makalah fitokimia ii
DESCRIPTION
fito 2TRANSCRIPT
MAKALAH FITOKIMIA II
FLAVONOID SULFAT
Disusun oleh :
Dianah Rosikhoh 1106009223
Wijaya Wisnu Putra 1106051805
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2013
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, penulis ucapkan syukur kepada Tuhan YME karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Flavonoid Sulfat” dapat
terselesaikan tepat waktu. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Fitokimia II. Penulisan makalah ini juga bertujuan untuk memberi
wawasan kepada para pembaca senyawa flavonoid.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. Katrin M.S. Apt. selaku
dosen pembimbing mata kuliah Fitokimia II, teman-teman serta semua pihak yang
tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu baik secara moril dan
materiil sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis berharap kepada pembaca memberikan kritik
dan saran yang membangun demi tercapainya kesempurnaan konten makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Depok, 10 Oktober 2013
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan.................................................................................5
1.3 Metode Penulisan................................................................................5
1.4 Sistematika Penulisan..........................................................................6
BAB II ISI.............................................................................................................7
2.1. Pendahuluan Flvonoid Sulfat.............................................................7
2.2. Tanaman yang Mengandung Flavonoid Sulfat...................................9
2.3 Isolasi senyawa Flavonoid Sulfat.......................................................10
2.4 Identifikasi Flavonoid Sulfat..............................................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................15
3.1 Kesimpulan..........................................................................................15
3.2 Saran....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Flavonoid merupaka senyawa yang yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6
yaitu cincin aromatik yang dihubungkan yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon
yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Flavonoid umumnya terdapat
pada tumbuhan sebagai glikosida Aglikon flavonoid (cincin tanpa gula terikat)
terbentuk dalam berbagai struktur, umumnya mengandung 15 atom C dalam inti
dasarnya. Berikut ini struktur dari flavonoid secara umum:
Gambar 1. Struktur Flavonoid
Penyebaran senyawa Flavonoid di alam sangat luas. Flavonoid merupakan
kandungan yang khas tumbuhan hijau kecuali ganggang dan lumut tanduk
(Anthoceratos). Flavonoid terdapat pada semua bagian tanaman termasuk daun, akar,
kayu, kulit , tepungsari, nektar bunga, buah dan biji. Pada hewan, jumlah Flavonoid
hanya sedikit, contohnya pada propolis (sekresi lebah), kelenjar bau berang-berang
dan di dalam sayap kupu-kupu. Walaupun berasal dari hewan, namun flavonoid
tersebut sebenarnya berasal dari tumbuhan yang dimakan hewan tersebut dan tidak
dibiosintetis secara langsung dalam tubuh hewan penghasilnya.
Flavonoid mempunyai peranan yang sangat besar bagi organisme penghasilnya,
dan juga terutama bagi manusia yang dapat digunakan sebagai pengobatan. Dalam
tumbuhan penghasilnya, Flavonoid berfungsi sebagai pembentuk pigmen warna
kuning, merah, atau biru untuk menarik perhatian hewan penyerbuk dan juga sebagai
zat yang disekresikan untuk menarik perhatian rhizobia agar terbentuk hubungan
simbiosis. Sedangkan bagi manusia, Flavonoid digunakan dalam bidang pengobatan
sebagai antioksidan in vitro dan in vivo dan sebagai antikanker.
4
Semua varian flavonoid saling bekaitan karena alur biosintesis yang sama yang
memasukkan prazat dari alur “sikimat” dan alur “malonat”, flavonoid pertama
dihasilkan segera setelah kedua alur itu bertemu. Khalkon diduga merupakan
Flavonoid yang pertama kali terbentuk pada biosintesis. Modifikasi flavonoid lebih
lanjut dapat terjadi pada berbagai tahap dan menghasilkan penambahan atau
pengurangan :
hidroksilasi,
metilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid,
metilenilasi gugus orto-dihidroksil;
dimerisasi (pembentukan biflavonoid),
pembentukan bisulfit,
glikosilasi gugus hidroksil dll.
Dari berbagai modifikasi inti Flavonoid, terbentuk kembali senyawa-senyawa
golongan Flavonoid, yaitu Flavon, Flavanol, Flavanonol, Flavan-3,4-diol, Kalkon,
Dihidrokalkon, Auron, Antosianin-antosianidin, Katekin, Isoflavon, Glikosida
Flavonoid dan aglikon, Flavonoid –O- glosida, Flavonoid –C- glosida, Flavonoid
Sulfat, dan Biflavonoid. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
Flavan-3,4-diol.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan flavonoid sulfat.
