makalah diskusi bertha

12
DISKUSI PRA PENELITIAN MAHASISWA PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA Judul : Potensi Pupuk Organik Cair Berbahan Kiambang dan Eceng Gondok terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Tanah Rawa Lebak Pemrasaran/NIM : Bertha Y F Silalahi / 050101007082 Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. Dedik Budianta, M.Sc 2. Dr. Ir. Abdul Madjid Rohim, M.S Hari/ Tanggal : Waktu : Tempat : Ruang Seminar Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan sumberdaya alam terpenting untuk menghasilkan pangan. Terbatasnya areal tanah yang subur untuk dijadikan areal pertanian mengakibatkan perhatian beralih pada tanah yang kurang subur. Untuk mencapai total produksi yang mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan pangan, intensifikasi haruslah dikombinasikan dengan ekstensifikasi pertanian. Hal ini didasari atas sebuah fakta bahwa sebenarnya masih banyak lahan yang belum termanfaatkan untuk usaha pertanian. Lahan yang dianggap tidak dapat digunakan sebagai usaha pertanian padahal memiliki potensi yang tinggi dengan sedikit tambahan pengelolaan. Salah satu kawasan yang belum termanfaatkan secara optimal adalah kawasan rawa lebak. Lahan rawa lebak merupakan salah satu wilayah pengembangan pertanian masa depan yang perspektif dimana

Upload: mega-fratiwi

Post on 25-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

DISKUSI PRA PENELITIAN MAHASISWAPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Judul: Potensi Pupuk Organik Cair Berbahan Kiambang dan Eceng Gondok terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Tanah Rawa LebakPemrasaran/NIM: Bertha Y F Silalahi / 050101007082Pembimbing: 1. Prof. Dr. Ir. Dedik Budianta, M.Sc 2. Dr. Ir. Abdul Madjid Rohim, M.SHari/ Tanggal: Waktu:Tempat: Ruang Seminar Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

