laporan diskusi tutorial 1

40
LAPORAN DISKUSI TUTORIAL BLOK IX NEOPLASMA SKENARIO 1 Disusun Oleh : Chendy Endriansa (G0011059) Kelompok A3

Upload: hanifharys

Post on 07-Dec-2015

246 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

neoplasma

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Diskusi Tutorial 1

LAPORAN DISKUSI TUTORIAL

BLOK IX NEOPLASMA

SKENARIO 1

Disusun Oleh :

Chendy Endriansa (G0011059)

Kelompok A3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2012

Page 2: Laporan Diskusi Tutorial 1

Skenario 1

Pertumbuhan Sel dan Neoplasma

Pertumbuhan Sel normal dapat dipengaruhi oleh berbagai stimulus dan injuri, baik

internal maupun eksternal, non lethal maupun lethal, yang direspons secara beragam oleh

individu. Respons individu dapat berupa adaptasi sel, perubahan sel yang reversible ataupun

irreversible, sampai dengan terjadinya kematian sel, bergantung kepada seberapa berat

stimulusnya dan juga kondisi individu itu sendiri. Beberapa faktor risiko dan kondisi genetik

individu tertentu dapat menimbulkan respons patologis terhadap stimulus dan injuri, berupa

lesi perubahan non neoplastik maupun neoplasma.

1. Pelajari bagian-bagian sel, pertumbuhan sel normal, serta keterkaitannya dengan

stimulus dan injuri pada sel.

2. Pelajari perubahan sel akibat adanya stimulus dan injuri yang non lethal maupun

lethal. Bagaimana patofisiologinya.

3. Sebutkan macam proses adaptasi sel. Bagaimana patofisiologinya

4. Sebutkan macam kematian sel. Jelaskan bagaimana patofisiologinya, serta apa

perbedaannya.

5. Sebutkan macam pertumbuhan non neoplastik, bagaimana patofisiologinya.

6. Pelajari mekanisme terjadinya neoplasma, faktor risiko, serta nomenklaturnya.

7. Pelajari tanda dan gejala neoplasma, baik gejala lokal, sistemik maupun

metastasisnya, dan bagaimana cara mengevaluasinya.

Page 3: Laporan Diskusi Tutorial 1

1. Pelajari bagian-bagian sel, pertumbuhan sel normal, serta

keterkaitannya dengan stimulus dan injuri pada sel.

A. PERTUMBUHAN SEL NORMAL SERTA STIMULUS DAN INJURI SEL

1. Bagian-bagian Sel

Sel memiliki tiga subdivisi utama: membran plasma, nukleus, dan sitoplasma.

Membran plasma membungkus sel dan memisahkan cairan intra dan ekstrasel. Nukleus

mengandung asam deoksiribonukleat (DNA), yang merupakan bahan genetik sel. Sitoplasma

terdiri dari sitosol, suatu massa kompleks berbentuk gel yang mengandung sitoskeleton, dan

organel, yaitu struktur terbungkus membran dan terorganisasi rapi serta tersebar dalam

sitosol. Ada enam jenis organel dalam sitoplasma. Organel-organel tersebut adalah Retikulum

Endoplasma, Kompleks Golgi, Lisosom, Peroksisom, Mitokondria, dan Vault.

Retikulum Endoplasma: adalah anaman membranosa kompleks, tunggal, yang

membungkus suatu lumen berisi cairan. Fungsi utamanya adalah sebagai pabrik untuk

membentuk protein dan lemak yang akan digunakan untuk mengeluarkan produk khusus

seperti enzim atau hormon ke eksterior sel dan menghasilkan komponen sel baru, terutama

membran sel. Ada 2 jenis RE yaitu RE kasar yang ditutuli oleh ribosom, dan RE halus yang

tidak mengandung ribosom. RE kasar membentuk protein yang dibebaskan dalam lumen RE

sehingga protein itu terpisah dari sitosol. RE halus memiliki Vesikel transpor yang

membentuk tunas dan kemudian terlepas. Vesikel ini mengandung kumpulan protein dan

lemak yang baru disintesis yang terbungkus dalam membran RE halus.

Kompleks Golgi: berfungsi sebagai pabrik "pemoles" yang memodifikasi molekul

yang baru dibentuk dan "mentah" dari pabrik di retikulum endoplasma menjadi produk jadi,

dan menyortir, mengemas, dan mengarahkan lalu lintas molekul ke tujuannya yang benar di

dalam atau luar sel. Kompleks Golgi di sel sekretorik mengemas protein yang akan

dikeluarkan dari sel melalui vesikel sekretorik yang mengeluarkan isinya dengan proses

eksositosis setelah mendapat rangsangan yang sesuai.

Lisosom: adalah kantung terbungkus membran yang mengandung enzim-enzim

hidrolitik (pencernaan) kuat. Lisosom, karena berfungsi sebagai sistem pencernaan intrasel,

menghancurkan benda asing misalnya bakteri yang telah diinternalisasi oleh sel dan

membersihkan bagian-bagian sel yang aus agar dapat dibentuk bagian pengganti yang baru.

