makalah diskusi paragraf kelompok 1.doc

31
MAKALAH DISKUSI BAHASA INDONESIA PARAGRAF NAMA NIM Farin Limanda Mulia FAA 114 002 Gita Febriany Nahan FAA 114 005 Mu’izzadin Hasani FAA 114 010 Satriyandi Mahmud FAA 114 012 Jeanny Yustisia Januarti Pailang FAA 114 014 Theresia Bornok Bintang FAA 114 017 Mochamad Ditya Pratama FAA 114 019 Clarissa Charolina Triany FAA 114 022 Tomi Rahmadani FAA 114 025 Dwi Anggrainy Amirudinda Firmanti FAA 114 027 Dosen Pengampu : Yuliasi Eka Asi, M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER 1

Upload: farinlimandamulia

Post on 10-Feb-2016

559 views

Category:

Documents


48 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

MAKALAH

DISKUSI

BAHASA INDONESIAPARAGRAF

NAMA NIM

Farin Limanda Mulia FAA 114 002

Gita Febriany Nahan FAA 114 005

Mu’izzadin Hasani FAA 114 010

Satriyandi Mahmud FAA 114 012

Jeanny Yustisia Januarti Pailang FAA 114 014

Theresia Bornok Bintang FAA 114 017

Mochamad Ditya Pratama FAA 114 019

Clarissa Charolina Triany FAA 114 022

Tomi Rahmadani FAA 114 025

Dwi Anggrainy Amirudinda Firmanti FAA 114 027

Dosen Pengampu : Yuliasi Eka Asi, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2014/2015

1

Page 2: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmatNya lah penulis diberikan kesehatan serta kemampuan untuk menyusun dan menyelesaikan

makalah yang berjudul “Paragraf” pada mata kuliah umum Bahasa Indonesia. Makalah ini disusun

oleh sang penulis agar dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Dengan makalah ini, diharapkan bahwa sang pembaca akan mengerti apa itu paragraf,

mengapa paragraf perlu digunakan, dan apa saja persyaratan-persyaratan yang harus dilakukan dalam

penulisan paragraf.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan didalam makalah ini. Oleh

sebab itu, penulis sangat menghargai berbagai saran dan kritik para pembaca untuk membangun

makalah ini agar dapat disusun lebih baik lagi. Demikian yang dapat disampaikan, semoga melalui

makalah ini pembaca bisa mendapatkan ilmu atau manfaat sebaik-baiknya.

Palangka Raya, 18 Oktober 2014,

Penulis

2

Page 3: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ......................................................................... 2

DAFTAR ISI .........................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................4-5

1.1 Latar Belakang 4

1.2 TUJUAN 5

1.3 R UMUSAN MASALAH 5

BAB II PEMBAHASAN .................................................................6-20

2.1 PENGERTIAN PARAGRAF 6-15

2.2 FUNGSI PARAGRAF 16

2.3 PERSYARATAN PENULISAN PARAGRAF 16-20

BAB III PENUTUP .......................................................................21-22

3.1 KESIMPULAN 21-22

3.2 SARAN 22

DAFTAR PUSTAKA

3

Page 4: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Ketika membaca sebuah tulisan (artikel, makalah, atau buku), kita melihat kenyataan bahwa

tulisan itu terbagi dalam kelompok-kelompok kalimat. Tiap kelompok kalimat itu ditandai dengan

baris baru yang ditulis agak menjorok ke dalam sekitar empat atau lima karakter. Jika kita amati

lebih teliti, ternyata kalimat-kalimat yang tergabung dalam sebuah kelompok itu saling

berhubungan dan bersama-sama menjelaskan satu unit buah pikiran, yang sejalan dengan buah

pikiran seluruh tulisan. Kelompok kalimat seperti itu dinamakan paragraf.

Umumnya kesulitan pertama membuat karya tulis ilmiah adalah mengungkapkan pikiran

menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Sering dilupakan perbedaan antara paragraf dan kalimat. Suatu

kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan kait-mengait dalam kalimat lain yang

membentuk paragraf.

Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu

kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam

itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari

segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk

mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi. Jadi, tanpa kemampuan

menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.

Pada suatu karangan, tentunya akan mengacu pada maksud dari penulisan karangan tersebut

terutama dalam menentukan topik yang ada dalam bagian karangan, sehingga pembaca dapat

mengerti maksud dari karangan tersebut. Dalam membuat suatu karangan, penulis diharapkan dapat

menguasai struktur paragraf yang digunakan agar dalam penulisan karangan tersebut dapat tersusun

suatu paragraf yang baik. Dalam menyusun paragraf dimulai dengan menyusun tema dan kerangka

karangan yang kemudian dilanjutkan dengan menyusun kalimat-kalimat secara runtut, logis, dan

dalam satu kesatuan ide yang kemudian dikembangkan dan akan terbentuk beberapa kalimat yang

dapat mengungkapkan suatu informasi dengan pikiran utama sebagai titik pusatnya dan pikiran

penjelas sebagai pendukungnya. Adanya suatu paragraf, penulis akan lebih mudah mengekspresikan

seluruh gagasannya secara utuh, runtut, lengkap dan menyatu sehingga dapat bermakna dan mudah

untuk dipahami oleh pembaca sesuai dengan keinginan si penulis.

4

Page 5: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

1.2 Tujuan1. Untuk mengetahui pengertian dari paragraf.

2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi paragraf.

