rpp sbm jigsaw

Upload: prabadeevi-pitha

Post on 19-Jul-2015

285 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw dalam Pembelajaran

Oleh: I Ketut Putra jaya (0914031013)

Ni Putu Mas Puspita Dewi (0914031045) Ketut Tri Putra Susila Firmansyah (1114031014) (1114031018)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2012

BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw dalam Pembelajaran.

BAB II PEMBAHASAN A. Defenisi Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw Dari sisi estimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyususn potongan gambar. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Model pemebelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 2007 ), bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.( Lie, 2007 ) Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001) Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, A., 1994) Serperti yang diungkapkan Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, dalam batas-batas tertentu guru dapat mengikutsertakan murid dalam membuat perencanaan belajar. Alasan yang mendukung pandangan ini adalah guru menghargai pribadi murid. Kepada mereka perlu diberikan kesempatan menyumbangkan bahan pikirannya dalam diskusi kelompok dalam menyusun rencana, agar rencana itu milik mereka dan bertanggung jawab melaksanakannya. ( Hamalik, 2001:139 ) Penerapan model pembelajaran Jigsaw berkaitan dengan penggunaan metode diskusi. Dapat diartikan sebagai siasat penyampaian bahan pengajaran yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis.( Sumantri, dkk, 1998:144 ) Sehingga dengan kata lain model pembelajaran Jigsaw juga memiliki keterkaitan dengan penggunaan metode kerja kelompok. Metode ini dilakukan dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu group atau kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut. ( Sumantri, dkk, 1998:144 ) Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 1997):

Kelompok Asal

Kelompok Ahli Gambar 1: Ilustrasi Kelompok Jigsaw B. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Cooperatif learning Teknik Jigsaw Kunci pembelajaran ini adalah interpedensi setiap siswa terhadap anggota kelompok untuk memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tes dengan baik. Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu: a. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya b. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat c. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.d. Melibatkan semua siswa dalam diskusi, sehingga diharapkan siswa dapat lebih aktif karena

yang terlibat adalah sesama mereka. e. Metode pembelajaran tipe jigsaw dapat mengembangkan hubungan pribadi diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda. f. Menerapkan bimbingan sesama teman. g. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar. h. Sikap apatis siswa berkurang. i. Meningkatkan motivasi belajar.

Disamping memiliki kelebihan, model pembelajaran Jigsaw juga memiliki kelemahan yang sering dijumpai dalam penerapannya, sehingga hal tersebut menjadi hambatan dalam proses belajar mengajar. Kelemahan tersebut, diantaranya: a. Memerlukan waktu yang lama, karena banyak bagian materi yang harus dibahas dan dilaksanakan secara sistematis secara bertahap. b. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti. c. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat. d. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.e. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses

pembelajaran.f. Bagi siswa yang komunikasi sosialnya kurang bagus maka banyak kendala akan

ditemukan. g. Jika jumlah anggota kelompok kurang, maka akan menimbulkan masalah, seperti ada anggota kelompok yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas tugas dan pasif dalam diskusi. h. Membutuhkan waktu yang lebih lama apabila ada penataan ruang belum terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan kegaduhan.

C.

Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti

gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:

1. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

Gambar 2: Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw 2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

3. Guru memberikan test untuk siswa secara individual. 4. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. 5. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran. 6. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Seorang guru dapat menerapkan model pembelajaran Jigsaw dalam menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik (siswa) yang dirancang pada sebuah perencanaan yang disebut dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sebagai contoh, model pembelajaran Jigsaw kita terapkan dalam mata pelajaran geografi, SMA kelas X dengan materi ajar pendekatan geografi. Untuk lebih jelasnya, penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat dilihat pada contoh RPP berikut ini:

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran MATA PELAJARAN KELAS SEMESTER PERTEMUAN KE : Geografi :X :I :2

ALOKASI WAKTU STANDAR KOMPETENSI

: 1 X 45 menit : 1.Memahami konsep, ruang lingkup, objek, pendekatan, prinsip dan aspek geografi

I.

Kompetensi Dasar 1.1 Menjelaskan Pendekatan Geografi Indikator Pencapaian A. kognitif 1. Mengenal pendekatan geografi 2. Menyebutkan pendekatan geografi 3. Menjelaskan pendekatan dalam geografi B. Aspek afektif 1.Karaktera. Jujur, b. Bertanggung jawab, c. Cermat, d. Teliti.