Bahan ekstrasel dibawa masuk ke dalam sel melalui proses endositosis untuk diserang oleh

enzim-enzim lisosom. Ada 3 bentuk endositosis, yaitu pinositosis, endositosis yang

diperantarai oleh reseptor, dan fagositosis.

Page 4: Laporan Diskusi Tutorial 1

Peroksisom: adalah kantung kecil terbungkus membran yang mengandung enzim-

enzim-enzim oksidatif poten. Organel ini berfungsi khusus menjalankan reaksi oksidatif,

termasuk detoksifikasi berbagai zat sisa dan senyawa asing toksik yang masuk ke dalam sel.

Selama reaksi detoksifikasi, peroksisom membentuk hidrogen peroksida poten, yang terurai

oleh katalase yag dikandungnya menjadi zat yang tidak berbahaya yaitu air dan oksigen.

Mitokondria: adalah organel energi sel. Organel ini mengandung enzim-enzim

siklus asam sitrat dan ratnai transpor elektron. Bersama-sama, keduanya secara effisien

mengubah energi dalam molekul makanan menjadi energi yang dapat digunakan yang

tersimpan dalam molekul ATP. Selama proses ini yang dikenal sebagai fosforilasi oksidatif,

mitokondria menggunakan molekul O2 dan menghasilkan CO2 dan H2O sebagai produk

sampingan. ATP yang dihasilkan digunakan sel sebagai sumber energi untuk membentuk

senyawa kimia baru, untuk transpor membran, dan untuk kerja mekanis.

Vault: adalah struktur yang baru ditemukan dan berbentuk seperti tong oktagonal

berongga. Organel ini memiliki bentuk dan ukuran yang sama seperti pori inti. Para peneliti

berspekulasi bahwa vault adalah truk sel yang menempel di pori nukleus dan mengambil

muatannya untuk diangkut dari nukleus.

2. Pertumbuhan Sel

Pertumbuhan sel normal adalah proses fisiologis yang terjadi hampir pada semua jaringan

tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembangbiak dimana homeostatis antara prolifeasi

sel dan kematian sel yang terprogram (apoptosis) secara normal dipertahankan untuk menyediakan

integritas jaringan dan organ (Jessy Chrestella, 2009).

3. Stimulus dan Injuri Sel

Sel memepertahankan homeostatis normalnya. Ketika mengalami stres fisiologis

atau rangsang patologis, sel bisa beradaptasi, mencapai kondisi baru dan memepertahankan

kelangsungan hidupnya. Respon adaptasi utama adalah atrofu, hipertrofi, hiperplasia dan

metaplasia. Jika kemampuan adaptatif berlebih, sel mengalami jejas. Dalam batas waktu

tertentu, cedera bersifat reversibel, dan sel kembali ke kondisi stabil semula; namun dengan

stres berat atau menetap, terjadi cedera ireversibel dan sel yang terkena akan mati (Richard N.

Mitchell., et.al., 2002).

Page 5: Laporan Diskusi Tutorial 1

2. Pelajari perubahan sel akibat adanya stimulus dan injuri yang non

lethal maupun lethal. Bagaimana patofisiologinya."

Deprivasi Oksigen. Hipoksia, atau defisiensi oksigen, mengganggu respirasi oksidatif

aerobik dan merupakan penyebab cedera sel tersering dan terpenting, serta menyebabkan

kematian. defisiensi oksigen dapat juga disebabkan oleh oksigenasi darah yg tidak adekuat,

seperti pada pneumonia, atau berkurangnya kemampuan pengangkutan oksigen darah, seperti

pada anemia atau kercaunan karbon monoksida (CO).

Bahan Kimia. Semua bahan kimia dapat menyebabkan jejas, bahkan zat tak

berbahaya seperti glukosa atau garam, jika terkonsentrasi cukup banyak, akan merusak

keseimbangan lingkungan osmotik sehingga mencederai atau menyebabkan kematian sel.

Bahan yg sering dikenal sebagai racun menyebabkan kerusakan serius pada tingkat selular

dengan mengubah permeabilitas membran homeostasis osmotik, atau keutuhan enzim atau

kofaktor, dan dapat berakhir dengan kematian seluruh organ.

Agen Infeksius. Virus mikroskopik mempunyai perbedaan cara untuk menyebabkan

jejas sel seperti bakteri,fungi, dan protozoa.

Reaksi Imunologi. Reaksi imun yg disengaja maupun tidak disengaja dapat

menyebabkan jejas sel dan jaringan. Anafilaksis terhadap protein asing atau suatu obat

merupakan salah satu contohnya. Hilangnya toleransi dengan respons terhadap antigen

sendiri merupakan penyebab sejumlah penyakit autoimun.

Defek Genetik. Defek genetik dapat menyebabkan perubahan patologis yang

menyolok, seperti malformasi kongenital yang disebabkan oleh sindrom Down, seperti

substitusi asam amino tunggal pada hemoglobin S anemia sel sabit.

Ketidakseimbangan Nutrisi. Defisiensi nutrisi masih merupakan penyebab utama jejas

sel. Insufisiensi kalori protein pada masyarakat yg serba kekurangan merupakan contoh

nyata. Nutrisi yg berlebihan merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas,

misalnya obesitas jelas meningkatkan risiko penyakit diabetes melitus tipe 2.

