sbm diskusi 1 mei

42
BAB VI MODEL PEMBELAJARAN SAINS Hakikat mengajar menurut Joyce dan Weil (1986) adalah membantu mahasiswa memperoleh informasi, ide, kerampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya dan cara-cara belajar, bagaimana belajar. Tujuan jangka panjang kegiatan pembelajaran adalah membantu mahasiswa mencapai kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif di masa datang. Untuk mencapai hal tersebut perlu kerangka pembelajaran secara konseptual (model pembelajaran) yang menentukan tercapinya tujuan pembelajaran. Menurut Winataputra (2001), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur, yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelqiaran. Dalam tingkatan operasional model pembelajaran dan strategi pembelajaran sering dipertukarkan. Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli, dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa, di antaranya: model pembelajaran Kontekstual, Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Quantum, Model Pembelajaran Terpadu, Banyaknya model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan para pakar tersebut tidaklah berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata pelajaran, 1

Upload: jilbabku-ibadahku

Post on 30-Dec-2014

33 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: SBM Diskusi 1 MEI

BAB VI

MODEL PEMBELAJARAN SAINS

Hakikat mengajar menurut Joyce dan Weil (1986) adalah membantu mahasiswa

memperoleh informasi, ide, kerampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan

dirinya dan cara-cara belajar, bagaimana belajar. Tujuan jangka panjang kegiatan

pembelajaran adalah membantu mahasiswa mencapai kemampuan secara optimal untuk

dapat belajar lebih mudah dan efektif di masa datang. Untuk mencapai hal tersebut perlu

kerangka pembelajaran secara konseptual (model pembelajaran) yang menentukan

tercapinya tujuan pembelajaran. Menurut Winataputra (2001), model pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur, yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan

berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar

dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelqiaran. Dalam tingkatan

operasional model pembelajaran dan strategi pembelajaran sering dipertukarkan.

Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli,

dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa, di antaranya: model pembelajaran

Kontekstual, Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Quantum, Model

Pembelajaran Terpadu,

Banyaknya model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan para pakar

tersebut tidaklah berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata

pelajaran, sebab tidak semua model cocok untuk setiap topik atau mata pelajaran. Ada

beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model/stategi pembelajaran,

yaitu: l) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 2) sifat bahan/materi ajar, 3) kondisi siswa

, 4) ketersediaan sarana-prasarana belajar. Lebih khusus, Killen (1988) dan Depdiknas

(2005) yang dikutip oleh Sanjaya (2006) menjelaskan ada 8 prinsip dalam memilih strategi

pembelajaran yaitu: l) berorientasi pada tujuan, 2) mendorong aktivitas siswa, 3)

memperhatikan aspek individual siswa, 4) mendorong proses interaksi, 5) menantang siswa

untuk berpikir, 6) menimbulkan inspirasi siswa untuk berbuat dan menguji, 7)

menimbulkan proses belajar yang menyenangkan, serta 8) mampu memotivasi siswa

belajar lebih lanjut.

Tidaklah setiap model atau strategi pembelajaran mampu mengembangkan 8 pinsip

penggunaan model pembelajaran. Setiap model pembelajaran memberikan tekanan pada

aspek tertentu daripada model pembelajaran lainnya. Oleh karena itu, setiap pengajar

1

Page 2: SBM Diskusi 1 MEI

dapat memilih model pembelajaran tersebut secara bergantian atau simultan sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Untuk keperluan penambahan wawasan atau pemantapan para mahasiswa pada

bagian ini disajikan beberapa model pembelajaran yang dianggap penting, di antaranya:

Model Pembelajaran Kontekstual, Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran

Kuantum dan Model Pembelajaran Terpadu.

Pada bagian awal materi ini, disajikan model Pembelajaran Kontekstual

(constextual teaching and leaming-CTL). Konsep CTL disajikan pada bagian pertama

karena materi memayungi model pembelajaran lain yang termasuk tujuh komponen

pembelajaran CTL, yaitu: konstruktivisme (Construktivism), bertanya (questioning),

menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pcmbelajaran terpadu

(Integrated), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarmya (authentic assessment).

Selain itu CTL merupakan model pembelajaran yang diharapkan mampu pembelajaran

yang bermakna dan menyerungkan karena siswa belajar sesuai dengan konteksnya.

CTL adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru umtuk menghubungkan

antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam

kehidupan mereka sendiri-sendiri. Pengetahuan dan ketrarnpilan siswa diperoleh dari usaha

siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru ketika ia belajar.

Landasan filosofi CTL adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan

bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di

benak mereka sendiri. Pembelajaran berbasis CTL melibatkan tujuh komponen utama

Pada bagian kedua, disajikan model Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran

Kooperatif dalam CTL merupakan salah satu komponen untuk menciptakan masyarakat

belajar (learning community). Selain itu pada beberapa tahun terakhir yaitu pada euforia

reformasi ini konflik sosial, konflik politik, dan kekerasan sosial banyak dan mudah

terjadi di masyarakat kita. Banyaknya kondisi konflik ini menunjukkan rendahnya sikap

tanggungjawab, belum berkembangnya sikap demokratis, kurang sikap saling menghargai

perbedaan dari warga masyarakat. Salah satu penyebab kondisi tersebut adalah kurang

terinternalisasinya nilai-nilai kehidupan sosial dan belum berkembangnya keterampilan

sosial warga masyarakat. Agar keterampilan sosial ini betul-betul dimiliki oleh siswa maka

dalam pembelajaran IPS maka aspek keterampilan sosial ini harus dibelajarkan melalui

kebiasaan dan latihan yang intensif di sekolah. Untuk keperluan ini diperlukan model /

strategi pembelqiaran yang mendukung berkembangnya ketrampilan sosial siswa sekaligus

2

Page 3: SBM Diskusi 1 MEI

aspek kognitif. Salah satu model pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan

aspek ketrampilan sosial sekaligus aspek kogritif dan apek sikap siswa adalah Model

Koopemtif (Cooperative Learning). Pada bagian ini diuraikan tentang pengertian, elernen-

elemen pembelajaran kooperatifl beberapa tipe dalam model kooperatif dan contoh

skenario pembelajaran kooperatif

Menurut Lie (2004: 27) pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah,

asih,dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning community). siswa tidak

hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa. Pembelajaran kooperatif adalah

suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-

elemen itu adalah (l) saling ketergantungan positif; (2)interaksi tatap muka; (3)

akuntabilitas individual, dan (4) ketrampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi

atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.