2.Keterampilan sosial:a. Bertanya, b. Menyumbang ide atau berpendapat, c. Menjadi pendengar yang baik, d. Berkomunikasi.

II. Tujuan Pembelajaran A. Aspek kognitif1. Siswa dapat mengenal pendekatan geografi 2. Siswa dapat menyebutkan pendekatan geografi

3. Siswa dapat menjelaskan pendekatan dalam geografi

B. Aspek afektif1. Siswa dapat dengan jujur menjawab masalah terkait dengan pendekatan geografi

2. Siswa dapat mempertanggungjawabkan pendapat yang diajukan3. Siswa dapat secara cermat mendeskripsikan permasalahan pendekatan geografi

dalam PBM4. Siswa

dapat dengan teliti dalam mengambil keputusan tentang permasalahan

pendekatan geografi dalam PBM III. Materi Pembelajaran Pendekatan geografi Pendekatan geografi dapat diartikan sebagai suatu metode untuk memahami berbagai gejala dan fenomena geosfer, khususnya interaksi antara manusia dan lingkungannya. Pendekatan geografi menjadi ciri bagi kajian geografi dan membedakannya dengan kajian ilmu ilmu yang lain. Ada beberapa pendekatan geografi, yaitu sebagai berikut.A. Pendekatan Keruangan / Spasial.

Pendekatan keruangan adalah upaya dalam mengkaji rangkaian persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dalam ruang. Pendekatan keruangan dilakukan dengan cara mengetahui karakteristik atau fenomena tertentu pada suatu wilayah sehingga dalam pendekatan keruangan, yang dikaji adalah antar variabel atau rangkaian. Variabel yang berbeda dari suatu tempat dengan tempat lainnya kemudian dikaji, faktor apa saja yang mempengaruhi pola distribusi keruangan atau persebarannya. Pada dasarnya memang terjadi keterkaitan atau hubungan antarvariabel. Hubungan antar sesama aspek fisik, contohnya keterkaiatan antara lereng dengan erosi atau antara jenis tanah dengan vegetasi. Selain itu, hubungan antara aspek fisik dan aspek sosial, misalnya antara bentuk lahan dengan permukiman atau bentuk lahan dengan transportasi. Contoh lainnya adalah hubungan antara sesama aspek sosial misalnya jarak rumah dari jalan dengan kepadatan rumah atau nilai tanahnya.

Gambar 1.1 Merupakan kajian dari pendekatan keruangan yang mengkaji keterkaitan antar variabel atau rangkaian yaitu antara jenis tanah dengan vegetasi. Jenis tanah disekitar gunung batur memiliki struktur remah atau mudah longsor, sehingga vegetasi yang tumbuh harus dapat mengikat tanah seperti tanaman yang memiliki akar serabut.

B. Pendekatan Kelingkungan (Ekologi) Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antar organisme hidup maupun organisme hidup dengan organisme tak hidup dalam suatu lingkungan. Geografi berhubungan dengan interaksi antara kehidupn manusia dengan faktor fisik yang membentuk suatu sistem keruangan yang menghubungkan suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Pendekatan ekologi (ecological approach) adalah suatu metodelogi untuk mendekati, menelaah, dan menganalisis suatu gejala atau masalah geografi dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi. Sedangkan ekologi, khusus ekologi manusia yang berhubungan dengan interaksi antar manusia dengan lingkungannya yang membentuk suatu sisitem ekologi dan ekosisitem. Pendekatan ekologi dilakukan dengan cara mengetahui interaksi antara organisme hidup dengan lingkungannya atau anatara organisme hidup dengan organisme tak hidup.

Gambar1.2 Merupakan contoh dari ekologi yaitu interaksi antar organisme hidup dengan lingkungannya yang digunakan dalam pendekatan kelingkungan untuk mengkaji persamaan dan perbedaan fenomena geosfer.

C. Pendekatan Kewilayahan Pendekatan kewilayahan atau komplek wilayah membahas mengenai gejala atau fenomena dengan mengunakan kombinasi antara analisis keruangan dengan analisi ekologi. pendekatan komplek wilayah dilakukan dengan mengetahui perbedaan suatu wilayah dengan wilayah yang lain atau areal defferentiation . Areal defferentiation merupakan anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang karena adanya perbedaan. Pendekatan komplek wilayah melihat setiap wilayah mempunyai karakteristik yang khas atau berbeda dengan wilayah lain, sehingga sifat tersebut dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam analis obyek kajian. Dalam pendekatan kewilayahan, yang dikaji tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah dalam keruangan, interaksi antara variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. pendekatan ini merupakan pendekatan keruangan dan lingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.

