makalah geografi industri
DESCRIPTION
geografi industrigeografi UNPTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang
bermutu tinggi dalam penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industri. Dengan demikian, industri
merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan industri diambil
secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga
menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi masyarakat. Kegiatan
proses produksi dalam industri itu disebut dengan perindustrian.
Sebagai negara agraris, peranan industri dalam perekonomian
Indonesia dengan sejarah perkembangannya tidaklah begitu amat berarti.
Di zaman dahulu, kalaupun beberapa penduduk menggunakan industri
kerajinan sebagai salah satu mata pencaharian. Peranannya hanya
sekedar untuk tambahan penghasilan atau pekerjaan sambilan. Biasanya
malah lebih berupa kerajinan yang bertendensi artistik daripada
kewiraswastaan; atau lebih berupa aspek kerja budaya daripada
komersial.
Jadi, hal itu sangat berbeda dari saat ini atau masa sekarang.
Pertanian justru tidak mendapat respek yang mendalam, namun
maufakturinglah yang diunggulkan. Padahal, kebutuhan akan bahan
2
pangan terus meningkat. Maka seharusnyalah kita tidak
mengesampingkan peran pertanian di Indonesia. Apalagi lahan di
Indonesiapun terpampang luas di seluruh Nusantara.
Akibat adanya keterbatasan dalam pemilihan lokasi yang ideal
maka sangat dimungkinkan akan munculnya pemusatan atau
terkonsentrasinya industri pada suatu wilayah tertentu yang dikenal
dengan istilah aglomerasi industri.
Misalnya, industri garmen, industri konveksi, dan industri kerajinan
dibangun di suatu tempat yang berdekatan dengan pusat pemukiman
penduduk; Industri berat yang memerlukan bahan mentah, seperti batu
bara dan besi baja, penentuan lokasi pabriknya cenderung mendekati
sumber bahan mentah.
Pemusatan industri dapat terjadi pada suatu tempat
terkonsentrasinya beberapa faktor yang dibutuhkan dalam kegiatan
industri. Misalnya bahan mentah, energi, tenaga kerja, pasar, kemudahan
dalam perizinan, pajak yang relatif murah, dan penanggulangan limbah
merupakan pendukung aglomerasi industri.
Setelah Indonesia merdeka, beberapa usaha dilakukan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Beberapa
pusat penelitian yang telah adapun, sejak pemerintahan kolonial masih
ada dan terus dikembangkan, antara lain : Sekolah Tinggi Teknik (THS)
di Bandung, Sekolah pertanian (LHS) di Bogor, Sekolah Tinggi Hukum
(RHS) di Jakarta, dan lain-lain. Sekolah-sekolah tersebut dibentuk guna
3
tujuan merumuskan, mengganti, mengarahkan, dan mengendalikan
kegiatan riset dan pengembangan IPTEK di Indonesia. Hal itu guna
menunjang industri di Indonesia.
B. Tujuan
1. Mendeskripsikan bagaimana perkembangan industry manufaktur di
Indonesia
2. Mendeskripsikan dampak industry terhadap lingkungan
3. Menjelaskan aglomerasi dan cluster Industri di Indonesia dan
menampilkannya pada sebuah peta.
4. Menjelaskan pengelompokkan tenaga kerja di Sumatera Barat serta
menjelaskannya pada sebuah peta.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dampak Industri Terhadap Lingkungan
1. Industri di Indonesia
Selama 20 tahun terakhir Pembangunan ekonomi Indonesia mengarah
kepada industrialisasi. Tidak kurang terdapat 30.000 industri yang beroperasi di
Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Peningkatan jumlah
ini menimbulkan dampak ikutan dari industrialisasi ini yaitu terjadinya
peningkatan pencemaran yang dihasilkan dari proses produksi industri.
Pencemaran air, udara, tanah dan pembuangan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) merupakan persoalan yang harus dihadapi oleh komunitas-
komunitas yang tinggal di sekitar kawasan industri.
Limbah industri yang toksik akan memperburuk kondisi lingkungan,
meningkatkan penyakit pada manusia, dan kerusakan pada komponen
lingkungan lainnya.Limbah cair industri paling sering menimbulkan masalah
lingkungan seperti kematian ikan, keracunan pada manusia dan ternak, kematian
plankton, akumulasi dalam daging ikan dan molusca, terutama bila limbah cair
tersebut mengandung racun seperti: As, CN, Cr, Cd, Cu, F, Hg, Pb, atau Zn.
5
Akumulasi racun dalam tubuh pada konsentrasi yang tidak dapat ditoleransi bisa
melumpuhkan organ bahkan mematikan fungsi kerja otak.
Oleh karena itu, pemerintah harus mengawasi kegiatan industri dan
pembuangan limbahnya. Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan
pencemaran lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat
pencegahan pencemaran, melakukan proses daur ulang dan yang terpenting
harus melakukan pengolahan limbah industri guna menghilangkan bahan
pencemaran atau paling tidak meminimalkan bahan pencemaran hingga batas
yang diperbolehkan.
Di samping itu perlu dilakukan penelitian atau kajian-kajian lebih
banyak lagi mengenai dampak limbah industri yang spesifik (sesuai jenis
industrinya) terhadap lingkungan serta mencari metode atau teknologi tepat
guna untuk pencegahan masalahnya.
Selain pemerintah dan pelaku industri, masyarakat juga harus jeli
menanggapi masalah lingkungan yang disebabkan oleh sisa kegiatan industri.