Pada bagian ketiga disajikan model Pembelajaran Kuantum. Model ini disajikan

sebagai salah satu model yang dapat dipilih guru agar pembelajaran dapat berlangsumg

secara menyenangkan (enjoyful leaming). Pembelajaran kuantum sesungguhnya

merupakan rarnuan atau rakitan dari.berbagai teori atau pandangan psikologi

kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik yang jauh sebelumnya sudah

ada. Di samping itu, ditambah dengan pandangan-pandangan pribadi dan temuan-

temuan empiris yang diperoleh De Porter ketika mengembangkan konstruk awal

pembelajaran kuantum. Hal ini diakui sendiri oleh De Porter dalam Quantum Leaming

(1999:16), dia mengatakan: Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik

pemercepartan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode kami sendiri.

Termasuk di antaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang

lain, seperti: l) Teori otak kanan/kiri, 2) Teori otak triune (3 in l), Pilihan modalitas (visual,

auditorial, dan kinestetik), Teori kecerdasan ganda, Pendidikan holistik, Belajar

berdasarkan pengalaman, Belajar dengan simbol, Belajar dengan simulasi/permainan

Ada beberapa karakteristik umum menurut De Porter yang tampak

membentuk sosok pembelajaran kuantum; l) berpangkal pada psikologi kognitif, 2) lebih

bersifat humanistis, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya 3) lebih

bersifat konstruktivis(tis), bukan positivistis-empiris, behavioristis, dan atau

maturasionistis, 4) memadukan (mengintegrasikan), menyinergikan, dan

mengelaborasikan faktor potensi-diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan

(fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran., 5) memusatkan perhatian pada

interaksi yang bermutu dan berrnakna, bukan sekadar transaksi makna, 6)

3

Page 4: SBM Diskusi 1 MEI

menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi, 7)

menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajararu bukan keartifisialan

atau keadaan yang dibuat-buat, 8) menekankan kebermaknaan. dan kebermutuan

proses pembelajaran, 9) memadukan konteks dan isi pembelajaran, l0) memusatkan

perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan

prestasi fisikal atau material, 1l) menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian

penting dalam proses pembelajaran, 12) mengutamakan keberagaman dan

kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban, 13) mengintegrasikan totalitas tubuh

dan pikiran dalam proses pembelajaran.

Pada bagian ke empat disajikan Model Pembelajaran Terpadu. Model Terpadu

ini penting disajikan, karena dalam Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi, IPS dan IPA merupakan mata pelajaran di SMP yang harus disajikan secara

terpadu. Namun penerapan model pembelajaran terpadu tersebut menemui banyak

hambatan di lapangan, sebab memberi beban berat bagi guru IPS dan IPA. Hal ini

disebabkan: l) semua guru IPS dan IPA di SMP tidak ada yarrg berlatar belakang

Pendidikan IPS/IPA, tetapi hanya berlatar belakang salah satu pendidikan IPS/IPA

yaitu: ( sarjana pendidikan Sejarah, sarjana pendidikan Ekonomi, dan sarjana pendidikan

Geografi, sarjana pendidikan Fisika, sarjana pendidikan Biologi, sarjarna pendidikan

Kimia), sehingga materi ajar yang dikuasai guru hanyalah materi salah satu dari

rumpun IPS/IPA tersebut; 2) selama kuliah para guru belum diajarkan mengenai

bahan ajar dengan model terpadu. Pada materi ini diuraikan tentang pengertian

pembelajaran model terpadu, kelebihan kelebihannya model-modelnya langkah-langkah

penerapannya serta contoh skenario model pemlelajaran terpadu.

Model pembelajaran Terpadu menurut Ujang Sukandi, dkk (2001: 3)

pengajaran terpadu pada dasarnya sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan

beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan

belajar-mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi

pelajaran disajikan tiap pertemuan.

Menurut Anitah (2003:16-17), pembelajaran terpadu mempunyai banyak

keuntungan dan kelebihan: l) dapat meningkatkan kedalaman dan keluasan dalam

belajar, 2) memberikan kesadaran metakognitif kepada pembelajar, 3) memudahkan

pembelajar untuk memahami alasan mengerjakan sesuatu yang dikerjakan, 4) hubungan

antara isi dan proses pembelajaran menjadi lebih jelas, 5) transfer konsep antar isi bidang

studi lebih baik.

4

Page 5: SBM Diskusi 1 MEI

Menurut Forgaty (1991:5): Ada 10 model yang dapat dikembangkan dalam

model pembelajaran terpadu, yaitu: l) Fragmented model, 2) Connected model, 3)

Nested model, 4) Sequenced model, 5) Share model, 6) webbed model, 7) Threathed

model, 8) Networked model, 9) Immersed model, I0) Integrated model. Kesepuluh model

pembelajaran terpadu tersebut merupakan suatu kontinum dari model yang tepisah sampai

model dengan keterpaduan yang komplek. Dari sepuluh model tersebut menurut Hamid

(1997: 112) dapat direduksi menjadi 4 model.

