makalah farmasi

42
Makalah Farmasi VERTIGO Disusun oleh: Vania Nur Amalina G99142109 KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

Upload: vanialin

Post on 03-Feb-2016

47 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kitapun pernah mengalami vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang artinya memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik. Kasus vertigo di Amerika adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih banyak daripada pria. Vertigo juga lebih sering terdapat pada usia yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun.

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Farmasi

Makalah Farmasi

VERTIGO

Disusun oleh:

Vania Nur Amalina

G99142109

KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2015

Page 2: Makalah Farmasi

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan keseimbangan merupakan salah satu gangguan yang sering kita

jumpai dan dapat mengenai segala usia. Seringkali pasien datang berobat

walaupun gangguan keseimbangan masih dalam taraf yang ringan. Hal ini

disebabkan oleh terganggunya aktifitas sehari-hari dan rasa ketidaknyamanan

yang ditimbulkannya.

Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan

disekitarnya tergantung pada input sensoris dari reseptor vestibuler di telinga,

organ visual, dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik

tersebut akan diolah di SSP dan menggambarkan keadaan tubuh pada saat itu.

Apabila sistem keseimbangan ini mengalami gangguan, maka akan menimbulkan

gejala pada sistem tubuh yang bersangkutan seperti vertigo (Bashiruddin, 2010).

Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang artinya memutar.

Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai

pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir

balik. Atau dapat juga sebagai perasaan halusinasi gerakan lingkungan sekitar

serasa berputar mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi

lingkungan sekitar.

Diagnosis banding vertigo meliputi penyebab perifer vestibular (berasal dari

system saraf perifer), dan sentral vestibular (berasal dari system saraf pusat) dan

kondisi lain. 93% pasien pada primary care mengalami BPPV, acute vestibular

neuronitis, atau meniere disease (Lempert, 2009). Penentuan penyebab menjadi

sulit karena pasien dengan dizziness seringkali sulit menggambarkan gejala

mereka. Pendekatan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan temuan radiologis

penting dalam membantu dokter untuk menegakkan diagnosis dan memberikan

terapi yang tepat untuk pasien (Labuguen, 2006).

Page 3: Makalah Farmasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Kata 'vertigo' berasal dari Bahasa Latin yaitu vertere yang artinya

memutar. Nama ini diberikan kepada orang yang biasanya merasa dunia di

sekitarnya berputar sehingga hilang keseimbangan.

Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar

mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan

sekitar. Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah

istilah non spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung

gejala yang digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo,

presinkop (perasaan lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral),

light-headness, disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang ketika

berdiri) (Sura et Newell, 2010).

Pada dasarnya vertigo merupakan keluhan, bukan penyakit. Namun,

keluhan ini bisa menjadi pertanda penyakit yang serius. Jadi, sekalipun bukan

penyakit, vertigo tidak boleh dihiraukan. Vertigo bisa jadi merupakan pertanda

penyakit-penyakit seperti tumor otak, hipertensi, diabetes mellitus, jantung,

dan ginjal. Semakin dini vertigo ditangani akan semakin cepat dapat diatasi.

II. Epidemiologi

Insidensi dari dizziness, vertigo, dan ketidakseimbangan berkisar

antara 5-10% pada populasi individu, dan dapat mencapat angka 40% pada

pasien dengan usia diatas 40 tahun. Vertigo merupakan kasus yang paling

sering ditemukan yaitu sekitar 54% dari prevalensi tersebut diatas. Pada

sebuah studi mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita

dibanding pria (2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren

(Lempert, 2009 ; Samy, 2015).

Page 4: Makalah Farmasi

III. Klasifikasi

Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi (Sura et Newell, 2010):

a. Vertigo sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak atau

cerebellum.

b. Vertigo perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau

nervus cranialis vestibulocochlear (N. VIII).

c. Medical vertigo dapat diakibatkan oleh penurunan tekanan darah, gula

darah yang rendah, atau gangguan metabolik karena pengobatan atau

infeksi sistemik.

Penting juga untuk mengklasifikasikan vertigo menjadi akut dan

kronik. Vertigo akut biasanya memiliki mekanisme yang tunggal sedangkan

vertigo kronik memiliki mekanisme multifaktorial. Dizziness yang kronik

lebih sering terjadi pada usia tua karena insiden penyakit komorbid yang lebih

besar (Turner et Lewis, 2010).