Masyarakat tidak bisa menyerahkan sepenuhnya masalah ini kepada pemerintah
dan pelaku industri. Hal ini mutlak perlu, terutama bagi masyarakat yang
bertempat tinggal disekitar areal industri.Dampak dari buangan kegiatan industri
sangatlah kompleks. Pada dasarnya limbah industri akan mencemari lingkungan
udara, air, dan tanah. Udara yang kotor dan tercemar akan merusak penciuman
dan paru-paru.
6
2. Gejala umum pencemaran lingkungan akibat limbah industri (jangka
pendek)
1. Air sungai atau air sumur sekitar lokasi industri pencemar, yang
semula berwarna jernih, berubah menjadi keruh berbuih dan terbau
busuk, sehingga tidak layak dipergunakan lagi oleh warga
masyarakat sekitar untuk mandi, mencuci, apalagi untuk bahan baku
air minum.
2. Ditinjau dari segi kesehatan. kesehatan warga masyarakat sekitar
dapat timbul penyakit dari yang ringan seperti gatal-gatal pada kulit
sampai yang berat berupa cacat genetic pada anak cucu dan generasi
berikut.
3. Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-
daerah industri.
4. Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau,
sedangkan di musim penghujan cenderung terjadi banjir yang
melanda banyak daerah yang berakibat merugikan akibat kondisi
ekosistemnya yang telah rusak.
5. Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah,
bahkan temperatur tertinggi di beberapa kola seperti Jakarta sudah
mencapai 37 derajat celcius.
7
6. Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r
S02,dan_debu.
3.Gejala umum pencemaran lingkungan akibat limbah industri (jangka
panjang)
Penyakit akibat pencemaran ada yang baru muncul sekian tahun
kemudian setelah cukup lama bahan pencemar terkontaminasi dalam bahan
makanan menurut daur ulang ekologik, seperti yang terjadi pada kasus
penyakit minaimata sekitar 1956 di Jepang. terdapat lebih dari 100 orang
meninggal atau cacat karena mengkonsumsi ikan yang berasal dari Teluk
Minamata. Teluk ini tercemar merkuri yang berasal dari sebuah pabrik
plastik. Bila merkuri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran
pencernaan, dapat menyebabkan kerusakan akut pada ginjal sedangkan pada
anak-anak dapat menyebabkan Pink Disease/ acrodynia, alergi kulit dan
kawasaki disease/mucocutaneous lymph node syndrome.
4.Contoh Kasus Pencemaran Lingkungan oleh Industri
1. Di Kalimantan Selatan, Pembuangan limbah industri ke aliran Sungai
oleh PT Galuh Cempaka.
2. Kalimantan Tengah; Tiga sungai besar di Kalimantan Tengah masih
tercemar air raksa (merkurium) akibat penambangan emas di sepanjang
8
daerah aliran sungai (DAS) Barito, Kahayan, dan Kapuas. Pencemaran
itu melebihi baku mutu yang dipersyaratkan.
3. perusahaan tambang yang menerapkan pembuangan limbah tailingnya
ke laut (Sub Marine Tailing Disposal). Pertama, adalah Newmont
Minahasa Raya (NMR) sejak 1996 di Kabupaten Minahasa, Sulawesi
Utara, dan kemudian menyusul PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) di
Sumbawa-Nusa Tenggara Barat sejak 1999. Setiap harinya 2.000 metrik
ton tailing berbentuk pasta dibuang ke Perairan Buyat di Minahasa dan
120.000 metrik ton di Teluk Senunu, Sumbawa. Pada akhirnya dari
proses ini terjadi berbagai dampak yang berujung kepada turunnya
kualitas lingkungan hidup dan kualitas hidup manusia.
4. Papua; PT. Freeport beroperasi dari tahun 1967 telah menimbulkan
dampak Hancurnya Gunung Grasberg, Tercemarnya Sungai Aigwa,
Meluapnya air danau Wanagon, Tailing mengkontaminasi : 35.820
hektar daratan dan 84.158 hektar Laut Arafura
5. Di Jawa, Pembuangan limbah pabrik-pabrik di Sungai Cikijing selama
puluhan tahun (Jawa Barat), pembuangan limbah oleh beberapa pabrik
ke Kali Surabaya, dan sederetan kasus pencemaran industri yang telah
nyata-nyata_menimbulkan_korban.
9
5. Konsep Untuk Memahami Masalah Lingkungan dan Pencemaran Oleh
Industri
Seringkali ditemukan pernyataan yang menyamakan istilah ekologi dan
lingkungan hidup, karena permasalahannya yang bersamaan. Inti dari
permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan mahluk hidup, khususnya
manusia dengan lingkungan hidupnya. IImu tentang hubungan timbal balik
mahluk hidup dengan lingkungan hidupnya di sebut ekologi (Soemarwoto,
1991). Dalam pengertian yang telah dikemukakan diatas, bahwa lingkungan
hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dengan prilakunya
yang mempengaruhi kelangsungan perilaku kehidupannya dan kesejahteraan
manusia serta mahluk hidup lainnya (Soerjani, dalam Sudjana dan Burhan,
1996). Dari definisi diatas tersirat bahwa mahluk hidup khususnya merupakan
pihak yang selalu memanfaatkan lingkungan hidupnya, baik dalam hal respirasi,
pemenuhan kebutuhan pangan, papan dan lain-lain.
Manusia sebagai mahluk yang paling unggul di dalam ekosistemnya,
memiliki daya dalam mengkreasi dan mengkonsumsi berbagai sumber-sumber
daya alam bagi kebutuhan hidupnya.