3. Untuk mengetahui persyaratan penulisan paragraf.

1.3 Rumusan Masalah1. Apa pengertian dari paragraf?

2. Apa saja fungsi-fungsi paragraf?

3. Apa saja persyaratan dalam penulisan paragraf?

5

Page 6: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengertian ParagrafSatuan bahasa yang lebih besar dan lebih luas dari kalimat adalah paragraf atau alinea.

Dalam definisinya, paragraf adalah satuan bahasa yang mengemukakan sebuah pokok pikiran

atau satu gagasan utama yang disampaikan dalam himpunan kalimat yang koherensi. Setiap

paragraf harus menyampaikan sebuah gagasan utama.

Gagasan utama tersebut harus dijelaskan oleh gagasan-gagasan bawahan, sehingga

dalam paragraf terdapat beberapa kalimat yang saling terkait. Dalam rangkaian kalimat itu

tidak satupun kalimat yang bertentangan dengan kalimat gagasan utama dan kalimat-kalimat

gagasan bawahan. Kalimat yang berisi gagasan utama disebut kalimat topik dan kalimat yang

bergagasan bawahan adalah kalimat penjelas. Sebuah paragraf minimal terdiri atas tiga

kalimat dalam penulisan karangan ilmiah.

Perhatikanlah contoh paragraf berikut yang berisi gagasan utama atau kalimat topik

dan bergagasan bawahan dalam kalimat penjelas.

1) Sampah selamanya selalu memusingkan.

2) Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan berkali-kali pula solusinya dirancang.

3) Namun, berbagai keterbatasan tetap menjadikan sampah sebagai masalah yang pelik.

4) Pada waktu diskusi atau seminar sampah berlangsung, penimbunan sampah terus

terjadi.

5) Hal ini mendapat perhatian serius karena masalah sampah berkaitan dengan

pencemaran air dan banjir.

6) Selama pengumpulan, pengangkutan, pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu

belum dapat dilaksanakan dengan baik, selama itu pula sampah menjadi masalah.

(Arifin, 2011:116)

Keenam kalimat dalam paragraf di atas membicarakan soal sampah, sehingga topik dalam

paragraf tersebut adalah “masalah sampah”. Kalimat-kalimatnya koherensi atau saling

terkait logis sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami topik “masalah sampah”

dalam paragraf itu dengan baik.

Berikut merupakan pengertian dari paragraf menurut beberapa ahli :

6

Page 7: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

Akhadiah, dkk (1991:144) mendefinisikan paragraf dimana paragraf merupakan inti

penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam karangan terkandung satu unit

buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat

pengenal. Kalimat utama atau kalimat topik, kalimat – kalimat penjelas sampai pada

kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam satu rangkaian untuk

membentuk suatu gagasan.

Definisi paragraf di atas diperjelas dengan adanya contoh sebuah paragraf di bawah ini :

Contoh :

Bernostalgia tentang indahnya alam di Batu Malang, hanya akan menimbulkan

kekecewaan. Dalam kurun waktu 30 tahun dinamika kehidupan anak – anak manusia telah

mengubah segala – galanya. Hutan, sawah, dan kota tergusur oleh berbagai bentuk

bangunan yang meluncur dari kota. Ranting dan cabang pohon telah berganti dengan

jeruji besi. Pagar tanaman bunga yang bermekaran dengan indahnya, telah diterjang

tembok beton yang kokoh. Batu – batu gunung telah menghadirkan gedung plaza megah

menelan biaya milyaran rupiah. Arus modernisasi dengan angkuhnya telah menelan

kemesraan desa ini dari berbagai penjuru.

Paragraf diatas berisi satu gagasan pokok dan beberapa gagasan panjang. Gagasan tentang

keindahan alam Batu Malang sebagai gagasan pokok, gagasan tentang manusia yang telah

mengubah segala – galanya, tentang hutan, sawah, dan ladang yang tergusur, tentang

pembangunan gedung – gedung mewah, dijalan sedemikian rupa dalam kalimat – kalimat

yang membentuk satu kesatuan. Inilah yang dinamakan paragraf.

Menurut Soejito (1991: 2-3) “Suatu paragraf memiliki ciri visual dan ciri ideal. Ciri

visual adalah bahwa setiap baris pertama suatu paragraf diketik agak menjorok kedalam

lima ketukan dari marjin kiri dan selalu mulai dengan baris baru. Ciri idealnya adalah setiap

paragraf hanya berisi satu pikiran, gagasan atau tema”.

Ahmadi (1990: 1) juga menyebutkan bahwa “Suatu paragraf adalah suatu satuan

pikiran atau perasaan, suatu satuan susunan teratur satuan-satuan yang lebih kecil (kalimat-

kalimat) dan berfungsi sebagai bagian dari suatu satuan yang lebih besar (keseluruhan

komposisi). Oleh karena itu, paragraf merupakan suatu satuan langsung di dalam ekspresi

tulisan.” Tentang ciri fisik dari suatu paragraf juga disebutkan sama dengan Soejito (1991)

yaitu dimulai kurang lebih satu inchi atau lima ketukan mesin ketik.

7

Page 8: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

Paragraf oleh Keraf (1993: 62) dikatakan sebagai alinea. Lebih lanjut dikatakan

bahwa “Alinea tidak lain dari satu kesatuan pikiran. Suatu kesatuan yang lebih tinggi atau

lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam

suatu rangkaian untuk membentuk suatu gagasan.”