IV. Etiologi dan Patofisiologi

Berbagai kondisi penyakit dapat memberikan gejala vertigo. Dengan

menentukan adanya ketulian atau tanda CNS, dapat membantu mempersempit

diagnosis banding .

Seperti yang disebutkan diatas vertigo dapat disebabkan oleh sentral

ataupun perifer. Penyebab vertigo perifer yang sering adalah Benign

Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV), Ménière’s disease, vestibular

neuritis. Sedangkan penyebab vertigo sentral adalah migraine,

Vertebrobasilar insufficiency, dan tumor intracranial.

A. Penyebab Vertigo Perifer

1) Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan

penyebab utama vertigo. Onsetnya lebih sering terjadi pada usia rata-

rata 51 tahun (Mark, 2008).

Page 5: Makalah Farmasi

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) disebabkan oleh

pergerakan otolit dalam kanalis semisirkularis pada telinga dalam. Hal

ini terutama akan mempengaruhi kanalis posterior dan menyebabkan

gejala klasik tapi ini juga dapat mengenai kanalis anterior dan

horizontal. Otolit mengandung kristal-kristal kecil kalsium karbonat

yang berasal dari utrikulus telinga dalam. Pergerakan dari otolit

distimulasi oleh perubahan posisi dan menimbulkan manifestasi klinik

vertigo dan nistagmus (Kovar, et al, 2006).

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) biasanya idiopatik

tapi dapat juga diikuti trauma kepala, infeksi kronik telinga, operasi dan

neuritis vestibular sebelumnya, meskipun gejala BPPV tidak terjadi

bertahun-tahun setelah episode neuritis (Mark, 2008).

2) Ménière’s disease

Ménière’s disease ditandai dengan vertigo yang intermiten diikuti

dengan keluhan pendengaran. Gangguan pendengaran berupa tinnitus

(nada rendah), dan tuli sensoris pada fluktuasi frekuensi yang rendah,

dan sensasi penuh pada telinga (Swartz et Longwell, 2005). Ménière’s

disease terjadi pada sekitar 15% pada kasus vertigo otologik (Mark,

2008).

Ménière’s disease merupakan akibat dari hipertensi endolimfatik.

Hal ini terjadi karena dilatasi dari membrane labirin bersamaan dengan

kanalis semisirularis telinga dalam dengan peningkatan volume

endolimfe. Hal ini dapat terjadi idiopatik atau sekunder akibat infeksi

virus atau bakteri telinga atau gangguan metabolic (Mark, 2008).

3) Vestibuler Neuronitis

Penyebab penyakit ini masih belum diketahui secara pasti. Pada

dasarnya merupakan suatu kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan

pusing berat dengan mual atau muntah yang membandel, serta tidak

mampu berdiri atau berjalan. Gejala-gejala ini dapat menghilang dalam

3 hingga 4 hari. Sebagian pasien perlu dirawat di rumah sakit untuk

mengatasi gejala dan dehidrasi. Serangan menyebabkan pasien

Page 6: Makalah Farmasi

mengalami ketidakstabilan dan ketidakseimbangan selama beberapa

bulan. Serangan episodic dapat berulang. Pada fenomena ini biasanya

tidak didapatkan gangguan pendengaran (Adams GL, Boies LR, dan

Highler PH, 1997).

B. Penyebab Vertigo Sentral

1) Migraine

Selby and Lance (1960) menemukan vertigo menjadi gejala yang

sering dilaporkan pada 27-33% pasien dengan migraine. Sebelumnya

telah dikenal sebagai bagian dari aura (selain kabur, penglihatan ganda

dan disarthria) untuk basilar migraine dimana juga didapatkan keluhan

sakit kepala sebelah. Verigo pada migraine lebih lama dibandingkan

aura lainnya, dan seringkali membaik dengan terapi yang digunakan

untuk migraine (Mark, 2008).

2) Vertebrobasilar insufficiency

Vertebrobasilar insufficiency biasanya terjadi dengan episode

rekuren dari suatu vertigo dengan onset aku dan spontan. Pada

kebanyakan pasien terjadi beberapa detik sampai beberapa menit. Lebih

sering pada usia tua dan pada paien yang memiliki faktor risiko

cerebrovascular disease. Sering juga berhubungan dengan gejala visual

meliputi inkoordinasi, jatuh, dan lemah (Swartz et Longwell, 2005).