Agen Fisik. Trauma, temperatur, radiasi mempunyai efek dengan kisaran luas pada sel

yg menyebabkan jejas

Page 6: Laporan Diskusi Tutorial 1

Penuaan. Penyembuhan jaringan cedera tidak selalu menghasilkan perbaikan struktur

atau fungsi yg sempurna. Penuaan sel intrinsik menimbulkan perubahan kemampuan

perbaikan dan replikasi sel dan jaringan.

Mekanisme Injuri Sel

a. Respon seluler terhadap stimulus yang berbahay bergantung pada tipe cedera, durasi, dan

keparahannya

b. Akibat suatu stimulus yang berbahaya bergantung pada tipe, status, kemampuan adaptasi,

dan susunan genetik sel yang mengalami jejas.

c. Empat sistem intraselular yang paling mudah terkena adalah:

Keutuhan membran sel, yang kritis terhadap homeostasis osmotik dan ionik selular.

Pembentukan adenosin trifosfat (ATP), paling besar melalui respirasi aerobik

mitokondria.

Sintesis protein

Ketuhan perlengkapan genetik

d. Komponen struktural dan biokimiawi suatu sel terhubung secara utuh tanpa memandang

lokus awal jejas, efek multipel sekunder yang terjadi sangat cepat.

e. Fungsi sel hilang jauh sebelum terjadi kematian sel, dan perubahan morfologi jejas sel

(atau mati).

Mekanisme Biokimia Umum

a. Deplesi ATP

b. Deprivasi oksigen atau pembentukan spesies oksigen reaktif

c. Hilangnya hemeostasis kalsium

d. Defek pada permeabilitas membran plasma

e. Kerusakan mitokondria. (Richard N. Mitchell., et.al., 2002).

Page 7: Laporan Diskusi Tutorial 1

3. Sebutkan macam proses adaptasi sel. Bagaimana patofisiologinya

Adaptasi selular merupakan keadaan yg berada di antara kondisi normal, sel yg tidak

stres dan sel cedera yang stres berlebihan. adaptasi melibatkan pertukaran dari menghasilkan

satu jenis protein menjadi yang lain, produksi berlebihan tertentu.

1. Atrofi, Atrofi adalah pengerutan ukuran sel dengan hilangnya substansi.

Walaupun dapat menurunkan fungsinya, sel atrofi tidak mati. Pada kondisi

berlawanan, kematian sel terprogram bisa juga diinduksi oleh sinyal yang

sama yang menyebabkan atrofi sehingga dapat menyebabkan hilangnya sel

pada atrofi seluruh organ.

Penyebab atrofi, antara lain berkurangnya beban kerja (misal, imobilisasi

anggota gerak yang memungkinkan proses penyembuhan fraktur), hilangnya

persarafan, berkurangnya suplai darah, nutrisi yang tidak adekuat, hilangnya

rangsangan endokrin dan penuaan. Perubahan itu menggambarkan

kemunduran sel menjadi berukuran lebih kecil dan masih memungkinkan

berahan hidup, suatu keseimbangan baru dicapai antara ukuran sel dan

berkurangnya suplai darah, nutrisi, atau stimulasi trofik.

2. Hipertrofi, Hipertrofi merupakan penambahan ukuran sel dan

menyebabkan ukuran organ. Sedangkan hyperplasia ditandai dengan

penambahan jumlah sel. Dengan kata lain pada hipertrofi murni,

tidak ada sel baru hanya sel yang menjadi lebih besar, pembesarannya akibat

peningkatan sintesis organela dan protein structural. Hipertrofi dapat fisiologik

atau patologik dan disebabkan juga oleh peningkatan kebutuhan fungsional

atau rangsangan hormonal spesifik. Hipertrofi dan hyperplasia juga dapat

terjadi bersamaan dan jelas keduanya mengakibatkan pembesaran organ

(hipertrofik). Jadi, hipertrofi fisiologik massif pada uterus selama kehamilan

terjadi akibat rangsangan estrogen dari hipertrofi otot polos dan

hyperplasia otot polos. Contoh hipertrofi sel patologik mencakup pembesaran

jantung yang terjadi akibat hipertensi atau penyakit katup aorta.

3. Hiperplasia, Hyperplasia merupakan peningkatan jumlah sel dalam organ atau

jaringan. Hipertrofi dan hyperplasia terkait erat dan sering kali terjadi bersamaan

dalam jaringan sehingga keduanya berperan terhadap penambahan ukuran organ

secara menyeluruh (missal, uterus yang hamil).Hiperplasia dapat fisiologik atau

Page 8: Laporan Diskusi Tutorial 1

patologik. Hyperplasia fisiologik dibagi menjadi (1) hyperplasia

hormonal, ditunjukan dengan proliferasi epitel kelenjar payudara

perempuan saat masa pubertas dan selama kehamilan; (2) hyperplasia

kompensatoris yaitu hyperplasia yang terjadi saat sebagian jaringan dibuang

atau sakit. Missal saat hepar direseksi sebagian aktivitas

mitotic pada sel yang tersisa berlangsung paling cepat 12 jam berikutnya tetapi

akhirnya terjadi perbaikan hati ke berat normal.