Gambar 1.3 Pendekatan komplek wilayah melihat setiap wilayah mempunyai karakteristik yang khas atau berbeda dengan wilayah lain, sehingga sifat tersebut dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam analis obyek kajian. Seperti terlihat pada gambar, antara wilayah pesisir dengan pegunungan tentunya memiliki karakteristik yang berbeda-beda. IV. Model dan Metode Pembelajaran Model Pembelajaran : Jigsaw Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan V. Langkah-langkah Pembelajaran a. Kegiatan Awal (5 menit)

Guru mengucapkan salam pada awal masuk kelas Guru melaksanakan absensi dengan menanyakan alasan siswa yang tidak hadir Guru melaksanakan apersepsi (Guru menanyakan kepada siswa pengertian geografi. Setelah salah satu dari siswa menjawab geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan dimuka bumi (fenomena geosfer) dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks keruangan. Guru bertanya kembali dari ketiga sudut pandanng yang digunakan dalam geografi juga dapat disebut apa? yaitu disebut dengan pendekatan geografi). Sekarang kita akan mempelajari tentang pendekatan geografi.

Guru melaksanakan pre test sama dengan post test

b. Kegiatan inti (25 menit)

Guru menginformasikan secara singkat mengenai pendekatan geografi Pembentukan kelompok, yaitu masing- masing kelompok terdiri dari 5 (lima) orang Guru memberikan setiap siswa dalam satu kelompok materi pembelajaran yang berbeda. Semua siswa dari semua kelompok dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dan membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG).

Eksplorasi

Elaborasi

Guru menugaskan masing-masing kelompok ahli untuk mendiskusikan materi pembelajaran yang diperoleh Guru memberikan pelayanan kepada masing-masing kelompok ahli secara bergantian Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai Guru menugaskan setiap kelompok untuk membuat laporan hasil diskusi kelompoknya yang nantinya dipresentasikan di depan kelas Secara acak salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya

Konfirmasi Terjadi diskusi kelas secara multi arah (antar kelompok dan antara guru dengan

kelompok) memberikan masukan, bertanya, menjawab dan menaggapi.

Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dalam diskusi berupa nilai insentif individu / kelompok Siswa dan guru menyempurnakan jawaban dari setiap pertanyaan dalam diskusi, masukan yang diberikan oleh masing-masing kelompok Memberikan motivasi kepada siswa atau kelompok yang belum aktif Memberikan pujian kepada siswa atau kelompok yang sudah aktif

c. Kegiatan penutup (15 menit)

Guru dan siswa membuat rangkuman tentang: pendekatan geografi

(Pendekatan geografi dapat diartikan sebagai suatu metode untuk memahami berbagai gejala dan fenomena geosfer, khususnya interaksi antara manusia dan lingkungannya. Pendekatan geografi dapat dibagi menjadi : a. Pendekatan keruangan atau spasial adalah upaya dalam mengkaji rangkaian persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dalam ruang. b. Pendekatan kelingkungan (ekologi) adalah metodelogi untuk mendekati, menelaah, dan menganalisis suatu gejala atau masalah geografi dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi. c. Pendekatan kewilayahan atau komplek wilayah adalah pendekatan yang membahas mengenai gejala atau fenomena dengan mengunakan kombinasi antara analisis keruangan dengan analisis ekologi.

Guru mengembalikan situasi kelas seperti semula agar kondusif Guru memberikan PR terkait materi ajar selanjutnya Guru memberikan post test Guru menutup pelajaran dengan salam penutup

VI. Alat /Sarana/dan Sumber Belajar Alat/sarana o Caption o Gambar Sumber belajaro o

Wardiyatmoko, 2006. Geografi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga Ariwibowo, Yoga, 2007. Geografi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Ganecha

VII. Penilaian A.Prosedur penilaian 1. Test untuk penilaian Kognitif Tes tulis Tes Essay

2. Non tes untuk penilaian Afektif * TES No. Tujuan Pembelajaran 1 2 3 Tes Essay No. Soal 1 2 3 Apa yang dimaksud dengan 25 35 40 pendekatan geografi ? Sebutkan macam-macam pendekatan geografi ! Jelaskan salah satu pengertian Butir Soal Bobot Angket untuk kelompok B. Alat penilaian:

pendekatan dalam geografi ! Total KKM: 70 * NON TES Format angket penilaian afektif RPP KD Nama Tanggal Pertemuan : : : : : 100