2. Mengetahui cara mengidentifikasi adanya flavonoid sulfat.
3. Mengetahui cara ekstraksi flavonoid sulfat.
4. Mengetahui cara isolasi flavonoid sulfat.
1.3. Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan, penulis menggunakan
metode pencarian informasi berbasis internet serta studi pustaka.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini dibagi menjadi 3 bagian, meliputi :
5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II ISI
2.1. Pendahuluan Flvonoid sulfat2.2. Tanaman yang mengandung Flavonoid sulfat
2.3 Isolasi senyawa Flavonoid sulfat
2.4 Identifikasi Flavonoid sulfat
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
6
BAB II
ISI
2.1 Pendahuluan
Flavanoid merupakan suatu senyawa penting dalam proses biokimia dan
fisiologi pada tumbuhan. Tidak hanya pada tumbuhan, flavonoid mempunyai berbagai
efek farmakologis pada manusia seperti antioksidan, antiinflamasi, bahkan
antikarsinogenik. Namun hambatan dari penerapan aplikasi farmakologi tersebut
adalah sulit larutnya flavanoid dalam air. Namun flavanoid sulfat merupakan salah
satu senyawa yang mudah larut dalam air.
a. Golongan flavonoid lain yang mudah larut dalam air yang mungkin ditemukan
hanya flavonoid sulfat (Harborne,1977)
b. Flavonoid sulfat mengandung satu atau lebih ion sulfat yang terikat pada
hidroksil fenol atau gula (Harborne,1977)
c. Flavonoid sulfat secara teknis sebenarnya adalah bisulfat karena terdapat
sebagai garam, yaitu flavon – O – SO3 K (Harbone,1977).
d. Ada juga yang termasuk glikosida bisulfat yang bagian bisulfatnya terikat pada
hidroksil fenol yang masih bebas atau pada gula (Harborne,1977)
e. Tampaknya tanaman ini terbatas hanya pada tanaman angiospermae terutama
angiospermae yang mempunyai hubungan ekologi dengan habitat air
(Harborne,1975)
Kegunaan Flavonoid Sulfat
Flavonoid sulfat memiliki banyak kegunaan pada aktivitas biologisnya,
diantaranya ialah sebagai inhibitor enzim (Haraguchi et al., 1996), llergen (Sallusto et
al., 2000), antioksidan (Yagi et al.,1994) dan regulator pada transport auxin (Faulkner
and Rubery, 1992).
7
Gambar 2. Flavonoid tersulfatasi
Flavanoid sulfat yang telah diidentifikasi selama ini hanya lebih dari 100 jenis
senyawa sulfat yang tekonjugasi pada flavonoid yang berhasil diisolasi, bila
dibandingkan hidroksiflavonol, hidroksiflavon, dan derivate glikosidanya telah
mencapai 4000 jenis. Ester sulfat dari flavonoid merupakan senyawa yang langka.
Hanya sejumlah kecil konjugat sulfat baru flavonoid telah diidentifikasi antara tahun
1993 dan 2003.
8
2.2 Tanaman yang Mengandung Flavonoid Sulfat
Tanaman Centaurea bracteata
Gambar 3. Tanaman Centaurea bracteata
Klasifikasi Tanaman :
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta (Angiospermae)
Class : Dicotyledones
Order : Campanulales
Family : Compositae
Genus : Centaurea
Species : Centaurea bracteata
Di Italia, Centaurea bracteata Scop. “Fiordaliso bratteato “sebagai obat
tradisional, meskipun spesies lain dari genus yang sama (yaitu Centaurea cyanus dan
Centaurea scabiosa) digunakan sebagai obat batuk dan obat tetes mata. Studi tentang
genus ini berurusan terutama dengan lakton sesquiterpene, sedangkan flavonoid
kurang diselidiki. Isolasi dan karakterisasi dari 23 zat yang termasuk berbagai kelas
senyawa, khususnya dua turunan asam quinic, sebuah sterol glukosida, monosakarida,
dan 19 flavonoid, salah satunya adalah produk alami baru. Flavonoid sulfat paling
banyak ditemukan pada tanaman hidrofit (Tomas-Barberan et al., 1987; Barron et al.,
1988; Seabra and Correia Alves, 1988; De Beck et al., 1998.
