refisi makalah geografi oke

58
KONSEP DASAR/ESENSIAL GEOGRAFI DAN IMPLEMENTASI DALAM PENGAJARAN DISUSUN OLEH : WINDA RIA DELPIRA (14060063) LIDIA OLIVIA NOPITASARI (14060051) YULIA KARTIKA (14060052) MATA KULIAH : PENGANTAR FILSAFAT GEOGRAFI SEMESTER : I (SATU) PROGRAM STUDI GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Upload: dedesafrayogisupardi

Post on 27-Sep-2015

38 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Geografi

TRANSCRIPT

KONSEP DASAR/ESENSIAL GEOGRAFI DAN IMPLEMENTASI DALAM PENGAJARAN

DISUSUN OLEH :

WINDA RIA DELPIRA

(14060063)

LIDIA OLIVIA NOPITASARI

(14060051)

YULIA KARTIKA

(14060052)

MATA KULIAH :

PENGANTAR FILSAFAT GEOGRAFI

SEMESTER :

I (SATU)

PROGRAM STUDI GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, SH BENGKULU

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur keaadirat Allah SWT Yang Maha Sempurna pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu Makalah Tentang Konsep Dasar/Esensial Geografi Dan Implementasi Dalam Pengajaran.

Makalah ini menjelaskan konsep dasar/esensial geografi dan implementasi dalam pengajaran,Teknik Pengamatan (Observasi), Teknik Perekaman (Recording).

Tidak lupa pula penulis sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam proses pembuatan makalah ini, karena penulis sadar sebagai makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan orang lain dan tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia dari Nya.

Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Dalam pembuatan makalah penulis telah berusaha sebaik-baiknya, namun sebagai manusia biasa tentunya penulis tidak pernah lepas dari kesalahan, untuk itu penulis juga mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

Tais, 06 Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman judul

Kata pengantarii

Daftar isiiii

BAB .I. PENDAHULUANiv

1.1. Latar Belakangiv

1.2. Rumusan Masalahv

1.3. Tujuan Masalahv

BAB .II. PEMBAHASAN1

A. konsep dasar/esensial geografi dan implementasi dalam

pengajaran1

B. Teknik Pengamatan (Observasi)8

C. Teknik Perekaman (Recording)17

D. Hasil dan Permasalahannya23

BAB .III. PENUTUP31

A. KESIMPULAN31

B. SARAN32

DAFTAR PUSTAKA33

BAB .I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Ilmu Geografi bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi, Geografi adalah salah satu Ilmu Pengetahuan yang sudah diakui dengan seperangkat metode berdasarkan teori-teori yang disepakati.

Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah Bagaimana konsep dasar/esensial geografi dan implementasi dalam pengajaran.

.

1.3. Tujuan Masalah

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Mengetahui dan Menjelaskan konsep dasar/esensial geografi dan implementasi dalam pengajaran.

2. Mengetahui dan Menjelaskan Teknik Pengamatan (Observasi).

3. Mengetahui dan Menjelaskan Teknik Perekaman (Recording).

4. Mengetahui dan Menjelaskan Hasil Dan Permasalahannya.

33

BAB .I.PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR/ESENSIAL GEOGRAFI DAN IMPLEMENTASI DALAM PENGAJARAN

a. Konsep Esensial Geografi

Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang ilmu merupakanpengertian-pengertian untuk mengungkapkan atau menggambaran corak abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam memahami fenomena yang terjadi. Selama ini, di Indonesia mengenal 10 ( sepuluh ) konsep dasar geografi yang dipakai dalam melakukan generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu.

Para Ahli Geografi Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Geografi Indonesia ( IGI ) dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan tahun 1988 yang mengemukakan sepuluh konsep esensial ( dasar ) geografi ini, yaitu :

1. Konsep lokasi

Konsep lokasi yaitu letak dipermukaan bumi, merupakan konsep yang paling utama sejak awal pertumbuhan geografi dan telah menjadi cirri khusus ilmu atau pengetahuan geografi. Lokasi dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

Lokasi Absolutmenunjukkan letak yang tetap terhadap sistem koordinat atau sering dikenal dengan sebutan letak astronomis.

Contoh : Berdasarkan letak astronomisnya Indonesia berada di 60LU dan 110LS serta 950BT dan 1140BT.

Lokasi Relatifyaitu lokasi yang dipengaruhi oleh daerah sekitarnya atau sering dikenal dengan sebutan letak geografi.

Contohnya : Rumah bagus, nilainya akan menjadi rendah apabila berkaitan dengan kuburan, stasiun KA, lapangan terbang, pabrik textil atau bahkan dengan industri yang pembuangan limbahnya kurang baik

2. Konsep Jarak

Konsep Jarak yaitu jarak dari suatu tempat lain.

Jarak dibagi menjadi 2 yaitu :

Jarak absolut, merupakan jarak yang ditarik garis lurus antara dua titik atau jarak dari satu tempat ke tempat yang lain. Dengan demikian jarak absolut adalah jarak yangsesungguhnya.

Contohnya : Jarak antara kota Kudus ke Semarang 50 km.

Jarak relatifyaitu jarak atas pertimbangan tertentu.

Contoh : harga produksi pertanian menjadi lebih mahal bila harus diangkut ke pasar yang jauh, nilai tanah semakin mahal bila semakin dekat dengan kota, jalan raya, pasar dan lain lain.

3. Konsep keterjangkauan

Konsep keterjangkauan yaitu mudah dijangkau atau tidaknya suatu tempat , dan berkaitan dengan kondisi permukaan bumi dan ketersediaan sarana dan prasarana angkutan atau komunikasi yang dapat dipakai.

Contohnya : dari Jakarta ke kota Cirebon lebih mudah dijangkau dibandingkan dengan dari Jakarta ke pulau Kelapa ( dikepulauan Seribu ) karena kendaraan Jakarta - Cirebon lebih mudah didapat dibandingkan dengan Jakarta - pulauKelapa.

4. Konsep pola

Konsep pola yaitu konsep yang berkaitan dengan bentuk, susunan, dan persebaran fenomena geosfer.

Contohnya : pola aliran sungai terkait dengan jenis batuan, tanah, dan struktur geologi. Atau pola pemukiman yang terkait dengan sungai, jalan, bentuk lahan, pusat pusat pertanian dan lain lain.

