makalah farmasi rumah sakit

32
MAKALAH FARMASI RUMAH SAKIT “PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI RUMAH SAKIT RSU KABUPATEN TANGERANG” Disusun Oleh: Ana Diana Dedi Febriandi Dessy Anggraeni Fitri Safira Ginanti Saputri Jessika Windi Pratiwi Kiki Anggraini Yessi Dwisanti 138905 138911 138913 138935 138937 139005

Upload: yessi-dwisanti

Post on 16-Feb-2016

302 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

rumah sakit

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Farmasi Rumah Sakit

MAKALAH FARMASI RUMAH SAKIT

“PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI RUMAH SAKIT

RSU KABUPATEN TANGERANG”

Disusun Oleh:

Ana Diana

Dedi Febriandi

Dessy Anggraeni

Fitri Safira

Ginanti Saputri

Jessika Windi Pratiwi

Kiki Anggraini

Yessi Dwisanti

138905

138911

138913

138935

138937

139005

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK

Tahun 2015

Page 2: Makalah Farmasi Rumah Sakit

KATA PENGANTAR

Page 3: Makalah Farmasi Rumah Sakit

DAFTAR ISI

Page 4: Makalah Farmasi Rumah Sakit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biaya yang diresepkan untuk penyediaan obat merupakan komponen

terbesar dari pengeluaran rumah sakit. Di banyak negara berkembang belanja obat

di rumah sakit dapat menyerap sekitar 40-50% biaya keseluruhan rumah sakit.

Belanja perbekalan farmasi yang demikian besar tentunya harus dikelola dengan

efektif dan efisien, hal ini diperlukan mengingat dana kebutuhan obat di rumah

sakit tidak seslalu sesuai dengan kebutuhan. Kondisi di atas tentunya harus

disikapi dengan sebaik-baiknya. Saat ini pada tataran global telah dirintis program

Goog Governance in pharmaceutical Sector atau lebih dikenal dengan Tata Kelola

Obat yang Baik di Sektor Farmasi.

Indonesia termasuk salah satu negara yang berpartisipasi dalam program

ini bersama 19 negara lainnya. Pemikiran tentang perlunya Tata Kelola Obat yang

Baik di Sektor Farmasi berkembang mengingat banyaknya praktek ilegal di

lingkungan kefarmasian mulai dari clinical trial, riset dan pengembangan,

registrasi, pendaftaran, paten, produksi, penetapan harga, pengadaan, seleksi

distribusi dan trasportasi. Bentuk intransparansi di bidang farmasi antara lain:

pemalsuan data keamanan dan efikasi, penyuapan, pencurian, penetapan harga

yang lebih mahal, konflik kepentingan, kolusi, donasi, promosi yang tidak etis

maupun tekanan dari berbagai pihak yang berkepentingan dengan obat.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah bagian yang bertanggung

jawab terhadap pengelolaan perbekalan farmasi, sedangkan Komite Farmasi dan

Terapi adalah bagian yang bertanggung jawab dalam penetapan formularium.

Agar pengelolaan perbekalan farmasi dan penyusunan formularium di rumah sakit

dapat sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan adanya tenaga yang

profesional di bidang tersebut. Untuk menyiapkan tenaga profesional tersebut

diperlukan berbagai masukan diantaranya adalah tersedianya pedoman yang dapat

digunakan dalam pengelolaan perbekalan farmasi di IFRS.

Page 5: Makalah Farmasi Rumah Sakit

Gambaran umum pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit

pemerintah di Indonesia pada umumnya masih banyak mengalami kekurangan.

Diantara kekurangan yang sangat mencolok antara lain:

- Keterbatasan sumber daya manusia baik dari aspek jumlah maupun mutu

terutama di sebagian besar rumah sakit di Kabupaten/Kota.

- Keterbatasan sumber pendanaan, dimana sebagian kecil saja kebutuhan

anggaran obat yang dapat dipenuhi oleh pemerintah daerah.

- Keterbatasan sarana dan prasarana pengelolaan obat, dimana hal ini

berpengaruh terhadap mutu obat yang sudah diadakan.

- Komitmen dari Pemda untuk menyediakan anggaran, sarana, dan tenaga.

Rumah sakit pemerintah dibagi kedalam 4 kelas yaitu: A, B, C, D dan

Khusus. Setiap kelas mempunyai standar dan jenis pelayanan yang berbeda.