9
Senyawa Flavonoid sulfat pada Centaurea bracteata :
Gambar 4. 1. Centabractein 2. Bracteoside
2.3 Isolasi Senyawa Flavonoid Sulfat
Berikut ini adalah langkah-langkah isolasi senyawa flavonoid sulfat dari
simplisia berupa akar kering :
1. Akar kering (1540 g) diekstraksi secara berturut-turut dengan alat Soxhlet dan
pelarut n-heksana, CHCl3, CHCl3-MeOH (9:1) (6.0 l x 35 jam) pada suhu
kamar dengan MeOH (7,0 l x 7 hari x 3 kali).
2. Setelah penghilangan pelarut, dalam vakum sampai dengan suhu 40oC
sehingga diperoleh residu sebagai berikut : RH (14,1 g), RC (14,7 g), RCM
(67,1 g), dan RM (18,4 g).
3. RM diencerkan dalam MeOH-H2O (7:3) dan diekstraksi kembali, dengan
EtOAc dan n-BuOH kemudian pelarut diuapkan menghasilkan residu RMAc
RMBu.
4. Residu RH dengan TLC llergenve, memberikan jaceidin (6 mg), jacein (6 mg),
6 –hydroxyluteolin-6 ,40-dimethylether (3 mg) dan centaureidin (7800 mg).
Dalam pengerjaan yang sama, dari residu RC,diperoleh hispidulin (18 mg), 6-
hydroxykaempferol 3,6-dimethylether(8 mg) dan β-sitosterol-3-O-β-D-
glukosida (29 mg).
5. Residu RCM dilarutkan dalam pelarut MeOH-CHCl3 (9:1) sebagai eluen dan
fase diam SiO2 dengan kromatografi kolom diperoleh delapan senyawa
10
murni: axillarin (48 mg), nepetin (20 mg), 6-hydroxyluteolin-6,4’-
dimethylether-7-O-β-D-glucopyranoside (335mg), jacesiolin (13 mg),
centaurein (24 mg), nepetin-7-sulfat-O-β-D-glucopyranoside (455 mg), 5-
caffeoylquinic acid (11 mg), dan fructopyranose (18 mg).
6. Residu RMAc dipartisi dengan menggunakan Sephadex LH-20 dengan MeOH
sebagai eluen, diperoleh 18 utama fraksi (A-R). Dari fraksi, setelah berulang
menghasilkan 3-caffeoyl-quinic acid metyhl ester (6 mg), axillarin7-O- β –D-
glucopyranoside (7 mg), isokaempferide (6 mg), nepetin 7-sulfat(15 mg) dan
patuletin 7-sulfat (12 mg) diisolasi.
7. RMBu dipartisi dengan menggunakan Sephadex LH-20 dengan MeOH
sebagai eluen diperoleh fraksi utama (A-Z). Fraksi H memberikan endapan
dibentuk oleh murni quercetin 3,3’-disulphate (12 mg) Dari fraksi L-M,
dengan flash kromatografi dan SiO2 p-TLC, hispidulin 7-sulfat (6 mg) murni.
Fraksi K diperoleh senyawa murni 1 yaitu quercetin 3-O-b-d-glucopyranoside
3-O-β-D-sulphate sodium salt (18 mg).
2.4 Identifikasi Flavonoid Sulfat
Flavonoid sulfat dapat ditemukan pada 160 spesies tanaman yang berbeda-beda.
Salah satunya melalui tanaman Leea Guinensis, daun dari tanaman tersebut digunakan
sebagai simplisia. Pada proses isolasi, ditemukan struktur serta llerge murni dari
flavonoid sulfat tersebut, yaitu Quercitrin 3’-Sulfat.
Penggunaan spektrofotometri UV-Vis dalam pelarut methanol, pada panjang
gelombang 265 dan 342 nm menandakan adanya flavonoid secara umum. Untuk
mengidentifikasi lebih lanjut dapat dilakukan adisi HCl yang menyebabkan
pergeseran batokromik sebesar 13 nm, menandakan adanya substitusi pada gugus 3’.
Disi dari natrium ller karboksilat menandakan adanya gugus hidroksi pada posisi 4’,
untuk memastikan lakukan adisi H3BO3 sehingga dipastikan bahwa posisi 3’ telah
tersubstitusi. Berdasarkan data yang diperoleh melalui spektroskopi massa dan UV
dapat disimpulkan bahwa senyawa tersebut adalah flavonol sulfat monoglikosil.