5. Konsep Morfologi

Konsep Morfologi yaitu konsep yang berkaitan dengan bentuk permukaan bumi sebagai hasil tenaga edogeen dan tenaga eksogen sehingga dapat membentuk pegunungan dengan lereng lereng terjal atau dataran luas.

Contohnya : pada daerah pegunungan cocok untuk pertanian sayuran atau perkebunan teh, bentuk lahan terkait dengan erosi dan sedimentasi, penggunaan lahan, tebal tanah, ketersediaan air, dan sebagainya.

6. Konsep Aglomerasi

Konsep Aglomerasi yaitu kecenderungan persebaran gejala geografi yang bersifat mengelompok pada suatu tempat yang paling menguntungkan disebabkan adanya keseragaman atau faktor faktor umum yang menguntungkan.

Contohnya : sekelompok penduduk asal daerah sama , masyarakat dikota cenderung mengelompok seperti pemukiman elit, pengelompokan pedagang dan sebagainya. Didesa masyarakat rumahnya menggerombol / mengelompok ditanah datar yang subur.

7. Konsep Nilai Kegunaan

Konsep Nilai Kegunaan yaitu nilai suatu tempat mempunyai kegunaan yang berbeda-beda dilihat dari fungisnya.

Contohnya : daerah wisata mempunyai kegunaan dan nilai yang berlainan bagi setiap orang. Oleh karena itu ada orang yang tidak pernah mengunjunginya, kadang kadang atau malah bahkan sering berkunjung.

8. Konsep Interaksi / interdependensi

Konsep Interaksi / interdependensi adalah kegiatan saling mempengaruhi daya, objek, atau tempat yang satu dengan tempat yang lainnya dari berbagai fenomena geosfer.

Contohnya : gerakan orang dari daerah yang padat penduduknya ke daerah yang jarang penduduknya, gerakan barang dari kota ke desa atau sebaliknya

9. Konsep Deferensiasi Areal

Konsep Deferensiasi Areal yaitu fenomena yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya atau kekhasan suatu tempat.

Contohnya : jarak dekat, sedang dan jauh dari jalan, perumahan yang padat, sedang dan jarang.

10. Konsep Keterkaitan Keruangan (Asosiasi)

Konsep Keterkaitan Keruangan (Asosiasi) yaitu keterkaitan keruangan menunjukkan derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena lain di suatu tempat baik yang menyangkut fenomena alam maupun fenomena sosial.

Contohnya:kaitan antara kondisi wilayah dengan budaya pertanian di daerah yang tandus dan berbukit akan berbeda dengan di daerah datar yang relative subur.

Selain 10 ( sepuluh ) konsep esensial yang dikemukakan di atas masih ada lagi konsep-konsep esensial MenurutWhipleada 5 ( lima ) konsep esensial, yaitu :

a. bumi sebagai planet

b. variasi sebagai hidup

c. variasi wilayah alamiah

d. makna wilayah bagi manusia

e. pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia

Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya dan lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep "variasi cara hidup"setidaknya harus terabstrasikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya mata pencaharian itu, penyebaran mata perncaharian itu jumlah penduduk yang bekerjapada masing-masing matapencaharianitu dandinamika matapencaharian itu. MenurutJ. Warmanada 15 (lima belas) konsep esensial, yaitu :

a. wilayah atau regional

b. lapisan hidup atau biosfer

c. manusia sebagai faktor ekologi dominan

d. globalisme atau bumi sebagai planet

e. interaksi keruangan

f. hubungan area

g. persaman areal

h. perbedaaan areal

i. keunikan areal

j. persebaran areal

k. lokasi relatif

l. keunggulan komparatif

m. perubahan yang terus menerus

n. sumberdaya dibatasi secara budaya

o. bumi bundar diatas kertas yang datar atau peta.

Dengan menggunakan konsep- konsep tersebut dapat diungkapkan berbagai gejala dan berbagai masalah yang terjadi dilingkungan sekitar kita. Penggunaan konsep itu akan memudahkan pemahaman terhadap sebab akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala dan masalah sehari-hari.

b. Pengertian Implementasi

Fullan (1982) dalam Miller and Seller (1985) menyebutkan bahwa pengertian implementasi pembelajaran adalah suatu proses peletakan ke dalam praktek tentang suatu ide, program atau seperangkat aktivitas baru bagi orang dalam mencapai atau mengharapkan perubahan. Dalam proses ini perubahan dalam praktek sebagai bagian kegiatan guru-siswa yang akan berpengaruh pada lulusan.

Sedangkan Saylor and Alexander (1974) dalam Miller and Seller (1985) memandang bahwa proses pengajaran (pembelajaran) sebagai implementasi: pembelajaran merupakan implementasi dari rencana kurikulum, biasanya, tidak harus, melibatkan pengajaran dalam artian interaksi antara guru dan siswa dalam suatu lingkungan sekolah. Lebih lanjut Hamalik (2006) menyatakan bahwa imlpementasi adalah operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi aktual ke dalam kegiatan pembelajaran.

Dari pengertian di atas, implementasi yang berkaitan dengan kurikulum, seperti yang dijelaskan Saylor and Alexander adalah proses menerapkan rencana kurikulum (program) dalam bentuk pembelajaran, melibatkan interaksi siswa dengan guru dalam konteks persekolahan. Konteks persekolahan ini mengandung maksud pembelajaran yang dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas.

Jackson (Hamalik, 2006) menjelaskan ada tiga pendekatan dalam implementasi kurikulum yaitu:

a) Fidelity Perspective

Karakteristik utama pendekatan ini adalah para pelaksana kurikulum di sekolah berupaya mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan desain yang telah ditetapkan standar. Lebih jauh Jackson menyebutkan bahwa dalam fidelity perspective, kurikulum dipandang sebagai rancangan (program) yang dibuat di luar ruang kelas. Kurikulum juga dipandang sebagai sesuatu yang riel (rencana, program) yang dianjurkan oleh guru.

b) Mutual Adaptation

Ciri pokok pendekatan ini dalam implementasinya adalah pelaksana mengadakan penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi riel, kebutuhan dan tuntutan perkembangan secara kontekstual. Pendekatan ini berasumsi bahwa berdasarkan temuan empirik, pada kenyataannya kurikulum tidak pernah benarbenar dapat diimplementasikan sesuai rencana, namun perlu diadaptasi sesuai kebutuhan setempat.