Sebagai satuan terkecil dari sebuah karangan yang isinya membentuk satuan pikiran

sebagai bagian dari pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangannya, maka

paragraf dikatakan pula sebagai alinea oleh Sakri (1992).

Selanjutnya hal yang lebih hakiki yang bisa dilihat dalam paragraf selain dari segi

penulisannya yang menjorok pada awalnya, menurut Sakri (1992:2) bahwa “Sebuah

paragraf tertangkap oleh pikiran pembaca sebagai penggalan yang bulat dari pikiran

pengarang. Sebagai penggalan pikiran, maka suatu paragraf terpisah dari paragraf yang

lain”.

Kridalaksana (1993:154) menulis bahwa “Paragraf adalah (1) satuan bahasa yang

mengandung satu tema dan perkembangannya; (2) bagian wacana yang mengungkapkan

pikiran tertentu yang lengkap tetapi yang masih berkaitan dengan isi seluruh wacana; dapat

terjadi dari satu kalimat atau sekelompok kalimat yang berkaitan”.

Pengertian paragraf yang lebih jelas lagi dituliskan oleh Bennet (1974:61) bahwa “A

paragraf is a group closely related sentences arranged in a way that permits a central idea

to be defined, developed, and clarified”.

Defisi Bannet di atas kurang lebih mengandung arti bahwa paragraf merupakan

seperangkat kalimat yang berkaitan erat satu sama lainnya. Kalimat – kalimat tersebut

disusun menurut aturan tertentu sehingga makna yang dikandungnya dapat dibatasi,

dikembangkan, dan diperjelas.

Definisi diatas diperjelas lagi oleh Tarigan (1987:11) yaitu “paragraf adalah

seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi

pikiran yang relevan dan mengandung pikiran pokok yang yang tersirat dalam keseluruhan

karangan.

Dalam hal ini Tarigan mengamati beberapa ciri atau karasteristik paragraf yaitu : (1)

setiap paragraf mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok yang relevan dengan ide

pokok keseluruhan karangan. (2) umumnya paragraf dibangun oleh sejumlah kalimat, (3)

8

Page 9: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

paragraf adalah kesatuan koheren dan padat, (5) kalimat – kalimat paragraf tersusun secara

logis – sistematis (Tarigan, 1987).

Selain oleh Tarigan, Ramlan (1993:1) juga memperjelas pengertian paragraf akan

tetapi lebih menyederhankannya, yaitu “ Bagian dari suatu karangan atau tuturan yang

terdiri dari sejumlah kalimat mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai

pengendaliannya”.

Dari defisi Ramlan di atas, ada hal menarik yang perlu dipertanyakan yaitu mengenai

kata ‘tuturan’ . Tuturan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:978) adalah “ucapan;

ujaran; cerita dsb”. Dari arti tuturan itu, jelas bahwa tuturan merupakan bagian dari bahasa

lisan dan memiliki ciri visual yaitu cara penulisannya dimulai dari indensi kelima dari

margin kiri atau tanpa indensi kelima akan tetapi tiap paragraf atau antar paragraf harus ada

jarak yang membedakannya.

Berdasarkan penganalisaan atas beberapa sumber yang memberikan keterangan

tentang pengertian paragraf di atas maka dapat disimpulkan bahwa definisi paragraf adalah

sebagai berikut :

1. Paragraf adalah kesatuan pikiran yang dibangun oleh sebuah pokok pikiran dan

diikuti oleh uraian tambahan atau penjelas.

2. Paragraf adalah kesatuan pikiran yang lebih luas daripada kalimat.

3. Paragraf adalah himpunan kalimat dalam rangkaian membentuk sebuah ide.

4. Paragraf adalah inti penuangan sebuah pikiran dalam karangan.

5. Paragraf merupakan suatu model karangan yang terkecil.

Ringkasnya, paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling berhubungan dan

bersama-sama menjelaskan unit buah pikiran untuk mendukung buah pikiran yang lebih

besar, yaitu buah pikiran yang diungkapkan dalam seluruh tulisan.

Paragraf yang berisi satu unit buah pikiran itu bergabung dengan paragraf-paragraf

lain, bersama-sama menjelaskan seluruh isi pikiran/gagasan yang ingin disampaikan penulis

kepada pembaca. Agar pembaca dapat menerima keseluruhan pokok pikiran dengan mudah,

penulis harus menyusun paragraf-paragraf itu secara sistematis dan logis.

Untuk merakit paragraf yang sistematis dan logis, diperlukan sejumlah unsur

pendukung, yaitu : transisi, kalimat topik atau utama, kalimat penjelas, dan kalimat penegas.

Memang, tidak semua paragraf mengandung keempat unsur itu. Adakalanya sebuah paragraf

mengandung empat unsur, tiga unsur, dua unsur, bahkan satu unsur saja.

9

Page 10: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

a. Transisi

Sebuah tulisan atau karangan tidak hanya terdiri atas satu paragraf. Ada puluhan

bahkan ratusan paragraf.paragraf-paragraf itu tidak berdiri sendiri, melainkan harus

berhubungan satu dengan yang lain. Untuk menghubungkan paragraf satu dengan yang lain

diperlukan “perekat” yang disebut transisi.