Di alam terdapat berbagai sumber daya alam yang merupakan komponen
lingkungan dengan sifatnya berbeda-beda, dimana dapat digolongkan atas :
1. Sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable natural resources)
2. Sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable natural
resources).
10
Berbagai sumber daya alam yang mempunyai sifat dan perilaku yang
beragam tersebut saling berinteraksi dalam bentuk yang berbeda-beda pula
(Suratmo, dalam Sudjanan dan Burhan, 1996). Sesuai dengan kepentingannya
maka sumber daya alam dapat dibagi atas: (1) fisiokimia seperti air, udara,
tanah, dan sebagainya, (2) biologi, seperti fauna, flora, habitat, dan sebagainya,
dan (3) sosial ekonomi seperti pendapatan, kesehatan, adat-istiadat, agama, dan
lain-lain.
Interaksi dari elemen lingkungan yaitu antara yang tergolong hayati dan
non-hayati akan menentukan kelangsungan siklus ekosistem, yang didalamnya
didapati proses pergerakan energi dan hara (material) dalam suatu sistem yang
menandai adanya habitat, proses adaptasi dan evolusi.
Dalam memanipulasi lingkungan hidupnya, maka manusia harus mampu
mengenali sifat lingkungan hidup yang ditentukan oleh macam-macam faktor.
Berkaitan dengan pernyataan ini, Soemarwoto (1991) mengkategorikan sifat
lingkungan hidup atas dasar: (1) Jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur
lingkungan hidup tersebut, (2) hubungan atau interaksi antara unsur dalam
lingkungan hidup tersebut, (3) kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup,
dan (4) faktor-faktor non-materil, seperti cahaya dan kebisingan.
Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya, yang dapat
mempengaruhi dan mempengaruhi oleh lingkungan hidupnya, membentuk dan
dibentuk oleh lingkungan hidupnya. Hubungan manusia dengan lingkungan
hidupnya adalah sirkuler, berarti jika terjadi perubahan pada lingkungan
hidupnya maka manusia akan terpengaruh.
11
Uraian ini dapat menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh adanya
pencemaran lingkungan, terutama terhadap kesehatan dan mutu hidup manusia.
Misalnya, akibat polusi asap kenderaan atau cerobong industri, udara yang
dipergunakan untuk bernafas oleh manusia yang tinggal di lingkungan itu akan
tercemar oleh gas CO (karbon monoksida). Berkaitan dengan paparan ini,
perlakuan manusia terhadap lingkungan akan mempengaruhi mutu lingkungan
hidupnya.
Konsep mutu lingkungan berbeda bagi tiap orang yang mengartikan dan
mempersepsikannya. Soemarwoto (1991) secara sederhana menerjemahkan
bahwa mutu lingkungan hidup diukur dari kerasannya manusia yang tinggal di
lingkungan tersebut, yang diakibatkan oleh terjaminnya perolehan rejeki, iklim
dan faktor alamiah lainnya yang sesua
6. Pengelolaan Dampak Kemajuan Teknologi Industri Terhadap Degradasi
Lingkungan Hidup
Hampir setiap rencana usaha yang berpotensi dan menggunakan
teknologi industri menimbulkan dampak terhadap lingkungan, oleh karena itu
diperlukan upaya pengelolaan sehingga dampak yang timbul dapat ditoleransi
lingkungan. Untuk itu, pihak yang terkait wajib melakukan pengelolaan
lingkungan pada setiap tahap kegiatannya, sesuai dengan jenis dampak yang
terjadi.
Dampak teknologi industri terhadap pencemaran dapat diklasifikasikan
dalam bermacam-macam bentuk menurut pola pengelompokannya :
12
1. Pengelompokan menurut bahan pencemar yang menghasilkan bentuk
pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan budaya
2. Pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk
pencemaran udara, air, tanah, makanan, dan sosial
3. Pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam bentuk
primer dan sekunder
Namun apapun klasifikasi dari pencemaran lingkungan, pada dasarnya
terletak pada esensi kegiatan manusia yang mengakibatkan terjadinya kerusakan
yang merugikan masyarakat banyak dan lingkungan hidupnya.
Manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungannya, secara hayati ataupun kultural, misalnya manusia dapat
menggunakan air yang tercemar dengan rekayasa teknologi (daur ulang) berupa
salinisasi, bahkan produknya dapat menjadi komoditas ekonomi. Tetapi untuk
mendapatkan mutu lingkungan hidup yang baik, agar dapat dimanfaatkan secara
optimal maka manusia diharuskan untuk mampu memperkecil resiko kerusakan
lingkungan.
Dalam memperkecil resiko kerusakan lingkungan, pengelolaan
dilakukan dengan pendekatan aspek sosial ekonomi, kelembagaan dan
teknologi. Pendekatan sosial ekonomi menjelaskan aspek sosial ekonomi.
Pendekatan kelembagaan menentukan lembaga yang terkait. Pendekatan
teknologi menguraikan pilihan teknologi yang digunakan dalam upaya
pengendalian dampak lingkungan. Dari ketiga aspek tersebut dikombinasikan
dalam satu perencanaan pembangunan, biaya lingkungan sudah dimasukkan
13
dalam anggaran pembangunan. Jadi sejak awal pembangunan sampai selama
proyek beroperasi, dampak lingkungan ditangani dengan serius dan dilakukan
secara terus-menerus, supaya kualitas lingkungan yang baik dapat terwujud.
Dalam UU RI No 23 tahun 1997 dijelaskan bahwa sasaran pengelolaan
lingkungan hidup, yaitu:
1. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manausia dan
lingkungan hidup.