3) Tumor Intrakranial

Tumor intracranial jarang memberikan manifestasi klinik vertigo

dikarenakan kebanyakan adalah tumbuh secara lambat sehingga ada

waktu untuk kompensasi sentral. Gejala yang lebih sering adalah

penurunan pendengaran atau gejala neurologis. Tumor pada fossa

posterior yang melibatkan ventrikel keempat atau Chiari malformation

sering tidak terdeteksi di CT scan dan butuh MRI untuk diagnosis.

Multipel sklerosis pada batang otak akan ditandai dengan vertigo akut

Page 7: Makalah Farmasi

dan nistagmus walaupun biasanya didaptkan riwayat gejala neurologia

yang lain dan jarang vertigo tanpa gejala neurologia lainnya.

V. GEJALA KLINIS

Gejala klinis pasien dengan dizziness dan vertigo dapat berupa gejala

primer maupun sekunder.

a. Gejala primer berupa vertigo, impulsion, oscilopsia, ataxia, gejala

pendengaran.

b. Gejala sekunder meliputi mual, gejala otonom, kelelahan, sakit

kepala, dan sensivitas visual.

Suatu informasi penting yang didapatkan dari anamnesis dapat digunakan

untuk membedakan perifer atau sentral meliputi (Sura et Newell. 2010):

Karakteristik dizziness

Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah

sensasi berputar, atau sensasi non spesifik seperti giddiness atau light

headness, atau hanya suatu perasaan yang berbeda (kebingungan).

Keparahan

Keparahan dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya:

pada acute vestibular neuritis, gejala awal biasanya parah namun

berkurang dalam beberapa hari kedepan. Pada Ménière’s disease, pada

awalnya keparahan biasanya meningkat dan kemudian berkurang

setelahnya. Sedangakan pasien mengeluh vertigo ynag menetap dan

konstan mungkin memilki penyebab psikologis (Labuguen, 2006).

Onset dan durasi vertigo

Durasi tiap episode memiliki nilai diagnostic yang signifikan,

semakin lama durasi vertigo maka kemungkinan ke arah vertigo sentral

menjadi lebih besar. Vertigo perifer umumnya memilki onset akut

dibandingkan vertigo sentral kecuali pada cerebrovascular attack.

Perbedaan onset dan durasi maisng-masing penyebab vertigo dapat dilihat

pada table 1 (labuguen, 2006),

Page 8: Makalah Farmasi

Tabel 1. Perbedaan Durasi gejala untuk berbagai Penyebab verigo

Durasi episode Kemungkinan Diagnosis

Beberapa detik

Detik sampai menit

Beberapa menit sampai

satu jam

Beberapa jam

Beberapa hari

Beberapa minggu

Peripheral cause: unilateral loss of vestibular

function; late stages of acute vestibular

neuronitis

Benign paroxysmal positional vertigo;

perilymphatic fistula

Posterior transient ischemic attack;

perilymphatic fistula

Ménière’s disease; perilymphatic fistula from

trauma or surgery; migraine; acoustic neuroma

Early acute vestibular neuronitis*; stroke;

migraine; multiple sclerosis

Psychogenic

Faktor Pencetus

Faktor pencetus dan dapat mempersempit diagnosis banding pada

vertigo vestibular perifer. Jika gejala terjadi hanya ketika perubahan posisi,

penyebab yang paling mungkin adalah BPPV. Infeksi virus yang baru

pada saluran pernapasan atas kemungkinan berhubungan dengan acute

vestibular neutritis atau acute labyrhinti. Faktor yang mencetuskan

migraine dapat menyebabkan vertigo jika pasien vertigo bersamaan

dengan migraine. Vertigo dapat disebabkan oleh fistula perilimfatik

Fistula perimfatik dapat disebabkn oleh trauma baik langsung ataupun

barotraumas, mengejan. Bersin atau gerakan yang mengakibatkan telinga

ke bawah akan memprovokasi vertigo pada pasien dengan fistula

perilimfatik. Adanya fenomena Tullio’s (nistagmus dan vertigo yang

disebabkan suara bising pada frekuensi tertentu) mengarah kepada

penyebab perifer.

