diskusi kelompok.agt(1).doc
TRANSCRIPT
Diskusi Kelompok
BENDA ASING HIDUNG PADA ANAK
Oleh:
Herdinta Yudaristy 04084811416107Aprilia Damayanti 04084811416108Ayu Agustriani 04084811416110Ade Kurnia Oprisca 04084811416111
Pembimbing:
dr. Yoan Levia Magdi,Sp.THT-KL
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG DAN
TENGGOROK-BEDAH KEPALA LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT DR. MOHAMMAD HOESIN
2014
1
HALAMAN PENGESAHAN
Diskusi Kelompok :
Benda Asing Hidung pada Anak
Disusun oleh :
Herdinta Yudaristy 04084811416107Aprilia Damayanti 04084811416108Ayu Agustriani 04084811416110Ade Kurnia Oprisca 04084811416111
Telah diterima sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior
(KKS) di Departemen Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan-Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin
Palembang periode 08 September 2014 s/d 13 Oktober 2014
Palembang, September 2014
Mengetahui
Pembimbing,
dr. Yoan Levia Magdi,Sp.THT-KL
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benda asing di dalam suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh
atau dari dalam tubuh,yang dalam keadaan normal tidak ada. Berdasarkan asalnya,
benda asing digolongkan menjadi dua golongan :
1. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk
melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair
atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-
kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal dari
kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur
barus (naftalen) dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair
yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair noniritatif, yaitu cairan
dengan pH 7,4.
2. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing
endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,
perkijuan, membran difteri. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke dalam
saluran napas bayi pada saat proses persalinan.
Berdasarkan konsistensinya benda asing dapat juga digolongkan menjadi benda
asing yang lunak seperti kertas, kain, penghapus, sayuran, dan yang keras
seperti kancing baju, manik-manik, baterai dan lain-lain.
Pembagian yang lain yaitu :
1. Benda asing hidup, yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan
cacing.
2. Benda asing mati, yang tersering yaitu manik-manik, baterai logam,
kancing baju. Kapur barus merupakan kasus yang jarang namun
mengandung naftalen yang bersifat sangat mengiritasi. Kasus baterai
3
logam di hidung juga harus diperlakukan sebagai kasus gawat darurat
yang harus dikeluarkan segera, karena kandungan zat kimianya yang dapat
bereaksi terhadap mukosa hidung.
1.2 Rumusan Masalah
1.Benda apa saja yang sering dimasukan ke dalam hidung oleh anak-anak?
2.Bagaimana cara menanggulanginya?
3.Bahaya apa yang akan terjadi bila ditanggulangi oleh petugas kesehatan yang
tidak terampil?
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke
bawah: 1) Pangkal hidung (bridge), 2) Batang hidung (dorsum nasi), 3) Puncak
hidung (hip), 4) Ala nasi, 5) kolumela dan 6) Lubang hidung (nares anterior)5.
Kerangka tulang terdiri dari 1) tulang hidung (os nasal), 2) prosesus frontalis
os maksila dan 3) prosesus nasalis os frontal; sedangkan kerangka tulang rawan
terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu
1) sepasang kartilago nasalis lateralis superior, 2) sepasang kartilago nasalis lateralis
inferior yang disebut juga sebagai kartilago ala mayor dan 3) tepi anterior kartilago
septum5.
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke
belakang dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan
dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan
lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi
dengan nasofaring5.
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di
belakang nares anterior, disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang
mempunuyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut
vibrise5.
Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya paling
bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media, lebih kecil
lagi konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka suprema. Konka suprema
ini biasanya rudimenter5.
Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit
yang disebut meatus. Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus
inferior, medius dan superior. Meatus inferior terletak di antara konka inferior dan
5
dinding lateral rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara (ostium) duktus
nasolakrimalis. Meatus medius terletak di antara konka media dan dinding lateral
rongga hidung. Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan
sinus etmoid anterior. Pada meatus superior yang merupakan ruang di antara konka
superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.
Batas rongga hidung5
Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os
maksila dan os palatum. Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan
dibentuk oleh lamina kribiformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga
hidung. Lamina kribiformis merupakan lempeng tulang berasal dari os etmoid, tulang
ini berlubang-lubang (kribrosa=saringan) tempat masuknya serabut-serabut saraf
olfaktorius. Di bagian posterior, atap rongga hidung dibentuk oleh os sfenoid.
Kompleks OstioMeatal (KOM)5
Kompleks ostiomeatal (KOM) merupakan celah pada dinding lateral hidung
yang dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea. Struktur anatomi penting yang
membentuk KOM adalah prosesus unsinatus, infundibulm etmoid, hiatus semilunaris,
bula etmoid, agger nasi dan resesus frontal. KOM merupakan unit fungsional yang
merupakan tempat ventilasi dan drenase dari sinus-sinus yang letaknya di anterior
yaitu sinus maksila, etmoid anterior dan frontal5.