Pelayanan kesehatan di rumah sakit kelas A pada umumnya lebih komprehensif

dibandingkan dengan kelas dibawahnya. Demikian pula dengan rumah sakit

khusus. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap penyediaan pelayanan kefarmasian

khususnya pengelolaan perbekalan farmasi. Beberapa rumah sakit kelas A dan

rumah sakit khusus membutuhkan adanya pengelolaan sediaan perbekalan farmasi

khusus seperti bahan sitostatika, radio farmasi, larutan nutrisi parenteral dan lain-

lain. Mengingat pentingnya sediaan perbekalan farmasi khusus tersebut, maka

diperlukan adanya suatu pedoman yang dapat dijadikan rujukan oleh rumah sakit

untuk mengelola persediaan perbekalan farmasi khusus tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Apa saja pengelolaan perbekalan farmasi yang terdapat di dalam RSU

Kabupaten Tangerang?

2. Bagaimana sistem pengelolaan perbekalan farmasi RSU Kabupaten

Tangerang?

Page 6: Makalah Farmasi Rumah Sakit

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa saja pengelolaan perbekalan farmasi yang terdapat

di dalam RSU Kabupaten Tangerang

2. Untuk mengetahui bagaimana sistem pengelolaan perbekalan farmasi RSU

Kabupaten Tangerang

Page 7: Makalah Farmasi Rumah Sakit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi Rumah Sakit

Menurut Kepmenkes Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004

Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai

dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta

evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

Tujuan :

a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efesien

b. Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan

c. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi

d. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna

e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan

1. Pemilihan

Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan

yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,

menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,

standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan

seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan

Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna

transaksi pembelian.

2. Perencanaan

Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga

perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk

menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah

ditentukan antara lain Konsumsi, Epidemiologi, Kombinasi metode

konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Page 8: Makalah Farmasi Rumah Sakit

Pedoman Perencanaan

DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit,

Ketentuan setempat yang berlaku.

Data catatan medik

Anggaran yang tersedia

Penetapan prioritas

Siklus penyakit

Sisa persediaan

Data pemakaian periode yang lalu

Rencana pengembangan

3. Pengadaan

Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan dan disetujui, melalui :

a) Pembelian :

- Secara tender (oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi)

- Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar

farmasi/rekanan

b) Produksi/pembuatan sediaan farmasi:

- Produksi Steril

- Produksi Non Steril

c) Sumbangan/droping/hibah

4. Produksi

Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali

sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit.

Kriteria obat yang diproduksi :

Sediaan farmasi dengan formula khusus

Sediaan farmasi dengan harga murah

Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil

Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran

Page 9: Makalah Farmasi Rumah Sakit

Sediaan farmasi untuk penelitian

Sediaan nutrisi parenteral

Rekonstruksi sediaan obat kanker

5. Penerimaan

Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah

diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,

tender, konsinyasi atau sumbangan.

Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi:

Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa

Barang harus bersumber dari distributor utama

Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS)

Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate

of origin

Expire date minimal 2 tahun

6. Penyimpanan

Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut

persyaratan yang ditetapkan:

Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya

Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya

Mudah tidaknya meledak/terbakar

Tahan/tidaknya terhadap cahaya

Disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan

perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

7. Pendistribusian

Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit

untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan

rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.

Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh

pasien dengan mempertimbangkan :

Page 10: Makalah Farmasi Rumah Sakit

Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada

Metode sentralisasi atau desentralisasi

Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi

a) Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap

Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk

memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit, yang

diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan

sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perorangan, sistem

unit dosis dan sistem kombinasi oleh Satelit Farmasi.

b) Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan

Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk

memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang

diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan

sistem resep perorangan oleh Apotik Rumah Sakit.

c) Pendistribusian Perbekalan Farmasi di luar Jam Kerja

Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk

memenuhi kebutuhan pasien di luar jam kerja yang diselenggarakan

oleh:

Apotik rumah sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam

Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi

Sistem pelayanan distribusi :

Sistem persediaan lengkap di ruangan

- Pendistribusian perbekalan farmasi untuk persediaan di ruang

rawat merupakan tanggung jawab perawat ruangan.

- Setiap ruang rawat harus mempunyai penanggung jawab obat.

