refisi lap.biokim hbco tini
DESCRIPTION
dTRANSCRIPT
Laporan Praktikum Biokimia
PEMERIKSAAN KADAR KARBOKSIHEMOGLOBIN
(Metode Hindsberg-Lang)
BLOK CHEM 2
Oleh :Nama : Tini RohmantiniNIM : G1A008027Kelompok : 4 (empat)Asisten : Sintia Dewi SMK
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2009
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :Tini Rohmantini
G1A008027
Disusun untuk persyaratannilai praktikum Biokimiapada jurusan Kedokteran
Universitas Jenderal SoedirmanPurwokerto
Diterima dan disahkan
Purwokerto, juni 2009
Asisten
Sintia Dewi SMK
NIM. KIA006054
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
Pemeriksaan Kadar HbCO (Karboksihemoglobin).
B. Tanggal Praktikum
Jumat, 29 Mei 2009.
C. Tujuan Praktikum
1. Mengukur kadar hemoglobin dengan metode Hindsberg-Lang.
2. Menyimpulkan hasil pemeriksaan karboksihemoglobin dalam darah pada
saat praktikum setelah membandingkannya dengan nilai normal.
3. Melakukan pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan
diagnosa dengan bantuan hasil praktikum yang dilakukan.
D. Dasar Teori
Karbon monoksida merupakan gas pembunuh yang sangat berbahaya
bagi manusia yang merupakan penyebab kematian tersering keracunan di
dunia industri di Amerika Serikat. Lebih dari 400 penduduk Amerika mati
karena keracuanan CO yang tidak disengaja, lebih dari 20.000 orang masuk
ruang gawat darurat, dan lebih dari 4000 orang diopname.1
CO merupakan gas yang tidak berwana, berbau atau berasa yang
berasal dari pembakaran hidrokarbon yang tidak sempurna.1,2,3,4,5,6 Ada juga
yang menyebutkan bahwa CO tidak hanya berupa gas, namun juga berbentuk
cairan atau liquid.2 Sifat-sifat CO diantaranya dapat terbakar dengan api biru,
larut dalam air, larut dalam alkohol (etanol dan methanol), benzene, dan
larutan organik lainnya. Titik didih pada tekanan 1 atm adalah –191,5C, titik
beku -205C, dan memiliki berat molekul 28,01.1
Sumber paparan CO, antara lain:
1. Industri menyumbang kira-kira 20% dari total gas CO yang ada, antar lain
dari gas emisi mesin pembakar dalam (internal engine) yang menggunakan
bahan bakar berkarbon dari peleburan baja, besi, generator diesel.
2. Sedangkan dari lingkungan berasal dari asap rokok (kira-kira 4% dari total
gas CO di udara), asap knalpot mobil di jalan raya yang sibuk dan
peristiwa kebakaran.3
3. Selain itu CO juga berasal dari pembakaran asap kompor, lentera,
pembakaran batu bara, kayu bakar, juga terdapat pada sistem penghangat
ruangan. Karbon monoksida yang berasal dari sumber tersebut dapat
terbentuk pada ruangan yang semi atau bahkan tertutup dimana sirkulasi
dan ventilasinya sangat buruk. Sehingga manusia dan hewan dalam
ruangan tersebut dapat teracuni dengan cara menghirup gas CO tersebut.3
Namun harus diingat bahwa gas CO juga diproduksi di dalam tubuh,
walaupun dalam konsentrasi yang sangat rendah, yaitu diproduksi pada proses
metabolisme hemobglobin yang disebut CO endogen.4
Claude Bernard yang pertama kali melaporkan bahaya keracunan CO
menyatakan bahwa efek racun pada karbon monoksida membentuk suatu
formasi yang dinamakan karboksihemoglobin. Karboksihemoglobin ini
mengurangi kadar oksigen dalam darah dan menghalangi penyebaran oksigen
dari hemoglobin ke jaringan. Gejala keracunan CO tidak khas menyerupai
banyak gejala penyakit lain, seperti sakit kepala, mual dan pening, vertigo,
nyeri dada, lemah, merasa lelah, irama jantung tidak beraturan, dan seperti
gejala flu.1,2,3,4,5,6 Kadang didiagnosis sebagai sindrom viral, oleh karena itu
banyak kasus yang tidak dilaporkan akibat tidak terdiagnosis dibandingkan
dengan yang berhasil ditangani.5
Gas CO masuk ke paru-paru dengan cara inhalasi, mengalir ke alveoli
terus masuk ke aliran darah. Gas CO dengan segera mengikat hemoglobin,
untuk membentuk karboksihemoglobin (HbCO). Ikatan HbCO bersifat
reversible.