2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki
sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup
3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.
4. Terjaminnya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
5. Terkendalinya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
6. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha
atau kegiatan di luar wilayah Negara yang menyebabkan pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup.
Dengan demikian, pengelolaan lingkungan dilakukan bertujuan agar
manusia tetap bertahan hidup (suvival). Hakekatnya manusia telah bertahan
sejak awal peradaban hingga kini, tetapi peralihan dan revolusi besar yang
melanda umat manusia akibat kemajuan pembangunan, teknologi, iptek, dan
industri, serta revolusi sibernitika, menghantarkan manusia untuk tetap mampu
menggoreskan sejarah kehidupan, akibat relasi kemajuan yang bersinggungan
dengan lingkungan hidupnya. Karena jika tidak mampu menghadapi berbagai
tantangan yang muncul dari permasalahan lingkungan, maka kemajuan yang
14
telah dicapai terutama berkat daya tarik teknologi akan mengancam
kelangsungan hidup manusia.
7. Cara Menyikapi Masalah Degradasi Lingkungan Akibat Dampak
Teknologi Industri
Dalam menyikapi terjadinya pencemaran atau degradasi lingkungan
akibat teknologi industri, perlu adanya itikad yang kuat dan kesamaan persepsi
dalam lingkungan hidup sebagai upaya-upaya yang dilakukan dalam
pembangunan ekonomi (Hastuti, 2011). Pengelolaan lingkungan hidup dapatlah
diartikan sebagai usaha secara sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu
lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.
Menurut Eka Puji Hastuti (2011), pada umumnya permasalahan kerusakan
lingkungan hidup yang terjadi dapat diatasi dengan cara sebagai berikut:
1. Menerapkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan pada pengelolaan
sumber daya alam
2. Memberikan kewenangan dan tanggung jawab secara bertahap terhadap
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
3. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara bertahap dapat
dilakukan dengan cara membudayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi.
4. Ikut serta dalam rangka menanggulangi permasalahan lingkungan global.
5. Untuk mengurangi aliran permukaan serta untuk meningkatkan resapan air
sebagia air tanah, maka diperlukan pembuatan lahan dan sumur resapan.
6. Reboisasi di daerah pegunungan, dimana daerah tersebut berfungsi sebagai
reservoir air, tata air, peresapan air, dan keseimbangan lingkungan.
15
7. Mengelolaan limbah dengan menggunakan konsep daur ulang dengan cara
sebagai berikut:
a. Melakukan pengelompokan dan pemisahan limbah terlebih dahulu.
b. Pengelolaan limbah menjadi baran
c. Dalam pengolahan limbah juga harus mengembangkan penggunaan teknologi.
Usaha Pengurangan Pencemaran oleh kegiatan industri
Oleh karena pencemaran lingkungan mempunyai dampak yang sangat
luas maka perlu diusahakan pengurangan pencemaran lingkungan atau bahkan
bila mungkin meniadakannya sama sekali. di dalam kegiatan industri usaha
pengurangan pencemaran lingkungan antara lain dengan mengurangi jumlah
bahan buangan dari industri itu sendiri. Di beberapa Negara bahan buangan
masih diolah ulang lagi menjadi bahan yang bermanfaat walaupun untuk proses
ini diperlukan biaya yang tinggi. Usaha untuk mengurangi pencemaran
lingkungan antara lain dengan cara :
1. Mengubah Proses
Bahan buangan yang berupa zat-zat kimia sedapat mungkin dikurangi
atau dihindarkan. Beberapa proses di dalam industri dan teknologi sudah ada
yang melakukan hal ini. Sebagai contoh, di dalam penguraian uranium dari
16
batuan uranium, peranan beberapa zat kimia dapat digantikan oleh bakteri
tertentu. Pada industri penyamakan kulit, senyawa chroom yang dipakai sebagai
penyamak diganti dengan enzim sehingga ion Cr yang biasanya terdapat di
dalam buangan dapat ditiadakan.
2 Mengganti Sumber Energi
Energi yang menggunakan bahan bakar minyak maupun batu bara selalu
menghasilkan SO2, H2S, NO2, dan beberapa gas lain. Hal ini bisa dikurangi
dengan memakai bahan bakar LNG yang relative menghasilkan gas buangan
lebih bersih. Dapat juga dengan memakai tenaga listrik yang berasal dari tenaga
air atau tenaga nuklir.
2. 4. 3. Perencanaan Kawasan Industri
Agar pencemaran lingkungan yang berasal dari kegiatan industri dapat
teramati dengan baik, maka perlu diadakan suatu daerah yang semata-mata
untuk kegiatan industri. Dengan demikian daya dukung lingkungan akan
menjadi lebih baik karena telah direncanakan secara terpadu dengan tempat
pemukiman dan fasilitas lainnya. Industri yang memberikan dampak lingkungan
sangat mengganggu dan mahal penanggulangannya sebaiknya dipindahkan ke
tempat yang lebih sesuai.
2. 5. Pengolahan Limbah
17
Pengolahan limbah dari buangan industri dimaksudkan untuk
mengurangi pencemaran lingkungan. Cara ini disebut juga dengan Waste
Treatment atau Waste Management yang penanganannya tergantung kepada
jenis kandungan limbah serta tergantung kepada rencana pembuangannya.
Secara umum dikenal tingkat pengolahan limbah sebagai berikut :
1. Primary Treatment
Bahan buangan ditampung pada suatu tempat dan dibiarkan untuk
beberapa lama, sehingga sebagian kotoran akan mengendap atau mengapung
sehingga dapat dipisahkan. Cairan yang sudah bersih dapat dibuang ke
lingkungan.