Page 9: Makalah Farmasi

Tabel 2. Perbandingan Faktor Pencetus dari masing-masing penyebab

Vertigo

Faktor pencetus Kemungkinan diagnosisPerubahan posisi kepala

Episode spontan

Riwayat ISPA

Stress

Imunosupresi

Perubahan tekanan pada telinga, trauma kepala maupun suara keras

Acute labyrinthitis; benign positional paroxysmal vertigo; cerebellopontineangle tumor; multiple sclerosis; perilymphatic fistula

Acute vestibular neuronitis; cerebrovasculardisease (stroke or transient ischemicattack); Ménière’s disease; migraine;multiple sclerosis

Acute vestibular neuronitis

Psychiatric or psychological causes; migraine

Herpes zoster oticus

Perilymphatic fistula

Gejala Penyerta

Gejala penyerta berupa penurunan pendengaran, nyeri, mual,

muntah dan gejala neurologis dapat membantu membedakan diagnosis

penyebab vertigo. Kebanyakan penyebab vertigo dengan gangguan

pendengaran berasal dari perifer.

Nyeri yang menyertai vertigo dapat terjadi bersamaan dengan

infeksi akut telinga tengah, penyakit invasive pada tulang temporal, atau

iritasi meningeal. Vertigo sering bersamaan dengan muntah dan mual pada

acute vestibular neuronitis dan pada meniere disease yang parah dan

BPPV. Pada vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu parah.

Gejala neurologis berupa kelemahan, disarthria, gangguan

penglihatan dan pendengaran, parestesia, penurunan kesadaran, ataksia

atau perubahan lain pada fungsi sensori dan motoris lebih mengarahkan

diagnosis ke vertigo sentral misalnya penyakit cerebrovascular,

neoplasma, atau multiple sklerosis. Pasien dengan migraine biasanya

Page 10: Makalah Farmasi

merasakan gejala lain yang berhubungan dengan migraine misalnya sakit

kepala yang tipikal (throbbing, unilateral, kadnag disertai aura), mual,

muntah, fotofobia, dan fonofobia. 21-35 persen pasien dengan migraine

mengeluhkan vertigo (Labuguen, 2006).

Riwayat pengobatan

Beberapa obat dapat menginduksi terjadinya vertigo melipti obat-obatan

yang ototoksik, obat antiepilepsi, antihipertensi, dan sedative.

VI. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan neurologis dan system

cardiovascular.

Pemeriksaan Neurologik

Pemeriksaan neurologik meliputi :

- pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari tanda paralisis nervus, tuli

sensorineural, nistagmus (Sura et Newell, 2010).

Nistagmus vertical 80% sensitif untuk lesi nucleus vestibular atau vermis

cerebellar. Nistagmus horizontal yang spontan dengan atau tanpa

nistagmus rotator konsisten dengan acute vestibular neuronitis.

- Gait test

1. Romberg’s sign

Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun

masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki

instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan. walaupun

Romberg’s sign konsisten dengan masalah vestibular atau propioseptif, hal

ini tidak dapat dgunakan dalam mendiagnosis vertigo. Pada sebuah studi,

hanya 19% sensitive untuk gangguan vestibular dan tidak berhubungan

dengan penyebab yang lebih serius dari dizziness (tidak hanya erbatas pada

vertigo) misalnya drug related vertigo, seizure, arrhythmia, atau

cerebrovascular event (Labuguen, 2006) .

2. Heel-to-toe walking test (Sura et Newell, 2010)

Page 11: Makalah Farmasi

- Dix-Hallpike manoeuvre

Merupakan tes yang paling membantu pada pasien dengan keluhan

vertigo. Pasien duduk tegak pada kasur, kepala menoleh 45 derajat ke

salah satu sisi. Pasien kembali dibaringkan dnegan cepat dengan kepala

ditolehkan ke salah satu sisi dan periksa nistagmus. Jika terjadi latensi

(yaitu waktu antara dimulainya nistagmus setelah maneuver), arah

nistagmus dalam hubungannya dengan dikebawahkannya telinga, berapa

lama nistagmus berlangsung harus dicatat. Temuan klasik dari Hallpike

test terlihat pada BPPV yaitu nistagmus setelah latensi 2-6 detik berupa

capuran vertigo rotatori dan horizontal, serta berhubungan dengan vertigo

dan mual, nistagmus berkurang stelah 30 detik.

Jika maneuver memprovokasi nistagmus murni vertical atau torsional

tanpa periode latent dan tidak berkurang dengan ulangan maneuver maka

mengarah ke vertigo dnegan penyebab sentral misalnya tumor atau

perdarahan fossa posterior (Bashiruddin, 2010).