Hiperplasia juga merupakan respons kritis sel jaringan ikat pada penyembuhan

luka; pada keadaan tersebut fibroblast yang distimulasi factor pertumbuhan

dan pembuluh darah berproliferasi untuk memepermudah perbaikan.

Sebagian besar bentuk hyperplasia patologi adalah contoh stimulasi factor

pertumbuhan atau hormonal yang berlebih. Misalnya, setelah periode

menstruasi normal, terjadi ledakan aktivitas endometrium proliferasi yang

secara esensial merupakan hyperplasia fisiologik. Proliferasi ini diatur oleh

rangsangan melalui hormone hipofisis dan estrogen ovarium serta oleh inhibisi

melalui progesterone.

4. Metaplasia, Metaplasia adalah perubahan reversible, pada perubahan tersebut

satu jenis sel dewasa digantikan oleh jenis sel dewasa lain. Metaplasia

merupakan adaptasi selular, yang selnya sensitive terhadap stress tertentu,

digantikan oleh jenis sel lain yan lebih mampu bertahan pada lingkungan

kebalikan. Metaplasia diperkirakan berasal dari “pemrograman kembali”

genetic sel stem epithelial atau mesenkial jaringan ikat yang tidak

terdiferensiasi.

Metaplasia epithelial ditunjukan dengan perubahan epitel gepeng yang terjadi

pada epitel saluran napas perokok kretek. Walaupun epitel metaplastik adaptif

mungkin mempunyai keuntungan dalam daya tahan hidup, mekanisme

perlindungan yang penting hilan, seperti sekresi mucus dan pembersihan silia

material berukuran partikel. Oleh karena itu metaplasia epitel merupakan

pedang bermata dua; selain itu pengaruh yang yang menginduksi transformasi

metaplastik jika menetap, dapat menginduksi transformasi kanker pada epitel

yang metaplastik.

Page 9: Laporan Diskusi Tutorial 1

1. Respon subselular terhadap jejas

Katabolisme lisosomal

Lisosom primer adalah organel intrasel yang dilapisi membrane mengandung enzim

hidrolitik. Lisosom terlibat dalam pemecahan material yang dicerna melalui satu dari

dua cara Heterofagi dan Autofagi.

Induksi (hipertrofi) reticulum endoplasma halus

Pemakaian barbiturate yang terus menerus menimbulkan penigkatan toleransi sehingga

dosis berulang menimbulkan pemendekan durasi tidur secara progresif oleh karena itu

pasien dikatakan mamapu beradaptasi oleh obat tersebut.

Perubahan mitokondrial

Seperti telah diuraikan disfungsi mitokondria jelas berperan penting pada sel akut dan

kematian sel. Namun pada beberapa kondisi ppatologik nonletal terjadi berbagai

perubahan jumlah, ukuran, bentuk, dan barangkali juga bisa terjadi perubahan fungsi

mitokondria. Misalnya, pada hipertrofi seluler terdapat penambahan jumlah

mitokondria dalam sel; sebaliknya, jumlah mitokondria berkurang selama atrofi sel.

Abnormalitas sitoskeletal

Hipertrofi dan atrofi selular mengharuskan tejadi penambahan atau pengurangan unsur

sitoskleletal. Sitoskleleton sendiri penting untuk transport intraseluler organel dan

molekul, mempertahankan arsitektur sel dasar, membawa sinyal-sinyal sel dan sel

matriks ekstrasel menuju nucleus, kekuatan mekanis untuk keutuhan jaringan,

mobilitas sel, dan fagositosis. Abnormalitas sitoskeleton dapat direfleksikan dengan

suatu gambaran dan fungsi sel abnormal, gerakan organel intrasel yang menyimpang,

defek gaya gerak sel, atau akumulasi intraseluler.

Protein syok panas

Salah satu respon biologik adaptif yang dijaga dalam hirarki filogenetik adalah induksi

protein stress setelah rangsang yang berpotensi berbahaya. Protein sel panas (HSP)

berperan pada perawatan protein intrasel normal, termasuk proses pelipatan protein,

disagregasi kompleks protein, dan transport protein menuju berbagai organle

intraseluler. Salah satu respons biologic adaptif yang dijaga dalam hirarki filogenetik

adalah induksi protein stress setelah rangsang yang berpotensi berbahaya.

Page 10: Laporan Diskusi Tutorial 1

2. Akumulasi intrasel

Perlemakan (steaosis). Perlemakan menunjukkan setiap akumulasi abnormal

trigliserida dalam sel parenkim. Walaupun perlemakan merupakan indicator jejas yang

reversible, kadang-kadang perlemakan ditemukan dalam sel yang berdekatan dengan

sel yang mengalami nekrosis.steatosis disebabakan oleh toksin, malnutrisi protein,

diabetes mellitus, obesitas, dan anoksia.akumulasi trigliserida berlebihan dapat

disebabkan oleh defek pada tiap tahapan dari masuknya asam lemak sampai keluarnya

lipoprotein, sehinggan terjadi perlemakan hati.