PENDAHULUANA. Latar BelakangTanah merupakan sumberdaya alam terpenting untuk menghasilkan pangan. Terbatasnya areal tanah yang subur untuk dijadikan areal pertanian mengakibatkan perhatian beralih pada tanah yang kurang subur. Untuk mencapai total produksi yang mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan pangan, intensifikasi haruslah dikombinasikan dengan ekstensifikasi pertanian. Hal ini didasari atas sebuah fakta bahwa sebenarnya masih banyak lahan yang belum termanfaatkan untuk usaha pertanian. Lahan yang dianggap tidak dapat digunakan sebagai usaha pertanian padahal memiliki potensi yang tinggi dengan sedikit tambahan pengelolaan. Salah satu kawasan yang belum termanfaatkan secara optimal adalah kawasan rawa lebak.Lahan rawa lebak merupakan salah satu wilayah pengembangan pertanian masa depan yang perspektif dimana agroekosistem rawa lebak mempunyai sifat, ciri dan karakter yang sangat khas dan unik dengan sifat genangan dan tanahnya yang spesifik dibandingkan dengan agroekosistem lainnya. Lahan rawa lebak juga dapat dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya pengaruh sungai sekitarnya. (Noor dan Fadjry, 2007).Lahan rawa lebak terdapat cukup luas di Indonesia luasnya diperkirakan mencapai 13,28 juta ha yang sudah dimanfaatkan dan tersebar di Kalimantan, Sumatera dan Papua. Di Pulau Sumatera lahan rawa lebak terluas terletak di propinsi Sumatera Selatan yaitu sekitar 2,98 juta hektar (Suparwoto dan Waluyo, 2009). Di Sumatera Selatan lahan rawa lebak yang baru di manfaatkan baru seluas 368.690 hektar, yang terdiri dari 70.908 hektar lebak dangkal; 129.103 hektar lebak tengahan, dan 168,67 hektar lebak dalam (Puslitbangtanak, 2002).Menurut Irianto (2006), potensi lahan lebak yang sangat luas, bila 10 % saja dapat dikelola dengan baik dengan intensitas tanam meningkat dari 0% menjadi 1 kali, maka dapat menghasilkan produksi padi sekitar 2.6633.200 ton atau 5.326.400 ton dari 1 kali menjadi 2 kali tanam dengan rata-rata produktivitas 2 ton/ha. Maka akan terjadi lompatan produksi yang sangat signifikan. Bila produktivitasnya dapat direalisasikan mencapai 3 ton/ha atau 4 ton/ha maka produksi pangan nasional dapat ditingkatkan secara meyakinkan. Padi (Oryza sativa L.) ialah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan beras. Padi sebagai tanaman pangan dikonsumsi kurang lebih 90% dari keseluruhan penduduk Indonesia untuk makanan pokok (Saragih, 2001). Permintaan pada beras sebagai bahan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia mengalami peningkatan sebesar 2,23 % /tahun. Padi dapat tumbuh dalam kondisi tanah yang tergenang dan memerlukan hara yang cukup untuk membantu dalam proses pertumbuhan. Dengan demikian diperlukan pemupukan. Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk organik cair. Pupuk organik cair adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa - sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik cair menyediakan nitrogen dan unsur mineral lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk nitrogen kimia. Pupuk organik cair adalah pupuk organik yang kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar. Pupuk ini mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik) (Parman, 2007). Kiambang (Azolla pinnata) dan Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) merupakan tumbuhan serba guna yang berkembangbiak dengan sangat cepat dan sering disebut sebagai gulma. Pemanfaatan Kiambang sebagai pupuk telah banyak dilaporkan karena dapat mengikat nitrogen yang cukup besar. Pupuk organik tidak diragukan lagi menjadi sumber yang paling baik bagi agronomi sebagai penutrisi bagi tanaman. Kiambang sering kita jumpai terapung diperairan sawah dan kolam ikan, karena dianggap gulma, para petani lantas menyingkirkannya. Padahal bila dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman padi di sawah, kiambang ini bisa menekan penggunaan pupuk urea sampai 65 Kg/ha. Eceng gondok merupakan bahan yang sangat potensial untuk dijadikan sebagai pupuk organik. Berdasarkan hasil analisis di Laboratorium, bahan segar eceng gondok mengandung antara lain 1,681 % N, 0,275 % P, 14,286 % K, 37,654% C dengan nilai C/N 22,339 (Frayer dan Matsunaka, 1988).Menurut Syafrullah (2011) pada penelitian sebelumnya telah dibuktikan pupuk organik cair 750 liter yang setara dengan 3 ton per hektar pupuk kompos dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi sawah sedangkan Fitriani (2013) menyatakan pupuk kompos jadi sebesar 70 kg yang dilarutkan dengan air sebanyak 110 liter air dengan pupuk organik cair jadi sebesar 90 liter air, jika disetarakan dalam per ha dengan dosis anjuran pupuk organik untuk tanaman padi 3 ton ha-1 maka dalam bentuk cair sebanyak 0,024 l ha-1 atau sama dengan 24 cc/rumpun.Padi merupakan salah satu tanaman pokok oleh karena itu pertumbuhan dan produksinya perlu ditingkatkan dengan upaya pemberian pupuk organik pada tanaman padi. Pada umumnya penggunaan pupuk pada tanaman padi adalah pupuk anorganik. Dalam usaha mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk anorganik dan memperbaiki efisiensi penggunaan pupuk saat ini banyak diarahkan pada penggunaan pupuk organik. Pupuk organik dapat berpengaruh baik terhadap kualitas tanah, baik secara fisika maupun kimia tanah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana potensi pupuk organik cair berbahan baku kiambang dan eceng gondok yang kemudian terdekomposisi sempurna menjadi bahan organik kemudian mengalami proses pemerasan dengan campuran air terlebih dahulu. Sehingga pupuk organik dapat di manfaatkan langsung sebagai pupuk organik cair.

B. TujuanPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pupuk organik cair berbahan baku kiambang dan eceng gondok terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L.) di tanah rawa lebak dan dapat menentukan dosis pupuk organik cair yang terbaik untuk tanaman padi agar tanaman padi dapat hidup dengan baik di lahan rawa lebak.

C. Hipotesis1. Diduga pemberian pupuk organik cair berbahan eceng gondok dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi lebih baik dibandingkan pupuk cair berbahan kiambang di tanah rawa lebak.2. Diduga dosis pemberian pupuk organik cair yang terbaik adalah 24 ml/pot.

II. PELAKSANAAN PENELITIANA. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Plastik (Semi Bayang) dan di Laboratorium Kimia, Biologi dan Kesuburan Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Inderalaya pada bulan Maret sampai Juni 2014.

B. Alat dan BahanBahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) tanah rawa lebak, 2) benih padi varietas Ciherang, 3) pupuk organik cair berbahan kiambang, 4) pupuk organik cair berbahan eceng gondok, 5) pupuk dasar P, 6) bahan-bahan untuk analisis di laboratorium.Comment by Acer: Seharusnya lampirkan alat-alatnya terlebih dahulu setelah itu bahan-bahannyaAlat-alat yang digunakan adalah : 1) alat-alat untuk pengambilan tanah dan untuk contoh tanah awal seperti : cangkul, karung dan kantong plastik, 2) pot, 3) ayakan tanah berdiameter mata saring 2 mm 4) alat untuk pengamatan dilapangan seperti : mistar dan alat tulis lainnya 5) ember, 6) alat-alat analisis laboratorium.