11
Cara lain identifikasi dapat dilakukan dengan NMR untuk mengetahui adanya
gugus llergen pada 6.20, 6.39, 6.96, 7.52, dan 7.76. Penggunaan dari spektro NMR ini
kegunaannya dalam penentuan struktur flavonoid adalah sebagai penentuan pola
oksigenasi, penentuan jumah gugus metoksil dan kedudukannya, penentuan jumlah
gula yang ada dan penentuan α atau β serta pendeteksi rantai samping hidrokarbon
seperti CH3 yang terikat pada C dan fenil yang terikat pada C atau O.
Salah ntuk identifikasi kualitatif melalui reaksi umum flavonoid dapat dilakukan
reaksi Shinoda. Sampel yang akan diuji ditambah etanol, 0,5ml HCl pekat dan 3-4
potong kecil lempeng Magnesium. Jika menunjukkan adanya flavonoid akan timbul
warna merah, kuning atau jingga.
Reaksi :
Mg(s) + 2 HCl(l) à MgCl2(aq) + H2(g)
MgCl2(aq) + 6 ArOH(s) à [Mg(OAr)6]4-(aq) + 6 H+ 2Cl-
Pereaksi Geser
Pereaksi geser adalah suatu bentuk identifikasi dengan mengadisi suatu reagen
(pereaksi) ke dalam zat uji yang ingin diidentifikasi struktur serta kandungan
kimianya, pereaksi geser ini setelah ditambahkan ke dalam zat uji akan menimbulkan
pergeseran batokromik pada llergen spektrofotometri UV-Vis sehingga
mempengaruhi panjang gelombang yang diperoleh dimana akan mempermudah dalam
proses identifikasi.
Contoh pereaksi geser pada identifikasi flavonoid sulfat yaitu, adisi HCl yang
menyebabkan pergeseran batokromik sebesar 13 nm, menandakan adanya substitusi
pada gugus 3’ kemudian adisi dari natrium ller karboksilat menandakan adanya gugus
hidroksi pada posisi 4’, untuk memastikan lakukan adisi H3BO3 sehingga dipastikan
bahwa posisi 3’ telah tersubstitusi. Berdasarkan data yang diperoleh melalui
spektroskopi massa dan UV dapat disimpulkan bahwa senyawa tersebut adalah
flavonol sulfat monoglikosil.
12
Penambahan NaOH, puncak 1 mengalami pergeseran batokromik sebesar +57
nm mengarah pada substitusi posisi 4’-OH. Sementara itu penambahan natrium asetat,
menyebabkan puncak 2 mengalami pergeseran batokromik sebesar +12 nm.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Flavonoid sulfat mengandung satu atau lebih ion sulfat yang terikat pada
hidroksil fenol atau gula. Flavonoid sulfat memiliki banyak kegunaan pada aktivitas
biologisnya, diantaranya ialah sebagai inhibitor enzim, llergen, antioksidan dan
regulator pada transport auxin. Flavonoid sulfat paling banyak ditemukan pada
tanaman hidrofit, dan slah satu tanaman yang mengandung senyawa flavonoid sulfat
ialah Centaurea bracteata. Pada tanaman Centaurea bracteata. Mengandung senyawa
flavonoid sulfat yaitu, Centabractein dan Bracteoside.
Isolasi flavonoid sulfat adalah pertamanya dengan cara ekstraksi dengan metode
Soxhletasi menggunakan pelarut n-heksana, CHCl3, CHCl3-MeOH (9:1) pada suhu
kamar dengan MeOH. Penggunaan spektrofotometri UV-Vis dalam pelarut methanol,
pada panjang gelombang 265 dan 342 nm menandakan adanya flavonoid secara
umum. Sedangkan untuk identifikasi flavonoid sulfat dapat dilakukan identifikasi
lebih lanjut dengan cara melakukan adisi HCl yang dapat menyebabkan pergeseran
batokromik. Selain itu identifikasi juga dapat dilakukan dengan spektro NMR.
3.2 Saran
Studi mengenai flavonoid sulfat ini perlu ditingkatkan mengingat masih sangat
minimnya sumber-sumber penelitian baik jurnal maupun artikel. Selain itu, metode-
metode ekstraksi, isolasi, dan penetapan kadar flavonoid sulfat juga perlu diperdalam
untuk mendapatkan metode yang paling efektif dan paling efisien.
14
DAFTAR PUSTAKA
K. R. Markham. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung : Penerbit ITB Bandung.
Markham, Kenneth R. 2006. Flavonoids Chemistry, Biochemistry, and Applications. New York: Tailor & Francis.
15