bab ii tinjauan pustaka fitokimia

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. URAIAN TANAMAN KELAPA (Cocos nucifera L.) 1. KLASIFIKASI Regnum : Plantarum Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Class : Monocotyledoneae Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Cocos Spesies : Cocos nucifera L. Kunci determinasi : 1b. Tumbuh – tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit – dikitnya dengan benang sari dan atau putik. Tumbuh – tumbuhan berbunga. 2b. Tidak ada alat pembelit. Tumbuh – tumbuhan dapat juga memanjat (golongan 2)

Upload: olgasatriaputri

Post on 15-Feb-2015

80 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. URAIAN TANAMAN KELAPA (Cocos nucifera L.)

1. KLASIFIKASI

Regnum : Plantarum

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera L.

Kunci determinasi :

1b. Tumbuh – tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit – dikitnya

dengan benang sari dan atau putik. Tumbuh – tumbuhan

berbunga.

2b. Tidak ada alat pembelit. Tumbuh – tumbuhan dapat juga memanjat

(golongan 2)

3b. Daun tidak berbentuk jarum atau tidak terdapat dalam berkas

tersebut diatas.

Page 2: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

4b. Tumbuh – tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput. Daun dan

atau bunga berlainan dengan yang diterangkan diatas.

6b. Dengan daun yang jelas.

7a. Tumbuh – tumbuhan semacam palem, kerapkali batangnya tidak

bercabang dan mempunyai berkas daun yang berupa lingkaran;

kadang – kadang tidak berbatang. Daun besar, menyirip atau

berbentuk kipas.

8b. Bunga dengann tenda bunga berbilangan 3, berkumpul merupakan

bunga tongkol, yang bercabang atau tidak, kerapkali tertancap di

ketiak. Di waktu muda tongkol diliputi oleh satu seludang bunga

atau lebih. (21. Palmae)

Farm 21

1b. Palem menyirip.

3b. Bunga betina dengan tenda bunga yang lengkap; yang jantan

dengan 6 benang sari atau lebih.

4b. Tongkol bunga bercabang sekali atau sampai banyak sekali

tersebar. Bakal buah dan buah tidak dilindungi oleh sisik.

6a. Buah batu berbiji satu, sekurang – kurangnya 15 cm, dengan 3

mata lembaga dekat pangkal dari buah batu (nusz)

Page 3: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

2. MORFOLOGI

Pohon mempunyai tinggi 20 – 30 m, batang ramping tegak

lurus, tidak bercabang, dengan bekas daun yang lepas, diameter 40

cm dan membesar pada pangkal. Daun majemuk menyirip, tumbuh

berkumpul di ujung batang membentuk roset batang, panjang helaian

daun sampai 5 m, dengan pangkal tangkai daun yang melebar

menjadi upih dan membalut batang. Anak daun panjang, keras seperti

kulit, ujung runcing, dan mudah rontok. Bunga berkelamin tunggal

dalam satu pohon, tersusun dalam karangan berupa tongkol yang

bercabang, dikelilingi seludang, bunga kecil – kecil, berwarna kuning

putih. Buah batu berbiji satu, diameter sekitar 15 cm, dengan tiga mata

lembaga dekat pangkal buah. Buah berbentuk bulat telur sungsang,

dengan diameter sekitar 25 x 17 cm, terbungkus serabut tebal dengan

kulit dalam keras seperti tulang, berisi air dan daging yang

mengandung santan. (Dalimartha, Setiawan., 2005)

3. NAMA DAERAH

Sumatra : baku, krambil, tuwalah, hauni harambir, hayu ni

halambir, arambir, kelapa, ha-rambie, nyiui.

Jawa : kalapa, krambil, enyor, nyenyor, nyeyong.

Nusa Tenggara : niu, nyiur, nyir, nio.

Kalimantan : enyu, nyoh.

Sulawesi : bango, tokhulu, bongo, kaluku, anyoro.

Page 4: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

Maluku : niur, ruhu, nikwel, honi, wago ayo.

Irian : nu, nour sraknam. (Dalimartha, Setiawan., 2005)

4. KANDUNGAN KIMIA

Daging buah mengandung minyak lemak, karbohidrat, protein,

stigmasterin, fitosterin, kolin, asam undekanoat, asam tridekanoat,

serta vitamin A, B, C, dan E. Minyak mengandung stigmastatrienol,

stigmasterol, fucosterol. Santan mengandung glukosa, sakarosa,

fruktosa, protein, asam karbonat, anzim (sacharase, oxidase catalase,

diastase), tannin, air. Air kelapa mengandung glukosa (buah muda),

sakarosa (buah masak), mineral, emzim. Tempurung mengandung zat

kapur, serat, pentose, dan minyak atsiri. Daun mengandung cocositol.