Gambar 1. Dix hallpike maneuver

- Test hiperventilasi

Tes ini dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan yang lain hasilnya

normal. Pasien diinstruksikan untuk bernapas kuat dan dalam 30 kali. Lalu

Page 12: Makalah Farmasi

diperiksa nistagmus dan tanyakan pasien apakah prosedur tersebut

menginduksi terjadinya vertigo. Jika pasien merasakan vertigo tanpa

nistagmus maka didiagnosis sebagai sindrom hiperventilasi. Jika

nistagmus terjadi setelah hiperventilais menandakan adanya tumor pada

nervus VIII.

Pemeriksaan Cardiovascular

Perubahan orthostatic pada tekanan darah sistolik (misalnya turun 20

mmHg atau lebih) dan nadi (misalnya meningkat 10 denyutan per menit)

pada pasien dengan vertigo dapat menentukan masalah dehidrasi dan

disfungsi otonom.

Page 13: Makalah Farmasi

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes audiometri, vestibular

testing, dan evalusi radiologis.

Tes audiologik tidak selalu diperlukan. Tes ini diperlukan jika pasien

mengeluhkan gangguan pendengaran. Namun jika diagnosis tidak jelas maka

Page 14: Makalah Farmasi

dapat dilakukan audiometri pada semua pasien meskipun tidak mengelhkan

gangguan pendengaran

Vestibular testing tidak dilakukan pada semua pasien dengan keluhan

dizziness. Vestibular testing membantu jika tidak ditemukan sebab yang jelas.

Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo

yang memiliki tanda dan gejala neurologis, ada faktor resiko untuk terjadinya

CVA, tuli unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur dan

integritas batang otak, cerebellum, dan periventrikular white matter, dan

kompleks nervus VIII (Labuguen, 2006).

VIII. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sekitar 20

sampai 40% pasien dapat didiagnosis segera setelah anamnesis dan pemeriksaan

fisik. Diagnosis juga dapat ditentukan berdasarkan komplek gejala yang terdapat

pada pasien dan durasi gejala.

Page 15: Makalah Farmasi

IX. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari vertigo dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Penyebab vertigoVertigo dengan tuli Vertigo tanpa tuli Vertigo dengan tanda

intracranialMénière’s disease Vestibular neuritis Tumor

Cerebellopontine angle

Labyrinthitis Benign positional vertigo

Vertebrobasilar insufficiency dan thromboembolism

Labyrinthine trauma

Acute vestiblar dysfunction

Tumor otak- Misalnya,

epyndimoma atau metastasis pada ventrikel keempat

Acoustic neuroma Medication induced vertigo e.g aminoglycosides

Migraine

Acute cochleo-vestibular dysfunction

Cervical spondylosis Multiple sklerosis

Syphilis (rare) Following flexion-extension injury

Aura epileptic attack-terutama temporal lobe epilepsy

Obat-obatan- misalnya, phenytoin, barbiturateSyringobulosa

Page 16: Makalah Farmasi

X. TERAPI

Medikasi

Medikasi merupakan terapi yang paling berguna untuk megobati

vertigo akut dari beberapa jam sampai beberapa hari. Namun terapi medis

tidak terlalu berguna pada pasien BPPV, karena episode vertigo biasanya

kurang dari 1 menit. Vertigo yang berlangsung selama lebih dari beberapa

hari mengarah ke cedera vestibular yang permanen (Labuguen, 2006).

Berbagai obat-obatan digunakan untuk terapi vertigo dan

seringkali untuk mual dan muntah. Obat-obatan ini dapat berupa

kombinasi asetilkolin antagonist, dopamine antagonist, dan antagonis

reseptor histamine. American Gastroenterologivcal Association

merekomendasikan antikolinergik dan antihistamin untuk terapi mual yang

bersamaan dengan vertigo atau motion sickness (labuguen, 2006).

Gamma-aminobutyric acid (GABA) menghambat neurotransmitter

pada system vestibular. Benzodiazepine meningkatkat aksi GABA sistem

saraf pusat dan efektif menyembuhkan vertigo dan kecemasan.

Latihan Rehabilitasi Vestibular

Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi vertigo salah satunya

adalah latihan rehabilitasi vestibuler. Latihan ini sebaiknya dilakukan

sesegera mungkin apabila vertigo sudah berkurang dengan obat-obatan.