Kehadiran transisi bukan hanya dalam paragraf, tetapi dapat juga dalam kalimat,

antarparagraf, antarsubbab, dan antarbab. Bila dalam kalimat, transisi berfungsi untuk

menghubungkan bagian-bagian kalimat. Bila terdapat antarsubbab, maka transisi berfungsi

untuk menghubungkan ide pokok antarsubbab tersebut. Selanjutnya, transisi berfungsi

sebagai jembatan penghubung ide pokok dalam bab yang berdekatan kalau terdapat pada

antarbab.

Wujud transisi berupa kata (kelompok kata), kalimat, atau paragraf pendek. Transisi

yang berupa paragraf pendek biasanya terdapat antarsubbab atau antarbab.

Transisi berupa kata atau kelompok kata sangat banyak. Pengelompokan berdasarkan

penanda hubungannya antara lain :

1. Penanda hubungan kelanjutan, antara lain : dan, serta, lagi, lagi pula, tambahan lagi,

bahkan, kedua, ketiga, selanjutnya, akhirnya, terakhir.

2. Penanda hubungan waktu, antara lain : dahulu, sekarang, kini, kelak, sebelum, setelah,

sesudah, sementara itu, sehari kemudian, tahun depan.

3. Penanda klimaks, antara lain : paling........., se.....nya, ter.......

4. Penanda perbandingan, antara lain : seperti, ibarat, sama, bak.

5. Penanda kontras, antara lain : tetapi, walaupun, biarpun, sebaliknya.

6. Penanda urutan jarak, antara lain : di sana, di sini, di situ, sebelah, dekat, jauh.

7. Penanda ilustrasi, antara lain : umpama, contoh, misalnya.

8. Penanda sebab-akibat, antara lain : sebab, oleh sebab itu, oleh karena, akibatnya.

9. Penanda syarat (pengandaian), antara lain : jika, kalau, jikalau, andaikata, seandainya.

10. Penanda kesimpulan, antara lain : ringkasnya, kesimpulannya, garis besarnya,

rangkuman

Sedangkan kalimat yang digunakan sebagai transisi dikenal pula dengan istilah

kalimat penuntun. Kalimat penuntun mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai transisi dan

sebagai pengantar topik yang akan dijelaskan. Contohnya seperti dibawah ini.

Ringkasny, morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-

beluk kata. Hal yang dibicarakan dalam morfologi adalah perubahan-perubahan bentuk kata

baik dengan afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Perubahan bentuk kata membawa

10

Page 11: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

akibat adanya perubahan arti kata. Pembicaraan mengenai perubahan arti kata sebagai

akibat perubahan bentuk kata ini juga masuk wilayah morfologi. Bahkan, morfologi juga

membicarakan perubahan jenis kata sebagai akibat dari perubahan bentuk kata.

Adakalanya transisi berupa paragraf pendek. Transisi ini digunakan untuk

“membelokkan” pembahasan dari suatu pokok pikiran ke pokok pikiran yang lain. Contohnya

seperti dibawah ini.

Demikian penjelasan ringkas mengenai pentingnya pembukaan pidato. Sebelum kita

lanjutkan pembicaraan mengenai berbagai cara membuka pidato yang menarik, yang

memikat, dan memesona, lebih dahulu kita bicarakan intonasi. Pembicaraan tentang intonasi

perlu kita dahulukan karena berbagai cara membuka pidato itu hamper tidak ada

manfaatnya kalau tidak disertai intonasi yang baik.

Intonasi……

Paragraf di atas berfungsi menjembatani paragraf sebelumnya yang berisi penjelasan

mengenai pentingnya pembuka pidato dan paragraf selanjutnya yang berisi penjelasan

mengenai intonasi yang baik. Oleh karena kedua paragraf yang dihubungkan itu ide pokoknya

berlainan, maka dapat dikatakan bahwa transisi yang berupa paragraf itu “membelokkan”

jalan pikiran pembaca dari suatu ide ke ide yang lain.

b. Kalimat Utama

Sebuah paragraf yang baik mengandung satu pokok pikiran. Pokok pikiran itu

dituangkan dalam salah satu kalimat di antara kalimat-kalimat yang tergabung dalam sebuah

paragraf. Kalimat yang mengandung pokok pikiran paragraf disebut kalimat utama atau

kalimat topik.

Misalnya, pokok pikiran yang akan disampaikan penulis “taman itu bagus”. Pokok

pikiran itu dituangkan dalam satu kalimat yang tergabung dalam sebuah paragraf. Kalimat

yang mengandung pokok pikiran itu boleh bervariasi. Contoh kemungkinan kalimat yang

akan muncul sebagai berikut.

Banyak orang mengakui bahwa taman itu termasuk taman yang bagus;

Taman kecil di depan rumahnya amat bagus;

Sejak dulu sampai sekarang taman itu tetap bagus;

11

Page 12: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

Bila dibandingkan dengan taman-taman yang ada disekitarnya, taman itu tetap yang

paling bagus;

Meskipun kalimat-kalimat dalam contoh bervariasi, namun pokok pikirannya sama, yaitu “taman itu

bagus”. Karena itu, semua variasi kalimat itu dapat dikatakan sebagai kalimat utama. Kalimat utama

perlu dilengkapi dengan kalimat-kalimat penjelas yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan agar

lebih jelas. Seperti contoh dibawah ini.