Manfaat dari materi ini bagi para mahasiswa adalah:

1. Menambah khiazanah pengetahuan tentang berbagai model pembelajaran inovatif

menuju pelaksanaan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif' efektif, dan menyenangkan

(PAIKEM).

2. Memilih dan menerapkan model-model pembelajaran yang tepat untuk mengoptimal

hasil belajar siswa

3. Memberikau bekal bagi para mahasiswa agar dapat menerapkan dan mengembangkan

berbagai model pembelajaran baru yang cocok dengan pembelajaran Sains.

4. Memberikan berbagai alternatif tindakan pembelajaran dalam mengembangkan

pembelajaran Sains melalui penelitian tindakan kelas.

Setelah mengikuti perkuliahan dan mempelajari materi ini para mahasiswa

diharapkan dapat menguasai dan menerapkan model-model pembelajaran ini sesuai dengan

berbagai situasi pembelajaran yang akan dikelola sehari-hari, serta mengembangkannya

lebih lanjut agar dapat memberikan layanan pembelajaran optimal bagi siswa.

5

Page 6: SBM Diskusi 1 MEI

5.1. MODEL PEMBELAJARAN KONSTEKTUAL

l. Pengertian Pembelajaran Konstektual.

Pembelajaran konstektual (constextual teaching and leaming- CTL) menurut

Nurhadi (2003) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan

antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya

dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Pengetahuan dan keterampilan siswa

diperoleh dari usaha siswa mengkontruksi sendirri pengetahuan dan keterampilan

baru ketika ia belajar. Sedangkan menurut Johnson (2002), CTL adalah sebuah proses

pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi

akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek

akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks

keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem

tersebut meliputi tujuh komponen berikut : membuat keterkaitan-keterkaitan yang

bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur

sendiri, melakukan kerja sama, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang,

berpikir kritis dan kreatif untuk mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan

penilaian autentik.

2 Landasan Filosofis Model Pembelajaran Kontekstual.

Para pendidik yang menyetujui pandangan ilmu pengetahuan bahwa alam scmesta

itu hidup, tidak diam, dan alam semesta ditopang oleh tiga prinsip saling ketergantungan,

diferensiasi, dan organisasi diri, harus menerapkan pandangan dan cara berpikir baru

mengenai pembelajaran dan pengajaran.

Menurut Johnson (2004) tiga pilar dalam system CTL, yaitu:

l) CTL mencerminkan prinsip kesaling-tergantungan. Saling ketergantungan

mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah

dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal ini tampak jelas

ketika subjek yang berbeda dihubungkan, dan ketika kemitraan menggabungkan

sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas.

6

Page 7: SBM Diskusi 1 MEI

2) CTL mencerminkan prinsip diferensiasi. Diferensiasi menjadi nyata ketika CTL

menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing untuk

menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama, untuk

menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda dan untuk menyadari bahwa

keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan.

3) CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat

ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang

berbeda mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilaian autentik,

mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang

tinggi,dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, yang

membuat hati mereka bernyanyi.

Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang

menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus

mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat

dipisah-pisahkan rnenjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi

mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme berakar pada

filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awal abad ke 20, yaitu sebuah

filosofi belajar yang menekankan pada pangembangan minat dan pengalaman siswa

Anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan

lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari bukan hanya mengetahuinya.

Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti hanya berhasil dalam

kompetensi "mengingat'' jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan

persoalan dalam kehiduapan jangka panjang.

Dengan pendekatann kontekstual (CTL) proses pembelaiaran diharapkan

berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bckerja dan mengalami, bukan

transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada

hasil. Dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, mereka

dalam status apa dan bagaiman mencapainya. Mereka akan menyadari bahwa yang mereka

pelajari berguna bagi hidupnya. Dengan demikian mereka belajar yang berguna bagi

hidupnya. Dengan demikian mereka memposissikan dirinya yang memerlukan suatu

bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan

berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan

7

Page 8: SBM Diskusi 1 MEI

pembimbing. Untuk menciptakan kondisi tersebut diperlukan sebuah sfrategi belajar baru

yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan

siswa menghafal fakta-fakta, tetapi scbuah strategi yang mendorong siswa

mengkontruksi pengetahuan di benak rnereka sendiri. Melalui strategi CTL, siswa

diharapkan belajar mengalami bukan rnenghafal.

3. Komponen Model Pembelajar CTL

Pembelajaran berbasis CTL menurut Sanjaya (2004), melibatkan tujuh komponen

utama pembelajaran, yakni: konstruktivimisme (Construkvis;n), bertanya (questioning),

menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling),

dan penilaian sebenamya (authentic assessment).

Konstruksivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru

dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut kontruktivisme,

pengetahuan mendorong berasal dari luar, tetapi dikonstruksi oleh dalam diri seseorang.

Oleh sebab itu, pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting yaitu: objek yang

menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek

tersebut. Asumsi ini melandasi CTL. Pembelajaran melalui CTL pada dasamya

mendorong agar siswa bisa mengkontruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan

pengalaman nyata yang dibangun oleh individu sipembelajar.

Bertanya adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan. Dengan

adanya keingintahuanlah pengetahuan selalu dapat berkembang. Dalam pembelajaran

model CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja tetapi memancing siswa

dengan bertanya agar siswa dapat menemukan jawabannya sendiri. Dengan demikian

pengembangan ketrampilan guru dalam bertanya sangat diperlukan. Hal ini penting karena

pertanyaan guru menjadikan pembelajaran lebih produktif, yaitu berguna untuk:

l) menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan pelajaran

2) membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

3) merangsang keinginantahuan siswa terhadap sesuatu.

4) memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.

5) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

8

Page 9: SBM Diskusi 1 MEI

Inkuiri, artinya proses pembelajaran yang didasarkan pada pencairan dan

penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri

dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: l) merumuskan masalah, 2)

mengajukan hipotesis, 3) mengumpulkan data, 4) menguji hipotesis, 5) membuat

kesimpulan. Penerapan asas inkuiri pada CTL dimulai dengan adanya masalah yang jelas,

yang ingin dipecahkan dengan cara mendorong siswa untuk menemukan masalah sampai

merumuskan kesimpulan. Asas-asas menemukan dan berfikir sistematis, akan dapat

menumbuhkan sikap ilmiah, rasional, sebagai dasar pembentukan kreativitas.

Masyarakat Belajar (learning community) didasarkan pada pendapat Vygotsky,

bahwa pengetahuan dan pengaelaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan

orang lain. Permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendiri, tetapi membutuhkan

bantuan orang lain untuk saling membutuhkan. Dalam model CTL hasil belajar

dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, teman, antar kelompoh sumber

lain dan bukan hanya guru. Dengan demikian asas masyarakat belajar dapat diterapkan

melalui belajar kelompok, dan sunber-sumber lain dari luar yang dianggap tahu tentang

sssuatu yang menjadi fokus pernbelajaran.

Pemodelan (modellimg adalah proses pembelajaran dengan memperagakan

suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Sebagai contoh, membaca berita, membaca

“lafal bahasa" mengoperasikan instrumen memerlukan contoh agar siswa dapat

mengerjakan dengan benar. Dengan demikian modelling merupakan asas penting

dalam pembelajaran melalui CTL, karena melalui CTL siswa dapat terhindar dari

verbalisme atau pengetahuan yang bersifat teoritis-abstrak. Perlu juga dipahami

bahwa modelling tidak terbatas dari guru saja tetapi dapat juga memanfaatkan siswa atau

sumber lain yang mempunyai pengalaman atau keahlian.

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajarinya

dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali kejadian atau peristiwa

pembelajaran telah dilaluinya untuk mendapatkan pemahaman yang dicapai, baik

yang bernilai positif atau tidak bernilai (negatif). Melalui refleksi siswa akan dapat

memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya serta menambah khazanah

pengetahuannya.

Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan

informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini

9

Page 10: SBM Diskusi 1 MEI

diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; penilaian ini

berguna untuk rnengetahui apakah pengalaman belajar mempunyai pengaruh positif

terhadap pekembangan siswa baik intelektual, mental, maupun psikomotorik.

Pembelajaran CTL lebih menekankan pada proses belajar daripada sekedar hasil belajar.

Oleh karena itu, penilaian ini dilakukan terus-menerus selama kegiatan pembelajaran

berlangsung, dan dilakukan secara terintregasi.

Dalarn CTL keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan

kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek.

4. Pola / skenario Pembelajaran Kontekstual.

Contoh-contoh berikut menunjukkan beraneka macam cara yang dilakukan oleh

guru-guru di kelas untuk menghubungkan mata pelajaran akademik dengan kontels siswa

itu sendiri. Mereka menunjukkan bahwa pengaitan-pengaitan yang dilakukan dalam CTL

cocok diterapkan mulai dari sekolah dasar hingga universitas.

a) Contoh-Contoh Pengaitan dalam CTL di Kelas.

1) Di kelas yang sudah tinggi para guru mendorong siswa untuk membaca, menulis,

dan berpikir secara kritis dengan meminta mereka untuk memfokuskan pada

persoalan-persoalan kontoversial di lingkungan atau masyarakat mereka. Kelas

dibagi menjadi empat atau lima kelompok. Setiap kelompok memilih sebuah

persoalan kontroversial dan menelitinya. Mereka melakukan penelitian di

perpustakaan, melakukan survei lapangan, dan mewawancarai pejabat setempat

mengenai persoalan yang sedang diteliti.

Mereka menyajikan penemuan-penemuan dalam bentuk presentasi disertai foto,

gambar, diagram, dan grafik. Mereka menyampaikan penemuan-penemuan tersebut

di depan khalayak yang terdiri dari teman sekelas dan para orang tua.

2) Seorang guru ilmu pengetahuan sosial di sekolah menengah, meminta tim yang

terdiri dari dua siswa secara bergiliran untuk menentukan pembicara tamu mana

yang akan bersedia menjelaskan topik yang sedang mereka pelajari tentang

bencana alam Gempa dan Tsunami. Siswa yang mendapatkan giliran untuk mencari

pembicara tamu harus menelepon pembicara tersebut, menentukan tanggalnya

10

Page 11: SBM Diskusi 1 MEI

manyambut pembicara tersebut di pintu sekolah pada hari H, dan menulis ucapan

terima kasih sesudah acara selesai.

3) Di sebuah kelas IPS membahas tentang pariwisata siswa diminta untuk membahas

potensi pariwisata di wilayahnya dengan berbagai sudut pandang dan ide-idenya

dari mulai potensi daya tarik obyek wisata, analisis ekonomi, analisis budaya,

model promosi serta pola pengembangannya sampai membuat brosur perjalanan

dan paket wisata.

4) Sebuah simulasi yang diadakan oleh sebuah sekolah menengah mengenai kejadian-

kejadian yang memicu Perang Dunia II meminta para siswa untuk membentuk

kelompok yang mewakili Serbia, Inggris, Austria, Hungaria, Jerman, Rusia dan

Prancis. Setiap kelompok mengangkat seorang menteri luar negeri, seorang wakil

menteri, dan seorang asisten menteri. Tugas mereka adalah bertemu dan berunding

mencari upaya untuk menghindari, yang akan terjadi. para siswa mempelajari situasi

dunia sebelum pecahnya perang, memeriksa tujuan dari setiap negara dan

mempelajari dampak sekutu atas dimulainya Perang Dunia I.