2. Secondary Treatment
Bahan buangan yang berasal dari primary treatment dimasukkan ke
dalam alat lain yang di dalamnya berisi mikroba yang akan mendegradasi bahan
organik. Agar BOD untuk mikroba tetap terpenuhi, maka ke dalam alat ini
dialirkan udara untuk mencukupi kebutuhan oksigen. Penambahan zat kimia
seringkali dilakukan untuk membantu pengendapan.
3. Advanced Waste Treatment
Bahan- bahan terlarut walaupun dalam jumlah kecil tapi dapat
membahayakan perlu dikurangi. Pengurangan dapat dilakukan dengan proses
absorpsi memakai karbon aktif, atau dapat juga dilakukan dengan menggunakan
resin penukar ion.
18
Usaha pengurangan pencemaran lingkungan seperti yang diuraikan di
atas tidak akan ada artinya apabila tidak disertai pengaturan dan pengawasan
yang ketat. Oleh karena itu peraturan perundangan yang mengatur masalah
pengelolaan lingkungan perlu diketahui oleh setiap petugas yang bergerak dalam
bidang industri dan kegiatan tek
B. Perkembangan industri manufaktur di Indonesia
Sejak zaman Ir. Soekarno saat beliau menjabat menjadi presiden
pertama di Indonesia, proses industrialisasi Negara Indonesia telah
dirintis oleh beliau. Mulai dari berbagai pabrik pembuatan aneka bahan
pokok di Indonesia, dan lainnya. Industrialialisasi di Indonesia mulai
berkembang pesat saat Bapak Soeharto menjabat sebagai presiden.
Puncaknya adalah mampunya Indonesia menerbangkat pesawat buatan
anak negeri sendiri, yaitu N250 – Gatotkaca yang pada waktu itu
dipelopori oleh BJ. Habibie. Setelah sukses melakukan peluncuran
tersebut, makin banyak industry-industri di Indonesia yang berdiri.
Kawasan Industri pun semakin bertebaran. Di Jawa Timur sendiri,
terdapat beberapa kawasan industri yang terkenal. Seperti di daerah
Surabaya, Gresik, Malang, dan lainnya. Mulai dari Industri berat
sampai industri-industri kecil.
Dengan semakin berkembangnya Industri tersebut, maka dalam
Industri tentunya diperlukan sebuah keilmuan yang berhubungan
dengan proses produksi industri tersebut, khususnya industri
manufaktur. Salah satu ilmu yang diperlukan adalah Proses
19
Manufaktur. Yaitu proses pembuatan produk manufaktur mulai dari
pencampuran bahan baku, proses pengecoran, pembentukan, hingga
finishing. Dalam kehidupan manusia, ilmu ini dapat diimplementasikan
untuk membuat alat-alat kehidupan sehari-hari. Mulai dari kursi, meja,
laptop, kalkulator, dll. Oleh karena itulah, proses manufaktur sangat
diperlukan dalam kehidupan manusia, karena hamper semua tool atau
peralatan hidup manusia dibuat melalui proses manufaktur.
Pada tahun 2012 yang lalu, berdasarkan riset yang dilaporkan
oleh UNIDO (Organisasi Pengembangan Industri Dunia), pertumbuhan
industri manufaktur global pada kuartal III tahun 2012 hanya 0.2 persen
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Catatan itu sekaluigus
menunjukkan pertumbuhan paling lambat sejak tahun 2009. Catatan ini
pula menjadi warning kepada seluruh negara-negara di dunia. Sebab,
menurut badan PBB tersebut, industri manufaktur akan menghadapi
tantangan berat ke depannya. Hal itu disebabkan resesi kuat di Eropa,
serta melemahnya pertumbuhan ekonomi di Amerika Utara serta Asia
Timur, ditambah dengan melambatnya laju ekonomi di negara-negara
berkembang.
Krisis ekonomi global menjadi kendala berkembangnya sektor
industri manufaktur di seluruh dunia. Lesunya perekonomian di
Amerika Serikat dan Eropa yang merupakan kiblat perekonomian dunia
berdampak pada berbagai sektor termasuk perindustrian manufaktur.
20
Dampak dari itu semua adalah perekonomian dunia pun ikut lesu
karena sektor industri manufaktur termasuk sektor yang paling basah.
Tingginya komnsumsi masyarakat berakibat pada penguatn
kinerja impor. Namun, di sisi lain, kinerja ekspor relatif melemah
akibar rendahnya permintaan di dunia yang menyebabkan neraca
perdagangan defisit. Krisis ekonomi di dunia juga berdampak pada
melemahnya nilai tukar berbagai mata uang negara, sehingga sektor
industri manufaktur pun semakin lesu.
Di tahun 2013 ini, banyak pihak yang lebih merasa optimistis
dengan perkembangan industri manufaktur dunia. Selain kondisi
perekonomian amerika dan eropa yang makin membaik, sektor industri
manufaktur di negara berkembang juga semakin pesat
perkembangannya. Dengan begitu walaupun masih ada bayang-bayang
krisis ekonomi global, diharapkan industri manufaktur dunia lebih
kreatif dalam mengatasi permasalahan ini.
Sementara di Indonesia ini, prospek perkembangan industri
manufaktur begitu pesat. Optimisme itu merujuk pada krisis moneter
pada tahun 1998 yang lalu saat perekonomian Indonesia hancur lebur.