Kriteria penilaian afektif: No Kriteria 0 1 2 3 4 Kemampuan bertanya Kemampuan menjawab Kemampuan Menanggapi Jawaban Menghargai Pendapat orang lain 1 Nilai 2 3 4

Keterangan : 0 = Tidak bertanya / menjawab / menanggapi jawaban / Menghargai pendapat orang lain 1= Sikap bertanya/ menjawab / menanggapi jawaban / Menghargai pendapat orang lain tidak sesuai dengan topik 2= Sikap bertanya/ menjawab / menanggapi jawaban / Menghargai pendapat orang lain kurang sempurna dengan topik 3= Sikap bertanya/ menjawab / menanggapi jawaban / Menghargai pendapat orang lain dengan sempurna 4= Sikap bertanya/ menjawab / menanggapi jawaban / Menghargai pendapat orang lain sangat sempurna Konfirmasi Nilai sikap: R = Rendah 0-1 S = Sedang 2-3 T = Tinggi Kunci jawaban tes individu:1. Pendekatan geografi dapat diartikan sebagai suatu metode untuk memahami berbagai

gejala dan fenomena geosfer, khususnya interaksi antara manusia dan lingkungannya. Pendekatan geografi menjadi ciri bagi kajian geografi dan membedakannya dengan kajian ilmu ilmu yang lain. 2. a. Pendekatan keruangan (spasial) b. Pendekatan kelingkungan (ekologi) c. Pendekatan komplek wilayah (kewilayahan) 3. a. Pendekatan keruangan atau spasial adalah upaya dalam mengkaji rangkaian persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dalam ruang. Pendekatan keruangan dilakukan dengan cara mengetahui karakteristik atau fenomena tertentu pada suatu wilayah sehingga dalam pendekatan keruangan, yang dikaji adalah antar variabel atau rangkaian.

b. Pendekatan kelingkungan (ekologi) adalah metodelogi untuk mendekati, menelaah, dan menganalisis suatu gejala atau masalah geografi dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi. c. Pendekatan kewilayahan atau komplek wilayah adalah pendekatan yang membahas mengenai gejala atau fenomena dengan mengunakan kombinasi keruangan dengan analisi ekologi. antara analisi

Mengetahui, Kepala Sekolah

Singaraja, Maret 2012 Guru Mata Pelajaran

(..) NIP.

() NIP.

BAB III PENUTUP A. Simpulan Pembelajaran di sekolah yang melibatkan siswa dengan guru akan melahirkan nilai yang akan terbawa dan tercermin terus dalam kehidupan di masyarakat. Pembelajaran yang melibatkan

siswa secara aktif dalam kelompok secara bergotong royong (kooperatif) akan menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Teknik pembelajaran Cooperative Learning dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat meningkatkan kreativitas siswa. Jigsaw merupakan bagian dari teknik-teknik pembelajaran Cooperative Learning. Jika pelaksanaan prosedur pembelajaran Cooperative Learning ini benar, akan memungkinkan untuk dapat mengaktifkan siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sampai saat ini pembelajaran Cooperative Learning terutama teknik Jigsaw belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Guru yang cenderung menggunakan model pembelajaran yang tidak inovatif justru akan menimbulkan kesan jenuh/bosan pada diri peserta didik (siswa) sehingga dampak yang ditimbulkan akan berujung pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran. B. Saran Sudah saatnya para pengajar mengevaluasi cara mengajarnya dan menyadari dampaknya terhadap anak didik. Untuk menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja sama dengan sesamanya dalam pembelajaran di sekolah, model pembelajaran Cooperative Learning perlu lebih sering digunakan karena suasana positif yang timbul akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah / guru. Selain itu, siswa akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir.

Daftar Pustaka Arends, 1997 (http://akhmadsudrajat.wordpress.com) diakses pada tanggal 15 Maret 2012 Arends, 2001 (http://akhmadsudrajat.wordpress.com) diakses Pada 16 Maret 2012 Ariwibowo, Yoga. 2007. Geografi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Ganecha Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara Http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/ diakses pada 16 Maret 2012

Http://www.blogger.com/profile/07801179629364137358 diakses pada 16 Maret 2012 Lie, Anita. 1994 (http://akhmadsudrajat.wordpress.com) diakses pada tanggal 6 Maret 2012 Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo Sumantri, Mulyadi, dkk. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud. Ditjen. Perguruan Tinggi. Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar Wardiyatmoko.2006. Geografi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga