tugas fitokimia ii,sec

19
8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 1/19 TUGAS FITOKIMIA II SIZE EXCLUSION CHROMATOGRAPHY (SEC) Disusun oleh: Seffy Aulia 0305050574 Sherly Natalia 0305050582 Susanto 030505059Y Syatiani Arum S. 0305050604 Vania Gones 0305050612 Ventry F. Effendy 030505062Y Vergina Sitar O.B. 0305050647 DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2008

Upload: edwinaniwde

Post on 10-Apr-2018

258 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 1/19

TUGAS FITOKIMIA II

SIZE EXCLUSION

CHROMATOGRAPHY(SEC)

Disusun oleh:

Seffy Aulia 0305050574Sherly Natalia 0305050582

Susanto 030505059Y

Syatiani Arum S. 0305050604

Vania Gones 0305050612

Ventry F. Effendy 030505062Y

Vergina Sitar O.B. 0305050647

DEPARTEMEN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2008

Page 2: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 2/19

BAB I

PENDAHULUAN

Size exclusion chromatography (SEC) disebut juga gel permeation

chromatography (GPC), gel filtration chromatography (GFC), gel chromatography,

steric exclusion chromatography, dan exclusion chromatography, merupakan metode

kromatografi yang menggunakan partikel berpori untuk memisahkan molekul dengan

ukuran yang berbeda. Teknik SEC pertama kali ditemukan oleh Grant Henry Lathe

dan Colin R Ruthven. SEC umumnya diaplikasikan untuk kompleks makromolekuler 

sperti protein dan polimer industry terutama digunakan untuk memisahkan molekul

 biologis, untuk menentukan bobot molekul dan distribusi bobot molekul dari polimer.

Molekul yang lebih kecil dari ukuran pori dapat memasuki partikel dan mempunyai

 jalur dan waktu transit yang lebih panjang dibandingkan molekul besar yang tidak 

dapat memasuki partikel. Semua molekul yang lebih besar dari ukuran pori tidak 

tertahan dan terelusi bersama. Molekul yang memasuki pori akan mempunyai waktu

tinggal dalam partikel yang tergantung pada ukuran dan bentuk molekul. Molekul

yang berbeda mempunyai waktu transit yang berbeda untuk melewati kolom. Ketika

larutan aqueous digunakan untuk transport sampel melalui kolom, tehnik tersebut

disebut gel filtration chromatography yang digunakan ketika pelarut organik 

digunakan sebagai fase gerak.

Gambar 1. Skema kolom size exclusion chromatography

Page 3: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 3/19

Kelebihan SEC :

• Waktu pemisahan yang cepat dan hasil yang baik.

• Frekuensi tajam sensitivitas baik.

•Bebas dari kehilangan sampel, pelarut tidak berinteraksi dengan fase stasioner.

• Variasi larutan dapat diaplikasikan tanpa menganggu proses filtrasi, sementara

mempersiapkan aktivitas biologis partikel untuk memisah.

Kekurangan SEC :

• Hanya sejumlah frekuensi terbatas dapat diakomodasi karena skala waktu

kromatogram pendek.

•Tidak dapat digunakan untuk sampel dengan ukuran seragam, seperti isomer.

Diperlukan sedikitnya perbedaan 10 % pada berat molekul untuk resolusi yang

masuk akal.

Teori 

Kolom SEC mengandung partikel berpori dengan garis tengah pori yang

 berbeda. Linarut yang disuntikkan ke dalam kolom tersebut berdifusi ke dalam pori

yang garis tengahnya lebih besar daripada garis tengah efektif linarut. Walaupun bobot molekulnya sama, garis tengah efektifnya berbeda, dan komponen yang garis

tengahnya efektifnya paling besar akan terelusi lebih dahulu. Dengan bertambah

  besarnya garis tengah efektif linarut, jumlah pori yang dapat dimasuki dan

kemampuannya berdifusi dalam pori menurun. Jadi, jika linarut bergaris tengah

sedemikian rupa sehingga tidak dapat berdifusi ke dalam pori yang mana pun, maka

linarut tersebut dikatakan tereksklusi sempurna dan tidak tertahan, artinya linarut

tersebut terelusi dalam volume mati kolomVo. Linarut yang mampu berdifusi

sempurna ke dalam semua pori dikatakan bermeasi sempurna ke dalam kemasan.