Namun Indonesia ternyata mampu bangkit dan pada tahun 2011 yang
lalu pertumbuhan PDB bahkan mencapai 6.2%. Pada tahun 2012,
pertumbuhan sektor industri manufaktur khusus sektor nonmigas secara
kumulatif mencapai 6.5%. Bahkan pada kuartal II tahun 2012
pertumbuhan mencapai angka 7.27%. Hal itu membawa angina segar
21
bagi sektor industri manufaktur di Indonesia. Namun, yang perlu
diingat di sini adalah tantangan untuk thun 2013 ini lebih berat ke
depannya. Salah satu faktor yang paling memicu adalah kenaikan TDL
(Tarif Dasar Listrik) sebesar 15% yang itu akan berpengaruh pada daya
saing industri baik di sektor domestic maupun pasar ekspor.
Tantangan berat lain yang harus dihadapi oleh Indonesia adalah
“ASEAN-China Free Trade Area” yang telah diberlakukan semenjak
Januari 2010 yang lalu. Hal itu menyebabkan berbagai produk
manufaktur dari china memasuki pasar Indonesia dengan deras.
Berbagai produk elektronik yang berharga murah pun menggerogoti
pangsa pasar produk lokal Indonesia. Demikian juga produk lainnya,
seperti besi, baja, tekstil, dan barang-barang hasil industri lainnya.
Melemahnya permintaan impor dari negara Eropa dan Amerika
Serikat yang masih mengalami masalah ekonomi, juga menyebabkan
china melakukan ekspansi besar-besaran ke seluruh negara Asia
termasuk Indonesia. Walaupun tidak semua sektor industri manufaktur
yang mengalami ancaman dari China, namun ini tetap saja harus
menjadi perhatian serius.
Masalah lain yang harus segera dibenahi dalam sektor Industri
manufaktur adalah pengadaan bahan baku. Selama ini, sebagian
industri manufaktur di Indonesia masih belum mampu melakukan
pengadaan bahan baku sendiri, sehingga melakukan impor seperti
22
pengadaan bahan baku plastik dan produk hulu petrokimia, bahan baku
industri baja, dan lain-lain.
Keterbatasan infrastruktur transportasi juga menjadi masalah
yang penting. Kondis mesin yang tua juga menjadi deretan masalah
yang dihadapi dan perlu penanganan lebih lanjut dan serius, karena
apabila tidak segera diatasi dalam waktu dekat bisa menurunkan daya
saing sektor industri ini sehingga industri manufaktur di Indonesia akan
sulit berkembang.
Sektor Industri Logam di Indonesia
Pada tahun 2012 yang lalu berdasarkan data dari kementerian
perindustrian, pertumbuhan produksi sektor logam dasar yang mencakup
besi dan baja turun sebesar 8.48%, jauh dibawah kinerja tahun 2011
yang mengalami pertumbuhan 16.26%. Hal itu disebabkan oleh
pembatasan impor bahan baku besi bekas (scrap) karena isu lingkungan.
Padahal industri dalam negeri memiliki ketergantungan yang tinggi
dengan prosentase ketergantungan mencapai 70%.
Akibatnya, pertumbuhan sektor industri logam di tahun 2013 ini
diprediksi turun di kisaran 4-5%. Hal itu disebabkan pengetatan aturan
masalah impor scrap. Seharusnya, adanya pengetatan itu harus
mempunyai kepastian hukum yang tetap. Padahal, pertumbuhan sektor
industri besi dan baja ini menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan
ekonomi kumulatif sektor industri manufaktur di Indonesia.
23
C. Aglomerasi Industri
1. Pengertian Aglomerasi Industri
Aglomerasi Industri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan tertentu
dengan tujuan agar pengelolanya dapat optimal. Proses aglomerasi (pemusatan)
industri keberhasilannya banyak ditentukan oleh faktor teknologi lingkungan,
produktivitas, modal, SDM, manajemen dan lain-lain. Pada Negara-negara yang
sedang mengalami aglomerasi industri, terdapat dualisme bidang teknologi.
Dualisme teknologi adalah suatu keadaan dalam suatu bidan ekonomi tertentu
yang menggunakan tehnik dan organisasi produksi yang sangat berbeda
karakteristiknya. Kondisi ini mengakibatkan perbedaan besar pada tingkat
produktivitas di sektor modern dan sektor tradisional, seperti keadaan berikut ini
:
a. Jumlah penggunaan modal dan peralatan yang digunakan.
b. Penggunaan pengetahuan teknik, organisasi, dan manajemen.
c. Tingkat pendidikan dan keterampilan para pekerja.
Faktor-faktor ini menyebabkan tingkat produktivitas berbagai kegiatan sektor
modern sering kali tidak banyak berbeda dengan kegiatan yang sama yang
terdapat di Negara maju. Sebaliknya sektor tradisional menunjukkan perbedaan
banyak karena keadaan sebagai berikut :
a. Terbatasnya pembentukan modal dan peralatan industri.
24
b. Kekurangan pendidikan dan pengetahuan.
c. Penggunaan teknik produksi yang sederhana.
d. Organisasi produksi yang masih tradisional.
Aglomerasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
Aglomerasi primer adalah perusahaan yang baru muncul tidak ada
hubungannya dengan perusahaan lama yang sudah terdapat di wilayah
aglomerasi,
Aglomerasi sekunder jika perusahaan yang baru beroperasi adalah
perusahaan yang memiliki tujuan untuk memberi pelayanan pada
perusahaan yang lama.
Terdapat 3 jenis aglomerasi, yaitu :
Internal return to scale, timbul karena perusahaan memiliki skala
ekonomi yang besar.
