMal.
Kondisi IV : letargi
Bolus glukosa 10% intravena, 5 ml/kgBB, lanjutkan dengan glukosa atau larutas gula
pasir 10 % melalui NGT sebanyak 50 ml. Berikan F 75 dalam 2 jam pertama setiap 30 menit,
¼ dari dosis untuk 2 jam sesuai dengan berat badan(NGT). Catat frekuensi nadi, nafas.
Kondisi V : Tidak ditemukan : renjatan (syok), letargi, muntah dan atau diare atau dehidrasi
Berikan glukosa atau larutan gula pasir 10 % melalui NGT sebanyak 50 ml. Catat
nadi, frekuensi nafas dan kesadaran
A. Prinsip dasar pengobatan rutin Marasmus Kwashiokor (10 langkah utama).
1. Penanganan hipoglikemi
2. Penanganan hipotermi
3. Penanganan dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan infeksi
6. Pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh kejar
8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro
9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh
B. Pengobatan penyakit penyerta
Defisiensi vitamin A
Dermatosis
Parasit/cacing
Tuberkulosis
C. Kegagalan pengobatan
Kegagalan pengobatan tercermin pada angka kematian dan kenaikan berat badan tidak
adekuat pada fase rehabilitasi
D. Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas
Dirumah harus diberi makanan tinggi energi (150 Kkal/kgBB/hari) dan tinggi protein
(4-6 gr/KgBB/hari).
Beri anak makanan yang sesuai (energi atau protein) dengan porsi paling sedikit 5 kali
sehari
Makanan selingan diantara makanan utama
Suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit
Teruskan ASI.
E. Tindakan pada kegawatan
Syok à cairan intravena
Cairan intravena : Dekstrosa 5 % : NaCl 0,9 % (1:1) atau larutan Ringer dengan kadar
dekstrose 5 % sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama. Evaluasi setelah 1
jam.
X. Komplikasi
Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan mineral.
Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang terganggu dan begitu
luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis gangguannya sangat banyak.
Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering
terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung, dan gangguan
hormonal.
Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang disebabkan karena
kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi adalah anak tampak
pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya. Pengaruh sistem hormonal yang
terjadi adalah gangguan hormon kortisol, insulin, Growht hormon (hormon pertumbuhan)
Thyroid Stimulating Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid menurun. Hormon-hormon
tersebut berperanan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan tersering mengakibatkan
kematian.
Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita KEP, khususnya pada KEP
berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat resiko kematian cukup besar, adalah
sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi (seperti Tuberculosis,
radang paru, infeksi saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak. Infeksi berat
sering terjadi karena pada KEP sering mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh.
Sehingga mudah terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi komplikasi yang
lebih berat hingga mengancam jiwa.
Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena
berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah
kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar gula dalam darah yang
dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit dan cairan tubuh. Jika fase akut tertangani
dan namun tidak di follow up dengan baik akibatnya anak tidak dapat ”catch up” dan
mengejar ketinggalannya maka dalam jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap
pertumbuhan maupun perkembangannya.
Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan performance anak, akibat
kondisi ”stunting” (postur tubuh kecil pendek) yang diakibatkannya dan perkembangan anak
pun terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dangan
derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Dampak terhadap
pertumbuhan otak ini menjadi patal karena otak adalah salah satu aset yang vital bagi anak.
Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan
anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan
yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan
perkembangn kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian,
gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi anak (Nency, 2005).
XI. Prognosis
Kurang energi protein yang dirawat : kematian 20-30%, akan meningkat bila kadar
albumin <1,5 g%, glukosa darah < 3 mmol/L atau < 50 mg/dl, suhu rektal < 35,50C dan
adanya infeksi berat. Gejala sisa : pencapaian tumbuh kembang terhambat termasuk
penurunan inteligensi, terutama jika KEP terjadi pada usia kurang dari 2 tahun