Linarut jenis ini memerlukan volume pelarut yang jauh lebih besar untuk 

mengelusinya dari kolom. Pemisahan komponen dapat dicapai jika komponen itu

terelusi dengan volume tambat antara Vo dan volume permeasi total.

Volume SEC terdiri dari tiga komponen, yaitu :

1. Volume mati (Vo), volume ruang antar partikel yang ditempati fase gerak 

yang mengalir 

2. Volume yang ditempati oleh bagian padat kemasan

Page 4: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 4/19

3. Volume pori (Vp), volume yang ditempati fase gerak yang tertahan

Koefisien distribusi (K) linarut merupakan jumlah volume pori yang dapat dimasuki

linarut (VA) dan volume pori total (Vp), yaitu :

K = VA/Vp

Maka, volume linarut yang tertahan (VR) dinyatakan sebagai: VR=Vo+K.Vp

Rentang K antara 0 sampai 1, karena jika linarut dieksklusi seluruhnya, maka K=0

dan jika pelarut berpermeasi ke dalam pori seluruhnya maka K=1. Maka untuk 

memperoleh pemisahan semaksimum mungkin diperlukan Vo yang lebih kecil dan

Vp yang besar.

 Mekanisme SEC 

Buffer dipompa melewati kolom oleh alat yang diatur oleh komputer. Saat

campuran molekul dan ion-ion yang terlarut dalam pelarut diaplikasikan pada ujung

atas kolom, molekul-molekul yang lebih kecil (dan ion) didistribusikan melalui

volume pelarut yang lebih besar daripada yang tersedia unutk molekul besar. Molekul

yang lebih kecil dari ukuran pori dapat masuk ke dalam partikel dan karenanya

memiliki jalur yang lebih panjang serta waktu transit yang lebih panjang

dibandingkan molekul besar yang tidak dapat memasuki partikel. Seluruh molekul

yang lebih besar ukurannya dibandingkan ukuran yang tidak tertahan dan akan dielusi

 bersamaan. Molekul yang dapat masuk ke dalam pori akan memiliki waktu tinggal

rata-rata dalam partikel, yang bergantung dari bentuk serta ukuran molekulnya.

Karena itu, molekul besar bergerak lebih cepat melewati kolom, dan dengan inilah

campuran tersebut dapat dipisahkan menjadi komponen-komponennya.

Page 5: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 5/19

Gambar 2. Pemisahan SEC untuk dua ukuran makromolekul : (1) campuran sampel

sebelum memasuki column packing; (2) campuran sampel pada bagian atas kolom ;

(3) pemisahan ukuran dimulai; (4) hasil akhir.

 Prinsip SEC 

Prinsip dari kromatografi eksklusi adalah terjadinya pemisahan molekul

 polimer sesuai dengan volume hidrodinamiknya ketika sampel diinjeksikan ke dalam

kolom. Volume hidrodinamik yang dihasilkan dari system kromatografi ini terbagi

menjadi tiga macam volume, yaitu:

• Volume interstisial (Vi) merupakan volume elusi yang diperoleh jika

molekul polimer memiliki ukuran yang lebih besar daripada ukuran pori-pori

sehingga tidak mampu masuk ke pori-pori.

• Volume interstisial dan Volume pori (Vi + V p) merupakan volume elusi

yang diperoleh jika molekul polimer memiliki ukuran yang lebih kecil daripada

ukuran pori-pori sehingga mampu melewati dan masuk ke dalam pori-pori.