5) Seorang guru Matematika memberikan tugas kepada siswanya tentang kegiatan di

masa datang serta cara "Menabung untuk Masa pensiun”,: Ada dua rumus: yaitu

menentukan jumlah uang yang akan didapatkan setelah seseorang menabung dalam

jangka waktu tertentu ditambah bunga; rumus yang lain menentukan total uang

yang akan diterima setelah seseorang melakukan pembayaran dalam satu periode

waktu tertentu. para siswa kemudian diminta untuk menghitung dan membandingkan

berbagai macam rencana pensiun menggunakan dua rumus tersebut. para siswa

harus membuat rencana pensiun berdasarkan data terkini. Mereka belajar

"prosentase, evaluasi rumus, pemecahan masalah, penukaran uang" dengan

menggunakan kalkulator grafik dan lembar kerja komputer. Para siswa melihat

perbedaan jumlah uang apabila program pensiun dimulai lebih awal.

5. Langkah-Langkah Pembelajaran CTL.

Secara sederhana langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis besar adalah

sebagai berikut:

11

Page 12: SBM Diskusi 1 MEI

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja

sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan

ketrampilan barunya.

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok- kelompok)l

e. Hadirkan model sebagai contoh pmbelajaran !

f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan !

g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara !

Ciri kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual:

a. Pengalaman nyata.

b. Kerja sama saling menunjang.

c. Gembira, belajar dengan bergairah

d Pembelajaran terintegrasi.

e. Menggunakan berbagai sumber.

f. Siswa aktif dan kritis.

g. Menyenangkan, tidak membosankan

h. Sharing dengan teman

i. Guru kreatif.

12

Page 13: SBM Diskusi 1 MEI

Contoh skenario pembelajaran Kontekstual untuk Ilmu Alam/Sains.

13

Pengorganisasian : kelompok kecil 4-5 orang

Pertemuan I : Menyelidiki perubahan air menjadi uap dan kembali lagi menjadi air

1. Tanya jawab tentang terjadinya hujan.

2, Penjelasan menggunakan alat.

3. Melakukan kegiatan percobaan.

4. Mengamati & melaporkan hasil percobaan.

5. Menyimpulkan hasil kegiatan.

6. Memberi contoh terapan dalam kehidupan sehari-hari.

Petemuan II : Menyelidiki wujud lilin yang diapanaskan kemudian didinginkan

l. Tanya-jawab tentang terjadinya perubahan wujud pada lilin.

2. Penjelasan pengguanaan alat.

3. Melakukan kegiatan percobaan.

4. Mengamati & melaporkan hasil percobaan.

5. Menyimpulkan hasil kegiatan.

6. Memberi contoh terapan dalam kehidupan sehari-hari.

Alat & Bahan :

l. Air, lilin, korek api.

2. Kompor/pemanas, cawan.

Penilaian:

1. Penilaian tertulis ( mengenal perubaban wujud, mengenali benda yang berubah wujud dapat kembali ke wujud semula)

2. Kinerja ( mengamati kinerja siswa dau melakukan percobaan)

3. Produk ( merancang dan membuat alat penyulingan air).

Page 14: SBM Diskusi 1 MEI

5.2. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF.

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif.

Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah model pembelajaran yang

berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimal-

kan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

2. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories serta harapan masa

depan yang berbeda-beda- Karcna perbedaan itu, oanusia dapat saling asah, asih, dan

asuh (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif menciptakan intemksi yang asal asih

dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya

belajar dari guru tetapi juga dari sesama siswa.

Pembelajaran kooperatif adalah peinbelajaran yang secara sadar dan sengaja

mengenbangkan interaksi yang saling asuh untuk menghindari ketersinggungan dan

kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan sebagai latihan hidup di

masyarakat.

3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya tedapat elemen-

elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajamn kooperatif menurut Lie (2004)

adalah (l) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas

individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan

sosial yang secara sengaja diajarkan.

a) Saling ketergantungan positif.

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan susasana yang mendorong agar

siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang

dimaksud dengan saling ketergantungan positif saling ketergantungan dapat dicapai

melalui: (a) saling ketergantungan mencapai tujuan, (b) saling ketergantungan

menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling

ketergantungan peran, (e) saling ketergantungan hadiah;

14

Page 15: SBM Diskusi 1 MEI

b) Interaksi tatap muka.

Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok

sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru.

Interaksi semacam itu saogat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari

sesarnanya.

c) Akuntabilitas individual.

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian

ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara

individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disanpaikan oleh guru kepada

kelompok agar semua anggota kelompok mcngetahui siapa anggota kelompok yaug

memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok

didasarikan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya karena itu tiap anggota

kelompok harus mcmberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok

yang didasarkan atas rata-rata penguasaan scmua anggota kelompok secara individual ini

yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.

d) Ketrampilan me4ialin hubungan antar pribadi.

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman mengkritik

ide dan bukar mengkritik teman, berani menpertahankan pikiran logis, tidak mendominasi

orang lain mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar

pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan, tetapi secara sengaja

diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh

teguran dari guru juga dari sesama siswa-

4. Perbedaan antara Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional.

Dalam pembelajaran traadisional dikenal pula belajar kelompok meskipun

demikian, ada sejumlah esensial antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok

belajar tradisional. Perhatikan Tabel berikut:

Ketompok Belajar Kooperatif. Kelompok Belajar Tradisional

Adanya saling ketergantungan positif,

saling membantu dan saling memberikan

Guru sering membiarkan adanya siswa yang

mendominasi kelompok atau menggantung-

15

Page 16: SBM Diskusi 1 MEI

motivasi sehingga ada intenksi promotif. kan diri pada kelompok.