Mekanisme kerja gas CO di dalam darah adalah :
1. Segera bersaing dengan oksigen untuk mengikat hemoglobin. Kekuatan
ikatannya lebih kuat 200 – 300 kali dibandingkan oksigen. Akibatnya
oksigen terdesak dan lepas dari hemoglobin sehingga pasokan oksigen
oleh darah ke jaringan tubuh berkurang. Timbul hipoksia jaringan.
2. HbCO mencampuri interaksi protein heme, menyebabkan kurva
pengaturan HbO2 bergeser ke kiri (Haldane effect). Akibatnya terjadi
penguraian pelepasan oksigen dari darah ke jaringan tubuh. Proses
terpenting dari keracunan gas CO terhadap sel adalah rusaknya
metabolisme rantai pernafasan mitokondria, menghambat kompleks enzim
sitokrom oksidase a3, sehingga oksidasi mitokondria untuk menghasilkan
ATP berkurang. Ekskresi gas CO terutama melalui respirasi,
dimetabolisme menjadi CO2 tidak lebih dari 1%.3
Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah
(SDM) dan berfungsi antara lain untuk:
1. Mengikat dan membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.
2. Mengikat dan membawa karbondioksida dari seluruh jaringan tubuh ke
paru-paru.
3. Memberi warna merah pada darah.
4. Mempertahankan keseimbangan asam-basa dari tubuh.
Hemoglobin merupakan protein tetramer kompak yang setiap
monomernya terikat pada gugus prostetik hem dan keseluruhannya
mempunyai berat molekul 64.450 Dalton. Darah mengandung 7,8 – 11,2
mmol hemoglobin monomer/I (12,6 – 18,4 gr/dl), tergantung pada jenis
kelamin dan umur individu.
Hemoglobin dapat mengikat 4 oksigen per tetramer( satu pada setiap
subunit hem), atom oksigen terikat pada atom Fe2+ yang terdapat pada hem
pada ikatan koordinasi ke 5. Hemoglobin yang terikat pada oksigen disebut
hemoglobin teroksigenasi atau oksihemoglobin (HbO2), sedangkan
hemoglobin yang sudah melepas oksigen disebut deoksihemoglobin.
Hemoglobin dapat mengikat satu gas hasil pembakaran yang tidak
sempurna yaitu karbonmonoksida (CO) dan disebut
karbamonooksidahemoglobin (HbCO). Muatan Fe yang terdapat pada pusat
hem dapat berubah menjadi Fe3+. Hal ini terjadi karena oksidasi oleh senyawa-
senyawa pengoksidasi.Hemoglobinnya disebut hemoglobin teroksidasi atau
methemoglobin (MetHb) atau Hb (Fe3+).
Hb dalam bentuk ini tidak dapat mengikat oksigen atau kehilangan
fungsinya yang amat penting. Beberapa derivate dari hemoglobin,misalnya
oksiHb,Hb dan HbCO dapat dibedakan dengan melakukan pengenceran,dan
pada pengenceran ini oksiHb terlihat berwarna merah kekuning-kuningan,Hb
berwarna merah kecoklatan dan HbCO berwarna terang (carmine tint). Untuk
lebih jelas lagi setiap derivate Hb dapat pula dibedakan dengan menggunakan
spektroskop.