• Volume elusi (Ve) merupakan volume pori untuk molekul polimer yang

memiliki ukuran diantara kedua molekul polimer sebelumnya. Untuk volume

ini, dapat dirumuskan dengan persamaan:

Ve = Vi + K sec.Vp

Dimana K sec adalah nilai konstan pada kromatografi eksklusi (0 < K sec < 1)

Page 6: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 6/19

Prinsip SEC dijelaskan oleh skema di bawah ini :

Gambar 3. Prinsip size exclusion chromatography

Gambar 4. Pemisahan SEC 

Page 7: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 7/19

Gambar 5. Kurva kalibrasi SEC 

Page 8: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 8/19

BAB II

SISTEM PERALATAN

Peralatan penting yang biasanya digunakan pada kromatografi eksklusi ( size

exclusion chromatography), antara lain pompa untuk mempertahankan aliran yang

konstan, kolom dengan jenis molekul tertentu, dan detektor untuk hasil yang

kuantitatif.

Berikut adalah skematis dari system kromatografi eksklusi

Page 9: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 9/19

Komponen yang digunakan pada sistem kromatografi ini, yaitu:

a. Kolom

Memilih Kolom

Pemilihan ukuran pori kolom tergantung pada ukuran molekul linarut yang akandipisahkan. Sampel yang ukurannya (bobot molekul) bermacam-macam tidak mampu

dipisahkan jenis-jenis molekulnya jika digunakan satu ukuran pori-pori dari kolom.

Setiap kolom eksklusi dengan ukuran pori tertentu hanya memiliki satu kurva

kalibrasi tertentu. Batas eksklusi dan rentang kerja BM tidak didefinisikan dengan

tajam karena distribusi pori kolom tidak sempit. Jika distribusi pori lebar maka akan

dihasilkan kurva dengan kemiringan yang tajam. Dengan demikian, senyawa-senyawa

yang memiliki ukuran molekul hampir sama akan dihasilkan daya pisah yang rendah

  jika rentang kerja BM-nya besar. Sebaliknya, jika distribusinya sempit maka akan

didapat kurva yang lebih mendatar. Sehingga, rentang kerja BM akan menjadi lebih

kecil tetapi daya pisah molekul yang memiliki ukuran hampir sama akan meningkat.

Pemisahan optimum komponen-komponen suatu senyawa sampel yang

memiliki distribusi bobot molekul lebar dapat diperoleh jika kolom eksklusi memiliki

rentang kerja BM yang berbeda. Pada setiap rangkaian kolom dapat dihasilkan kurva

kalibrasi tersendiri dimana perolehan kurva kalibrasi ini didapat dengan

menyuntikkan senyawa baku (standar baku) yang diketahui bobot molekulnya,

kemudian menentukkan VR masing-masing.

Dengan demikian, kromatografi eksklusi merupakan suatu metode cepat yang

dapat digunakan untuk memperoleh perkiraan harga bobot molekul (BM) suatu

sampel dengan membandingkan empirisnya pada senyawa standar baku. Untuk 

memperoleh nilai perbandingan yang bagus, struktur antara sampel dengan senyawa

standar baku haruslah sama.

Jenis Kolom

Kolom yang biasa digunakan pada system kromatografi eksklusi ini dapat

dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu:

∞ Setengah kaku

Bahan kolom setengah kaku ini merupakan turunan dari polistirena yang telah

disambung silang dengan divinilbenzen dalam berbagai persentase untuk 

mendapatkan struktur setengah padat. Contoh fase diam untuk kolom setengah

Page 10: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 10/19

kaku ini, antara lain gel Styragel dan gel TSK untuk memisahkan cuplikan yang

rumit seperti karet dan plastik.

Pemisahan yang baik dapat diperoleh dengan penggunaan laju alir yang

rendah. Namun, hal ini dapat berakibat pada waktu analisis yang semakin panjang.

Pada partikel berukuran kecil yang dikromatografi eksklusi dengan kolom berpori

kecil akan menghasilkan daya pisah yang tinggi sehingga partikel dengan bobot

molekul rendah (100-1000) dapat dipisahkan.

Kolom ini memiliki efisiensi yang tinggi dan rentang pori yang lebar serta

merupakan kolom yang paling popular atau banyak digunakan untuk 

memfraksinasi polimer sintetik. Fase diam kolom ini dapat bercampur dengan

sebagian besar pelarut organik. Akan tetapi, kelemahan kolom ini yaitu dapat

menjerap senyawa-senyawa polar.