Adanya akuntabilitas individual yang

mengukur penguasaan materi pelajaran tiap

anggota ketompok. Kelompok diberi urnpan

balik tentang hasil belajar pala anggotanya

sehirgga dapat saling mengetahui siapa yang

memerlukan bantuan.

Akuntabilitas individual sering diabaikan

sehingga tugas-tugas sering diborong oleh

salah seorang anggota kelompok sedangkan

anggota kelompok lainnnya hanya enak-enak

saja di atas keberhasilan temannya yang

dianggap 'pemborong'.

Kelompok belajar heterogen, baik dalam

kemampuan akademik, jenis kelarnin, ras,

etnik, dan sebegainya sehingga dapat saling

mengetahui siapa yang memedukan bantuan

dan siapa yang dapat memberikan bantuan..

Kelompok belajar biasanya homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara

demokratis atau bergilir untuk mernberikan

pengalaman memimpin bagi para anggota

kelompok.

Pemirnpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-rnasing.

Keterampilan sosial yang diperlukan dalam

kerja gotong-royong seperti kepemimpinan

kemampuan berkomunikasi, mempercayai

orang lain. dan mengelola konflik secara

langsung diajarkan.

Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung

Pada saat belajar kooperatif sedang

berlangsung, guru terus melakukan

pemantaun melalui obsewasi dan melakukan

intervensi jika terjadi masalah dalam kerja

sama antar anggota kelompok.

Pemantauan melalui observasi dan

intewensi sering dilakukan oleh guru pada

saat belajar kelompok sedang berlangsung.

Guru memperhatikan secara langsung proses

kelompok yang terjadi dalam kelompok-

kelompok belajar.

Curu sering tidak memperhatikan proses

kelompok yang terjadi dalam kelompok-

kelornpok belajar.

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian Penekunan sering hanya pada penyelesaian

16

Page 17: SBM Diskusi 1 MEI

tugas tetapi juga hubugan interpersonal

(hubungan antar pribadi yang saling

menghargai)

tugas.

5. Keutungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif

Ada banyak nilai pembelajaran kooperatif dikenbangkan.

Berikut beberapa keuntungannya :

l. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

2. Memugkinkan pan siswa saling belajar mengenai sikan, keuzmpilan, infonnasi, perilaku

sosiat, dan pandangan-pandangan.

3. memudahkan siswa melakukan peoyesuaian sosial.

4. memugkinkan terbentuk dal berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen

5. menghilangkan sifat memetingkan diri sendiri atau egois

6. membangun persahabatar yang dapat berlanjut hinggga masa dewasa

7. berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan unnrk memcliham hubungan saling

membutuhkan dapat diajarkan dan dipmktekkan

8. medngkatkan rasa saling percaya kepada sesatna maousia

9, rneningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

10. meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik

11. meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis

kelamain, nomal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.

6. Beberapa Tipe Pembelajaran Kooperatif.

Berikut ini disajikan empat tipe dalam pembelajaran kooperatif

a. Tipe STAD (Student Achievemen Divisions)

Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari universitas John

Hopkins. Tipe ini dipaudang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan

17

Page 18: SBM Diskusi 1 MEI

penbelajaran kooperatif para guru menggunakan tipe STAD untuk mengajarkan

informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal

maupun tetulis.

Langkahnya:

1) Para siswa di dalan kelas dibagi nenjadi b€berapa kelompom atau tirn, masing-

masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap Tim memiliki anggota yang

heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang,

rendah).

2) Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling

membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar

sesama anaggota tim.

3) Sccara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru mengevaluasi

untuk mengetahui penguasaan mercka terhadap bahan akademik yang telah

dipelajari.

4) Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan

kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau

memperoleh skor sempuma diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau

semua tim memperoleh penghamgaan jika mampu meraih suatu kiteria atau

standar tertentu.

b. Tipe Jigsaw.

Pembelajaran kooperatif Tipe ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-

kawan dari Universitas Texas; dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan

melalui Pembelajaran kooperatif Tipe Jingsaw.

Langkabnya:

1) Kelas dibagi nenjadi beberapa tim yang anggotanya terdid 5 atau 6 siswa dengan

karaktelistik yang heterogen.

2) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan setiap siswa

bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik te6ebut.

18

Page 19: SBM Diskusi 1 MEI

3) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung-jawab untuk

mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya bcrkumpul untuk

saling membantu mengkaji bagiao bahan tersebut. Kumpulan siswa semacarn itu

disebut kelompok pakar (expert group).

4) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kernbali ke kelompok

semula (home teams) untuk mengajar anggota lain, mengenai rnateri yang telah

dipelajari dalam kelompok pakar.

5) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam "home teams", para siswa dievaluasi

secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Dalam metode Jigsaw wsi

Slavin, pemberian skor dilakukan seperti dalam tipe STAD. Indiividu atau tim yang

memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru.

c. Tipe GI (group Investigation)

Dasar-dasar metode GI dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya diperluas dan

diperbaiki oleh Shavin dan kawan-kawan dari univesitas Tel Aviv. Metode GI sering

dipandang sebagai merode yang paling kompleks dan paiing sulit untuk dilaksanakan dalam

pembelajaran kooperatif.

Dibandingkan dengan tipe STAD dan Jigsaw, tipe CI melibatkan siswa sejak perencanaan,

baik dalam menentukan ropik mauputr cara mtuk mempelajarinya melalui investigasi.