E. Alat dan Bahan Praktikum
Alat Praktikum
1. Spuit 3cc
2. Tourniquet
3. Plakon
4. Pipet ukur 5 ml
5. Mikropipet (10 l - 100 l)
6. Yellow tip
7. Erlenmeyer 50 ml
8. Spatula
9. Tabung reaksi 10 ml
10. Rak tabung reaksi
11. Spektrofotometer
12. Kuvet
Bahan Praktikum
1. Sampel darah
2. EDTA
3. Amonia 0,1%
4. Na2S2O5 (sodium dithionit)
5. Kapas
6. Alkohol 70%
F. Cara Kerja
1. Persiapkan sampel whole blood:
a. Diambil darah probandus sebanyak 1 cc dengan menggunakan spuit.
b. Darah kemudian dimasukkan ke dalam plakon yang sudah diberi
EDTA.
2. Diambil ammonia 0,1 % sebanyak 20 ml dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer.
3. Diambil sampel darah EDTA sebanyak 10 l dengan menggunakan yellow
tip.
4. Sampel darah EDTA dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi
ammonium salisilat.
5. Campuran kemudian dipisahkan ke dalam 2 tabung, masing-masing
sebanyak 5 ml :
a. Tabung I : ditambah sodium dithionite sebanyak 1 spatula.
b. Tabung II : tidak ditambah dithionite
6. Diinkubasi selama 5 menit.
7. Diukur absorbansinya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang
546 nm dan nilai faktor 6.08.
G. Nilai Normal
CO endogen : 0,7%
HbCO : <1%
Batas toleransi HbCO : 2% - <5%
5% : mulai timbul gejala/tidak normal/keracunan
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Nama probandus : Tini Rohmantini
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 18 tahun
Metode pemeriksaan HbCO menggunakan metode Hinsberg Lang.
Tabung Reagen (R)
Amonia 0,1% sample darah EDTA Homogenkan
20 ml 10 l
Tabung sample (SPL)
Tabung I Tabung II
5ml + sodium dhitionit 5 ml
1 spatula
Inkubasi 5 menit setelah itu baca
di spektrofotometer
Hasil perhitungan menggunakan Spektrofotometer :
Absorbansi Reagen (R) HbCO = 0,64%
Absorbansi Sampel (SPL) HbCO = 0,39%
Nilai normal HbCO <1%,. Jadi, nilai SPL HbCO 0,39 adalah normal.
B. Pembahasan
Dari hasil perhitungan menggunakan spektrofotometer pada darah
probandus, didapat kadar HbCO di dalam darah adalah 0,39. Hal ini
menunjukan bahawa kadar HbCO dalah darah normal, karena nilai normal
HbCO dalam darah adalah <1% dan batas toleransi HbCO dalam darah 2% -
<5% . Apabila lebih dari 5% maka akan menunjukan gejala-gejala keracunan
CO.
Konsentrasi rata-
rata
8 jam (ppm)
Konsentrasi HbCO
di dalam darah (%)Gejala
25 – 50 2,5 – 5
Tidak ada gejala
50 – 100 5 – 10
Aliran darah meningkat
sakit kepala ringan
100 – 250 10 – 20
Tegang daerah dahi, sakit
kepala, penglihatan agak
terganggu
250 – 450 20 – 30
Sakit kepala sedang,
berdenyut-denyut, dahi
(throbbing temple),
wajah merah dan mual.
450 – 650 30 – 40
Sakit kepala berat,
vertigo, mual, muntah,
lemas, mudah terganggu
pingsan pada saat
bekerja
650 – 1000 40 – 50Seperti di atas, lebih
berat, mudah pingsan
dan jatuh
1000 – 1500 50 – 60
Koma, hipotensi, kadang
disertai kejang,
pernafasan Cheyne-
Stokes .
1500 – 2500 60 – 70
Koma dengan kejang,
penekanan pernafasan
dan fungsi jantung,
mungkin terjadi
kematian
2500 - 4000 70 – 80Denyut nadi lemah,
pernafasan lambat, gagal
hemodinamik, kematian .
Melihat nilai kadar HbCO probandus, probandus termasuk orang yang
memiliki resiko terpajan CO rendah.
Hal-hal yang mendukung kadar HbCO normal pada probandus adalah:
a. Diketahui bahwa probandus bukan perokok. Asap rokok merupakan salah
satu pajanan yang memiliki kontribusi terhadap pencemaran CO di udara
sebesar 4%. Dan diketahui pula bahwa pada perokok, kadar HbCO dalam
darahnya bisa mencapai 10%, nilai ini sebanding dengan kadar CO di
udara sebesar 50 ppm.2,3
b. Diketahui probandus adalah orang yang suka melakukan olah raga secara
teratur. Dengan olah raga teratur, maka asupan oksigen yang masuk ke
dalam tubuh akan lebih banyak, dengan banyaknya oksigen maka ikatan
HbO2 akan lebih banyak, dan akan mereduksi ikatan HbCO dalam darah.
Olah raga juga diketahui mempengaruhi kecepatan pembentukan HbCO
dalam tubuh.2
Pencegahan terhadap keracunan CO dapat dilakukan dengan cara :
1) Menyempurnakan proses pembakaran dan selalu memelihara fungsi
mesin pembakaran.3
2) Ventilasi dan sirkulasi udara yang baik pada rumah maupun tempat
kerja.3
3) Selalu membersihkan tungku perapian secara rutin dan perbaikan
system penghangat ruangan setiap tahunnya1.
4) Hindari menyalakan mesin kendaraan di dalam ruangan yang
ventilasinya kurang baik seperti di basement, garasi, kabin, dst1.
5) Hindari membakar batubara, arang dan kayu bakar di dalam ruangan
yang sirkulasi udaranya kurang lancar1.
6) Memasang CO alarm di rumah atau di tempat kerja6.
C. Aplikasi Klinis
1. Angina Pectoris
Nyeri dada peroksimal, sering menjalar ke lengan, terutama lengan kiri,
kadang disertai dengan perasaan tertekan dan takut mati; paling sering
akibat ischemi miokardium dan dicetuskan oleh usaha atau kegairahan.
Angina pectoris dibagi menjadi stable dan unstable angina pectoris.
Disebut juga angina cordis, angor pectoris, Heberden’s disease, Rougnon-
Heberden’s disease. Angina pectoris akibat keracunan CO disebabkan
karena suplai oksigen pada otot jantung menjadi berkurang sehingga
terjadilah ischemi miokardium.1
2. Bradikinesia
Gerakan otot lambat yang abnormal.1 Karena gas CO mengganggu
neurotransmitter dopamin, yang berperan penting pada sistim transmitter
katekolamin (chatecolaminergic system), sehingga kerjanya terlambat dan
terjadilah kaku dan bradikinesia.
3. Hipoksia Anemia
Hipoksia yang disebabkan oleh penurunan kapasitas pembawa oksigen
darah sebagai akibat penurunan hemoglobin total atau perubahan pada
konstituen hemoglobin. Hipoksia anemia dapat terjadi akibat terhalanginya
suplai oksigen pada darah oleh CO.
4. Parkinsonisme
Kelompok gangguan neurologis yang ditandai dengan hipokinesia, tremor,
dan rigiditas otot. Keracunan CO pada susunan saraf pusat menyebabkan
Parkinsonisme, yaitu gejala mirip penyakit Parkinson yaitu terjadi tremor,
kekakuan, bradikinesia dan cara berjalan tidak stabil. Teori terjadinya
adalah akibat terganggunya sel output, yaitu sejenis sel di dalam globus
pallidus basal ganglia, terjadi hiper internsitas simetri bilateral pada globus
palidus akibat hipoksia atau kekurangan energi pada basal ganglia dan
terjadi hispotensi sistemik3.
5. Demensia
Suatu kehilangan menyeluruh dari kemampuan kognitif, termasuk
gangguan daya ingat demikian pula dengan satu atau lebih dari hal
berikut : afasia, apraksia, agnosia atau gangguan dalam perencanaan,
pengaturan, dan kemampuan memikirkan yang abstrak. Ini tidak meliputi
kehilangan fungsi intelektual yang disebabkan oleh kesadaran berkabut
(seperti pada delirium), depresi, atau gangguan fungsi mental lainnya
(pseudomentia). Penyebabnya meliputi sejumlah besar keadaan, beberapa
sifat reversible dan beberapa progresif, yang mengakibatkan penyebaran
yang luas dari kerusakan otak atau disfungsi.
6. Dispnea
Terengah-engah atau sesak nafas, pernafasan yang sukar dan berat3.
7. Takhipeneu
Kecepatan bernafas yang berlebihan3.
8. Vertigo
Suatu ilusi gerakan; perasaan ilusi bahwa sepertinya lingkungan atau
tubuhnya sendiri berputar; dapat diakibatkan oleh penyakit pada telinga
dalam atau oleh gangguan pusat-pusat vestibular atau jaras-jarasnya di
dalam sistem saraf pusat. Istilah ini sering digunakan secara salah untuk
menyebutkan berbagai bentuk pusing3.
9. Amnesia
Kurang atau hilang ingatan, ketidakmampuan mengingat pengalaman yang
lalu. Diduga berhubungan dengan neurpoati akibat keracunan CO3.
BAB III
KESIMPULAN
1. Kadar HbCO dalam darah probandusnormal yaitu 0,39 karena batas nilai
normal kadar HbCO dalam tubuh < 1% dan batas toleransinya 2 – 5%.
2. Afinitas Hb terhadap CO lebih kuat 200 – 300 kali dari afinitas Hb
terhadap O2.
3. CO merupakan gas atau liquid yang tidak berbau, berasa, dan berwarna.
Yang berasal dari asap pembakaran yang tidak sempurna, diantaranya asap
tungku perapian, asap kompor, asap kayu bakar, asap kendaraan bermotor,
asap pabrik industri, asap rokok, dst.
4. Secara umum gejala keracunan CO kurang spesifik, sama seperti orang
yang terkena flu diataranya sakit kepala, mual, lemas, muntah, lelah, sesak
nafas, nyeri dada, merasa lemah, dst.
5. Pencegahan keracunan CO adalah dengan cara membersihkan tungku
perapian secara rutin, memperbaiki sistem penghangat ruangan secara
rutin, memperbaiki ventilasi dan sirkulasi udara di rumah, hindari untuk
menyalakan mobil di dalam garasi.
6. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan keracunan CO adalah angina
pectoris, parkinsonisme, demensia, dst.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Occupational Safety and Health Guideline for Carbon Monoxide.
13 Juni 2006 [Cited 1992; 1 screen]. Available from: URL:
http://www.osha-slc.gov/SLTC/healthguidelines/carbonmonoxide/reco
gnition.html
2. Center for Disease Control and Prevention. Carbon Monoxide Poisoning.
13 Juni 2006 [Cited 2006; 1 screen]. Available from: URL:
http://www.cdc.gov/co/faqs.htm
3. Aryawan Wichaksana, Sudi Astono, Kholidah Hanum. Tinjauan
Kepustakaan Dampak Keracunan Gas Karbon Monoksida Bagi Kesehatan
Pekerja. 13 Juni 2006 [Cited 2002; 5 screens]. Available from: URL:
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/10_DampakKeracunanGas
KarbonMonoksida.pdf/
10_DampakKeracunanGasKarbonMonoksida.html
4. Robert K. Murray, MD. PhD, et al. Porphyrins and Bile Pigments.
Harper’s Biochemistry 25th International Edition. USA: McGraw-Hill
Companies, 2000; 368.
5. Claude A. Piantadosi, M.D. Carbon Monoxide Poisoning. 7 Juni 2006
[Cited 2002; 1 screen]. Available from: URL: http://www.medical-
journals.com/real14a.htm
6. Anonim. Source of Indoor Air Pollution – Carbon Monoxide (CO). 13
Juni 2006 [Cited 2006; 1 screen]. Available from: URL:
http://www.epa.gov/iaq/co.html