Kolesterol dan ester kolesteril

Metabolisme kolesterol seluler diatur ketat untuk memastikan Metabolisme kolesterol

seluler diatur ketat untuk memastikan sintesis membran sel normal tanpa terakumulasi

intrasel yang berarti. Sehingga menyebabkan berbagai gangguan seperti aterosklerosis

yang terjadi karena sel otot polos dan mskrofag terisi dengan vakuola lipid yang terdiri

atas kolesterol dan ester kolesteril yang menimbulkan plak.

Protein

Akumulasi protein yang terjadi karena kelebihan protein disajikan pada sel atau karena

sel menyintesis berlebihan. Contoh, kekusutan neurofibrilyang terdapat pada penyakit

alzaimer; inklusi protein yang teragregasi tersebut mengandung protein yang

berhubungan dengan mikrotubulus dan neurofilamen, suatu refleksi gangguan

sitoskeleton neuronal.

3. Kalsifikasi patologik

Kalsifikasi patologik merupakan proses umum dalam berbagai ragam penyakit

kalsifikasi patologik secara langsung menunjukan deposisis abnormal garam kalsium

bersama dengan sejumlah kecil zat besi, magnesium dan mineral lain.

Kalsifikasi distrofik

Kalsifikasi distrofik ditemukan diberbagai area nekrosis jenis apapun. Kalsisfikasi

tersebut sebenarnya pasti terjadi pada ateroma aterosklerosis lanjut, area jejas intima di

aorta dan arteri besar yang ditandai dengan akumulasi lipid.

Kalsifikasi metastatic

Page 11: Laporan Diskusi Tutorial 1

Kalsifikasi metastaik dapat terjadi du jaringan normal setiap kali terdapat

hiperkalsemia. Hiperkalsemia juga membentuk kalsifikasi distrofik. Empat penyebab utama

hiperkalsemia (1) peningkatan sekresi hormone paratiroid (2) destruksi tulang akibat

pengaruh penggantian yang terkselerasi, imobilisasi, atau tumor (3) gangguan yang

berhubngan dengan vitamin D (4) gagal ginjal (Richard N. Mitchell., et.al., 2002).

4. Sebutkan macam kematian sel. Jelaskan bagaimana

patofisiologinya, serta apa perbedaannya.

KEMATIAN SEL

Sel merupakan partisipan aktif di lingkungannya, yang secara tetap menyesuaikan

struktur dan fungsinya untuk mengakomodasi tuntutan perubahan dan stress ekstrasel. Sel

cenderung mempertahankan lingkungan segera dan intraselnya dalam rentang parameter

fisiologis yang relative sempit dimana sel akan mempertahankan homeostatis normalnya.

Ketika mengalami stress fisiologis atau rangsang patologis sel bisa beradaptasi, mencapai

kondisi baru dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Respon adaptasi utama adalah

atrofi, hipertrofi, hyperplasia dan metaplasia. Jika kemampuan adaptatif berlebihan sel

mengalami jejas atau kerusakan.

Dalam batas tertentu cedera bersifat reversible dimana akan kembali ke kondisi stabil

semula namum bisa mengalami stress berat atau menetap akan terjadi stress irreversible dan

sel yang terkena akan mengalami kematian. Dua pola dasar kematian sel telah dikenalm

dimana pola tersebut mempunyai mekanisme yangh berbeda namun terdapat juga

pertimbangan yang tumpang tindih diantara duoa proses yakni apoptosis dan nekrosis.

APOPTOSIS

Setiap organisme yang hidup terdiri dari ratusan tipe sel , yang semuanya berasal dari

fertilisasi sel telur. Selama perkembangannya sejumlah sel bertambah secara dramatis yang

kemudian akan membentuk berbagai jenis jaringan dan organ. Seiring dengan pembentukan

sel yang baru tersebut, sel yang mati merupakan proses regulasi yang normal pada sejumlah

sel dari jaringan. Pengendalian terhadap eliminasi sel-sel yang mati ini disebut dengan

kematian sel yang terprogram atau apoptosis

Page 12: Laporan Diskusi Tutorial 1

Pada apoptosis sel-sel yang mati memberikan sinyal yang diperantarai oleh beberapa gen

yang mengkode protein untuk enzym pencernaan yang disebut dengan caspase. Gen caspase

ini merupakan bagian dari cystein protease yang akan aktif pada perkembangan sel maupun

merupakan sinyal untuk aktif pada destruksi sel tersebut

Fungsi Apoptosis

Kematian sel melalui apoptosis merupakan fenomena yang normal, yaitu terjadi eliminasi sel

yang tidak diperlukan lagi. Proses apoptosis secara fisiologis diperlukan untuk :

1. Terminasi sel

Apoptosis dapat terjadi pada sel yang mengalami kerusakan yang tidak bisa di

repair,infeksi virus, keadaan yang mengakibatkan stress pada sel . Kerusakan DNA akibat

ionisasi radiasi maupun bahan kimia toxic juga dapat mencetuskan apoptosis melalui aktivasi

tumor supresor gen p53. Keputusan untuk apoptosis dapat berasal dari sel itu sendiri, dari

jaringan disekitarnya ataupun dari sel yang termasuk dalam immune system. Pada keadaan

ini fungsi apoptosis adalah untuk mengangkat sel yang rusak, mencegah sel menjadi lemah

oleh karena kurangnya nutrisi dan mencegah penyebaran infeksi virus.