Jika terjadi obstruksi pada celah yang sempit ini, maka akan terjadi perubahan
patologis yang signifikan pada sinus-sinus yang terkait5.
6
Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a.etmoid anterior dan
posterior yang merupakan cabang dari a. oftalmika dari a. karotis interna5.
Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a. maksilaris
interna, di antaranya ialah ujung a. palatina mayor dan a. sfenopalatina yang keluar
dari foramen sfenopalatina bersama n. sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di
belakang ujung posterior konka media5.
Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang a. fasialis.
Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a. sfenopalatina,
a. etmoid anterior, a. labialis superior dan a. palatina mayor, yang disebut pleksus
Kiesselbach (Little’s area). Pleksus Kiesselbach letaknya superfisial dan mudah
cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis (perdarahan hidung),
terutama pada anak5.
Vena-vena hidung mempunyai nama sama dan berjalan berdampingan dengan
arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v. oftalmika yang
berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena di hidung tidak memiliki katup,
7
sehingga merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi sampai
ke intrakranial5.
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n. etmoidalis
anterior, yang merupakan cabang dari n. nasosiliaris, yang berasal dari n.
Oftalmikus5.
Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n.
maksila melalui ganglion sfenopalatina. Ganglion sfenopalatina, selain memberikan
persarafan sensoris, juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk
mukosa hidung. Ganglion ini menerima serabut saraf sensoris dari n. maksila (N. V-
2), serabut parasimpatis dari n. petrosus superfisialis mayor dan serabut saraf simpatis
dari n. petrosus profundus. Ganglion sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit di
atas ujung posterior konka media. Fungsi penghidu berasal dari n. ofaktorius. Saraf
ini turun melalui lamina kribrosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan
kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah
sepertiga atas hidung5.
8
Benda asing di dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau
dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing yang berasal
dari luar tubuh, disebut benda asing eksogen, biasanya masuk melalui hidung atau
mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh, disebut benda asing endogen.1
Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing
eksogen padat terdiri dari zat organik, seperti kacang-kacangan (yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik
seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain-lain. Benda asing eksogen cair yang bersifat
iritatif, seperti zat kimia dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. benda
asing eksogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,
perkijuan, membran difteri, bronkolit, cairan amnion, mekonium dapat masuk ke
dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.1
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran
napas antara lain, faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial,
tempat tinggal), kegagalan mekanisme proteksi yang normal (antara lain keadaan
tidur, kesadaran menurun, alkoholisme dan epilepsi), faktor fisik (yaitu kelainan dan
penyakit neurologik), proses menelan yang belum sempurna pada anak, faktor dental,
medikal dan surgikal (antara lain tindakan bedah, ekstraksi gigi, belum tumbuhnya
9
gigi molar pada anak yang berumur < 4 tahun), faktor kejiwaan (antara lain emosi,
gangguan psikis), ukuran dan bentuk serta sifat benda asing, faktor kecerobohan
(antara lain meletakkan benda asing di mulut, persiapan makanan yang kurang baik. 1
Benda asing hidung lebih sering terjadi pada anak-anak, karena anak yang
berumur 2-4 tahun cenderung memasukkan benda-benda yang ditemukan dan dapat
dijangkaunya ke dalam lubang hidung, mulut atau dimasukkan oleh anak lain.
Benda asing dalam hidung juga dapat terjadi pada pasien dengan mental yang
terbelakang. 1,2,3
10
BAB III
PEMBAHASAN
1. Benda apa saja yang sering dimasukan ke dalam hidung oleh anak –anak
?
Benda asing yang lazim ditemukan pada anak-anak adalah manik-
manik, kancing, karet penghapus, kelereng, kacang polong, kacang buncis,
batu dan kacang tanah. Jika benda tersebut baru saja dimasukkan maka tidak
akan atau hanya sedikit mengganggu, kecuali benda tersebut tajam dan sangat
besar. 2
Benda asing umumnya ditemukan pada bagian anterior vestibulum
atau pada meatus inferior sepanjang dasar hidung. 2
Edema dan inflamasi mukosa hidung merupakan gambaran yang
pertama-tama ditemukan pada kasus benda asing mati (inanimate foreign
bodies) di hidung, dapat juga ditemukan ulserasi, epistaksis, jaringan
granulasi dan dapat berlanjut menjadi sinusitis. 1
Sedangkan benda asing hidup (animate foreign bodies) menyebabkan
reaksi inflamasi dengan derajat bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi
masif tulang rawan dan tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi
11
yang dalam dan berbau. Misalnya cacing askariasis di hidung dapat
menimbulkan iritasi dengan derajat yang bervariasi karena gerakannya. 1
2. Bagaimana cara menanggulanginya?
Benda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian orang tua
karena tidak ada gejala dan bertahan untuk waktu yang lama. Dapat timbul
rinolith di sekitar benda asing. Gejala yang paling sering adalah hidung
tersumbat, rhinorhea unilateral dengan cairan kental dan berbau. Kadang-
kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis dan bersin. Pada pemeriksaan,
tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral, dan dapat terjadi
ulserasi. Benda asing biasanya tertutup oleh mukopus, sehingga disangka
sinusitis, dalam hal demikian, bila akan menghisap mukopus haruslah berhati-
hati supaya benda asing itu tidak terdorong ke arah nasofaring yang kemudian
dapat masuk laring, trakea dan bronkus. Benda asing seperti karet busa, sangat
cepat menimbulkan sekret yang berbau busuk. 1
Tidak satupun benda asing boleh dibiarkan dalam hidung oleh karena
bahaya nekrosis dan infeksi sekunder yang mungkin timbul, dan mungkin
aspirasi ke dalam saluran napas bawah. Pengangkatan dapat dilakukan di
klinik pada anak yang kooperatif, setelah sebelumnya dioleskan suatu anestesi
topikal dan vasokontriktor, misalnya kokain. Suatu kait buntu yang diselipkan
di belakang benda asing tersebut atau suatu forsep aligator yang kecil akan
sangat membantu. 1,2 Dapat pula menggunakan cunam Nortman atau wire
loop. Kadang diperlukan anestesi umum untuk mengeluarkan benda tersebut. 1
Sebelum melakukan prosedur, mukosa hidung diberikan fenilefrin 0,5% untuk
mengurangi edema mukosa. 4
Teknik yang biasa digunakan untuk mengeluarkan benda asing di
hidung adalah: 4
1. Hooked probe or forceps (bayonet atau alligator)
12
Hooked probe or forceps, berupa bayonet atau alligator, untuk
mengeluarkan benda asing. Jika benda asing tersebut kecil dan
letaknya dekat dengan nares anterior, akan dapat dengan mudah
dikeluarkan. Tapi jika benda asingnya besar, licin atau bulat cenderung
untuk sulit untuk dikeluarkan dengan menggunakan alat-alat ini.
2. Kateter balon
Kateter balon bisa berguna untuk benda yang tidak dapat dicengkeram
dengan mudah. Kateter balon Fogarty dimasukkan melalui kavum nasi
hingga melewati benda asing, kemudian balon dikembangkan dan
ditarik perlahan-lahan dengan harapan benda asing ikut tertarik keluar.
Tapi teknik ini memiliki komplikasi berupa perdarahan.
3. Suction catheter
Suction catheter dimasukkan melalui hidung sehingga menyentuh
benda asing. Dengan tekanan 100-140 mmHg, benda asing ditarik
keluar dengan menggunakan suction catheter
4. Cyanoacrylate glue
Cyanoacrylate glue diletakkan di tongkat aplikator, kemudian
dilengketkan ke benda asing selama 1 menit untuk mengeluarkan
13
benda asing yang diharapkan lengket ke aplikator. Hindari
perlengketan aplikator dengan mukosa hidung.
Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya
diberikan pada benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi
hidung maupun sinus. 2
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan radiologi untuk benda asing radioopak yang tidak jelas
pada rinoskopi anterior. 4
3. Bahaya apa yang akan terjadi bila ditanggulangi oleh petugas kesehatan
yang tidak terampil?
Jika benda asing di hidung ditanggulangi secara tidak terampil benda asing
hidung bisa terdorong ke arah nasofaring kemudian benda asing dapat terus
masuk ke laring dan saluran napas bagian bawah, yang menyebabkan sesak napas,
sehingga menimbulkan keadaan yang gawat seperti obstruksi saluran napas.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Junizaf M H.2001.Benda Asing di Saluran Napas dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok dan Kepala Leher Ed.5.Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal.218-223.
2. Hilger PA. 1997. Penyakit hidung dalam Boies Buku Ajar THT. Ed. 6. EGC.
Jakarta.Hal.238-239.
3. Mansjoer A. 2004. Kapita Selekta Kedokteran Ilmu Penyakit THT. Ed 3. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
4. Robert J Cox. 2005. Foreign Bodies, Nose. www.emedicine.com . Diakses pada
15 September 2014
5. Peter A. Hilger , Anatomi Hidung Dalam : BOIES Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi VI. EGC Jakarta 1997
15