Banyak orang mengakui bahwa taman itu termasuk taman yang bagus. Pengakuan itu ada

benarnya, karena dilihat sekilas saja taman itu tampak rapi. Rumput-rumput liar dan sampah tak

tampak, yang ada hanyalah rumput hijau segar yang tumbuh merata. Tanaman hias diatur selang-

seling besar kecilnya dari jenis-jenis pilihan yang serasi.

c. Kalimat Penjelas

Pembicaraan kalimat penjelas tidak dapat dipisahkan dengan kalimat utama. Sebab,

dinamakan kalimat penjelas karena ada kalimat utama. Sebaliknya, dinamakan kalimat utama

karena ada kalimat penjelas. Meskipun demikian, keduanya mempunyai perbedaan yang

nyata. Kalimat utama berisi pokok pikiran. Pokok pikiran itu dituangkan dalam pernyataan

umum. Sebaliknya, kalimat penjelas berisi pikiran penjelas yang diwujudkan dalam kalimat-

kalimat yang isinya menjelaskan, merinci, membandingkan atau memberi contoh secara

khusus.

Misalnya, ide pokok berbunyi “makhluk hidup memerlukan air”. Ide pokok itu

dituangkan dalam sebuah kalimat utama, misalnya Agaknya kita tidak akan ragu-ragu

mengatakan bahwa setiap makhluk hidup memerlukan air. Kemudian, agar lebih jelas bagu

pembaca, kalimat utama itu ditambahi kalimat-kalimat penjelas yang berupa contoh sehingga

paragrafnya menjadi seperti di bawah ini.

Agaknya kita tidak akan ragu-ragu mengatakan bahwa setiap mahkluk hidup

memerlukan air. Misalnya, tumbuh-tumbuhan di sekitar rumah kita. Pada musim kemarau

panjang, tumbuh-tumbuhan terutama yang kecil, mati kekeringan. Tumbuh-tumbuhan besar

pun pasti akan mati kalau tidak mendapatkan air dalam waktu yang amat lama. Demikian

pula binatang piaraan kita, selain memerlukan makanan juga membutuhkan air untuk

minum. Kebutuhan air itu lebih banyak lagi bagi manusia. Selain membutuhkan air untuk

mandi, mencuci pakaian dan memasak makanan, kita membutuhkan air untuk minum.

12

Page 13: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

d. Kalimat Penegas

Kehadiran kalimat penegas dalam suatu paragraf tidak mutlak. Bila penulis merasa

perlu menggunakan kalimat penegas untuk memperjelas informasi atau menyimpulkan

kalimat-kalimat yang mendahuluinya, kalimat penegas ditulis. Bila informasi yang

disampaikan sudah cukup jelas, atau tanpa kalimat penegas kejelasan informasi itu tidak

terganggu, kalimat penjelas tidak diperlukan. Namun, kadang-kadang kalimat penegas ditulis

bukan untuk memperjelas informasi atau untuk menyimpulkan, melainkan hanya untuk

variasi paragraf.

Unsur-unsur paragraf yakni transisi, kalimat utama, kalimat penjelas, dan kalimat

penegas tidak selalu ada dalam sebuah paragraf. Sebuah paragraf sering memiliki empat

unsur, tiga unsur, dua unsur, atau hanya satu unsur. Contoh-contohnya seperti di bawah ini.

Paragraph di bawah ini mengandung empat unsure yaitu transisi, kalimat utama, kalimat

penjelas, dan kalimat penegas.

Lagi pula, di asrama ini kita harus menjaga kebersihan. Kamar mandi kita bersihkan

sedikitnya dua hari sekali. Halaman kita sapu bergiliran setiap pagi dan sore. Saluran air

pembuangan kita kontrol setiap minggu. Demikian pula sampah harus kita perhatikan. Jangan

sampai kita membuang sampah sembarangan. Semua sampah, baik sampah besar maupun

kecil, kita buang di tempat sampah. Bila sudah terkumpul, kita bakar di pembakaran sampah

atau kita buang ke tempat pembuangan akhir. Bila perilaku hidup bersih itu kita lakukan,

hidup kita di asrama menjadi nyaman dan sehat.

Paragraph di bawah ini mengandung tiga unsure, yaitu: transisi, kalimat utama, dan kalimat

penjelas.

Sebagai contoh, semua kendaraan bermotor memerlukan bahan bakar. Lokomotif

kereta api memerlukan solar agar kuat menarik rangkaian gerbong. Mobil dan sepeda motor

“minum” bensin untuk melaju di jalan raya. Agar dapat menyeberangi lautan, kapal api

harus diberi solar yang amat banyak. Demikian pula kapal terbang. Agar dapat mengudara ia

harus dibekali bensol.

Paragraph di bawah ini mengandung tiga unsure, yaitu: kalimat utama, kalimat penjelas, dan

kalimat penegas.

Pak Wira semakin sibuk. Kambing-kambingnya yang harus dicarikan rumput kini

bertambah menjadi sepuluh ekor. Ayam dan itiknya tetap minta jatah makanan dan minuman.

Sementara itu, tanaman palawija di sawahnya tak mau ditelantarkan. Apalagi dalam musim

13

Page 14: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

kemarau seperti sekarang ini Pak Wira harus sering ke sawah. Pekerjaan Pak Wira memang

semakin berat.

Paragraph di bawah ini mengandung dua unsure, yaitu kalimat utama dan kalimat penjelas.

Dia cukup pandai di sekolahnya. Dalam Ulangan Umum akhir semester ini dia dapat

menjawab betul empat puluh soal dari lima puluh soal Matematika yang diujikan. Hasil

ulangan Kimia tidak mengecewakan karena dia menempati urutan ketiga terbaik di kelasnya,

yang agak mengecewakan adalah hasil ulangan Geografi. Dia hanya memperoleh nilai enam.

