laporan aspek hpt refisi

Upload: sulistyanadewi2560

Post on 16-Jul-2015

134 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMANKOMODITAS MENTIMUN(ASPEK HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN)

Kelompok K1: Wahyu Dwi P Diki Yuse P Beti Purnama Yudhistira Wharta Rieke Yulian Sari 105040204111010 105040204111011 105040204111012 105040204111013 105040204111014

Putri Setya Rahmita 105040204111016

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MALANG 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sering kali penyakit tanaman ditularkan oleh hama (Bambang, 2007). Penyebaran penyakit yang ditularkan oleh hama ini kebanyakan dapat menular dengan cepat dan dengan intensitas yang tinggi. Ada banyak komunitas serangga yang menguntungkan yang dapat mengendalikan serangan hama. Spesies yang menguntungkan tersebut dapat mengontrol serangan hama, khususnya pada tempat-tempat yang bebas dari pengaruh pestisida. Dengan adanya spesies-spesies tersebut, maka populasi hama dapat ditekan dan penularan penyakit melalui hama juga dapat diminimalkan (Tim Dosen HPT 2011). Praktikum Teknologi Produksi Tanaman, maka kita dapat mengetahui intensitas serangan penyakit dan populasi serangga hama dan musuh alami di lahan mentimun. 1.2 Tujuan Praktikum Tujuan praktikum Teknologi Produksi Tanaman aspek Hama dan Penyakit Tanaman adalah antara lain: a) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas serangan penyakit. b) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi populasi serangga di lahan mentimun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Intensitas Serangan Intensitas serangan adalah tingkat serangan atau tingkat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh opt yang dinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif. (Tim Dosen HPT, 2011)

2.2 Musuh Alami Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh serangga, sekaligus melemahkan serangga, sehingga dapat mematikan serangga dan mengurangi fase reproduktif serangga (Tim Dosen HPT, 2011). Predator seringkali menjadi kelompok organisme paling penting dan sejumlah organisme untuk pengendalian biologi. Predator seringkali memiliki bentuk yang khas dan kadang-kadang sulit dibedakan dengan mangsanya. Beberapa contoh diantaranya adalah laba-laba, kumbang carabid, jangkrik, dan belalang sembah. Predator cenderung menjadi pemangsa yang bersifat generalis (umum) dan seringkali juga menyerang spesies lain ketika tidak ditemukan makanan utamanya. Parasitoid adalah serangga yang memparasitisasi serangga atau arhtropoda lainnya. Biasanya bersifat parasitik pada fase immatur dan hidup bebas ketika memasuki fase dewasa. Pada umumnya, parasitoid membunuh inang, namun dalam beberapa keadaan, inang bisa hidup dulu sebelum mengalami kematian. (Tim Dosen HPT, 2011)

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat a) b) c) d) e) f) Sweep net untuk menangkap serangga Plastik untuk tempat serangga yang tertangkap Kapas untuk memberi alkohol Kamera untuk dokumentasi spesimen Mikroskop untuk mengamati serangga di laboratorium Buku kunci determinasi untuk mengidentifikasi serangga

3.2 Bahan a) Etil Asetat untuk membius serangga 3.3 Cara Kerja 3.3.1 Intensitas Serangan Amati tanaman contoh

Catat jenis penyakit yang menyerang

Ukur intensitas serangan

Dokumentasikan

3.3.2 Musuh Alami Penangkapan serangga dengan Sweep net

Masukkan serangga ke plastik

Pemberian etil asetat pada kapas kemudian masukkan ke plastik yang berisi serangga

Identifikasi

Dokumentasikan di Laboratorium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan Intensitas Kerusakan Penyakit pada Tanaman Timun 4.1.1 Penyakit yang Ditemukan No. Gejala penyakit 1 Terdapat bercakbercak kuning, kemudian menjadi coklat dan daun menjadi berlubang lalu mati. Gambar penyakit Keterangan penyakit Penyakit disebabkan oleh bakteri Colletotricum lagenarium (Pass) dan disebut penyakit antraknosa. Dengan gejala bercak-bercak daun berwarna coklat yang meluas dan menyebabkan daun mati. Ditularkan melalui air, terbawa oleh biji, dan melalui sisa Anonymous.2011 tanaman (Rukmana, 1994)

4.1.2 Perhitungan Intensitas Kerusakan Penyakit

a) Pengamatan Minggu ke-1 Skala kerusakan TC 1 TC 2 0 4 6 1 8 9 2 9 10 3 6 4 4 4 2 5 13 16 Total daun 44 47 TC : Tanaman Contoh TC 3 5 9 14 TC 4 4 1 2 7 14 Jumlah daun yang terserang bercak daun bersudut TC 5 TC 6 TC 7 TC 8 TC 9 TC 10 TC 11 5 3 3 1 1 3 4 5 12 15 9 20 23 18 TC 12 TC 13 2 2 4 10 18 TC 14 Total daun 27 19 19 13 29 91 198

b) Pengamatan Minggu ke-2 Skala kerusakan TC 1 TC 2 0 4 6 1 8 10 2 8 9 3 7 2 4 4 2 5 13 18 Total daun 44 47 TC : Tanaman Contoh TC 3 14 14 TC 4 2 1 2 9 14 Jumlah daun yang terserang bercak daun bersudut TC 5 TC 6 TC 7 TC 8 TC 9 TC 10 TC 11 2 1 3 2 3 8 7 17 16 5 21 25 18 TC 12 TC 13 2 2 14 18 TC 14 Total daun 18 21 20 14 23 105 201

c) Pengamatan Minggu ke-3 Skala Jumlah daun yang terserang bercak daun bersudut kerusakan TC 1 TC 2 TC 3 TC 4 TC 5 TC 6 TC 7 TC 8 TC 9 TC 10 TC 11 0 1 2 12 2 3 2 6 5 3 1 4 3 13 2 2 2 1 2 5 27 28 7 12 19 19 15 Total daun 44 47 14 14 21 25 18 TC : Tanaman Contoh Rumus perhitungan intensitas kerusakan: ( ) TC 12 TC 13 18 18 TC 14 Total daun 14 17 25 145 201

Keterangan: P : presentase kerusakan atau infeksi n : jumlah daun dari tiap kategori v : harga numerik dari tiap kategori Z: harga numerik dari kategori yang tertinggi N: jumlah daun yang diamati

Nilai Z: 0 : tidak ada serangan sama sekali 1 : serangan sedikit sekali (1-10%) 2 : serangan sedikit (11-30%) 3 : serangan sedang (31-50%) 4 : serangan banyak (51-75%) 5 : daun mati (76-100%)

Intensitas kerusakan tanaman contoh a) Pengamatan minggu ke-1 a. TC 1( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

b) Pengamatan minggu ke-2 a. TC 1( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

c) Pengamatan minggu ke-3 a. TC 1( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Intensitas kerusakan total d) Pengamatan 1 a. TC 1( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

b. TC 2( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

c. TC 3( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

d. TC 4( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

e. TC 5

f. TC 6 g. TC 7 h. TC 8( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

i. TC 9( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

j. TC 10( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

k. TC 11 l. TC 12 m. TC 13( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

n. TC 14 e) Pengamatan 2 a. TC 1( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

b. TC 2( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

c. TC 3( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

d. TC 4( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

e. TC 5 f. TC 6 g. TC 7 h. TC 8( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

i. TC 9( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

j. TC 10( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

k. TC 11 l. TC 12 m. TC 13( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

n. TC 14

f) Pengamatan 3 a. TC 1( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

b. TC 2( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

c. TC 3( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

d. TC 4( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

e. TC 5 f. TC 6 g. TC 7 h. TC 8( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

i. TC 9( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

j. TC 10( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

k. TC 11

l. TC 12 m. TC 13( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

n. TC 14 Total kerusakan pada tanaman sampel: a) Pengamatan Minggu ke-1( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

b) Pengamatan Minggu ke-2( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

c) Pengamatan Minggu ke-3( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

4.2 Grafik Presentase Kerusakan 4.2.1 Kerusakan Tiap Tanaman Contoh

intensitas kerusakan tanaman contoh90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 8 MST 9 MST 10 MST intensitas kerusakan tanaman contoh

4.2.2 Kerusakan Total Tanaman Contoh

kerusakan total tanaman mentimun58 57 56 55 54 53 52 51 50 49 0 1 2 3 4 kerusakan total tanaman mentimun Expon. (kerusakan total tanaman mentimun)

4.3 Pembahasan Intensitas Kerusakan Dari kedua grafik di atas, dapat diketahui bahwa intensitas serangan penyakit terus bertambah tiap minggu pengamatan. Di mana pada minggu pertama pengamatan kerusakan pada tanaman contoh adalah sebesar 56,8% dan menjadi 80,5% pada minggu ketiga pengamatan. Peningkatan intensitas

serangan penyakit ini kemungkinan diakibatkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain akibat cuaca yang cukup basah, dengan kelembaban yang cukup tinggi serta intensitas cahaya matahari yang tidak terlalu tinggi menyebabkan penyakit dapat tumbuh dengan baik. Keadaan tanah yang terlalu banyak mengandung nitrogen (N) juga dapat mempengaruhi tingginmya intensitas serangan penyakit pada tanaman mentimun (Bambang, 2006). Untuk grafik kerusakan total tanaman contoh, didapatkan hasil bahwa grafik intensitas serangan penyakit naik dari 50% pada minggu kedelapan menjadi 52,6% pada minggu kesembilan dan naik lagi menjadi 57,1% pada minggu kesepuluh. Peningkatan intensitas serangan penyakit tersebut dipengaruhi beberapa factor, yaitu curah hujan, kelembaban, intensitas sinar matahari yang kurang dan kemungkinan kandungan nitrogen (N) yang terlalu tinggi dalam tanah sehingga memudahkan penyakit untuk berkembang (Bambang, 2006). 4.4 Materi Musuh Alami 4.4.1 Serangga yang Ditemukan No. Ciri morfologi 1 Ciri: memiliki 4 pasang tungkai Status : predator Gambar serangga Keterangan Berukuran kecil, memiliki 4 pasang tungkai, berwarna coklat tua.

Laba-laba (Annonymous, 2011)

2

Ciri: memliki warna keemasan, berukuran kecil, memiliki 3 pasang tungkai Status : hamaKumbang emas (Annonymous, 2011)

Berwarna keemasan, memiliki sepasang antenna, memiliki 2 pasang sayap yang tertutup sayap yag keras

3

Ciri: memiliki sepasang atena, memiliki 3 psang tungkai, sayap depan lebih keras dari sayap belakang Status : hamaWereng coklat (Annonymous, 2011)

Berukuraan kecil, belakang kepala kasar, abdomen bawah lembut.

4

Ciri: sepasang sayap yang berukuran sama, sayap tidak bias ditekuk kebelakang Status : hamaWereng putih (Annonymous, 2011)

Sepasang antenna yang pengjang, 3pasang tungkai dan sayap yang tertutupi oleh sayap keras diatasnya.

6

Ciri: sayap berukuran sama denganjumlah 2 pasang, sayap membranus, 3 pasang tungkai Status : serangga lainSemut terbang (Annonymous, 2011)

Memliki 3 pasang tugkai, mata majemuk, sayap membranus

7

Ciri: kepala sama ekor sulit dibedakan, memiliki lebih dari 3 pasang kaki, tubuh penuh bulu. Status : hamaUlat bulu (Annonymous, 2011)

Tubuh lunak, berbulu, tdak memiliki tulang belakang, warna darah kebiruan

8

Ciri: warna orange, memiliki pola pada punggungnya, sayap membranus, sepasang sayap. Status : predator

Sepasang antenna, 3 pasang tungkai, sayap keras.