Seperti pada BPPV dapat dilakukan dengan melakukan menuver epley.

Page 17: Makalah Farmasi

BAB III

ILUSTRASI KASUS

I. ANAMNESIS

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. T

Umur : 44 tahun

Jns Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Jaten, Karanganyar

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

B. Keluhan Utama: Pusing berputar

C. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak kurang lebih 3

hari yang lalu. Keluhan dirasakan hilang timbul dan sangat mengganggu

aktifitas. Keluhan pusing berputar dirasakan terutama bila pasien bangun

dari tidur, atau berdiri dari posisi duduk. Saat pusing berputar tersebut

pasien juga mengeluhkan mual-mual, dan keluhan dirasakan membaik

apabila pasien beristirahat sambil memejamkan mata. Satu hari yang lalu

pasien berobat ke puskesmas, mendapat obat namun tidak berkurang.

Kemudian pasien memeriksakan diri ke RSDM.

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit serupa : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat sakit jantung : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat mondok : disangkal

E. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga

Page 18: Makalah Farmasi

Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat penyakit keganasan : disangkal

F. Riwayat Kebiasaan

1. Riwayat merokok : (+)

2. Riwayat minum minuman keras : disangkal

3. Riwayat olah raga teratur : disangkal

4. Riwayat mengkonsumsi obat : disangkal

G. Riwayat Gizi

Pasien sehari makan tiga kali, dengan nasi, lauk pauk tempe, tahu,

sayur, kadang-kadang dengan ikan, telur, daging, atau ayam.

H. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang laki-laki umur 40 tahun, seorang PNS. Saat

ini pasien tinggal bersama istri. Istri sebagai ibu rumah tangga. Pasien

mempunyai dua orang anak. Pasien berobat dengan fasilitas BPJS.

II. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum : kompos mentis, kesan sakit sedang, gizi kesan

cukup

Berat badan : 55 kg

Tinggi badan : 165 cm

B. Tanda vital

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 100 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup ,

simetris

Laju Pernapasan : 20 x/menit, kussmaul (-)

Suhu : 37 0C per axiller

C. Kulit : warna sawo matang, lembab, ujud kelainan kulit

(-), uji turniquet (-)

D. Kepala : bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut

Page 19: Makalah Farmasi

E. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), air

mata (+/+), Refleks cahaya (+/+), pupil isokor

(3 mm/ 3 mm), bulat, di tengah, mata cekung (-/-)

F. Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

G. Mulut : bibir pucat (-), sianosis (-), mukosa basah (+)

H. Telinga : sekret (-), mastoid pain (-), tragus pain (-)

I. Tenggorok : uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-),

tonsil T1 – T1

J. Leher : kelenjar getah bening tidak membesar

K. Thorax

Bentuk : normochest

Cor

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar

Kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra

Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra

Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra

Kiri bawah :SIC V linea medioclavicularis sinistra

Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)

Pulmo

Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-)

Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri

Perkusi : sonor di seluruh lapang paru

Batas paru hepar : SIC VI dextra

Batas paru lambung :spatium intercosta VII Sinistra

Redup relatif : batas paru hepar

Redup absolut : hepar

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan RBK (-/-),

RBH (-/-), wheezing (-/-)

Page 20: Makalah Farmasi

L. Abdomen

Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Perkusi : timpani

Palpasi : hepar/lien tak teraba, turgor kulit baik

M. Ekstremitas :

Akral dingin Oedema

- - - -

- - - -

Sianosis ujung jari Capilary refill time < 2 detik

- -

- -

III.PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN

Nistagmus test : (+)

Romberg test : (+)

IV. DIAGNOSIS

BPPV

V. TUJUAN TERAPI

a. Memperbaiki keadaan umum

b. Menangani simptom

VI. PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad sanam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : bonam

Page 21: Makalah Farmasi

VII.TERAPI

A. Non Farmakologis

a. Preventif :

- Istirahat yang cukup, kurangi aktifitas fisik yang berlebihan.

- Hindari posisi membungkuk dalam mengangkat barang atau posisi

yang memperpanjang leher saat mengambil barang yang letaknya

tinggi ( hindari posisi yang mencetuskan rasa pusing berputar).

- Hindari posisi yang memperberat serangan vertigo seperti menoleh

ke kiri atau ke kanan saat serangan terjadi.