- Perbekalan yang disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat

dikontrol secara berkala oleh petugas farmasi.

Sistem resep perorangan

Pendistribusian perbekalan farmasi resep perorangan/pasien rawat

jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.

Sistem unit dosis

Page 11: Makalah Farmasi Rumah Sakit

Pendistribusian obat-obatan melalui resep perorangan yang

disiapkan, diberikan/digunakan dan dibayar dalam unit dosis

tunggal atau ganda, yang berisi obat dalam jumlah yang telah

ditetapkan atau jumlah yang cukup untuk penggunaan satu kali

dosis biasa.

Kegiatan pelayanan distribusi diselenggarakan pada:

Apotik rumah sakit dengan sistem resep perorangan

Satelit farmasi dengan sistem dosis unit

Ruang perawat dengan sistem persediaan di ruangan

B. Profil RSU Kabupaten Tangerang

1. Struktur Organisasi RSU Kabupaten Tangerang

Struktur organisasi RSU Kabupaten Tangerang disusun berdasarkan

Peraturan Daerah No. 02 Tahun 2008 dimana RSU Kabupaten Tangerang

dipimpin oleh seorang Direktur, dibantu oleh 3 Wakil direktur (wadir)

yaitu Wadir Pelayanan, Wadir Pelayanan Penunjang dan Wadir

Administrasi dan Keuangan, 4 Kepala Bidang, 6 Ka. Sub. Bidang, 9

Ka.Seksi dan 20 Kepala Instalasi.

2. Visi, Misi, Motto dan Falsafah RSU Kabupaten Tangerang

a. Visi RSU Kab Tangerang

“Rumah Sakit Modern, Unggul, dan Terpercaya”

b. Misi RSU Kab Tangerang

1) Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia pada semua lini

pelayanan RS dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan

perorangan yang profesional, santun dan mempunyai daya saing

yang tinggi;

2) Menyediakan bangunan yang atraktif, fungsional dan nyaman yang

berwawasan lingkungan;

3) Mengembangkan manajemen modern berbasis informasi teknologi

melalui sistem informasi Rumah Sakit;

Page 12: Makalah Farmasi Rumah Sakit

4) Memberikan pelayanan unggulan yang didukung dengan peralatan

canggih untuk antisipasi tuntunan lingkungan dan perkembangan

penyakit di Kabupaten dan Kota Tangerang;

5) Menyelenggarakan pelayanan pendidikan kedokteran dan

pendidikan kesehatan lainnya;

6) Menekan angka kematian ibu dan bayi di RSU dalam rangka peran

aktif mendukung Millenium Development Goals sesuai dengan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Tangerang.

c. Motto RSU Kab Tangerang

Motto RSU Tangerang adalah "BERTEMU KASIH" (Bersih, Tertib,

berMutu dan Kasih Sayang).

d. Falsafah RSU Kab Tangerang

1) Kesejahteraan karyawan rumah sakit mutlak diperhatikan atau

ditingkatkan agar terwujud kontribusi pengabdian yang tinggi

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2) Kepuasan pelanggan merupakan hal utama yang harus dijadikan

sebagai dasar orientasi dalam pelayanan rumah sakit.

3) Keberhasilan misi rumah sakit hanya dapat diwujudkan melalui

suatu sistem yang dapat menciptakan budaya kebersamaan

keterbukaan, disertai profesionalisme yang menjunjung etos kerja

yang tinggi.

C. Pengelolaan Perbekalan Farmasi RSU Kabupaten Tangerang

Pengelolaan perbekalan farmasi (obat, obat tradisional, reagensia, alat

kesehatan, bahan radiologi, bahan rontgen, serta gas medis) di Instalasi

Farmasi RSU Kabupaten Tangerang ditangani oleh Instalasi Farmasi yang

meliputi kegiatan seleksi, perencanaan, pengadaan (termasuk pembelian,

produksi, dan hibah), penyimpanan, distribusi hingga penggunaan obat pada

pasien. Pengelolaan perbekalan farmasi ini diharapkan dapat mencapai tujuan,

yaitu menyediakan perbekalan farmasi yang berkualitas pada saat yang tepat

dan sesuai dengan jumlah yang diperlukan. Instalasi Farmasi RSU Kabupaten

Page 13: Makalah Farmasi Rumah Sakit

Tangerang melayani permintaan perbekalan farmasi semua bagian di rumah

sakit, baik laboratorium, klinik dan ruang perawatan pasien, hemodialisa,

instalasi bedah, maupun pusat sterilisasi perlengkapan medis.