(Dalimartha, Setiawan., 2005)

5. KEGUNAAN

Daun digunakan untuk mengatasi mimisan, sakit maag, muntah

dan diare. Tempurung untuk mengatasi rematik, keracunan makanan

(dalam bentuk arang). Daging buah untuk mengatasi cacingan,

sembelit dan luka. Minyak kelapa digunakan untuk mengatasi kurap,

kudis, radang kulit, terbakar, dan tersiram air panas. Santan digunakan

untuk pengobatan kencing manis, muntah darah, bengkak,

menghilangkan hawa panas, anak dengan berat badan rendah, rasa

lemah dan gangguan saluran kencing. Air kelapa digunakan untuk

pengobatan penawar (antidote) pada keracunan arsenic, keracunan

Page 5: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

makanan, kolera, TB paru, sifilis, menghilangkan haus, demam, dan

gangguan pada saluran kencing. Akar digunakan untuk pengobatan

demam, disentri, penyakit pada sistem reproduksi wanita, bronchitis,

gangguan hati dan keputihan. Abu kulit batang digunakan untuk

mengatasi scabie dan sakit gigi. Tangkai bunga segar digunakan

untuk mengatasi sembelit. (Dalimartha, Setiawan., 2005)

6. CARA PENGOBATAN SECARA TRADISIONAL

a. Menyuburkan rambut

Panaskan sebentar minyak kelapa yang dicampur sirih dan lemon.

Lumas rambut dan kulit kepala sebelum tidur, lalu tutup dengan

sepotong kain. Keramas esok paginya. Lakukan 2 kali seminggu.

b. Sakit tenggorok

Rebus akar muda dan gunakan airnya unutk kumur – kumur.

Lakukan 3 – 4 kali sehari.

c. Ganggren, borok yang membandel, bisul batu

Jus tangkai buah segar lalu tambahkan tepung beras, dipanaskan

dan diaduk. Cairan berupa tajin dioleskan pada tempat yang sakit.

d. TBC, kolera, kencing nanah

Panaskan diatas bara api 1 buah kelapa hijau muda dipangkas

bagian bawah dan atasnya, lalu dibuat lubang sampai mendidih

selama 10 – 15 menit. Minum 1 – 2 kali sehari.

Page 6: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

e. Keracunan makanan (jamur, jengkol, singkong, tempe bongkrek)

Aduk ¾ gelas air kelapa hijau muda dan 1 sdm madu atau garam

sebesar biji randu, minum 2 – 3 kali sehari.

f. Luka bakar

Aduk rata minyak kelapa dan kapur sirih sampai seperti salep,

oleskan pada bagian yang lepuh.

g. Cacingan

Makan daging buah 1 butir kelapa dan minum airnya pagi hari

sewaktu perut kosong.

h. Sembelit

Makan ½ - 1 buah daging kelapa pada pagi hari dan sore hari.

i. Disentri

Rebus 1 sdt biji adas, 10 g pegagan, ½ jari tangan kayu pulosari, 1

jari tangan kayu manis, 1 sdt bubuk kayu secang, 1 butir bawang

merah, 1 sdt air rebusan gula jawa, akar tapak liman dan akar

bayam merah masing – masing 5 batang, serta 5 jari tangan kulit

buah jambu biji dan 1 jari tangan kulit kelapa hijau dengan 1,5 liter

air sampai tersisa 1 liter. Jika penderita haus, minum sebanyak 1

cangkir.

j. Demam, mulut kering, diabetes

Minum air kelapa pada pagi dan sore hari, masing – masing 1 buah

kelapa. (Dalimartha, Setiawan., 2005)

Page 7: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

B. URAIAN METODE EKSTRAKSI BAHAN ALAM

1. TUJUAN EKSTRAKSI

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia

yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada

perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana

perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi

masuk ke dalam pelarut. (Dirjen POM., 1986)

2. MACAM – MACAM METODE EKSTRAKSI BAHAN ALAM

Metode ekstraksi bahan alam terbagi atas 2 macam yaitu

metode dingin dan metode panas. Metode dingin yang dimaksud

adalah dalam proses penyariannya tidak menggunakan pemanasan.