- Hindari perubahan gerak kepala yang cepat dan ekstrim, misal dari

posisi jongkok lalu berdiri, memutar kepala tanpa menggerakkan

tubuh, meloncat atau berputar tiba-tiba.

- Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum

berdiri dari tempat tidur

b. Promotif :

- Menjelaskan dan memberikan edukasi kepada pasien tentang

vertigo, pencegahan serta pengobatan vertigo.

- Menjelaskan kepada pasien mengenai latihan fisik vestibular agar

pasien dapat beradaptasi atau membiasakan diri terhadap gangguan

keseimbangan yang dimilikinya, serta menganjurkan pasien untuk

melakukannya.

Page 22: Makalah Farmasi

B. Farmakologis

RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Poli Klinik THT-KL

14 Agustus 2015

Dokter : dr. Vania

R/ Betahistin mesilate tab mg 6 No. X

∫ 3 dd tab 1

R/ Dimenhidrinat tab mg 50 No. X

∫ 3 dd tab 1

Pro : Ny. T (44 tahun)

Alamat: Jaten, Karanganyar

Page 23: Makalah Farmasi

BAB IV

PEMBAHASAN OBAT DAN TERAPI

A. Betahistin Mesilate

1. Mekanisme Kerja

Betahistine bekerja dengan cara langsung berikatan dengan

reseptor histamin. Reseptor ini terletak di dinding aliran darah,

termasuk di dalam telinga. Dengan mengaktifkan reseptor ini

menyebabkan pembesaran pembuluh darah. Peningkatan sirkulasi

darah dapat mengurangi tekanan di telinga. Fungsi utama

Betahistin sebagai obat penyakit Meniere. Obat ini membantu

menghilangkan tekanan di dalam telinga dan mengurangi frekuensi

dan keparahan serangan mual dan pusing. Betahistine juga

mengurangi bunyi mendenging di telinga (tinitus) dan membantu

fungsi pendengaran menjadi normal.

2. Indikasi

Untuk pengobatan vertigo, penyakit meniere’s.

3. Kontra Indikasi

Penderita feokromasitoma

4. Efek Samping

Efek samping yang telah dilaporkan adalah :

Pada pencernaan : rasa mual dan muntah serta gangguan

pencernaan lainya

Pada kulit : reaksi hipersensitif serti ruam, gatal - gatal pada

kulit

5. Dosis

Untuk dewasa pemberian secara peroral 1-2 tablet 3 kali sehari,

diberikan setelah makan. Dosis harus disesuaikan dengan usia

penderita serta keadaan penyakit.

6. Bentuk Sediaan

6mg, 12mg.

Page 24: Makalah Farmasi

B. Dimenhidrinat

1. Sifat Fisikokimia

Dimenhidrinat (USP 29) : serbuk kristalin putih tak berbau. Sukar

larut dalam air; mudah larut dalam alkohol dan dalam kloroform;

agak sukar larut dalam eter. Inkompatibilitas : dimenhidrinat

kemungkinan besar inkompatibel dalam larutan yang mengandung

aminofilin, glikopironium bromida, hidrokortison sodium

suksinat, hidroksizin hidroklorida, beberapa fenotiazin, dan

beberapa barbiturat terlarut.

2. Mekanisme Kerja

Menghambat stimulasi vestibular, mula-mula bekerja pada sistem

otolith, dan pada dosis yang lebih besar bekerja pada kanal

semisirkular; menghambat asetilkolin.

3. Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Oral:

dewasa dan anak (12 tahun ke atas):

50-100 mg tiap 4-6 jam, tidak lebih dari 400 mg dalam 24

jam, atau seperti petunjuk dokter.

Anak usia 6 s.d <12 tahun:

25-50 mg tiap 6-8 jam, tidak lebih dari 150 mg dalam 24

jam, atau seperti petunjuk dokter.

Anak usia 2 s.d.<6 tahun:

12,5-25 mg tiap 6 -8 jam, tidak lebih dari 75 mg dalam 24

jam, atau seperti petunjuk dokter.

Alternatif lain:

anak: 1,25 mg/kg atau 37,5 mg/m2 s.d. oral atau IM 4 kali

sehari sampai dosis maksimum 300 mg sehari.

Anak usia <2 tahun: hanya atas petunjuk dokter.

IM:

dewasa: sama seperti dosis oral.