Tetapi, rasa kecewa itu segera terobati karena dalam ulangan mata pelajaran Fisika dia

mendapat nilai sembilan.

Paragraf di bawah ini hanya mengandung satu unsure, yaitu kalimat-kalimat penjelas.

Mendung bergayut, makin lama makin tebal. Warnanya hitam pekat. Angin

berhembus kencang menggoyang pepohonan dan merontokkan dedaunan. Sementara itu, petir

menyambar-nyambar memenuhi angkasa. Geledek pun menggemuruh memekakkan telinga.

Tak lama kemudian, hujan turun bagai dicurahkan dari langit berbarengan dengan tiupan

angin kencang.

14

Page 15: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

Posisi Paragraf dalam Karangan

Bila suatu karanga (buku) diamati secara teliti dan seksama, maka dengan jelas kelihatan

bahwa karangan tersebut terdiri atas beberapa bab. Bab terdiri atas beberapa anak bab dan anak bab

terdiri dari beberapa paragraf. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa suatu karangan pada

dasarnya dibangun oleh beberapa bab. Bab dibangun oleh beberapa anak bab. Anak bab dibangun

oleh sejumlah paragraf sebagaimana terlihat pada bagan berikut ini.

15

Page 16: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

2.2Fungsi Paragraf

Paragraf yang berupa himpunan kalimat saling terkait dalam mengemukakan gagasan utama

berfungsi penting bagi penulis paragraf dan bagi pembaca paragraf dalam teks. Perhatikanlah fungsi-

fungsi paragraf tersebut.

Fungsi Paragraf bagi Penulis

1) Paragraf memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan satu tema dari tema

yang lain dalam teks.

2) Paragraf merupakan wadah untuk mengungkapkan sebuah ide atau pokok pikiran secara

tertulis.

3) Paragraf harus memisahkan setiap unit pikiran yang berupa ide, sehingga tidak terjadi

percampuran diantara unit pikiran penulis.

4) Penulis tidak cepat lelah dalam menyelesaikan sebuah karangan dan termotivasi masuk ke

dalam paragraf berikutnya.

5) Paragraf dapat dimanfaatkan sebagai pembatas antara bab karangan dalam satu kesatuan yang

koherensi: bab pendahuluan, bab isi, dan bab kesimpulan.

Fungsi Paragraf bagi Pembaca

1) Dengan memisahkan atau menegaskan perhentian secara wajar dan formal, pembaca dengan

jelas memahami gagasan utama paragraf penulis.

2) Pembaca dengan mudah “menikmati” karangan secara utuh, sehingga memperoleh informasi

penting dan kesan yang kondusif.

3) Pembaca sangat tertarik dan bersemangat membaca paragraf per paragraf karena tidak

membosankan atau tidak melelahkan.

4) Pembaca dapat belajar bagaimana cara menarik untuk menyampaikan sebuah gagasan dalam

paragraf tulis.

5) Pembaca merasa tertarik dan termotivasi cara menjelaskan paragraf tidak hanya dengan kata-

kata, tetapi dapat juga dengan gambar, bagan, diagram, grafik, dan kurva.

2.3Persyaratan Penulisan ParagrafParagraf yang baik dan efektif harus memenuhi persyaratan berikut.

1) Kesatuan yang kompak, yaitu semua kalimat harus mengemukakan satu tema yang jelas.

16

Page 17: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

2) Koherensi yang padu, yaitu antar kalimat dalam paragraf saling terkait dalam paragraf. Cara

mengaitkan antar kalimat dalam paragraf dapat dilakukan dengan cara berikut.

(a) Pengulangan kata kunci (repetisi) yang terdapat dalam setiap kalimat.

(b) Penggunaan kata penghubung (konjungsi) setiap awal kalimat dengan tepat dan benar.

(c) Penggunaan kata ganti orang atau kata ganti penunjuk sebagai pengganti gagasan utama

dengan kata-kata seperti: dia, mereka, nya, itu, tersebut, ini.

3) Penggunaan metode pengembangan paragraf sebagai penjels gagasan utama paragraf. Metode

yang digunakan dari metode proses sampai dengan metode definisi.

4) Setiap paragraf harus mempunyai satu gagasan utama yang ditulis dalam kalimat topik. Posisi

kalimat topik dalam paragraf ditempatkan pada :

a. Kalimat topik pada awal paragraf (deduktif),

b. Kalimat topik pada akhir paragraf (induktif,

c. Kalimat topik pada awal dan akhir paragraf (deduktif—induktif)

d. Kalimat topik pada tengah paragraf (ineratif)

e. Kalimat topik pada semua kalimat dalam paragraf (deskriptif).

Kalimat topik dalam paragraf ditulis dalam kalimat tunggal atau kalimat majemuk

bertingkat karena kedua kalimat itu hanya menyampaikan satu gagasan utama.

5) Penulis paragraf tetap memperhatikan kaidah satuan bahasa yang lain seperti ejaan, tanda

baca, kalimat, diksi, dan bentukan kata.

6) Dalam penulisan karangan ilmiah, penulisan paragraf harus diperhatikan hal-hal teknis

penulisan seperti kutipan, sumber rujukan, tata latak grafik, kurva, gambar.

7) Penulis pun memperhatikan jenis-jenis paragraf pada posisi bagian karangan pendahuluan,

isi, dan bagian kesimpulan.