Yang meliputi metode dingin adalah maserasi, perkolasi dan

soxhletasi. Metode panas yang dimaksud adalah dalam proses

penyariannya menggunakan pemanasan. Yang meliputi metode panas

adalah refluks dan destilasi uap. (Dirjen POM., 1986)

3. CARA – CARA EKSTRAKSI

a. Ekstraksi Secara Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan

penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan

terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari

simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut

Page 8: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stiraks dan lilin.

(Dirjen POM., 1986)

Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana.

Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk

mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan

lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang

mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin. (Dirjen

POM., 1986)

b. Ekstraksi Secara Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan

penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan

metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu

sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya

adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas

dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin

selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen

secara efisien. (Dirjen POM., 1986)

c. Ekstraksi Secara Soxhletasi

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara

berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap,

uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh

pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan

Page 9: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah

melewati pipa sifon. (Dirjen POM., 1986)

Keuntungan metode ini adalah : (Dirjen POM., 1986)

1. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan

tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.

2. Digunakan pelarut yang lebih sedikit

3. Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini : (Dirjen POM., 1986)

1. Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada

wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga

dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.

2. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan

melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat

mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut

yang lebih banyak untuk melarutkannya.

3. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk

menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi,

seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di

Page 10: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk

pergerakan uap pelarut yang efektif.

Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni

atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk

ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan :diklormetan

= 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena

uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut

cair di dalam wadah. (Dirjen POM., 1986)

d. Ekstraksi Secara Refluks

Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk

mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan

tahan pemanasan langsung. Kerugiannya adalah membutuhkan

volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari

operator. (Dirjen POM., 1986)

e. Destilasi Uap air

Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi

minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode

destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang

mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia

yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.

(Dirjen POM., 1986)

Page 11: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

C. PENGUAPAN EKSTRAK

1. TUJUAN PENGUAPAN

Penguapan ekstrak dimaksudkan untuk mendapatkan

konsistensi ekstrak yang lebih pekat. Tujuan dilakukannya penguapan

adalah untuk menghilangkan cairan penyari yang digunakan, agar

pada ekstraksi corong pisah diperoleh hanya dua lapisan. Penguapan

dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat oleh putaran

labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5 – 10°C dibawah

titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan.

Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap

naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-

molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat

penampung.(http://fitokimiaumi.files.wordpress.com/2009/penguapan-

pelarut-pada-sampel.pdf)

2. MACAM – MACAM EKSTRAK

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III dikenal tiga macam ekstrak

yaitu :

a. Ekstrak cair

Ekstrak cair adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil penyarian

bahan alam masih mengandung larutan penyari.

b. Ekstrak kental

Page 12: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

Ekstrak kental adalah ekstrak yang telah mengalami proses

penguapan, dan tidak mengandung cairan penyari lagi, tetapi

konsistensinya tetap cair pada suhu kamar.

c. Ekstrak kering

Ekstrak kering adalah ekstrak yang telah mengalami proses

penguapan dam tidak mengandung pelarut lagi dan mempunyai

konsistensi padat (berwujud kering).

3. PENGUAPAN EKSTRAK DENGAN ALAT ROTAVAPOR

(http://karuniamakmur.indonetwork.co.id/2288174/rotavapor.htm)

Page 13: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

Keterangan : (http://blogkita.info/rotary-evaporator/)

1. Kran pengatur tekanan

2. Kondensor

3. Tombol on / off, tombol menaikkan posisi waterbath, tombol

pengatur kecepatan putaran

4. Tempat labu alas bulat penampung tergantung

5. Tempat labu alas bulat sampel tergantung

6. Waterbath

7. Pengatur suhu waterbath

8. Labu alas bulat

9. Indikator tekanan

10.Pompa vakum

Page 14: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia
Page 15: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

Keterangan : (http://www.mrclab.com/Media/Uploads/ROVA3L2L-

OPR.pdf)

1. Kondensor bulat

2. Katup aliran bahan

3. Tempat labu alas bulat penampung

4. Tempat labu alas bulat sampel

5. Sekrup konektor

6. Sekrup putaran

7. Cincin Convex

8. Tabung

9. Cincin internal

10.Cincin Tetap

11.Sealed paking

12.Klip conical

13.Air-resistensi paking

14.Teflon plastik aliran

15.Motor utama (rotator)

16.Klip bulat (klip sendi plastik)

Page 16: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

D. URAIAN TENTANG KROMATOGRAFI

1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Pada Kromatografi Lapis Tipis (KLT), zat penjerap merupakan

lapisan tipis serbuk halus yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik

ataulogam secara merata. Dengan memakai KLT, pemisahan

senyawa yang amat berbeda seperti senyawa organik alam dan

senyawa organik sintetik, kompleks anorganik-anorganik dan bahan

ion anorganik dapat dilakukan beberapa menit dengan alat yang

harganya tidak terlalu mahal. (Gritter J.R, dkk. 1991)