∞ Kolom kaku

Bahan untuk kolom kaku ini terbuat dari kaca atau silica serta tersedia dalam

 berbagai ukuran pori dan bergaris tengah (diameter) kecil atau besar.

Kelebihan kolom ini, yaitu kemampuannya menghilangkan pembatas laju

aliran karena dapat dipakai pada tekanan tinggi serta kemudahannya dan

keefisiensinya dalam pembuatannya. Pada pembatasan laju aliran tersebut dapat

digunakan pelarut air atau pelarut organik. Namun, perlu diperhatikan bahwa

larutan basa dengan pH > 7,5 pada kolom ini harus dihindari sebab keadaan ini

dapat melarutkan bahan silika dan kaca.

Sedangkan penjerap pada kolom ini akan mempersulit proses pemisahan

senyawa sampel. Sebagai contoh, bahan yang bersifat polar akan terjerap kuat dan

membentuk ekor sehingga akan menimbulkan masalah seperti perubahan pada

kurva kalibrasi serta dapat menyebabkan molekul besar keluar pada volume elusi

yang sesuai dengan volume untuk senyawa bermolekul kecil. Pengaruh penjerap

ini dapat diperkecil dengan beberapa pendekatan. Pendekatan pertama, yaitu

menambahkan carbowax 400 atau polietilen glikol dengan cara yang sama seperti

  pada pembuatan kolom kromatografi gas. Pendekatan lainnya, yaitu

menambahkan berbagai pereaksi siliasi dengan konsentrasi 0,1% sampai 1% pada

larutan carbowax yang dilarutkan dengan pelarut untuk mengaktifkan carbowax

sehingga dapat memperkecil pengaruh penjerap.

∞ Gel lunak 

Page 11: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 11/19

Kolom gel lunak ini dapat menggembung dalam pelarut yang dipakai

(biasanya air) sehingga perlu dilakukan perendamanan dalam pelarut sekurang-

kurangnya selama semalam untuk mencegah terjadinya perubahan volume ketika

digunakan.  Kolom gel lunak ini berguna untuk memisahkan senyawa yang larut

dalam air dengan rentang bobot molekul 102   – 2,5 x 107 sehingga banyak 

digunakan untuk protein dan enzim.

Kolom ini sangat rapuh dan tidak dapat menahan tekanan tinggi yang lebih

dari sekitar 150 psi sehingga tidak dapat digunakan dalam KCKT. Selain itu,

  bahan gel lunak ini dapat diuraikan oleh bakteri yang dapat menyebabkan

hilangnya kinerja kolom serta sangat mudah dimampatkan dan mudah dirusak 

oleh laju aliran tinggi tetapi memiliki kapasitas cuplikan tertinggi.

Berikut adalah bahan gel lunak yang dapat digunakan pada kolom

kromatografi eksklusi

 Nama Jenis Rentang BM

Bio-Bead S Stirena-divinilbenzen Sampai 1,4 x 104

Bio-Gel A Agarosa 2 x 104 – 1,5 x 108

Bio-Gel P Poliakrilamid 102 – 4 x 105

Merckogel OR Polivinilasetat Sampai 106

Sephadex G Dekstran Sampai 106

Sephadex LH-20 Turunan Dekstran 102 – 104

Sepharose Agarosa 105 – 108

Enzacyl Poli(N-akriloillmorfolina) 102 – 108

b. Fase Gerak 

Fase gerak dalam SEC harus merupakan pelarut polimer yang baik untuk menghindari efek noneksklusi. Sampel harus terdisolusi pada suhu yang sesuai dan

  bertahan cukup lama sebelum akhirnya disuntikkan. Hal tersebut bertujuan agar 

 pelipatan dapat mengembang dalam fase gerak atau dengan kata lain memecahkan

agregat. Bila sampel hanya terlarut sebagian dalam fase gerak, maka dapat terjadi

  peningkatan tekanan pada kolom karena ukuran partikel yang terlalu besar. Efek 

tersebut dapat diatasi dengan cara: 1) memilih pelarut lain, atau 2) meningkatkan

temperatur kolom.