Kumbang kubah spot M (Annonymous, 2011)

9

Ciri: memiliki warna hijau, 2 pasang tungkai, sepasang antenna, mata majemuk. Status : predatorBelalang sembah (Annonymous, 2011)

Memiliki sepasang tangan yang bergerigi, 2pasang tungkai, sayap membranus.

10

Ciri: memiliki sepasang tungkai panjang di belakang ubuh, warna coklat, memiliki sepasang antenna, mata majemuk Status : hama

Mata majemuk, sepasang antenna, sayap membranus.

Belalang coklat (Annonymous, 2011)

4.4.2 Jumlah Serangga yang Ditemukan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peran Predator Ordo Araneae Coleoptera Neuroptera Coleoptera Homoptera Lepidoptera Orthoptera Diptera Jumlah 1 1 1 6 4 1 2 2

Parasitoid Hama

Serangga lain

4.4.3 Penjelasan Dari data yang kami dapat, jumlah hama lebih banyak dibandingkan musuh alami. Populasi serangga di lahan mentimun dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain faktor cuaca dan ketersediaan makanan bagi serangga. Faktor cuaca meliputi kelembaban tempat yang cukup tinggi sehingga populasi serangga cukup tinggi (Bambang, 2006). Selain itu karena suhu yang cocok untuk perkembangbiakkan serangga juga menyebabkan populasi serangga juga tinggi (Bambang, 2006). Faktor ketersediaan jumlah makanan yang cukup melimpah juga menyebabkan jumlah serangga di lahan cukup tinggi. Keragaman jenis serangga di lahan juga disebabkan oleh banyaknya jenis tumbuhan yang menjadi makanan bagi serangga. Sehingga keragaman jenis serangga di lahan tinggi. Namun, untuk spesies dari ordo musuh alami, hanya sedikit yang kami dapatkan. Faktor yang mungkin mempengaruhi hal ini adalah curah hujan yang cukup tinggi yang menyebabkan tanah terendam air, sehingga menyebabkan musuh alami yang banyak hidup di tanah mati (Rita, 2011). Faktor lain yang mungkin mempengaruhi adalah tingkat reproduksi

serangga musuh alami yang tergolong rendah, sehingga populasinya sedikit. Juga dapat disebabkan oleh penangkapan serangga yang tidak merata ke semua area pertanaman mentimun, sehingga banyak serangga yang tidak tertangkap.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Dari praktikum yang kami lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: a. Intensitas serangan penyakit terhadap tanaman mentimun dipengaruhi oleh faktor cuaca dan ketahanan tanaman terhadap penyakit. b. Populasi serangga di lahan dipengaruhi oleh faktor cuaca dan ketersediaan makanan bagi serangga. 5.2 Saran Agar untuk ke depannya praktikum Teknologi Produksi Tanaman dapat berjalan dengan lebih baik lagi. Persiapan alat dan bahan praktikum lebih dilengkapi, hasil praktikum lebih kurang sama dengan jurnal jurnal yang teah dipakai, agar lebih dapat di pertnggung jawabkan asisten harap lebih koordinasi dengan praktikan. Sarana dan prasarana praktikum harap di lengkapi. Dan juga kalau masuk ke laboratorium harap memakai jas lab,dan melepas sepatu, karena dapat menjaga keseterilan lab.

DAFTAR PUSTAKA

Annonymous.

2011.

https://www.google.com/search.

diakses

tanggal

26

Desember 2011 Purnomo, Bambang. 2006. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman : Proses Terjadinya Penyakit Tumbuhan. Purnomo, Bambang. 2007. Epidemiologi Penyakit Tanaman:Penyakit Epidemik Dan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Rukmana, Rahmat. 1994. Budidaya Mentimun. Kanisius. Yogyakarta Tim Dosen HPT. 2011. Modul Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang Yuliza, Rita. 2011. Makalah Entomologi: Pemodelan Iklim untuk Kajian Penyebaran Serangga. Fakultas MIPA Universitas Jambi. Jambi