Page 25: Makalah Farmasi

IV:

dewasa: sama dengan dosis oral.

Anak: dosis IV belum ditetapkan.

Untuk injeksi IV: 50 mg obat diencerkan dengan 10 ml

injeksi NaCl 0,9% dan diberikan perlahan-lahan selama 2

menit.

Pengobatan simptomatik penyakit Meniere:

oral: 25-50 mg dimenhidrinat diberikan 3 kali sehari untuk

pemeliharaan atau IM: 50 mg diberikan untuk serangan akut.

4. Farmakologi

Absorpsi: baik setelah pemberian oral maupun parenteral. Efek

antiemetik tercapai dalam 15-30 menit setelah dosis oral dan

dalam 20-30 menit setelah dosis IM. Lama kerja obat 3-6 jam.

Obat mungkin didistribusi luas ke dalam jaringan tubuh, melewati

plasenta, dimetabolisme oleh hati, dan dieliminasi melalui urin.

Sejumlah kecil obat didistribusikan ke dalam ASI. Dimenhidrinat

mempunyai efek depresi sistem saraf pusat, antikolinergik,

antiemetik, antihistamin, dan anestesi lokal. (3)

5. Peringatan

Obat dapat mengganggu kemampuan melakukan aktivitas yang

membutuhkan kewaspadaan mental atau koordinasi fisik (seperti

mengoperasikan mesin atau mengemudi). Obat harus digunakan

dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan kejang. Efek

antikolinergik obat harus dipertimbangkan bila diberikan pada

kondisi pasien yang dapat diperburuk oleh obat-obat

antikolinergik (seperti: glaucoma sudut tertutup, pembesaran

kelenjar prostat). Obat harus diberikan dengan hati-hati pada

pasien yang menerima obat-obat ototoksik.

Page 26: Makalah Farmasi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Pengobatan vertigo terdiri dari terapi non farmakologis dan terapi

farmakologis. Adapun terapi nonfarmakologis antara lain: Istirahat yang

cukup, kurangi aktifitas fisik yang berlebihan, hindari posisi membungkuk

yang memperberat vertigo, hindari posisi yang mencetuskan rasa pusing

berputar. Sedangkan jenis-jenis obat yang dapat mengurangi keluhan adalah

betahistin mesilate yang bekerja dengan cara langsung berikatan dengan

reseptor histamin dan dimenhidrinat yang bekerja dengan cara menghambat

stimulasi vestibular, mula-mula bekerja pada sistem otolith, dan pada dosis

yang lebih besar bekerja pada kanal semisirkular; menghambat asetilkolin.

2. SARAN

- Edukasi kepada pasien akan pentingnya menjaga posisi tubuh yang baik

dan benar dapat mengurangi kekambuhan serangan BPPV.

- Menyarankan pada pasien untuk sesegera mungkin melakukan latihan

perbaikan fungsi vestibuler apabila gejala-gejala vertigo telah

berkurang dengan pengobatan.

- Bila keluhan tidak membaik dengan terapi non farmakologis dan

farmakologis hendaknya segera dilakukan pemeriksaan lebih lajut

untuk dapat mencari etiologi BPPV apakah adanya trauma kepala,

infeksi kronik telinga, operasi dan neuritis vestibular sebelumnya.

Page 27: Makalah Farmasi

DAFTAR PUSTAKA

Levine SC. 1997. Penyakit Telinga Dalam. Dalam: Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.

Bashiruddin J. 2010. Vertigo Posisi Paroksismal Jinak. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Kovar M, Jepson T, Jones S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign Paroxysmal Positional Vertigo in Journal Gerontological of Nursing. December: 2006.

Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family Physician January 15, Volume 73, Number 2.

Lempert T, Neuhauser H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338.

Mark A. 2008. Symposium on Clinical Emergencies: Vertigo Clinical Assesment and Diagnosis. British Journal of Hospital Medicine, June 2008, Vol 69, No 6.

Samy, HM. 2015. Dizziness, Vertigo, and Imbalance. Dikutip dari http://emedicine.medscape.com/article/2149881-overview/

Sura DJ, Newell S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care, BJMP 2010; 3(4): a351.

Swartz R, Longwell P. 2005. Treatment of Vertigo in Journal of American Family Physician March 15,2005:71:6.

Turner B, Lewis NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic Approach that Needed for establish of Vetigo. The Practitioner September 2010 - 254 (1732): 19-23.