Page 12: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 12/19

Pada beberapa kondisi, perlu adanya penambahan elektrolit agar terjadi

disagregasi. Beberapa polimer, seperti polyolefin, biasa digunakan untuk analisis

 pada suhu tinggi (140-150oC). Bila analisis dilakukan pada kondisi tersebut, maka

fase gerak yang bersifat toksik tidak dapat digunakan (contoh: triklorobenzen),

sehingga perlu dipilih fase gerak yang lain. Fase gerak dalam SEC terbagi menjadi

dua bagian besar, yaitu:

1. Fase gerak SEC untuk protein dan polimer larut air, dan

2. Fase gerak SEC untuk polimer polar dan polimer larut dalam pelarut organik.

Fase gerak SEC untuk protein dan polimer larut air

SEC sering digunakan untuk mengisolasi protein, menghilangkan agregat,

desalting  sampel protein, memisahkan fraksi asam nukleat, atau untuk mengetahui

sifat polimer larut air yang digunakan dalam makanan, cat, sediaan farmasi, dan

sebagainya. Fase gerak yang digunakan disesuaikan dengan fase diam, antara lain:

1. Silika

Jenis kolom: SW, SWxI, dan SuperSW digunakan untuk menganalisis protein

dan asam nukleat menggunakan aqueous buffer sebagai fase gerak.

2. Polimetakrilat

Jenis kolom: PW dan PWxI digunakan untuk menganalisis polimer industry,

oligosakarida, asam nukleatm virus menggunakan fase gerak berupa aqueous

  buffer atau larutan garam. Kolom PWxI yang digunakan untuk menganalisis

 polimer kationik menggunakan fase gerak berupa larutan garam encer.

Pelarut yang mengandung air harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Kestabilan mekanis yang tinggi (tahan terhadap tekanan)

2. Perubahan volume yang minimum

Pelarut harus tidak memberi perubahan volume yang berarti pada saat terjadi

 perubahan pH, atau pada saat penambahan garam.

3. Stabil secara kimia

Tahan terhadap asam dan basa.

4. Memberi puncak kromatogram yang tajam

5. Stabil pada suhu tinggi

6. Tahan terhadap kontaminasi mikroba

7. Afinitas sesuai terhadap sampel yang berupa protein, enzim, dan lain-lain

Page 13: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 13/19

Contoh pelarut mengandung air yang sering digunakan sebagai fase gerak 

dalam SEC antara lain:

1. Buffer fosfat (pH 7,0)

2. Larutan KCl

3. Larutan NaCl

Fase gerak SEC untuk polimer polar dan polimer larut dalam pelarut organik 

SEC sering digunakan untuk mengetahui sifat polimer organic polar dan

 polimer larrut dalam pelarut organik. Pemilihan pelarut organic didasarkan atas efek 

 partisi dan adsorpsi pelarut. Jenis fase gerak yang digunakan disesuaikan dengan fase

diam, antara lain:

1. Polimetakrilat (high % X-linking )

Jenis kolom: Alpha dan SuperAW menggunakan fse gerak berupa pelarut

organic polar seperti methanol, asetonitril, DMF, DMSO, THF, dan HFIP.

2. Polistirena

Ada dua jenis kolom, yaitu kolom Ultra-low adsorption (contoh: SuperHZ,

SuperMultiporeHZ, HxI dan Multipore) menggunakan pelarut yang terbatas,

dan kolom Low adsorption (contoh: SuperH dan Hhr) dapat menggunakan

 pelarut yang lebih bervariasi.

Tabel 1. Kolom polistirena dan fase geraknya

Jenis kolom Pelarut yang

umum

Pelarut alternative

SuperHZ dan

HXL

Tetrahidrofuran

(THF)

Benzene, toluene, kloroform, xylene,

diklormetan, dikloroetanAseton CCl4, o-Diklorobenzen, Dimetilformamid

(DMF), dodekan, dimetil sulfoksida,

dioksan, etil asetat, heksan, piridin, metal

etil keton,

heksafluoroisopropanol/kloroform,

kuinolin, sikloheksan

Kloroform m-kresol dalam kloroform, 10%

heksafluoroisopropanol/kloroformDMF Dimetil sulfoksida, dioksan,

Page 14: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 14/19

tetrahidrofuran, toluene

o-Diklorobenzen 1-Kloronaftalen, triklorobenzen

SuperH dan

HHR 

THF Aseton, dekahidronaftalen, etanol,

kuinolin, benzene, o-diklorobenzen, etil

asetat, tetrafluoroetilen, CCL4,

diklorometan, n-heksan, toluene, metal

etil keton, piridin, metal sulfoksida

c. Detektor

Setelah pemisahan sampel polimer, molekul dapat dideteksi dengan sistem

detektor yang berbeda-beda, misalnya dengan refraktometer atau detektor UV-Vis.

Intensitas detektor direkam sebagai fungsi volume pelarut eluen. Sistem dikaliberasi

dengan menggunakan polimer sampel yang diketahui berat molekulnya, dapat

dilakukan dengan evaluasi berat molekul dan distribusi berat molekul menggunakan

detektor sinar menyebar (light scatter detector), berat molekul polimer dapat

ditentukan secara langsung dan tidak perlu dikaliberasi terlebih dahulu.

Peralatan SEC

Gambar 6. Size exclusion chromatography (german: GPC) Calibration versus PS-

Standards, solvent normally THF, Mw range 600- 3000000 g/mol

Page 15: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 15/19

Gambar 6. A generic size exclusion chromatograph.

Page 16: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 16/19

BAB III

APLIKASI

1. SEC untuk analisis dan karakterisasi selulosa dan derivatnya

a. Selulosa trinitrat

Page 17: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 17/19

 b. Selulosa asetat

c. Selulosa trikarbanilat

Page 18: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 18/19

d. Derivat selulosa lainnya

2. Teknik menggunakan size exclusion chromatography (SEC) dengan on-line

light-scattering, UV absorbance, dan refractive index detectors untuk karakterisasi

  berat molekul polipeptida dari simple protein atau glikoprotein atau untuk 

menentukan stoikiometri dari kompleks protein. Dua keuntungan unik dari

 pendekatan ini adalah pengukuran berat molekul tidak bergantung pada posisi elusi

dan dapat meniadakan pengaruh karbohidrat. Ketika sebuah protein atau komlpeks

 berisi tanpa karbohidrat , metode 2 deteksi yaitu: light scattering dikombinasi dengan

refractive index dapat digunakan untuk menghitung berat molekul. Ketika protein

mengandung karbohidrat metode 3 detektor digunakan untuk menghitung berat

molekul dari polipeptida sendiri. Pada akhirnya, metode tiga detektor digunakan

untuk menentukan stoikiometri kompleks protein yang mengandung karbohidrat.

Page 19: Tugas Fitokimia II,Sec

8/8/2019 Tugas Fitokimia II,Sec

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-fitokimia-iisec 19/19

BAB VIII

DAFTAR PUSTAKA

Wen Jie, Tsutomu Arakawa, and John S. Philo. ANALYTICAL BIOCHEMISTRY:

Size-Exclusion Chromatography with On-Line Light-Scattering, Absorbanc

and Refractive Index Detectors for Studying Proteins and Their Interactions.

Protein Chemistry Department, Amgen Inc., Thousand Oaks, California. 1996

Chi-san Wu. Handbook of Size Exclusion Chromatography. MARCEL DEKKER,

INC. New York. 1995

http://www.polymer.uni-karlsruhe.de/english/310.php

http://www.impactanalytical.com/applications/sec.aspx

http://elchem.kaist.ac.kr/vt/chem-ed/sep/lc/size-exc.htm

http://www.kfunigraz.ac.at/~trathnig/2032-_a.pdf 

http://www.separations.us.tosohbioscience.com/Products/HPLCColumns/ByMode/Siz

eExclusion/