2. Mempertahankan homeostasis

Pada organisme dewasa, jumlah sel dalam suatu organ atau jaringan harus berada

dalam keadaan yang relatif konstan. Proses keseimbangan ini termasuk dalam homeostasis

yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk mempertahankan lingkungan internalnya.

Keseimbangan (homeostasis) ini dapat tercapai bila kecepatan mitosis pada jaringan

seimbang dengan kematian sel. Bila keseimbangan ini terganggu, makaakan dapat

mengakibatkan :

• Bila kecepatan pembelahan sel lebih tinggi daripada kecepatan kematian sel

→ terbentuk tumor

• Bila kecepatan pembelahan sel lebih rendah dari kecepatan kematian sel →

jumlah sel menjadi berkurang.

3. Perkembangan embryonal

Page 13: Laporan Diskusi Tutorial 1

Kematian sel yang terprogram merupakan bagian dari perkembangan jaringan. Pada

masa embryo , perkembangan suatu jaringan atau organ didahului oleh pembelahan sel dan

diferensiasi sel yang besar-besaran dan kemudian dikoreksi melalui apoptosis.

Contoh: bila terjadi gangguan proses apoptosis , berupa diferensiasi inkomplit pada

pembelahan jari-jari akan mengakibatkan syndactyly.

4. Interaksi limfosit

Perkembangan limfosit B dan Limfosit T pada tubuh manusia merupakan suatu proses

yang kompleks , yang akan membuang sel-sel yang berpotensi menjadi rusak. Cytotoksik T

sel dapat secara langsung menginduksi apoptosis pada sel melalui terbukanya suatu celah

pada target membran dan pelepasan zat-zat kimia untuk mengawali proses apoptosis. Celah

ini dapat terjadi melalui adanya sekresi perforin, granul yang berisi granzyme B, serine

protease yang dapat mengaktivasi caspase melalui pemecahan residu aspartat.

5. Involusi hormonal pada usia dewasa.

Apoptosis dapat terjadi misalnya pada pelepasan sel endometrium selama siklus

menstruasi, regresi pada payudara setelah masa menyusui dan atresia folikel ovarium pada

menopause.

NECROSIS

Adalah suatu perubahan morfologis yang menunjukkan kematian sel dan disebabkan

oleh kerja degradatif enzim progresif; dapat mengenai kelompok sel atau organ. (Dorland,

2003)

 Nekrosis disebabkan oleh faktor eksternal ke sel atau jaringan, seperti infeksi, racun,

atau trauma. Beda dengan apoptosis, yang penyebab kematian terjadi secara alami seluler.

Meskipun apoptosis sering memberikan efek menguntungkan bagi organisme, nekrosis

hampir selalu merugikan dan bisa berakibat fatal.

Page 14: Laporan Diskusi Tutorial 1

Penyebab Nekrosis

Nekrosis selular dapat dipicu oleh sejumlah sumber eksternal, termasuk cedera,

infeksi, kanker, infark, racun, dan peradangan. Sebagai contoh, suatu infark (penyumbatan

aliran darah ke jaringan otot) menyebabkan nekrosis jaringan otot karena kekurangan oksigen

(hipoksia) ke sel terpengaruh, seperti terjadi pada infark myokard – serangan jantung.

jaringan nekrotik tidak mengalami reaksi kimia yang sama bahwa “biasanya” tidak jaringan

apoptosis sekarat. Kegagalan tiba-tiba dari satu bagian dari sel memicu kaskade kejadian.

Selain kurangnya sinyal kimia ke sistem kekebalan tubuh, sel-sel mengalami nekrosis dapat

melepaskan bahan kimia yang berbahaya ke jaringan di sekitarnya. Secara khusus, sel-sel

mengandung organel kecil bernama lisosom, yang mampu mencerna bahan selular.

Kerusakan pada membran lisosom dapat memicu pelepasan enzim-enzim yang

terkandung, menghancurkan bagian-bagian lain dari sel. Lebih buruk lagi, ketika enzim ini

dilepaskan dari sel non-mati, mereka dapat memicu reaksi berantai kematian sel lebih lanjut.

Jika yang cukup necrotizes jaringan berdekatan, itu disebut gangren. perawatan yang tepat

dan perawatan luka atau gigitan binatang memainkan peran kunci dalam mencegah jenis

nekrosis luas. Selama biopsi bedah, rantai ini nekrosis-reaksi dihentikan oleh fiksasi atau

pembekuan.

Nekrosis biasanya dimulai dengan pembengkakan sel, kromatin pencernaan,

gangguan dari membran plasma dan membran organel. Akhir nekrosis ditandai oleh hidrolisis

DNA luas, vacuolation dari retikulum endoplasma, kerusakan organel, dan lisis sel.

Pelepasan konten intraselular setelah pecahnya membran plasma merupakan penyebab

peradangan di nekrosis

Pola Morfologi Nekrosis

Ada tujuh pola morfologi khas nekrosis:

1. Nekrosis Coagulative biasanya terlihat pada hipoksia (oksigen rendah) lingkungan,

seperti infark sebuah. Menguraikan sel tetap setelah kematian sel dan dapat diamati

dengan mikroskop cahaya.