Tipe ni metruntut siswa untuk kemanpuan yang baik daalm berkomunikasi maupun

kehampilan proses merniliki kelompok (group process skills). Para guru yang

mengguakan tipe GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karaktedstik yang heterogen,

Pembagian kelompok dapat juga didasarkan alas kesenangan berteman atau kesamaan

minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari

mengikuli investigasi mendalam terbadap berbagai subtopik yang telah dipilih kenudian

menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhn ' Deslcripsi

mengenai langkah-langkah tipe GI adalah sebagai bedkut :

1) Seleksi Topik.

19

Page 20: SBM Diskusi 1 MEI

Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang

biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru para siswa diorgnisasikan menjadi

kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented group) yang

beranggotakan 2 hingga 6 orang. Kornposissi kelompok bersifat heterogen baik dalam

jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.

2) Merencanakan Kerja sama.

Para siswa dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus tugas, dan

tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih

seperti langkah di atas

3) lmplementasi

Para siswa melaksanakan rcncana yang telah dirumuskan pada langkah

sebelumrya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengaa

variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik

yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti

kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan

4) Analisis dan Sintesis.

Para siswa menganalisis dan mensistemasikan berbagai informasi yang diperoleh

pada langkah sebelumnya dan merencakan peringkasan dalam suatu penyajian yang

menarik di depan kelas

5) Penyajian hasil akhir.

Semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai topik yang

telah dipelajari agar semua siswa terlibat dan mencapai prespektif yang luas mengenai

topik tersebut . Presentasi kelompok dikoordinasikan guru.

6) Evaluasi selanjutnya.

Guru beserta para siswa melakukan evaluasi mengenai konstribusi tiap kelompk

terhadap pekerjaan kelas sebagai suatau keseluruh:an. Evaluasi dapat mencakup tiap

siswa scara individual atau kelompok atau keduanya.

d. Tipe Struktural.

20

Page 21: SBM Diskusi 1 MEI

Tipe ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawan-kawan. Meskipun memilki

banyak kesamaan dengan tipe laimya tipe struktural menekankan pada stuktur-struktur

khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interkasi siswa. Berbagai struktur

tersebut dikembangkan oleh Kagan dengao maksud menjadi altenatif dari berbagai

struktur kelas yang lebih tradisional, seperti metode resitasi, yang ditandai dengan

pengajuan pertanyaan oleh guru kepada seluruh siswa dalam kelas dan para siswa

memberikan jawaban setelah lebih dahulu mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru.

Struktur-stmktur Kagan mengheudaki agar para siswa bekerja sama saling bergantung

dalam kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Ada struktur yang memiliki

tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan ada pula struktur

tujuannya untuk mengajarkan keterampilan sosial. Beberapa teknik dari tipe struktural,

antara lain: Mencari Pasangan, Bertukar Pasangan , Berkirim Soal.

Contoh-contoh teknik pembelajaran tipe Struktural

l) Mencari Pasangan

a) Pengertian.

Teknik belajar mengajar mencari pasangan (Make a Manch) dikembangkan oleh

Larana Curran (1994). Salah satu keunggulan tekaik ini adalah siswa mencari pasangan

sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia

anak didik.

b) Langkah teknik mencari pasangan.

(l) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang

mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian)

(2) setiap siswa mendapat satu buah kartu

(3) setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartumya.

Misalnya, pemegang kartu yang bertuliskan Lina akan berpasangan dengan

pemegang kartu PERU Atau pemegang kartu yang berisi nama KOFI ANNAN akan

berpasangan dengan pemegang kartu SEKRETARIS JENDERAL PBB.

21

Page 22: SBM Diskusi 1 MEI

(4) Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang mcmegang kartu

yang cocok. Misalnya pemegang kartu 3+9 akan membentuk kelompok dengan

pemegang karnr 3x4 dan 6x2.

(5) Dalam setiap para siswa mendiskusikan menyelesaikan tugas secara bersama-sama.

(6) Presentasi hasil kelompok atau kuis.

2. Bertukar Pasangan.

a) Pcngertian.

Teknik belajar-mengajar Bertukar Pasangan memberi kesempatan siswa untuk

bekerja sarna dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran

dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

b) Lrngkah-langkahnya:

(a) Setiap siswa mendapatkan satu pasangan (guru bisa menunjukkan pasangannya atau

siswa melakukan prosedur / teknik mencari pasangan seperti yang dijelaskan di

depan.

(b) Guru rnemberikan tugas dan siswa mer.gerjakan tugas dengan pasangannya.

(c) Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.

(d) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing-masing pasangan yang baru

ini kemudian saling menanyakan dan mengukutan jawaban mereka.

e) Teman baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan pada

pasangan semula.

3.Berkirim Salam dan Soal.

a) Pengertian.

Teknik belajar mengajar berkirim salam dan soal memberi siswa kesempatan untuk

melatih pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri

sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang

dibuat oleh teman{eman sekelasnya.

22

Page 23: SBM Diskusi 1 MEI

Kegiatan berkirim salam dan soal cocok untuk persiapan menjelang tes dan ujian.

Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata Pelajaran dan unturk semua tingkatan usia

didik.

b) Langkah teknisnya.

(a) Guru mcmbagi siswa dalam kelompok berempat dalam kelompok berempat. dan setiap

Kelompok diiugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke

kelompok lain Guru bisa mengawasi dan menbantu nremililt soal-soal yang cocok

(b) Kemudian. masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan

menyampaikan salam dan soal tiari keiompoknya (salam kelompok yang bisa disertai

sorak kelompok

(c) Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain

(d) Setelah selesai, jawaban masing-masing kelompok dicocokan dengan jawaban

kelompok yang membuat soal

Variasi:

Jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa yang bisa membentuk kelompok para

ahli, siswa berkumpul dengan siswa lain yang mendapatkan bagian yang sama dari

kelompok lain Mereka bekerja sama mempelajari/mengerjakan bagian tersebut,

kemudian masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri dan membagikan apa

yang telah dipelajarinya kepada rekan-rekan dalam kelompoknya.