a. Tahap Seleksi

Seleksi merupakan tahap awal dalam siklus manajemen obat yang

bertujuan untuk menyeleksi perbekalan farmasi yang akan digunakan

diRumah Sakit melalui pedoman pengadaan obat dan alat kesehatan yang

mengacu pada Formularium RSU Kabupaten Tangerang dan usulan Staf

Medik Fungsional (SMF). Prosedur pembuatan formularium di RSU

Kabupaten Tangerang dimulai dari KFT mengirim surat ke tiap-tiap SMF.

SMF memberi usulan obat-obat apa saja yang akan dimasukkan ke dalam

formularium, dibuat susunan draft daftar obat, pembahasan draft oleh

KFT, jika draft telah disetujui oleh KFT maka selanjutnya dilakukan

pengesahan oleh Direktur. Adapun evaluasi untuk menilai keberhasilan

penerapan formularium, antara lain :

1) Evaluasi tingkat kepatuhan penulisan resep Daftar Obat Rumah Sakit

dan Daftar Plavon Harga Obat (DPHO) tiap tahun. DPHO merupakan

daftar obat-obat generik maupun obat-obat branded yang digunakan

dalam pelayanan Asuransi Kesehatan (Askes).

2) Evaluasi tingkat penyediaan.

3) Evaluasi angka salinan resep keluar rumah sakit.

Pada pelaksanaan tahap seleksi terkadang terdapat hambatan yang

dihadapi antara lain adanya perbedaan persepsi dan perbedaan kepentingan

namun hal tersebut dapat diatasi dengan adanya peran KFT dan tahapan-

tahapan yang harus dilalui sebelum pemesanan barang. Dalam tahapan seleksi

mahasiswa PKPA tidak dilibatkan secara langsung, mahasiswa hanya

diberikan penjelasan materi tentang proses seleksi yang dilakukan di RSU

Kabupaten Tangerang melalui kegiatan diskusi.

b. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan suatu tahapan yang penting dalam

menentukan keberhasilan tahap selanjutnya karena sangat berguna untuk

menyesuaikan antara kebutuhan pengadaan perbekalan dengan dana yang

Page 14: Makalah Farmasi Rumah Sakit

tersedia untuk menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada tahap

perencanaan, Instalasi Farmasi RSU Kabupaten Tangerang menggunakan

kombinasi metode konsumsi dan metode epidemiologi yang kemudian

dituangkan dalam bentuk RBA (Rencana Bisnis Anggaran) tahunan. RBA

ini kemudian di break down dalam bentuk SPPB sesuai kebutuhan. Data

yang digunakan dalam metode konsumsi adalah data pemakaian obat 6 –

12 bulan yang lalu, sedangkan data yang digunakan dalam metode

epidemiologi adalah data penyakit serta pengobatan yang diberikan.

Dalam perencanaan perbekalan farmasi, indikator-indikator yang

diperhatikan antara lain:

a. Persentase kesesuaian antara pembelian dengan perencanaan awal

tahunan.

b. Persentase dana pembelian dengan perencanaan anggaran.

c. Persentase kesesuaian perencanaan terhadap formularium.

Perencanaan di RSU Kabupaten Tangerang bergantung pada anggaran

yang tersedia dan data penggunaan obat sebelumnya dikarenakan pola

pengelolaan keuangan di RSU Kabupaten Tangerang bersifat Badan

Layanan Unit Daerah (BLUD) yang artinya RSU Kabupaten

Tangerang memiliki kewenangan atau fleksibilitas dalam mengelola

penghasilannya. Pada tahap perencanaan mahasiswa PKPA tidak

dilibatkan secara langsung, namun mahasiswa hanya diberikan

penjelasan materi tentang proses seleksi yang dilakukan di RSU

Kabupaten Tangerang melalui kegiatan diskusi.

d. Tahap Pengadaan

Pengadaan merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan

operasional yang telah ditetapkan dalam fungsi perencanaan,

penentuan kebutuhan, maupun, penganggaran. WHO

merekomendasikan bahwa usaha pemerintah untuk menyediakan akses

obat harus memperhatikan 4 faktor yang krusial yaitu keuangan yang

mendukung, harga yang terjangkau, pemilihan dan penggunaan obat

yang rasional, dan sistem pengadaan obat yang dapat dipercaya.