2. Liquefactive nekrosis (atau nekrosis colliquative) biasanya berhubungan dengan

seluler penghancuran dan pembentukan nanah (radang paru-paru misalnya). Ini adalah

Page 15: Laporan Diskusi Tutorial 1

khas dari bakteri atau, kadang-kadang, infeksi jamur karena kemampuan mereka

untuk merangsang reaksi inflamasi. Anehnya, iskemia (pembatasan suplai darah) di

otak menghasilkan liquefactive, daripada coagulative, nekrosis, karena tidak adanya

stroma mendukung substansial.

3. Nekrosis Gummatous dibatasi untuk nekrosis yang melibatkan infeksi spirochaetal

(misalnya sifilis).

4. Nekrosis Berdarah disebabkan penyumbatan drainase vena dari suatu organ atau

jaringan (misalnya pada torsi testis).

5. Nekrosis Caseous adalah bentuk khusus dari koagulasi nekrosis biasanya disebabkan

oleh mikobakteri (TBC misalnya), jamur, dan beberapa zat asing. Hal ini dapat

dianggap sebagai kombinasi nekrosis coagulative dan liquefactive.

6. Nekrosis lemak hasil dari aksi lipase pada jaringan lemak (misalnya pankreas akut,

nekrosis jaringan payudara).

7. Nekrosis Fibrinoid disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah imun. Hal ini ditandai

oleh pengendapan fibrin-bahan protein seperti di dinding arteri, yang tampak kotor

dan eosinofilik pada mikroskop cahaya.

Nekrosis adalah jejas sel yang bersifat irreversible sehingga dapat berbahaya sebab

jaringan yang rusak tidak akan bisa kembali ke bentuk semula. Manifestasi yang paling

sering terjadi adalah nekrosis koagulatif, yang ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi

protein sitoplasma, dan pemecahan organela sel.

Perbedaan Apoptosis Dengan Nekrosis

Proses apoptosis berbeda dengan nekrosis. Nekrosis merupakan kematian sel yang terjadi

pada organisme hidup yang dapat disebabkan oleh injury maupun infeksi. Pada nekrosis

terjadi perubahan pada inti yang pada akhirnya dapat menyebabkan inti menjadi lisis dan

membrane plasma menjadi rupture.

Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram dan membran inti tidak ruptur , dan inti

mengalami fragmentasi yang kemudian mengirimkan sinyal kepada sel yang berada

didekatnya untuk difagosit.

Page 16: Laporan Diskusi Tutorial 1

5. Sebutkan macam pertumbuhan non neoplastik, bagaimana

patofisiologinya

A. PERTUMBUHAN NON NEOPLASTIK

Proses pertumbuhan sel, jaringan dan alat tubuh dapat mengalami gangguan sehingga

kita kenal berbagai keadaan sebagai berikut :

1. Aplasia / Agenesis

Dalam perjalan perkembangan, organ embrional rudimenter dan tidak dapat

terbentuk. Fenomena ini disebut agenesis, akibatnya organ tertentu tidak terbentuk,

misalnya beberapa individu dapat dilahirkan hanya dengan satu satu ginjal. Suatu

keadaan lain yang berkaitan dengan keadaan diatas adalah aplasia, yaitu gagal

berkembangnya organ rudimen embrional yang sudah terbentuk.

2. Hipoplasia

Kadang-kadang, rudimen embrional terbentuk tetapi tidak pernah mencapai

ukuran definitif atau ukuran dewasa, akibatnya organ tersebut menjadi kerdil.

Fenomena ini disebut hipoplasia. Hipoplasia dapat mengenai semua bagian tubuh,

dapat mengenai salah satu dari sepasang organ, atau bahkan dapat mengenai kedua

organ yang berpasangan. Hipoplasia ringan yang terjadi pada beberapa organ dapat

dintoleransi untuk waktu yang cukup lama. Pengaruhnya berupa gangguan terhadap

tingkat cadangan organ tersebut.

3. Atrofi

Organ yang dalam perkembangannya mencapai ukuran definitif dan kemudian

secara sekunder menyusut disebut atrofi. Atrofi mempunyai banyak penyebab, dalam

beberpa keadaan atrofi sebetulnya normal atau fisiologis, misalnya atrofi bagian

tertentu dari embrio atau fetus selama perkembangannya. Beberapa bentuk atrofi tidak

dapat dielakkan pada usia lanjut, seperti atrofi endokrin yang terjadi jika pengaruh

hormonal terhadap jaringan seperti kelenjar mamae terhenti. Penyebab atrofi yang

sering dijumpai adalah iskemia kronik. Penyebab atrofi lain yang sering dijumpai,

terutama yang menyerang otot rangka disuse atrofi.

4. Hipertrofi

Hipertrofi didefinisikan sebagai pembesaran jaringan atau organ karena

pembesaran setiap sel. Hipertofi dapat terlihat pada berbagai jaringan, tetapi khususnya

terlihat mencolok pada berbagai jenis otot. Peningkatan beban pekerjaan pada otot

merupakan rangsang yang sangat kuat bagi otot untuk mengalami hipertrofi.