C. Metode PenelitianRancangan yang digunakan dalam percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor perlakuan pupuk organik cair berbahan baku kiambang dan pupuk organik cair berbahan baku eceng gondok.1. Perlakuan Pupuk Organik Cair Berbahan Baku KiambangK0 = Tanpa pupuk organik cairK1 = 3 ton/ha 24 ml/pot dalam 1x pemberian = 4,8 ml/potK2 = 6 ton/ha 48 ml/pot dalam 1x pemberian = 9,6 ml/potK3 = 9 ton/ha 72 ml/pot dalam 1x pemberian = 14,4 ml/pot2. Perlakuan Pupuk Organik Cair Berbahan Baku Eceng GondokL0 = Tanpa pupuk organik cairL1 = 3 ton/ha 24 ml/pot dalam 1x pemberian = 4,8 ml/potL2 = 6 ton/ha 48 ml/pot dalam 1x pemberian = 9,6 ml/potL3 = 9 ton/ha 72 ml/pot dalam 1x pemberian = 14,4 ml/potSetiap perlakuan dilakukan pengenceran dengan konsentrasi setiap satu kali pemberian dilarutkan dengan air sebanyak 1 liter air yang diberikan pada tanaman melalui permukaan tanah pada tanaman padi. Diberikan lima kali pemberian dalam masa tanam. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga secara keseluruhan terdapat 24 unit percobaan.

D. Cara KerjaKegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penelitian meliputi :I. Pembuatan Pupuk Organik Cair1.1. Persiapan Alat dan BahanAlat yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik cair ini adalah tong plastik kedap udara ukuran 100 liter sebagai media pembuatan pupuk, satu meter selang aerator transparan (diameter kira-kira 0,5 cm), botol plastik bekas aqua ukuran 1 liter, kemudian lubangi tutup tong seukuran selang aerotor. Bahan yang digunakan untuk pembuatan pupuk organik cair adalah bahan baku kiambang dan eceng gondok (masing-masing perlakuan sebanyak 10 kg), 1 kg kotoran ayam, 50 gram gula, 25 ml bioaktivator (EM4), dan air sumur secukupnya.

1.2. Proses Pembuatan Pupuk Organik CairProses pembuatan pupuk organik cair berlangsung secara anaerob/ fermentasi tanpa bantuan sinar matahari. Pembuatan pupuk organik cair dilakukan sebagai berikut : 1) potong atau rajang kiambang dan eceng gondok yang akan dijadikan bahan baku. Masukkan kedalam tong dan tambahkan air, 2) larutkan bioaktivator (EM4) dan gula kedalam 2 liter air aduk hingga merata. Kemudian tambahkan larutan tersebut ke dalam tong yang berisi bahan baku pupuk, 3) tutup tong dengan rapat, lalu masukan selang lewat tutup tong yang telah diberi lubang. Rekatkan tempat selang masuk sehingga tidak ada celah udara. Biarkan ujung selang yang lain masuk kedalam botol aqua yang telah diberi air, pastikan benar-benar rapat, karena reaksinya akan berlangsung secara anaerob, 4) tunggu hingga 7-10 hari. Untuk mengecek tingkat kematangan, buka penutup tong cium bau adonan. Apabila wanginya seperti wangi tape, adonan sudah matang, 5) pisahkan antara cairan dengan ampasnya dengan cara menyaringnya dan gunakan saringan kain.

1.3. Pengamatan Kualitas Pupuk Organik CairSetelah pupuk organik cair selesai dibuat, kemudian dilakukan pengamatan untuk mengetahui kualitas pupuk organik cair yaitu mengamati kandungan N, P dan K yang terdapat didapat didalam pupuk organik tersebut.

1.4. PengemasanSetelah pupuk organik cair selesai dibuat, langkah berikutnya pupuk organik cair dikemas didalam botol. Pengemasan ini bertujuan untuk menyimpan pupuk organik cair agar dapat digunakan dalam waktu yang lama.

II. Uji Pupuk Organik Cair pada Tanaman Padi2.1. PersiapanKegiatan tahap ini meliputi studi pustaka dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan penelitian ini, menentukan tempat pengambilan sampel tanah serta mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam yang diperlukan untuk penelitian dilapangan dan dilaboratorium.Comment by Acer: Kata untuk diganti dengan kata dalam

2.2. Analisis Tanah AwalSampel tanah yang telah diambil, kemudian dikering anginkan dan diayak dengan ayakan tanah dengan diameter mata saring 2 mm, dan selanjutnya dilakukan analisis tanah lengkap.

2.3. Persiapan BenihBenih yang digunakan pada penelitian ini adalah varietas Ciherang. Benih tersebut direndam terlebih dahulu dengan air. Kemudian benih yang tenggelam dalam larutan air tersebut ditiriskan dan didiamkan, kemudian disemai dalam media tanah dan pupuk organik dalam wadah semai selama berumur 7-12 hari setelah itu bibit siap untuk ditanam.