Pengadaan barang di RSU Kabupaten Tangerang mengacu pada

Page 15: Makalah Farmasi Rumah Sakit

Perpres No. 70 tahun 2012, dimana didalamnya disebutkan organisasi

pengadaan barang/jasa untuk pengadaan melalui penyedia barang/jasa

terdiri atas :

1) Pengguna Anggaran (PA)

Pengguna Anggaran bertanggung jawab terhadap seluruh anggaran

baik yang diterima maupun yang dikeluarkan untuk proses

pengadaan.

2) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Pejabat Pembuat Komitmen bertanggung jawab terhadap pemilihan

metode pengadaan, pembuatan Surat Perintah Kerja (SPK) dan

pembuatan kontrak.

3) Pejabat Pengadaan

Pejabat Pengadaan adalah unit yag bertanggung jawab dalam

proses pemilihan penyedia barang/jasa dan negosiasi harga dengan

penyedia barang/jasa.

4) Panitia Penerima dan Pemeriksa Barang

Panitia Penerima dan Pemeriksa Barang adalah panitia yang

bertanggung jawab dalam proses pemeriksaan hasil pekerjaan

Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan ketentuan yang tercantum

dalam Kontrak.

Pengadaan obat dan alkes di RSU Kabupaten Tangerang dilakukan

dengan tiga metode, yaitu :

1) Metode Pembelian

Metode pembelian obat dan alkes di RSU Kabupaten Tangerang

yaitu dengan pengadaan langsung dan penunjukan langsung. Metode

penunjukan langsung dilakukan dengan mengundang satu penyedia

barang/jasa yang merupakan distributor utama yang dinilai mampu

memenuhi kualifikasi, metode ini dilakukan dengan negosiasi baik

teknis maupun harga sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan

harga pasar yang berlaku dan secara teknis dapat

Page 16: Makalah Farmasi Rumah Sakit

dipertanggungjawabkan. Metode ini biasanya digunakan untuk

pengadaan obat dan alat kesehatan. Sedangkan pengadaan langsung

dilakukan dengan menunjuk beberapa penyedia barang/jasa (biasanya

tiga). Sama halnya seperti metode penunjukan langsung, metode

pengadaan langsung ini dilaksanakan dengan negosiasi baik teknis

maupun harga sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan harga

pasar yang berlaku dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

Metode ini biasanya digunakan untuk alat tulis, alat non medis dan

lain-lain.

Pengadaan obat dan alkes di Instalasi Farmasi RSU Kabupaten

Tangerang mengacu pada Rencana Bisnis Anggaran (RBA), dalam hal

pengadaan RBA dibreakdown menjadi beberapa SPPB dimana satu

SPBB maksimal bernilai dua ratus juta rupiah. SPPB yang sudah

dibuat oleh Kepala Instalasi Farmasi RSU Kabupaten Tangerang

kemudian diserahkan kepada Bidang Pelayanan Penunjang Medik

untuk dilakukan pengecekan kesesuaian antara SPPB dan RBA, jika

SPPB yang dibuat sudah sesuai dengan RBA maka akan dibuatkan

Bon Permohonan Barang (BPB). Kemudian BPB diserahkan ke Sub

Bagian Anggaran untuk diverifikasi yang selanjutnya akan

ditandatangani oleh Kepala Bagian Keuangan. Selanjutnya BPB

diserahkan ke Direktur untuk mendapatkan persetujuan Direktur yang

bertanggung jawab atas penggunaan anggaran. BPB yang telah

ditandatangani oleh Direktur kemudian diserahkan kepada PPK untuk

selanjutnya dianalisa terkait metode pengadaan yang akan digunakan.

Setelah PPK menentukan metode pengadaan yang tepat, maka PPK

menyampaikannya kepada pejabat pengadaan dan pejabat pengadaan

membuat dan mengirimkan Surat Permohonan Permintaan Harga

(SPPH) kepada penyedia barang/jasa yang dituju. Setelah peneyedia

barang/jasa mengirimkan feedback atas SPPH yang dikirim oleh

pejabat pengadaan, selanjutnya dilakukan proses negosiasi antara

pejabat pengadaan dan penyedia barang/jasa, kemudian dibuatkan

BeritaAcara Negosiasi.

Page 17: Makalah Farmasi Rumah Sakit

Berita Acara Negosiasi diserahkan kepada PPK yang selanjutnya

akan dibuatkan Surat Perintah Kerja (SPK) dan Surat Pesanan Barang

(SPB) untuk penyedia barang/jasa ke penyedia barang/jasa. Kemudian

SPK dan SPB dikirimkan ke penyedia barang/jasa untuk proses

pengadaan. Barang/jasa yang datang dari penyedia selanjutnya

diperiksa oleh panitia penerima dan pemeriksa barang. Kegiatan

penerimaan dan pemeriksaan barang/jasa tersebut meliputi pengecekan

kesesuaian antara SPB dengan Faktur, Faktur dengan fisik barang,

expired date barang dan lain-lain. Setelah pemeriksaan selesai maka

dibuatkan Berita Acara Serah Terima barang yang kemudian

diserahkan ke PPK. Setelah PPK menerima Berita Acara Serah Terima

Barang, selanjutnya PPK mengumpulkan seluruh dokumen, yaitu

SPPB, BPB, SPPH, Penawaran Harga, SPB/SPK, Surat Jalan, Faktur,

Kuitansi, SSP, dan Berita Acara Serah Terima. Setelah semua

dokumen lengkap kemudian PPK menyerahkannya ke Sub Bagian

Akuntansi untuk diverifikasi, apakah sudah dapat dibayar atau ditunda

(jika berkas belum lengkap). Bila verifikasi telah selesai Sub Bagian

Akuntansi memberikan berkas-berkas tersebut kepada sub Bagian

Pembendaharaan yang selanjutnya dilakukan proses pembayaran

kepada penyedia barang/jasa. Bagan alur pengadaan barang RSU

Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada lampiran 3.

2) Metode Produksi

Produksi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan

pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Kriteria

sediaan farmasi yang diproduksi di RSU Kabupaten Tangerang,

meliputi sediaan farmasi dengan formula khusus, sediaan farmasi yang

jika diproduksi sendiri dapat lebih murah (contoh : handsrub),

repacking sediaan feriprox untuk thalasemia.

3) Metode Sumbangan

Metode sumbangan ini dilakukan untuk obat – obat tertentu, seperti

obat – obat rutin HIV, vaksin, IUD. Permintaan obat rutin HIV

Page 18: Makalah Farmasi Rumah Sakit

dilakukan dengan membuat laporan penggunaan obat dan sisa stok

obat kepada Kemenkes. Sedangkan permintaan vaksin ke Dinkes

Kabupaten Tangerang dilakukan dengan membuat surat permohonan

permintaan vaksin ke Dinkes kabupaten Tangerang dengan

mencantumkan sisa stok obat dan jumlah yang diminta.

e. Tahap Penyimpanan

Instalasi gudang perbekalan farmasi merupakan bagian instalasi

farmasi di rumah sakit yang bertanggung jawab dalam pengelolaan

obat, bahan baku, AMHP (Alat Medis Habis Pakai) dan BMHP (Bahan

Medis Habis Pakai). Data pengeluaran barang juga dicatat pada kartu

stok dan komputer dengan sistem LAN (Local Area Network) sehingga

gudang dapat mengetahui sisa stok yang ada dalam depo-depo farmasi

dan mempermudah kontrol pemakaian obat untuk dapat dijadikan

patokan dalam perencanaan pembelian yang akan datang. Gudang

instalasi farmasi dipimpin oleh seorang Apoteker yang dibantu oleh

Asisten apoteker. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di gudang

perbekalan farmasi meliputi perencanaan dan penyusunan

kebutuhan,penerimaan, pemeriksaan barang, pengiriman barang ke

depo-depo farmasi, ruang perawatan dan poliklinik.

Perbekalan farmasi di gudang disimpan dengan sistem FIFO

(First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Barang yang

baru datang diletakkan di belakang barang yang sudah lama berada di

gudang. Untuk barang yang mendekati tanggal kadaluarsa maka harus

diletakkan paling depan supaya cepat didistribusikan kepada pasien.

Untuk obat-obat slow moving ditempatkan tersendiri untuk

dikembalikan kepada PBF sesuai perjanjian pembelian dengan PBF.

Sistem penyimpanan FIFO dan FEFO ini dapat menghindari

kerusakan barang akibat penyimpanan yang terlalu lama selain itu juga

dapat menghindari menumpuknya stok barang yang sudah kadaluarsa.

Penyimpanan barang di gudang farmasi dilakukan dengan sistem

penggolongan berdasarkan:

Page 19: Makalah Farmasi Rumah Sakit

1) Jenis (obat dan alat kesehatan), bentuk sediaannya (padat, semi

padat, sirup dan injeksi), alfabetis, tanggal kadaluarsa.

2) Suhu berdasarkan suhu kamar, sejuk dan suhu kurang dari 2 – 8_C,

misalnya suppositoria dan injeksi tertentu ataupun vaksin.

3) Obat-obat narkotika disimpan tersendiri sesuai peraturan

perundangundangan.

Penanggung-jawab gudang mempunyai tugas dan fungsi

sebagai berikut:

1) Memeriksa jumlah dan jenis barang yang masuk dari distributor

berdasarkan faktur pembelian kemudian dicatat pada kartu stok

barang di gudang.

2) Menyimpan dan menjaga kualitas serta kuantitas barang di gudang.

3) Mendistribusikan obat, alat kesehatan ke bagian yang

membutuhkan seperti depo-depo rawat jalan, rawat inap, ruang

perawatan dan poliklinik.

f. Tahap Distribusi

Pendistribusian perbekalan farmasi di Rumah Sakit merupakan

rangkaian kegiatan penyerahan atau penyaluran perbekalan farmasi

untuk individu pasien dalam proses terapi atau untuk menunjang

pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Pendistribusian perbekalan

farmasi bertujuan untuk menyediakan, menyiapkan dan menyalurkan

perbekalan farmasi kepada pasien atau unit penunjang secara tepat,

aman dan cepat sesuai kebutuhan pasien. Salah satu tahap dalam

proses penggunaan obat adalah penyampaian sediaan obat dari IFRS

sampai ke pasien untuk digunakan. Proses penyampain obat kepada

pasien rawat inap di RSU Kabupaten Tangerang tidak dilakukan secara

langsung oleh Apoteker (kecuali IKW), Apoteker dan Asisten

Apoteker hanya menyiapkan obat-obat yang diperlukan yang

kemudian diserahkan kepada perawat ruangan dan perawat ruangan

yang selanjutnya memberikan obat kepada pasien sesuai aturan pakai.

Sedangkan penyampaian obat kepada pasien rawat jalan dilakukan

langsung oleh Apoteker disertai informasi obat yang cukup.

Page 20: Makalah Farmasi Rumah Sakit

Bentuk distribusi perbekalan farmasi pada setiap rumah sakit

dapat berbeda dan dipilih yang paling efisien sesuai dengan kondisi

dan kapasitas tempat tidur rumah sakit. Bentuk pelayanan distribusi

obat RSU Kabupaten Tangerang dilakukan secara desentralisasi yang

artinya penyiapan order dan pendistribusian obat dari IFRS ke depo-

depo farmasi yang berlokasi dekat ruang perawatan pasien, seperti

Depo Anyelir, Nusa Indah, IGD. Pelayanan desentralisasi dapat dipilih

untuk memaksimalkan komunikasi dan kontribusi farmasi dengan

tenaga kesehatan lain dan juga pasien. Pelayanan desentralisai

diharapkan dapat mengefisienkan penggunaan obat dan mengurangi

masalah terkait obat.

Page 21: Makalah Farmasi Rumah Sakit

BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan

Adapun pembekalan farmasi di RSU Kabupaten Tangerang meliputi

Farmasi RSU Kabupaten Tangerang ditangani oleh Instalasi Farmasi yang

meliputi kegiatan seleksi, perencanaan, pengadaan (termasuk pembelian,

produksi, dan hibah), penyimpanan, distribusi hingga penggunaan obat pada

pasien.

Page 22: Makalah Farmasi Rumah Sakit

DAFTAR PUSTAKA

Menkes. 2004. Standar pelayanan Farmasi Rumah Sakit. Jakarta

http://www.rsutangerang.com/ (diakses pada tanggal 4 januari 2016)