23

Page 24: SBM Diskusi 1 MEI

4) Bercerita Berpasangan.

a) Pengertian.

Teknik mengajar bercerita berpasangan (Paired-Story telling) dikcmbangkan

sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar,dan bahkan pclajaran (Lie,1994).

Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca menulis, mendengarkan ataupun

berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan

berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam berbagai mata pelajaran seperti ilmu

pengetahuan sosial, agama dan bahasa. Bahan mata pelajaran yang paling coccok

digunakan dengan tcknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskiptif. Namun hal

ini, tidak nrcnutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lainnya.

Pada teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pcngalaman

siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih

bemakna. Dalam kegiatan ini siswa dirangsang untuk mengembalikan kemampuan berpikir

dan berimajinatif. Buah pemikiran mereka akan dihargai sehingga siswa merasa makin

terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana

gotong royong dan mernpunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan

meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Bercerita berpasangan bisa digunakan untuk

semua tingkatan usia anak didik.

b) Langkah Pembelajalarannya.

(1) Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua bagian

(2) Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik

yang akan dibahas dalam bahan pelajaran unluk hari itu. Pengajar bisa menuliskan topik

dipapan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan

brainstorming ini dimnaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap

menghadapi bahan pelajaran yang baru. Dalam kegiatan ini, pengajar perlu menekankan

bahwa memberikan tebakan yang benar bukanlah tujuarmya, yang lebih penting adalah

kesiapan mereka dalam mengantisipasi bahan pelajaran yang akan diberikan hari itu

(3) siswa dipasangkan.

(4) Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama sedangkan siswa yang

kedua menerima bagian yang kedua.

(5) Kemudian siswa disuruh membaca atau mendengarkan (dalam pelajaran di

laboratorium bahas bagian mereka masing-masing.

24

Page 25: SBM Diskusi 1 MEI

(6) Sambil membaca/mendengarkan siswa disuruh mencatat dan mendaftar beberapa

kata/frase kunci yang ada dalam bagian masing-masing. Jumlah kata/frasa bisa

disesuaikan dengan panjangnya teks bacaan.

(7) Setelah selesai membaca siswa saling menukar daftar kata/frasa kunci dengan

pasangan maslnq-maslng bagian.

(8) Sambil mengingat-ingat/memperhatikan bagian yang telah dibaca/didengarkan sendiri,

masing-masing siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum

dibaca/didengarkan atau (yang sudah dibaca/didengarkan pasangamya) berdasarkan

kata-kala, frasa-frasa kunci dari pasangannya. Siswa yang telah

membaca/mendengarkan bagian pertama berusaha untuk menuliskan apa yang terjadi

selanjutnya. Sementara itu, siswa yang membaca/mendengarkan bacaan kedua

menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.

(9) Tentu saja versi karangan sendiri ini tidak harus sama dengan bahan yang sebenamya.

Tujuan kegiatan ini bukan untuk mendapatkan jawaban yang benar, melainkan untuk

meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Setelah selesai

menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan

mereka

(10) Kemudian pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-

masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.

(11) Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari

itu. Diskusi biasa dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.

5. Dua Tinggal Dua Tamu.

a) Pengertian.

Teknik belajar Dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stay) dikembangkan oleh

Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan bersama dengan Teknik Kepala bernomor.

Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia

anak didik.

Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk

membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar

yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak

diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar

sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dcngan yang laimya.

b) Langkah-langkahnya.

25

Page 26: SBM Diskusi 1 MEI

(1) Siswa dibagi ke dalam bebelapa kelompok berempat.

(2) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.

(3) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan rneninggalkan kelompok-

nya dan masing-masing bertamu ke dua kelonpok lain.

(4) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan

informasi mereka ke tamu rnereka. Tamu menahan diri dan informasi mereka ke tamu

mereka.

(5) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan

mereka dari kelompok lain.

(6) Kelornpok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

6. Keliling kelompok.

a) Pengertian. Teknik belajar-mengajar keliling kelompok bisa digunakan dalam semua mata

pclajaran dan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Dalam kegiatan keliling kelompok masing-masing anggota kelompok mendapatkan

kesempatan untuk memberikan kontribusi pada mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. b) Langkah pembelajarannya:

(1) Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok mernulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan

(2) Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya. (3) Demikian seterusnya, giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah perputaran jarum

jam atau dari kiri ke kanan.

7. Kancing Gemerincing. a) Pengertian.

Teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992). Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Dalam kegialan Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan paudangan dan pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewamai kelompok kerja kelornpok. Dalam banyak kelompok, sering ada anggota yang telalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya ada anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yarg lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang domimn.

26

Page 27: SBM Diskusi 1 MEI

Teknik belajar-mengajar Kancing Gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempalan untuk berperan serta. b) Laugkah-langkahnya

(1) Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (bisa juga benda-benda kecil lainnya, seperti kacang merah, biji kenai, potongan sedotan, batang-batang lidi, endok eskrim, dan sebagainya).

(2) Sebelum kelompok memulai tugasnya setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).

(3) Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakan di tengah-tengah.

(4) Jika kancing yang dimiliki seseorang habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekamya juga menghabiskan kancing mereka.

Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi kancing lagi dan mengulangi prosedur kembali.

--------------------------------- SELAMAT BELAJAR -------------------------------

27