Menurut pendekatan ini, desain dan isi kurikulum dirancang di luar konteks pembelajaran, kemudian diadaptasi oleh guru sebagai sebuah pengembangan dengan lokal. Adaptasi juga dapat dilakukan selama proses implementasi berlangsung.

c) Enactment Curriculum

Ciri utama pendekatan ini adalah pelaksana kurikulum melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalkan pelaksanaan kurikulum. Rencana program (kurikulum) bukan merupakan produk atau peristiwa (pengembangan), melainkan sebagai proses yang berkembang. Perencanaan program yang dilakukan di luar (eksternal), dipandang merupakan sumber bagi guru untuk menciptakan kurikulum sebenarnya yang diterapkan dalam pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Para guru menggunakan rencana kurikulum eksternal sebagai acuan agar kurikulum dapat diterapkan lebih baik dan bermakna, baik untuk dirinya maupun untuk siswa. Para guru adalah creator dalam implementasi kurikulum. Dalam perspektif enactment curriculum, kurikulum sebagai proses akan tumbuh dan berkembang dalam interaksi antara guru dan siswa, terutama dalam membentuk kemampuan berfikir dan bertindak.

Berdasarkan pandangan di atas, pendekatan implementasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada pendekatan mutual adaptation, dimana implementasi kurikulum diyakini sebagai sebuah penyesuaian dengan kebutuhan riel dilapangan. Kondisi ini sejalan dengan otonomi pendidikan yang diberikan kepada sekolah, dimana pengembangan kurikulum sepenuhnya diberikan kepada sekolah dengan harapan dapat meningkatkan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat serta mendekatkan peran sesungguhnya dari guru sebagai seorang pengembang kurikulum dengan tetap mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang telah ditetapkan. SNP yang saat ini telah ditetapkan dan menjadi pedoman guru dalam mengembangkan pembelajaran di kelas adalah Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL).

B. TEKNIK PENGAMATAN (OBSERVASI)

1. Pengertian Teknik Pengamatan (Observasi)

Pengamatan (observasi) adalah teknik pengumpulan yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan. Observasi dapat diartikan juga sebagai metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Penemuan ilmu pengetahuan selalu dimulai dengan observasi dan kembali kepada observasi untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut.

a. Tujuan Observasi

Dengan observasi kita dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan sosial yang sukar untuk diketahui dengan metode lainnya. Dari hasil observasi kita akan memperoleh gambaran yang jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara pemecahannya. Jadi, jelas bahwa tujuan observasi adalah untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung di lapangan atau tempat penelitian. Tujuan observasi harus bisa menggambarkan :

1) What (apa yang diobservasi)

2) Who (siapa yang diobservasi)

3) Where ( dimana observasi akan berlangsung)

4) When (waktu observasi akan berlangsung)

5) How (bagaimana gejala ini diamati)

b. Fungsi Observasi

1) Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang bersifat eksploratif

2) Bila kita belum mengetahui sama sekali permasalahan, biasanya penelitian-penelitian pertama dilakukan melalui pengamatan di tempat-tempat gejala terjadi.

3) Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya sudah lebih mendalam.

4) Dalam hal ini, biasanya observasi dijadikan sebagai metode pembantu untuk menunjang wawancara sebagai metode utama. Observasi akan membantu untuk mengontrol/memeriksa di lapangan, seberapa jauh hasil wawancara tersebut sesuai dengan fakta yang ada.

5) Sebagai metode utama dalam penelitian.

6) Penelitian-penelitian yang menyangkut tingkah laku bayi maupun hewan akan menggunakan metode observasi

c. Jenis-jenis Observasi

Berdasarkan pelaksanaan, observasi dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu observasi partisipasi dan observasi non partisipasi.

a. Observasi partisipasi

Observasi partisipasi adalah observasi yang melibatkan peneliti atau observer secara langsung dalam kegiatan pengamatan di lapangan. Jadi, peneliti bertindak sebagai observer, artinya peneliti merupakan bagian dari kelompokyang ditelitinya. Keuntungan cara ini adalah peneliti merupakan bagian yang integral dari situasi yang dipelajarinya sehingga kehadirannya tidak memengaruhi situasi penelitian. Kelemahannya, yaitu ada kecenderungan peneliti terlampau terlibat dalam situasi itu sehingga prosedur yang berikutnya tidak mudah dicek kebenarannya oleh peneliti lain.

b. Observasi non partisipasi

Observasi non partisipasi adalah observasi yang dalam pelaksanaannya tidak melibatkan peneliti sebagai partisipasi atau kelompok yang diteliti. Cara ini banyak dilakukan pada saat ini. Kelemahan cara ini antara lain kehadiran pengamat dapat memengaruhi sikap dan perilaku orang yang diamatinya.

d. Instrumen yang Digunakan dalam Melakukan Observasi

Instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, yaitu checklist, rating scale, anecdotal record, catatan berkala, dan mechanical device.

a. Check list, merupakan suatu daftar yang berisikan nama-nama faktor- faktor yang akan diamati.

b. Rating scale, merupakan instrumen untuk mencatat gejala menurut tingkatan-tingkatannya.

c. Anecdotal record, merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh responden.

d. Mechanical device, merupakan alat mekanik yang digunakan untuk memotret peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh responden

e. Kelebihan dan Kelemahan Penggunaan Observasi dalam Pengumpulan Data

1) Kelebihan observasi

Kelebihan dari observasi, antara lain:

1) Pengamat mempunyai kemungkinan untuk langsung mencatat hal-hal, perilaku pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut masih berlaku, atau sewaktu perilaku sedang terjadi sehingga pengamat tidak menggantungkan data-data dari ingatan seseorang.

2) Pengamat dapat memperoleh data dan subjek, baik dengan berkomunikasi verbal ataupun tidak, misalnya dalam melakukan penelitian. Sering subjek tidak mau berkomunikasi secara verbal dengan peneliti karena takut, tidak punya waktu atau enggan. Namun, hal ini dapat diatasi dengan adanya pengamatan (observasi) langsung.