2.4. Persiapan Media TanamPersiapan media tanam dimulai dengan pengambilan contoh tanah yang dikeringkan atau sedikit lembab kemudian tanah ditimbang sebanyak 7 kg dimasukkan ke dalam pot sebanyak 24 pot. Sebelum tanah dimasukkan kedalam pot terlebih dahulu dilakukan pengapuran dan didiamkan selama 2 minggu. Lalu ditambahkan air pada tanah yang sudah dimasukkan kedalam pot dengan jumlah yang sama.

2.5. Penanaman dan PemupukanSetelah media tanam disiapkan kegiatan selanjutnya adalah penanaman. Penanaman padi yang telah disemai kedalam pot sebanyak 2 tanaman padi. Sehari sebelum tanam adalah pemberian pupuk dasar P setengah dosis anjuran pada bagian larikan tanaman setelah tanaman berumur 1 minggu dalam pot dilakukan pemberian pupuk organik sesuai dengan perlakuan. Dengan pemberian pupuk organik cair pada tanaman berumur 3, 5, 7 dan 9 minggu setelah tanam dengan metode pemberian melalui akar yang disebar langsung kepermukaan tanah pada tanaman padi. Proses penyerapan hara dari permukaan akar kedalam tanaman merupakan mekanisme yang kompleks (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

2.6. PemeliharaanPemeliharaan tanaman meliputi : 1) penyiraman, dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari, 2) penyulaman, 3) penyiangan gulma, 4) pencegahan dari serangan hama dan penyakit tanaman.

2. 7. Kegiatan LaboratoriumKegiatan yang dilakukan di Laboratorium adalah analisis pupuk organik cair dan analisis contoh tanah awal.

E. Peubah Yang Diamati1. Analisis pupuk organik cair kiambang dan eceng gondok (pH, N, P dan K)2. Analisis tanah awal lengkap3. Tinggi tanaman setiap minggu4. Jumlah anakan maksimum dan anakan produktif5. Analisis N, C-Organik dan pH tanah pada masa primordia6. Berat tanaman saat panen7. Berat akar saat panen (volume dan panjang akar)8. Komponen hasil ( malai, gabah permalai, berat gabah kering panen, berat 1000 butir gabah.

F. Analisis DataAnalisis data dari potensi pupuk organik cair berbahan kiambang dan eceng gondok terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L.) di tanah rawa lebak dilakukan menggunakan analisis sidik ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata maka akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5%.

DAFTAR PUSTAKAFitriani. 2013. Pengaruh Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi (Oriza sativa L), Sifat Kimia dan Agregat Tanah Rawa Lebak. Penelitian Mahasiswa Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Indralaya. Comment by Acer: Judul Harus dimiringkan atau digaris bawahi

Frayer, J. D., dan S, Matsunaka, 1998. Penanggulangan Gulma Secara Terpadu. Penerbit Bina Aksara. Jakarta. Terjemahan oleh Manna. 262 hal.

Irianto, G. 2006. Kebijakan Pengelolaan Air dalam Pengembangan Lahan Rawa Lebak. Prosiding Seminar Nasional Balai Penelitian Lahan Rawa. Banjarbaru. 28-29 Juli 2006.

Noor M dan Fadjry. 2007. Peluang Dan Kendala Pengembangan Pertanian Pada Agroekosistem Rawa Lebak: Kasus Desa Primatani Di Kalimantan Selatan. Prosiding Lokakarya Nasional Percepatan Penerapan IPTEK dan Inovasi Teknologi Mendukung Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pembangunan Pertanian. Jambi 11- 12 Desember 2007. BPTP Jambi, Badan Bimas Ketahanan Pangan Provinsi Jambi. BBP2TP. Badan Litbang.Comment by Acer: Dalam penulisan Daftar Pustaka pada baris kedua di tulis setelah 7 huruf pada baris pertama

Parman, S. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Anatomi dan Fisiologi Vol 15 (2) Hal: 1-4

Puslitbangtanah. 2002. Anomali Iklim Evaluasi Dampak, Peramalan dan Tekhnologi Antisipasinya. Untuk Menekan Resiko Penurunan Produksi. Laporan hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Saragih, B. 2001. Keynote Address Ministers of Agriculture Government of Indonesia. 2nd National Workshop On Strengthening The Development And Use Of Hybrid Rice In Indonesia. 1:10

Suparwoto dan Waluyo. 2009. Peningkatan Pendapatan Petani di Rawa Lebak Melalui Penganekaragaman Komunitas. Pengembangan Manusia. 7 (1): 1-9

Syafrullah. 2007. Kajian Formulasi Pupuk Organik Plus untuk Tanaman Padi (Oryza sativa). Seminar Kemajuan Penelitian Disertasi. Universitas Sriwijaya. Palembang.