8) Penulisan paragraf yang menjorok ke dalam, sejajar, atau menekuk.

9) Penulis juga memperhatikan jumlah kata atau jumlah kalimat dalam sebuah paragraf, yaitu

jumlah kosakata paragraf antara 30—100 kata dan jumlah kalimat minimal tiga kalimat.

10) Jika uraian paragraf melebihi 100 kata sebaiknya dibuat menjadi dua paragraf.

Kohesi dan Koherensi ParagrafPenanda Kohesi

Kalimat-kalimat dalam paragraf tidak lepas terpisah satu dengan yang lain, melainkan saling

berhubungan dan saling tarik-menarik. Istilah yang tepat untuk mengungkapkan makna ‘tarik-

menarik’ ini ialah kohesi. Kohesi sebenarnya diambil dari istilah ilmu pengetahuan alam yang berarti

tarik-menarik antarmolekul yang sejenis. Kohesi dalam paragraf adalah tarik-menarik antarkalimat

dalam paragraf sehingga kalimat-kalimat itu tidak saling bertentangan, tetapi tampak menyatu, dan 17

Page 18: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

bersama-sama mendukung pokok pikiran paragraf. Paragraf yang demikian dapat disebut sebagai

paragraf yang padu (kohesif).

Antara kalimat satu dengan kalimat lain yang membentuk sebuah paragraf harus berhubungan

secara baik, terjalin erat, dan kompak. Kekompakan hubungan itu menyebabkan pembaca mudah

mengetahui hubungan kalimat satu dengan kalimat lain. Paragraf yang demikian disebut paragraf

yang serasi (koheren).

Kepaduan dan keserasian paragraf dapat terwujud apabila terdapat kohesi antarkalimat.

Untuk mewujudkan kohesi antarkalimat, keberadaan penanda kohesi sangat diperlukan. Penanda

kohesi ibarat lem perekat atau magnet yang menyebabkan kalimat-kalimat dalam paragraf itu saling

berhubungan dan bahkan saling menarik satu dengan yang lain. Penanda kohesi cukup banyak

ragamnya, antara lain seperti dibawah ini.

a) Pengulangan atau Paralelisme

Kohesi dapat ditimbulkan melalui pengulangan kata atau frasa yang sama. Artinya, kata atau

frasa tertentu dari sebuah kalimat dimunculkan lagi dalam kalimat berikutnya. Dengan cara

seperti itu, kalimat pertama dan kalimat-kalimat berikutnya mempunyai hubungan yang nyata.

Contoh :

Seharusnya semua orang dapat berpidato. Sebab, semua orang mampu berbicara

yang dapat dikembangkan menjadi terampil berpidato. Membuat diri agar terampil

berpidato ini ternyata amat mudah. Caranya, membiasakan diri berpidato di depan teman-

temannya atau di lingkungan terbatas. Makin sering berpidato, makin terampil. Bahkan

pada waktunya kelak bukan hanya terampil, melainkan akan menjadi mahir berpidato.

b) Penggunaan Kata Ganti

Kata ganti sangat efektif untuk menandai pertalian antarkalimat dalam paragraf atau wacana.

Termasuk di dalamnya kata ganti orang/pronomina dan kata ganti tunjuk. Jika kata ganti

diletakkan setelah kata yang digantikan, disebut hubungan anaforis. Jika kata ganti mendahului

kata yang digantikan, disebut hubungan kataforis. Contoh:

Bramastyo mrmbeli seekor kuda jantan. Ia menungganginya berkeliling kampung

hampir setiap sore.

Dengan menunggangi kuda jantannya, Bramastyo berkeliling kampung hampir setiap

sore.

Tadi pagi Sotya mencubit Puri. Ia tampak marah-marah.

Pemakaian kata ganti ia pada awal kalimat merupakan penanda kohesi anaforis karena

mengacu pada kata Bramastyo yang sudah disebutkan sebelumnya. Sedangkan –nya pada contoh 18

Page 19: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

kalimat kedua merupakan penanda kohesi kataforis. Contoh kalimat ketiga tidak kohesif karena

kata ganti ia membingungkan pembaca. Siapa sebenarnya yang marah-marah? Sotya atau Puri?

c) Penggunaan Penanda Koreferensi

Penanda kohesi sering menggunakan kata yang maknanya berbeda dengan kata yang

diacunya. Akan tetapi, kedua kata itu mengacu pada referensi yang sama atau menunjuk pada

sesuatu yang sama. Contoh:

Sejak pagi Pak Slamet melayani pembeli dengan ramah. Pedagang yang sabar dan ulet itu

baru beristirahat menjelang matahari tenggelam.

d) Persesuaian Alami

Kadang-kadang dalam sebuah paragraf kita temukan kata yang memiliki hubungan

persesuaian alami. Walaupun kedua kata berbeda maknanya, mereka merujuk pada satu

kumpulan yang sama. Contoh:

Ayah mempunyai kebun salak pondoh dua hektar. Paman memiliki lima hektar.

e) Hubungan Metafora

Hubungan metafora mirip dengan hubungan koreferensi. Kedua kata atau frasa dalam

paragraf mempunyai arti dan bentuk yang berbeda, tetapi ada semacam pertalian makna kias dan

makna lugas. Contoh:

Tidak mengherankan jika Ulfah sekarang tumbuh menjadi gadis cantik. Dahulu ibunya

memang bunga desa yang menjadi incaran para pemudaa.

f) Penggunaan Penyambung Antarkalimat

Kata penyambung disebut juga konjungtor, kata perangkai, kata penghubung, atau kata tugas.