Lokalisasi ekonomi, terjadi pada satu kelompok perusahaan dalam
satu industri yang sejenis yang terletak pada lokasi yang sama.
Urbanisasi Ekonomi, timbul pada perusahaan-perusahaan dari sektor
industri yang berbeda-beda yang mengelompok di lokasi yang sama.
Hubungan antar Industri secara Fungsional dapat ditunjukkan melalui 3
hubungan, berikut ini:
Hubungan produksi (Production Linkages)
25
Hubungan ini merupakan hubungan hasil porduksi dari satu perusahaan
ke perusahaan lain. Dengan kata lain, terdapat arus barang yang bergerak dari
tempat produksi 1 ke tempat produksi lain untuk diolah kembali atau dikemas
dalam bentuk lain. Misalnya, pabrik benang menggerakkan produksinya ke
pabrik kain.
Hubungan pelayanan (Service Lingkage)
Perusahaan pasti membutuhkan layanan jasa yang berhubungan dengan
perusahaan lain. Sebagai contoh, perusahaan membutuhkan jasa akuntan
publik dari perusahaan akuntan untuk menghitung kekayaan perusahaan.
Atau pelayanan sederhana seperti kerjasama dengan CV pelayanan
kebersihan.
Hubungan pemasaran (market Linkages)
Hubungan pemasaran akan melibatkan bagian yang terpisah, yaitu
bagian yang bekerja sebagai penjual atau distributor hasil produksi dari
sebuah industri. Atau dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara
perusahaan yang akan membuat kemasan, para tengkulak, dan agen-agen
penjualan. Hubungan ini sangat penting karena berkaitan dengan hilir dari
suatu barang produksi sebuah industri.
Penempatan aglomerasi industri harus memperhatikan banyak hal,
diantaranya adalah modal, teknologi, bahan baku, transportasi, tenaga kerja,
manajemen, pasar dan infrastruktur. Transportasi merupakan salah satu faktor
26
penting dalam mendirikan industri maupun pemekaran wilayah industri yang
erat kaitannya dengan aglomerasi. Keadaan transportasi meliputi jaringan jalan
dan sarana transportasi yang memadai sehingga dapat mendukung kelancaran
proses produksi dan distribusi. Adanya sarana dan prasarana transportasi yang
memadai tentunya akan lebih mempermudah perusahaan untuk mengangkut
bahan baku ke pabrik dan mendistribusikannya ke pasar. Oleh karena itu
transportasi merupakan alasan utama untuk mendirikan industri di sepanjang
jalan, pelabuhan, dan station kereta. Lokasi-lokasi pada daerah ini dapat
mengurangi biaya produksi dari segi transportasi.
Jika terdapat istilah aglomerasi, yaitu pengelompokan, ada pula istilah
deglomerasi, yaitu suatu kecenderungan perusahaan untuk memilih lokasi usaha
yang terpisah dari kelompok lokasi perusahaan lain. Pemicu lahirnya
perusahaan-perusahaan yang melakukan deglomerasi adalah:
Harga buruh yang semakin meningkat di daerah padat industry.
Penyempitan luas tanah yang dapat digunakan karena sudah banyak dipakai
untuk perumahan dan kantor pemerintah.
Harga tanah yang semakin tinggi di daerah yang telah padat.
Sarana dan Prasarana di daerah lain semakin baik namun harga tanah dan
upah buruh masih rendah.
2. Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri
27
Akibat adanya keterbatasan dalam pemilihan lokasi yang ideal maka
sangat dimungkinkan akan munculnya pemusatan atau terkonsentrasinya
industri pada suatu wilayah tertentu yang dikenal dengan istilah aglomerasi
industri. Misalnya, industri garmen, industri konveksi, dan industri kerajinan
dibangun di suatu tempat yang berdekatan dengan pusat pemukiman penduduk;
Industri berat yang memerlukan bahan mentah, seperti batu bara dan besi baja,
penentuan lokasi pabriknya cenderung mendekati sumber bahan mentah.
Pemusatan industri dapat terjadi pada suatu tempat terkonsentrasinya
beberapa faktor yang dibutuhkan dalam kegiatan industri. Misalnya bahan
mentah, energi, tenaga kerja, pasar, kemudahan dalam perizinan, pajak yang
relatif murah, dan penanggulangan limbah merupakan pendukung aglomerasi
industri. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, penyebab terjadinya aglomerasi
industri antara lain:
1. Terkonsentrasinya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan pada suatu
lokasi.kesamaan lokasi usaha yang didasarkan pada salah satu faktor produksi
tertentu
2. Adanya wilayah pusat pertumbuhan industri yang disesuaikan dengan tata
ruang dan fungsi wilayah.
3. Adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan bidang pelayanan
industri lainnya yang lengkap.
4. Adanya kerja sama dan saling membutuhkan dalam menghasilkan suatu
produk.
28
Model aglomerasi industri yang berkembang akhir-akhir ini, dapat
dikategorikan menguntungkan, di antaranya adalah:
1. Mengurangi pencemaran atau kerusakan lingkungan, karena terjadi
pemusatan kegiatan sehingga memudahkan dalam penanganannya.
2. Mengurangi kemacetan di perkotaan, karena lokasinya dapat disiapkan
di sekitar pinggiran kota.
3. Memudahkan pemantauan dan pengawasan, terutama industri yang tidak
mengikuti ketentuan yang telah disepakati.