2) Kelemahan observasi

Kelemahan dari observasi, antara lain:

1) Memerlukan waktu yang relatif lama untuk memperoleh pengamatan langsung terhadap satu kejadian, misalnya adat penguburan suku Toraja dalam peristiwa ritual kematian, maka seorang peneliti harus menunggu adanya upacara adat tersebut.

2) Pengamat biasanya tidak dapat melakukan terhadap suatu fenomena yang berlangsung lama, contohnya kita ingin mengamati fenomena perubahan suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern akan sulit atau tidak mungkin dilakukan.

3) Adanya kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diamati, misalnya kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya pribadi, seperti kita ingin mengetahui perilaku anak saat orang tua sedang bertengkar, kita tidak mungkin melakukan pengamatan langsung terhadap konflik keluarga tersebut karena kurang jelas.

f. Langkah-langkah dalam Observasi

Langkah-langkah dalam melakukan observasi adalah sebagai berikut :

Harus diketahui di mana observasi itu dapat dilakukan.

Harus ditentukan dengan pasti siapa saja yang akan diobservasi.

Harus diketahui dengan jelas data-data apa saja yang diperlukan.

Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data agar berjalan mudah dan

lancar.

Harus diketahui tentang cara mencatat hasil observasi, seperti telah menyediakan buku catatan, kamera, tape recorder, dan alat-alat tulis lainnya.

g. Beberapa Hal yang Menjadi Bahan Pengamatan

Hal-hal yang biasanya menjadi pengamatan seorang peneliti yang menggunakan metode pengamatan adalah sebagai berikut.

a. Pelaku atau partisipan, menyangkut siapa saja yang terlibat dalam kegiatan yang diamati, apa status mereka, bagaimana hubungan mereka dengan kegiatan tersebut, bagaimana kedudukan mereka dalam masyarakat atau budaya tempat kegiatan tersebut, kegiatan menyangkut apa yang dilakukan oleh partisipan, apa yang mendorong mereka melakukannya, bagaimana bentuk kegiatan tersebut, serta akibat dari kegiatan tersebut.

b. Tujuan, menyangkut apa yang diharapkan partisipan dari kegiatan atau peristiwa yang diamati.

c. Perasaan, menyangkut ungkapan-ungkapan emosi partisipan, baik itu dalam bentuk tindakan, ucapan, ekspresi muka, atau gerak tubuh.

d. Ruang atau tempat, menyangkut lokasi dari peristiwa yang diamati serta pandangan para partisipan tentang waktu.

e. Waktu, menyangkut jangka waktu kegiatan atau peristiwa yang diamati serta pandangan para partisipan tentang waktu.

f. Benda atau alat, menyangkut jenis, bentuk, bahan, dan kegunaan benda atau alat yang dipakai pada saat kegiatan berlangsung.

g. Peristiwa, menyangkut kejadian-kejadian lain yang terjadi bersamaan atau seiring dengan kegiatan yang diamati.

h. Bentuk-bentuk Metode Pengamatan

Berdasarkan keterlibatan penelitinya, metode pangamatan dibedakan sebagai berikut :

a. Pengamatan biasa

Pada pengamatan biasa, pengamat merupakan orang yang sepenuhnya melakukan pengamatan (complete observer), la tidak memiliki keterlibatan apa pun dengan pelaku yang menjadi objek penelitian.

b. Pengamatan terkendali (controlled observation)

Dalam pengamatan terkendali, pengamat juga sepenuhnya melakukan pengamatan. la tidak memiliki hubungan apa pun dengan objek (pelaku) yang diamatinya. Akan tetapi, berbeda dengan pengamatan biasa pada pengamatan terkendali orang yang menjadi sasaran penelitian ditempatkan dalam suatu ruangan yang dapat diamati oleh peneliti. Dalam lingkungan yang terbatas tersebut, pengamat mengadakan berbagai percobaan atas diri para sasaran penelitian. Pengamatan terkendali umumnya dikembangkan untuk meningkatkan ketepatan dalam melaporkan hasil pengamatan dan biasanya banyak digunakan dalam penelitian yang mengkhususkan perhatian pada usaha mengetahui sebanyak mungkin sifat kelompok kecil.

c. Pengamatan terlibat (participant observation)

Pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang paling sering digunakan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi. Metode semacam ini dalam bahasa Jerman disebut juga verstehen, yaitu suatu metode yang memungkinkan terjadinya keterlibatan seorang peneliti pada masyarakat yang dijadikan objek penelitiannya. Dalam pengamatan terlibat, pengamat ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diamati. Caranya peneliti datang ke lokasi penelitian, tinggal di tempat tersebut untuk jangka waktu tertentu, mempelajari bahasa, atau dialek setempat, kemudian berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari sambil melakukan pengamatan.

Berdasarkan tingkat keterlibatan penelitinya, pengamatan terlibat dibedakan sebagai berikut.

a) Pengamat sepenuhnya terlibat (completeparticipation)

Pada pengamatan jenis ini, pengamat sepenuhnya terlibat sehingga pelaku yangmenjadi objek penelitian tidak mengetahui bahwa mereka sedang diamati.

b) Pengamat berperan sebagai peserta (observeras participant)

Pada pengamatan jenis ini, keterlibatan pengamat dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan objekyang diteliti masih ada. Namun, keterlibatan ini bersifat sangat terbatas karena pengamat berada di tempat penelitian hanya untuk jangka pendek. Dibandingkan dengan pengamatan penuh, pengamatan jenis ini jelas relatif lebih mudah dan lebih cepat dilakukan.

c) Pengamat berperan sebagai pengamat (complete participant as observer).

Pada pengamatan jenis ini, status pengamat selaku peneliti diketahui para pelaku yang menjadi objek penelitian.

Selain berdasarkan tingkat keterlibatan penelitinya, metode pengamatan juga dibagi berdasarkan cara pengamatan yang dilakukan seperti berikut ini :

a) pengamatan tidak berstruktur

Pada pengamatan yang tidak berstruktur, tidak ada suatu ketentuan mengenai apa yang harus diamati oleh pengamat. Sebelum mulai mengumpulkan data, pengamatnya tidak mempunyai format pencatatan atau ketentuan baku tentang cara-cara pencatatan hasil pengamatan. Pengamatan yang tidak berstruktur sering digunakan dalam penelitian-penelitian antropologi ataupun dalam penelitian yang sifatnya eksploratori.

b) Pengamatan berstruktur

ada pengamatan berstruktur, apa yang hendak diamati telah direncanakan oleh peneliti secara sistematis, sehingga isi pengamatan lebih sempit dan lebih terarah dibanding isi pengamatan yang tidak berstruktur. Dalam mengumpulkan data, peneliti berpedoman kepada format pencatatan atau ketentuan baku yang telah ditetapkan sebelumnya.

i. Alat-alat Pengamatan

Untuk menambah ketepatan pengamatan, selain dilengkapi dengan alat-alat untuk mencatat, biasanya peneliti juga dilengkapi dengan alat-alat sebagai berikut.

a. Tape recorder, untuk merekam pembicaraan.

b. Kamera, untuk merekam berbagai kegiatan secara visual.

c. Film atau video, untuk merekam kegiatan objek penelitian secara audio-visual.

d. Buku dan pulpen, untuk mencatat hasil penelitian.

Seorang pengamat tentu saja tidak harus menggunakan seluruh peralatan di atas. Penggunaan alat-alat tersebut disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan kemampuan peneliti.

j. Prinsip-prinsip Pengamatan

Untuk memperoleh hasil yang baik, seseorang yang hendak melakukan pengamatan sebaiknya memerhatikan prinsip-prinsip pengamatan sebagaiberikut:

a. Pengamatan sebagai suatu cara pengumpulan data harus dilakukan secara cermat, jujur, dan objektif serta terfokus pada objek yang diteliti.

b. Dalam menentukan objek yang hendak diamati, seorang pengamat harus mengingat bahwa makin banyak objek yang diamati, makin sulit pengamatan dilakukan dan makin tidak teliti hasilnya.

c. Sebelum pengamatan dilaksanakan, pengamat sebaiknya menentukan cara dan prosedur pengamatan.

d. Agar pengamatan lancar, pengamat perlu memahami apa yang hendak dicatat serta bagaimana membuat catatan atas hasil pengamatan yang terkumpul.

C. TEKNIK PEREKAMAN (RECORDING)

1. Teknik Perekaman (Recording)

1) Teknik Pencatatan/perekaman Narrative

Teknik pencatatan narrative merupakan teknik pengumpulan (pencatatan) data oleh observer dengan kejadian dan urutan kejadiannya sebagaimana yang terjadi pada situasi nyata.Teknik inimembantu formulasi deskripsi yang komprehensif akan perilaku individu.

Tipe pencatatan narrative:

a) Anecdotal recording :pencatatan mencakup apapun yang tampak relevan bagi observer. Cara ini tidak membutuhkan kerangka waktu, pengkodean atau pengkategorian tertentu.

b) Running recording : observer mencatat ketika perilaku muncul

a. Kelebihan pencatatan narrative:

Memelihara rangkaian asli dari suatu kejadian.

Membantu pengumpulkan informasi dan menemukan perilaku kritis.

Dapat digunakan untuk mengetahui dan menilai kemajuan.

Memberikan catatan tentang kesulitan yang berkelanjutan.

Membutuhkan sedikit peralatan.

Cocok sebagai pendahulu prosedur observasi yang lebih sistematis.

b. Kelemahan:

Tidak cocok untuk data kuantitatif.

Sulit untuk divalidasi.

Tidak mendeskripsikan secara penuh beberapa tipe dari perilaku kritis.

Sulit digeneralisasi.

Memungkinkan terjadinya perbedaan antar pengamat satu dengan pengamat yang lain.

2) Metode Perekaman Interval (Interval Recording)

Merupakan salah satu teknik observasi yang berfokus pada perilaku spesifik dalam waktu yang spesifik pula. Periode observasi dibagi menjadi beberapa segmen interval (biasanya selama 5 sampai 30 detik, tergantung pada apa yang mau diobservasi). Interval recording sesuai uuntuk observasi terkontrol dan di dalam laboratorium.

a. Keuntungan Interval Recording

Interval recording memiliki beberapa keuntungan (Kazdin, 1981; Nay, 1979):

Membantu menemukan hubungan antara waktu dan perilaku

Memfasilitasi pemeriksaan reliabilitas interobserver

Membantu memastikan perilaku yang ditemukan pada saat observasi dalam jangka waktu yang sama

Efisien dalam penggunaan waktu

Memfokuskan perhatian pada perilaku anak-anak dengan struktur observasi yang ada

Memungkinkan pencatatan pada hamper semua perilaku yang dapat diamati

Memungkinkan pengumpulan observasi dalam jumlah yang besar dalam jangka waktu yang pendek

Hanya memerlukan peralatan minimalis dan murah

b. Kerugian Interval Recording

Perilaku-perilaku yang diobservasi tampak seperti urutan, karena interval waktu bukan karena perilaku tersebut.

Hubungan antara perilaku dan permasalahan terlihat berlebihan.

Metode ini tidak menyediakan informasi tentang kualitas perilaku atau tentang situasi saat observasi dilaksanakan, kecuali informasi-informasi spesifik yang dikode dalam sistem recording

Tidak mengungkapkan frekuensi secara actual atau durasi dari perilaku.

Terlalu melebihkan frekuensi tingkat perilaku yang rendah atau perilaku dalam durasi yang pendek dan merendahkan frekuensi tingkat perilaku yang tinggi.

Metode ini memerlukan observer yang telah menjalani pelatihan dengan baik untuk mempelajari metode recording ini

3) Metode Perekaman Keadaan (Event Recording)

Metode event recording dilakukan dengan cara merekam setiap hal dari perilaku spesifik(specific behavior)atau kejadian-kejadian yang ingin diukur selama periode observasi. Event recording merekamsample behavior, dimana unit pengukurannya adalah perilaku. Dengan kata lain, observer menuggu perilaku atau kejadian yang ingin diukur itu muncul kemudian mencatatnya. Event recording terutama digunakan untuk observasi terkontrol dan studi laboratorium.

a. Kelebihan :

Mengukur atau melihat perilaku dengan frekuensi yang rendah atau jarang, dan oleh orang yang sehari-hari berada dalam setting observasi.

Memudahkan dalam mempelajari banyak perilaku atau peristiwa yang berbeda.

Lebih efisien.

Dapat menggunakan bermacam-macam cara pencatatan data yang berbeda.

Memberikan informasi mengenai perubahan perilaku dari waktu ke waktu dan total jumlah perilaku.

b. Kelemahan :

Tidak memberikan pola perilaku yang sifatnya sementara.

Sulit untuk mencapai reliabilitas antar observer.

Tidak cocok untuk melihat perilaku yang tidak diskrit.

Observer harus dapat mempertahankan konsentrasi dalam waktu yang lebih lama.

Membuat perbandingan antar event satu dengan event yang lain akan sulit ketika periode waktunya tidak sama.

4) Metode Penilaian (Rating Methods)

Metode observasi berupa checklist yang didasarkan pada intensitas perilaku yang diamati. Observer sebelumnya membuat rating sikap pada skala atau ceklis, dan biasanya hasil perekaman dicatat di akhir periode observasi. Metode ini membutuhkan kepekaan tinggi pada subjektivitas observer.

a. Kelebihan :

Memungkinkan sudut pandang umum.

Memungkinkan untuk merekam macam-macam perilaku.

Dapat mengukur rating perilaku beberapa orang sekaligus atau sebuah grup secara keseluruhan.

Memungkinkan perekam aspek kualitatif dari perilaku.

Mudah digeneralisasi dengan analisa statistik / angka.

Tidak makan banyak waktu.

Merupakan metode yang sangat tepat untuk membandingkan persepsi 2 atau lebih observer.

b. Kekurangan :

Skala yang dibuat berdasaran asumsi yang tidak jelas.

Bisa terjadi reliabilitas rendah antar observer karena interpretasi yang berbeda pada setiap orang.

Tidak cocok untuk merekam perilaku yang mendasari atau menjadi konsekuensi dari sebuah perilaku.

Tidak akurat bila terjadi time-delay atau perbedaan waktu pada pelaksanaan.

2. Penginderaan Jauh

Penginderaan Jauhmerupakan terjemahan dari istilahremote sensing, adalah ilmu,teknologidansenidalam memperolehinformasimengenai objek ataufenomenadi (dekat) permukaanbumitanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji, melainkan melalui media perekam objek atau fenomena yang memanfaatkan energi yang berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan hasil perekaman tersebut dalam bentuk citra.

Pengertian 'tanpa kontak langsung di sini dapat diartikan secara sempit dan luas. Secara sempit berarti bahwa memang tidak ada kontak antara objek dengan analis, misalnya ketika data citra satelit diproses dan ditransformasi menjadi peta distribusi temperatur permukaan pada saat perekaman. Secara luas berarti bahwa kontak dimungkinkan dalam bentuk aktivitas 'ground truth', yaitu pengumpulan sampel lapangan untuk dijadikan dasar pemodelan melalui interpolasi dan ekstrapolasi pada wilayah yang jauh lebih luas dan pada kerincian yang lebih tinggi.

Pada awalnya penginderaan jauh kurang dipandang sebagai bagian dari geografi, dibandingkankartografi. Meskipun demikian, lambat laun disadari bahwa penginderaan jauh merupakan satu-satunya alat utama dalam geografi yang mampu memberikansynoptic overview--pandangan secara ringkas namun menyeluruh-- atas suatu wilayah sebagai titik tolak kajian lebih lanjut. Penginderaan jauh juga mampu menghasilkan berbagai macam informasi keruangan dalam konteksekologisdan kewilayahan yang menjadi ciri kajian geografis. Di samping itu, dari sisi persentasenya, pendidikan penginderaan jauh diAmerika Serikat,AustraliadanEropalebih banyak diberikan oleh bidang ilmu (departemen, 'school' ataufakultas) geografi.

Dari segi metode yang digunakan, dikenal metode penginderaan jauh manual atau visual dan metode penginderaan jauhdigital.Penginderaan jauhmanual memanfaatkan citra tercetak atau 'hardcopy (fotoudara,citrahasil pemindaianscannerdipesawatudara maupunsatelit) melalui analisis dan interpretasi secara manual/visua.Penginderaan jauhdigital menggunakan citra dalam format digital,misalnya hasil pemotretankameradigital, hasil pemindaian foto udara yang sudha tercetak, dan hasil pemindaian oleh sensor satelit, dan menganalisisnya dengan bantuankomputer. Baik metode manual maupun digital menghasilkan peta dan laporan. Peta hasil metode manual dapat dikonversi menjadipeta tematikdigital melalui prosesdigitisasi(sering diistilahkan digitasi). Metode manual kadangkala juga dilakukan dengan bantuan komputer, yaitu melalui proses interpretasi di layar monitor (on-screen digitisation), yang langsung menurunkanpetadigital. Metode analisis citra digital menurunkanpeta tematikdigital secara langsung.Peta-petadigital tersebut dapat di-'layout' dan dicetak untuk menjadi produkkartografis(disebut basis kartografis), namun dapat pula menjaid masukan (input) dalam suatu sistem informasi geografis sebagai basis data geografis.Peta-petaitu untuk selanjutnya menjaid titik toak parageografiwandalam menjalankan kajian geografinya.

3. Kartografi

Kartografiatau pemetaan mempelajari representasi permukaanbumidengan simbolabstrak. Bisa dibilang, tanpa banyakkontroversi, kartografi merupakan penyebab meluasnya kajian geografi. Kebanyakan geografer mengakui bahwa ketertarikan mereka pada geografi dimulai ketika mereka terpesona oleh peta di masa kecil mereka. walaupun subdisiplin ilmu geografi lainnya masih bergantung pada peta untuk menampilkan hasil analisisnya, pembuatanpetaitu sendiri masih terlaluabstrakuntuk dianggap sebagai ilmu terpisah.

Kartografi berkembang dari kumpulan teknik menggambar menjadi bagian sebuah ilmu. Seorang kartografer harus memahamipsikologi kognitifdan ergonomi untuk membuat simbol apa yang cocok untuk mewakili informasi tentang bumi yang bisa dimengerti orang lain secara efektif, danpsikologi perilakuuntuk mempengaruhi pembaca memahami informasi yang dibuatnya. Mereka juga harus belajargeodesidanmatematikayang tidak sederhana untuk memahami bagaimana bentukbumiberpengaruh pada penyimpangan atau distorsi dari proses proyeksi kebidang datar.

4. Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografismembahas masalah penyimpanan informasi tentang bumi dengan cara otomatis melaluikomputersecara akurat secarainformasi. Sebagai tambahan pada subdisiplin ilmu geografi lainnya, spesialisSIGharus mengertiilmu komputerdan sistemdatabase.SIGmemacu revolusi kartografi sehingga sekarang hampir semua pembuatanpetadibuat denganpiranti lunak(software)SIG.

5. Metode kuantitatif geografi

Metode kuantitatif geografimembahas metode numerik yang khas (atau paling tidak yang banyak ditemukan) dalam geografi. Sebagai tambahan pada analisis keruangan, anda mungkin akan menemukananalisis klaster,analisis diskriminandanuji statistik non-parametrispada studi geografi.

D. HASIL DAN PERMASALAHANNYA

1. Pendekatan Geografi dalam Pengelolaan Wilayah.

Beberapa waktu lalu, banjir menggenangi beberapa daerah yang termasuk dalam DAS Bengawan Solo. Banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo, Jawa Tengah dan Jawa Timur mengejutkan berbagai pihak dan masyarakat karena luapannya yang sangat luas telah menggenangi wilayah di beberapa kabupaten, mulai dari Sukoharjo, Solo, Karanganyar, Sragen, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan Gresik.

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah di daratan yang secara topografis dibatasi oleh igir alam berupa punggung bukit/ perbukitan dan gunung/ pegunungan, dimana wilayah tersebut berfungsi menampung air yang berasal dari presipitasi (curah hujan) yang kemudian mengalirkannya melalui suatu sungai utama yang merupakan single outlet.

Beberapa kalangan dan pakar berpedapat bahwa kerusakan ekositem DAS dan sedimentasi Waduk Serbaguna Wonogiri-lah penyebab utama banjir. Sebenarnya jauh hari sebelumnya, sudah muncul prediksi atau dugaan dari para pakar bahwa usia waduk tidak akan lebih dari 20 30 tahun jika kondisi sedimentasi akibat erosi lahan di daerah tangkapan waduk dibiarkan terus menerus. Sementara itu pada awal pembuatan Waduk Serbaguna Wonogiri diharapan usia waduk dapat mencapai 100 tahun. Prediksi para pakar tersebut sangatlah berlawanan dengan yang diharapkan sebelumnya. Pada kenyataannya kondisi sedimentasi yang terjadi sungguh diluar prediksi, anak-anak Bengawan Solo di daerah hulu, utamanya di daerah tangkapan airnya telah membawa banyak material sedimen yang tersuspensi pada air yang dialirkannya. Sungai Keduang dilansir sebagai penyumbang terbesar sedimen di Waduk Wonogiri. Banyaknya muatan sedimen pada aliran Sungai Keduang tersebut berkaitan dengan semakin tingginya tingkat erosi yang terjadi akibat maraknya konversi penggunaan lahan dan pola pengelolaan lahan pertanian yang belum mengindahkan konsep dan arahan konservasi tanah.

Ada beberapa faktor penyebab degradasi fungsi hidrologis dan degradasi lahan DAS Bengawan Solo, diantaranya :

1. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Misalnya, daerah yang diperuntukkan sebagai kawasan lindung dialihfungsikan menjadi lahan budidaya, kawasan penyangga dialihfungsikan menjadi lahan budidaya semusim dan kawasan produksi dialihfungsikan menjadi permukiman. Kondisi seperti tersebut, sangatlah mudah dijumpai di daerah hulu DAS Bengawan Solo.

2. pola penggunaan lahan belum menyesuaikan dengan kemampuan dan kesesuaian lahan. Lahan yang semestinya hanya untuk kawasan budidaya tahunan dipakai sebagai lahan budidaya tanaman semusim atau bahkan dipergunakan sebagai permukiman. Lahan dengan kemiringan lereng >30% masih difungsikan sebagai lahan pertanian intensif dan dipergunakan juga sebagai lokasi permukiman.

3. Perlakuan terhadap lahan belum memenuhi kaidah-kaidah konservasi lahan. Kaidah-kaidah konservasi lahan sangatlah dipengaruhi oleh faktor geografis atau lokasi dimana lahan tersebut berada. Pengelolaan dan teknik konservasi dari suatu lokasi akan berbeda dengan lokasi yang lainnya, hal ini tergantung pada kondisi tanah, topografi, penggunaan lahan, iklim dan geologi dari lahan yang bersangkutan.

4. Tekanan penduduk atas lahan yang dipicu oleh pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Pertumbuhan penduduk berarti pertambahan kebutuhan akan pangan dan permukiman, dua hal tersebut akan memicu intensifikasi dan ekstensifikasi penggunaan lahan. Daerah tangkapan air disekitar lereng Gunung Merapi dan Gunung Lawu merupakan lahan yang sangat subur dan mempunyai daya tarik keindahan pariwisata sehingga menjadi faktor penarik bagi manusia untuk mengembangkan pemukiman dan pertanian di daerah tersebut.

5. Belum ada peraturan yang mengatur dan mengikat secara jelas mengenai konservasi tanah dan air, sehingga masyarakat sebagai agen pengguna lahan diharuskan menerapkan usaha konservasi tanah dan air secara memadai pada setiap lahan yang digunakannya.

Dalam pengelolaan DAS, secara garis besar, sumberdaya alamnya dapat dipilahkan menjadi dua sumberdaya alam utama, yaitu sumberdaya lahan dan sumberdaya air. Dalam prakteknya, pengelolaan kedua sumberdaya tersebut tidak dapat dipisahkan, namun harus terpadu, karena suatu kegiatan/ usaha pengelolaan salah satu sumberdaya tersebut akan berdampak pada sumberdaya yang lain.

Secara keruangan, karakteristik DAS dapat diklasifikasikan menjadi 3 wilayah, yaitu daerah hulu, daerah tengah dan daerah hilir. Tiap keruangan dari DAS tersebut mempunyai karakteristik dan fungsi yang berbeda, sehingga dalam usaha pengelolaan dan pemanfaatannya pun akan berbeda. Daerah hulu dari suatu DAS berfungsi sebagai kawasan lindung dan tangkapan air bagi keseluruhan wilayah DAS. Daerah tengah dari suatu DAS berfungsi sebagai kawasan penyangga, sedangkan daerah hilir dari suatu DAS berfungsi sebagai kawasa budidaya.