Pada kromatografi kolom merupakan proses yang lambat, yang

membutuhkan penyerap relatif dalam jumlah yang besar demikian pula

cuplikan yang digunakan, sedangkan dalam kromatografi lapis tipis

hanya membutuhkan penyerap dan cuplikan dalam jumlah yang

sedikit dan noda – noda yang terpisahkan dilokalisir pada plat seperti

pada lembaran kertas. Setelah pemisahan mudah diperoleh senyawa

– senyawa yang terpisah secara individu yaitu dengan jalan

menggeruknya dan mengumpulkan tiap – tiap lapisan dalam mana

lapisan tersebut dirap. (Gritter J.R, dkk. 1991)

Adsorben yang paling anyak digunakan dalam KLT adalah

silikagel dan aluminium oksida. Silika gel umumnya mengandung zat

tambahan kalsium sulfat untuk mempertinggi daya lekatnya. Zat ini

Page 17: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

digunakan untuk adsorben universal untuk kromatografi senyawa

netral, asam dan basa. (Sastrohamidjojo. 1985)

Pemisahan komponen suatu senyawa yang dipisahkan dengan

kromatografi lapis tipis tergantung pada jenis pelarut, zat penyerap

dengan sifat daya serap masing-masing komponen. Komponen yang

terlarut akan terbawa oleh fase diam (penyerap) dengan kecepatan

perpindahan yang berbeda-beda. Perbandingan kecepatan

bergeraknya komponen terlarut dalam fase gerak (pelarut) adakah

dasar untuk mengidentifikasi komponen yang dipisahkan,

perbandingan kecepatan ini dinyatakan dalam Rf (Rate of Flow),

dengan persamaan : (Roth, H.J., Blaaschke, G. 1988)

Rf= Jarak yang ditempuh senyawa terlarutJarak yangditempuh pelarut

2. Pelaksanaan Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi

campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk

kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini. Semua kromatografi

memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-

padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak

mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang

terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda

bergerak pada laju yang berbeda. Kita akan membahasnya lebih

Page 18: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

lanjut.

(http://www.chemistry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatograf

i1/kromatografi_kolom/)

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah

lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng

gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina)

merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis

seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat

berpendarflour dalam sinar ultra violet, alasannya akan dibahas

selanjutnya. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut

yang sesuai.

(http://www.chemistry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/

kromatografi1/kromatografi_kolom/)

Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian

bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna

ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di

lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini

dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak

selayaknya kromatogram dibentuk.

(http://www.chemistry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/

kromatografi1/kromatografi_kolom/)

Page 19: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan

ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam

jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas

pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada. Alasan

untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi

dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk

mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan

beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh

dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut. Karena

pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang

berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang

berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.

(

http://www.chemistry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi

1/kromatografi_kolom/)

Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari

lempengan. Ini akan memberikan pemisahan maksimal dari

komponen-komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari

pelarut dan fase diam.

(http://www.chemistry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/

kromatografi1/kromatografi_kolom/)

Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai Rf adalah :

Page 20: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

1. Pelarut

2. Bahan penmgambang (jenis dan ketebalan lapisan)

3. Kejenuhan ruangan akan pelarut

4. Kelembaban udara

5. Konsentrasi

6. Komposisi larutan diperiksa

7. Panjang trayek migrasi

8. Senyawa asing

9. Ketidak homogenan kertas

10.Arah serabut kertas

11.Mutu dan sifat dari lapisan adsorbsi dan kertas

12.Derajat kejenuhan bejana pemisah.

(http://www.chemistry.org/materi_kimia/

instrumen_analisiskromatografi1/kromatografi_lapis_tipis/)

3. Prinsip Penampakan Noda

A. Pada UV 254 nm

Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan

sampel akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada

lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara

sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng.

Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang

Page 21: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang

tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih

tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan

energi. (Stahl, Egon. 1985)

B. Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng

akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm

adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan

gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda

tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi

cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron

yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang

lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil

melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV

366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm. (Stahl, Egon. 1985)

C. Pereaksi Semprot H2SO4 10%

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10%

adalah berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat

reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia

sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih

Page 22: Bab II Tinjauan Pustaka Fitokimia

panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh

mata. (Stahl, Egon. 1985)