Ia memang mempunyai tugas merangkaikan, menghubungkan, atau menyambung kata dengan

kata, frasa dengan frasa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf.

Penyambung antarkalimat merupakan penanda kohesi yang amat sering digunakan. Beberapa

contoh dicantumkan di bawah ini.

1. Penyambung antarkalimat sebab, sebab itu, oleh sebab itu, karena itu, oleh karena itu,

maka, maka itu, akibatnya untuk menandai hubungan sebab-akibat atau akibat-sebab.

2. Penyambung antarkalimat tetapi, akan tetapi, namun, walaupun, sebaliknya digunakan

untuk menandai hubungan pertentangan/kontras.

3. Penyambung antarkalimat dahulu, sekarang, kini, kelak, sebelum, setelah, sesudah,

kemudian, sementara itu, sehari kemudian, sebulan yang lalu, tahun depan digunakan

untuk menandai hubungan waktu.

19

Page 20: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

4. Penyambung antarkalimat paling......., se.... nya, ter.... digunakan untuk menandai

hubungan klimaks.

5. Penyambung antarkalimat seperti, ibarat, sama, bak digunakan untuk menandai hubungan

perbandingan.

6. Penyambung antarkalimat di sana, di sini, di situ, sebelah, dekat, jauh digunakan untuk

menandai hubungan tempat/jarak.

7. Penyambung antarkalimat umpama. Contoh, misalnya digunakan untuk menandai

hubungan ilustrasi.

8. Penyambung antarkalimat ringkasnya, kesimpulannya, intinya, garis besarnya digunakan

untuk menandai hubungan kesimpulan.

9. Penyambung antarkalimat jika, kalau, jikalau, asal (kan,) bila, manakala digunakan untuk

menandai hubungan syarat.

10. Penyambung antarkalimat seandainya, andaikan, umpamanya, sekiranya digunakan untuk

menandai hubungan pengandaian

20

Page 21: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

BAB III

PENUTUP3.1 Kesimpulan

Paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling berhubungan dan bersama-sama

menjelaskan unit buah pikiran untuk mendukung buah pikiran yang lebih besar, yaitu buah pikiran

yang diungkapkan dalam seluruh tulisan.

Fungsi Paragraf bagi Penulis

1) Paragraf memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan satu tema dari tema

yang lain dalam teks.

2) Paragraf merupakan wadah untuk mengungkapkan sebuah ide atau pokok pikiran secara

tertulis.

3) Paragraf harus memisahkan setiap unit pikiran yang berupa ide, sehingga tidak terjadi

percampuran diantara unit pikiran penulis.

4) Penulis tidak cepat lelah dalam menyelesaikan sebuah karangan dan termotivasi masuk ke

dalam paragraf berikutnya.

5) Paragraf dapat dimanfaatkan sebagai pembatas antara bab karangan dalam satu kesatuan yang

koherensi: bab pendahuluan, bab isi, dan bab kesimpulan.

Fungsi Paragraf bagi Pembaca

1) Dengan memisahkan atau menegaskan perhentian secara wajar dan formal, pembaca dengan

jelas memahami gagasan utama paragraf penulis.

2) Pembaca dengan mudah “menikmati” karangan secara utuh, sehingga memperoleh informasi

penting dan kesan yang kondusif.

Paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi persyaratan berikut.

1) Kesatuan yang kompak, yaitu semua kalimat harus mengemukakan satu tema yang jelas.

2) Setiap paragraf harus mempunyai satu gagasan utama yang ditulis dalam kalimat topik.

3) Koherensi yang padu, yaitu antar kalimat dalam paragraf saling terkait dalam paragraf.

4) Penggunaan metode pengembangan paragraf sebagai penjels gagasan utama paragraf. Metode

yang digunakan dari metode proses sampai dengan metode definisi.

5) Penulis paragraf tetap memperhatikan kaidah satuan bahasa yang lain seperti ejaan, tanda

baca, kalimat, diksi, dan bentukan kata.

21

Page 22: MAKALAH DISKUSI paragraf kelompok 1.doc

6) Dalam penulisan karangan ilmiah, penulisan paragraf harus diperhatikan hal-hal teknis

penulisan seperti kutipan, sumber rujukan, tata latak grafik, kurva, gambar.

7) Penulis pun memperhatikan jenis-jenis paragraf pada posisi bagian karangan pendahuluan,

isi, dan bagian kesimpulan.

8) Penulisan paragraf yang menjorok ke dalam, sejajar, atau menekuk.

9) Penulis juga memperhatikan jumlah kata atau jumlah kalimat dalam sebuah paragraf, yaitu

jumlah kosakata paragraf antara 30—100 kata dan jumlah kalimat minimal tiga kalimat.

10) Jika uraian paragraf melebihi 100 kata sebaiknya dibuat menjadi dua paragraf.

3.2 SaranSebagai mahasiswa kita harus lebih giat mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia. Karena

dengan mempelajari Bahasa Indonesia, kita dapat menambah wawasan, dan tidak keliru lagi dalam

pembuatan paragraf. Bisa lebih memahami unsur-unsur yang menyangkut suatu paragraf. Dengan

mempelajari paragraf lebih mendalam, kita bisa membuat suatu karangan dengan baik dan benar,

terutama dalam penulisan karya ilmiah.

22