Dalam konsep DAS berlaku hukum sebab akibat yang mengalir dari atas ke bawah, oleh karena itu rusaknya daerah hulu (atas) dan tengah tentunya akan berdampak pada kelestarian wilayah dibawahnya (hilir). Daerah hulu sebagai kawasan lindung mempunyai nilai dan fungsi penting dalam menangkap dan menyimpan air, karena itu terjadinya perubahan tata air di daerah hulu akan berdampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit air, volume dan tranportasi sedimen serta material yang tersuspensi dalam sistem aliran airnya. Dalam interaksi antar ruang antara daerah hulu dan hilir, keduanya mempunyai keterkaitan dalam hal daur hidrologi. Mengingat pentingnya fungsi daerah hulu dalam sistem tata air suatu DAS, maka daerah hulu harus menjadi salah satu fokus perhatian.

Dalam suatu pembangunan berwawasan lingkungan, maka dalam pendekatannya juga harus menggunakan sistem satuan wilayah yang mengacu pada ruang/ ekosistem lingkungan. DAS sebagai sebuah ruang (space) dan ekosistem seharusnya sudah mulai digunakan sebagai pendekatan dalam pembangunan wilayah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan karena DAS memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Fungsi keruangan, karena DAS mempunyai ke-khas-an karakteristik dan batas-batas fisik dan yang jelas. Didalamnya terdapat berbagai komponen yang berinteraksi sehingga membentuk sistem terpadu sebagai satu kesatuan ekosistem.

2. Fungsi hidrologi, karena didalamnya terdapat siklus hidrologi dan proses-proses ikutannya.

3. Fungsi pembangunan, karena DAS dapat digunakan sebagai satuan wilayah pembangunan dimana pengelolaannya untuk kesejahteraan masyarakat di dalamnya.

Sistem pewilayahan yang sudah ada, dimana batas administrasi selalu dijadikan batas pemisah, tidak akan berhasil untuk mengelola ruang dan ekosistem yang notabene bukan ruang administratif. Sistem pewilayahan yang sudah ada tidaklah harus dirubah, akan tetapi sistem dan pola koordinasi antar wilayah didalam DAS-lah yang harus dibenahi. Akan selalu diperlukan kemauan dan itikad baik dari berbagai pihak demi ruang hidup yang lebih baik untuk kemaslahatan bersama.

2. Pendekatan Keruangan

Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).

Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).

Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

a) What? Struktur ruang apa itu?

b) Where? Dimana struktur ruang tersebut berada?

c) When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk seperti itu?

d) Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?

e) How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?

f) Who suffers what dan who benefits what?

Bagaimana struktur Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia. Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.

3. Pendekatan kelingkungan

Pendekatan ekologi/lingkungan merupakan pendekatan berdasarkan interaksi yang terjadi pada lingkungan.Pendekatan ekologi dalam geografi berkenaan dengan hubungan kehidupan manusia dengan lingkungan fisiknya.Interaksi tersebut membentuk sistem keruangan yang dikenal denganEkosistem.Salahsatu teori dalam pendekatan atau analisi ekologi adalah teori tentang lingkungan.Geografi berkenaan dengan interelasi antara kehidupan manusia dan faktor fisik yang membentuk sistem keruangan yang menghubungkan suatu region dengan region lainnya. Adapun ekologi, khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi antara manusia dan lingkungan yang membentuk sistem ekologi atau ekosistem.

Dalam analisis ekologi, kita mencoba menelaah interaksi antara manusia dengan ketiga lingkungan tersebut pada suatu wilayah atau ruangtertentu.Dalamgeografi lingkungan, pendekatan kelingkungan memiliki peranan penting untuk memahami fenomena geofer.Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan:

a. fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia.

b. perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.

Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.

Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik. Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut.Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut :

1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu.

2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.

3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya).

4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang ilmu merupakanpengertian-pengertian untuk mengungkapkan atau menggambaran corak abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam memahami fenomena yang terjadi. Selama ini, di Indonesia mengenal 10 ( sepuluh ) konsep dasar geografi yang dipakai dalam melakukan generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu.

Pengamatan (observasi) adalah teknik pengumpulan yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan. Observasi dapat diartikan juga sebagai metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Penemuan ilmu pengetahuan selalu dimulai dengan observasi dan kembali kepada observasi untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut.

Teknik pencatatan narrative merupakan teknik pengumpulan (pencatatan) data oleh observer dengan kejadian dan urutan kejadiannya sebagaimana yang terjadi pada situasi nyata.Teknik inimembantu formulasi deskripsi yang komprehensif akan perilaku individu.

Merupakan salah satu teknik observasi yang berfokus pada perilaku spesifik dalam waktu yang spesifik pula. Periode observasi dibagi menjadi beberapa segmen interval (biasanya selama 5 sampai 30 detik, tergantung pada apa yang mau diobservasi). Interval recording sesuai uuntuk observasi terkontrol dan di dalam laboratorium.

Metode event recording dilakukan dengan cara merekam setiap hal dari perilaku spesifik(specific behavior)atau kejadian-kejadian yang ingin diukur selama periode observasi. Event recording merekamsample behavior, dimana unit pengukurannya adalah perilaku. Dengan kata lain, observer menuggu perilaku atau kejadian yang ingin diukur itu muncul kemudian mencatatnya. Event recording terutama digunakan untuk observasi terkontrol dan studi laboratorium.

B. Saran

Berdasarkan uraian pada kesimpulan, adapun saran sebagai berikut :

1. Bahwa apa yang ada didalam makalah ini bukan semata-mata pemikiran kami, akan tetapi kami ambil dari berbagai reperensi yang berkaitan dengan judul yang ditugaskan kepada kami. Untuk itu marilah kita ambil hikmah dan manfaatnya.

2. Adapun yang menjadi saran kami supaya isi makalah ini lebih ditingkatkan lagi, dengan mencari sumber sumber lain sehingga apa yang diharapkan kita bersama dalam memahami Pengamatan Fenomena Lingkungan, Pemetaan Dan Analisis/Pola Persebaran bisa tercapai dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Bintarto R., Metode Analisa Geografi, Jakarta: LP3ES, 1986.

Boehm, Richard, World Geography, third Edition, USA: Mc. Grow Hill, 1984.

Posya, Kanwil, Gurniwan, 2002. Geografi (Pemahaman Konsep dan Metodologi). Bandung: Buana Nusantara.