4. Tidak mengganggu rencana tata ruang.
5. Dapat menekan biaya transportasi dan biaya produksi serendah mungkin.
Di dalam aglomerasi industri dikenal istilah kawasan industri atau sering
disebut industrial estate, yaitu suatu kawasan atau tempat pemusatan kegiatan
industri pengolahan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana, misalnya:
lahan dan lokasi yang strategis. Selain itu, terdapat pula fasilitas penunjang lain,
misalnya listrik, air, telepon, jalan, dan tempat pembuangan limbah, yang telah
disediakan oleh perusahaan pengelola kawasan industri.
Tujuan dibentuknya suatu kawasan industri (aglomerasi yang disengaja), antara
lain:
1. Untuk mempercepat pertumbuhan industry.
2. Memberikan kemudahan bagi kegiatan industry.
29
3. Mendorong kegiatan industri agar terpusat dan berlokasi di kawasan
tersebut.
4. Menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan.
Misalnya: beberapa kawasan industri di Indonesia, antara lain Medan,
Cilegon (Banten), Pulogadung (Jakarta), Cikarang (Bekasi), Cilacap
(Jateng), Rungkut (Surabaya), dan Makassar.
Selain kawasan industri, dikenal juga istilah kawasan berikat (Bonded
zone). Kawasan berikat (Bonded zone) merupakan suatu kawasan dengan batas
tertentu di dalam wilayah pabean yang di dalamnya diberlakukan ketentuan
khusus di bidang pabean. Ketentuan tersebut antara lain mengatur lalu lintas
pabean dari luar daerah atau dari dalam pabean Indonesia lainnya tanpa terlebih
dahulu dikenakan bea cukai atau pungutan negara lainnya, sampai barang
tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor atau ekspor. Kawasan berikat berfungsi
sebagai tempat penyimpanan, penimbunan, dan pengolahan barang yang berasal
dari dalam atau luar negeri. Contoh kawasan berikat, yaitu PT Kawasan Berikat
Indonesia meliputi Tanjung Priok, Cakung, dan Batam.
Sedikitnya ada empat jenis keterkaitan yang menyebabkan terjadinya
industri berikat, yaitu:
1. Keterkaitan produk.
2. Keterkaitan jasa.
3. Keterkaitan proses.
4. Keterkaitan subkontrak.
30
Sebagai contoh industri berikat yaitu industri garmen. Dalam hal ini
industri garmen sebagai industri utamanya. Sedangkan di sekitar industri
garmen tersebut akan dikelilingi oleh industri-industri lain yang berfungsi
sebagai penunjang, misalnya: industri tekstil, industri kancing, reslasting, dan
asesoris lainnya.
31
Gambar Aglomerasi setiap provinsi di Indonesia
D. Tenaga kerja di Indonesia
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja. Dalam literature
biasanya adalah seluruh penduduk berusia 15-64 tahun. Tetapi
kebiasaan yang dipakai di Indonesia adalah seluruh penduduk berusia
10 tahun keatas
32
33
BAB III
PENUTUP
Dampak teknologi industri terhadap pencemaran dapat diklasifikasikan
dalam bermacam-macam bentuk menurut pola pengelompokannya :
1. Pengelompokan menurut bahan pencemar yang menghasilkan bentuk
pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan budaya
2. Pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk
pencemaran udara, air, tanah, makanan, dan sosial
3. Pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam bentuk
primer dan sekunder
Sementara di Indonesia ini, prospek perkembangan industri manufaktur
begitu pesat. Optimisme itu merujuk pada krisis moneter pada tahun
1998 yang lalu saat perekonomian Indonesia hancur lebur. Namun
Indonesia ternyata mampu bangkit dan pada tahun 2011 yang lalu
pertumbuhan PDB bahkan mencapai 6.2%. Pada tahun 2012,
pertumbuhan sektor industri manufaktur khusus sektor nonmigas secara
kumulatif mencapai 6.5%. Bahkan pada kuartal II tahun 2012
pertumbuhan mencapai angka 7.27%. Hal itu membawa angina segar
bagi sektor industri manufaktur di Indonesia. Namun, yang perlu
diingat di sini adalah tantangan untuk thun 2013 ini lebih berat ke
34
depannya. Salah satu faktor yang paling memicu adalah kenaikan TDL
(Tarif Dasar Listrik) sebesar 15% yang itu akan berpengaruh pada daya
saing industri baik di sektor domestic maupun pasar ekspor.
Daftar pustaka
http://cs0506.wordpress.com/2010/11/27/perkembangan-industri-di-indonesia/
sumber dokumentasi
2012 Pertumbuhan Industri Logam Baja Turun 8.48% ,
http://www.imq21.com/news/read/
123943/20130205/105935/2012-Pertumbuhan-Industri-Logam-Baja-Turun-8-
48-.html ,diakses tanggal 27 Februari 2013
Inovasi Kunci Tingkatkan Pertumbuhan Industri Manufaktur,
http://www.imq21.com/news/
read/106540/20121121/162152/Inovasi-Kunci-Tingkatkan-Pertumbuhan-
Industri-Manufaktur.html, diakses 27 Februari 2013
35
Laporan PBB : Manufaktur Global Masih Lesu, http://koran-
jakarta.com/index.php/
detail/view01/107291, diakses 27 Februari 2013
Prospek Industri Manufaktur 2012, http://www.datacon.co.id/Outlook-
2012Industri.html,
diakses 27 Februari 2013
Rofiq, Aunur. 2013. Krisis Eropa-Amerika dan Prospek Industri Manufaktur
2013,
http://www.lensaindonesia.com/2013/01/07/krisis-eropa-amerika-dan-prospek-
industri-manufaktur-2013.html, diakses 27 Februari 2013