Page 17: Laporan Diskusi Tutorial 1

Penonjolan otot pada atlet angkat besi merupakan contoh hipertrofi otot yang nyata. Hal

yang sama terjadi akibat respons adaptasi yang penting pada miokardium. Jika

seseorang mempunyai katup jantung abnormal yang menyebabkan beban mekanik pada

ventrikel kiri, atau jika ventrikel memompa dan melawan tekanan darah sistemik yang

meninggi, akibatnya hipertrofi miokardium disertai penebalan dinding ventrikel.

5. Hiperplasia

Hiperplasia adalah kenaikan jumlah sel yang nyata dalam jaringan yang

mengakibatkan pembesaran jaringan atau organ tersebut. Hiperplasia hanya terjadi pada

jaringan yang mampu melakukan pembelahan sel. Keadaan ini dapat terjadi pada

berbagai jaringan dalam berbagai keadaan, beberapa diantanya bersifat fisiologis.

Misalnya, rangsangan hormon pada kehamilan dan laktasi menimbulkan proliferasi

yang luas pada unsur-unsur epitel kelenjar mamae disertai pembesaran kelenjar mamae

yang disebabkan oleh hiperplasia. Contoh hiperplasia non-fisiologis adalah pembesaran

kelenjar prostat pada pria lanjut usia dan kalus, yang merupakan penebalan kulit akibat

rangsangan mekanik. Banyak contoh hiperplasia menggambarkan “respons” yang

rasional dari tubuh terhadap beberapa permintaan yang ditanggungnya. Seperti pada

hipertrofi, jika keadaan yang abnormal hilang maka sinyal agar sel berproliferasi akan

terhenti dan akan terjadi regresi sehingga kembali ke kondisi yang lebih normal.

6. Metaplasia

Sifat diferensiasi sel pada jaringan tertentu dapat juga berubah pada keadaan

abnormal. Diferensiasi adalah proses mengkhususkan keturunan sel-sel induk yang

sedang membelah untuk melakukan tugas tertentu. Misalnya, sel-sel yang membelah

yang terdapat lapisan terdalam epidermis sedikit demi sedikit bermigrasi ke atas. Jika

sistem diferensiasi sel jenis ini berada dalam lingkungan yang tidak cocok, maka pola

diferensiasinya dapat berubah segingga yang membelah mulai melakukan diferensiasi

menjadi sel yang biasanya tidak ditemukan di daerah itu, tetapi dapat ditemukan di

bagian tubuh lain. Fenomena ini disebut metaplasia. Misalnya, jika lapisan serviks uteri

mengalami iritasi kronik, maka bagian epitel kolumnar diganti oleh epitel skuamosa

yang mirip epidermis.

7. Displasia

Displasia adalah kelainan diferensiasi sel-sel yang sedang berproliferasi, sehingga

ukuran, bentuk dan penampilan sel menjadi abnormal disertai gangguan pengaturan

dalam sel. Pada displasia terdapat kehilangan pengawasan pada populasi sel yang

Page 18: Laporan Diskusi Tutorial 1

terserang. Displasia ringan kemungkinan besar reversibel jika rangsang iritasi dapat

dihilangkan. Namun pada beberapa keadaan, rangsang yang mengakibatkan displasia

tidak dapat ditemukan dan perubahan menjadi lebih parah secara progresif, yang

akhirnya berkembang menjadi penyakit ganas

6. Pelajari mekanisme terjadinya neoplasma, faktor risiko, serta

nomenklaturnya

B. NEOPLASMA, FAKTOR RESIKO DAN NOMENKLATURNYA

1. Neoplasma

Neoplasia berarti pertumbuhan baru dan neoplasma (juga lazimnya dikenal

sebagai tumor) adalah suatu daerah pada jaringan yang pertumbuhannya melebihi dan

tidak tergantung kepada jaringan di dekatnya. Willis memberi definisikomprehensif

tumor sebagai ‘massa jaringan yang pertumbuhannya melebihi dan tak dikoordinasi

oleh jaringan normal serta tetap demikian dengan cara yang berlebihan sesudah

berhentinya rangsangan yang menimbulkan perubahan.

2. Faktor Resiko Neoplasma

Radiasi pengion

Radiasi ultraviolet akan menginduksi tumor pada hewan dan akan menyebabkan

mutasi pada berbagai bentuk kehidupan yang berbanding langsung dengan

kemampuannya menyebabkan tumor. Ini menimbulkan dugaan bahwa hal tersebut

menimbulkan serangan langsung pada aparat genetik dan radiasi tersebut membentuk

ikatan amntara pasangan basa yang berdekatan di dalam DNA sel dengan pembentukan

timin abnormal. Deformasi ini menimbulkan transformasi malignan (Spector, 1995).

Kanker Jabatan

Telah dibicarakan berbagai jabatan dengan peningkatan risiko bermacam -macam

neoplasia. Contoh lain termasuk angiosarkoma pada pekerja-pekerja yang terpapar

monomer vinil klorida dan adenokarsinoma sinus nasal dan pranasal pada pemnbuat

mebel. Pemaparan kepada sbes menimbulkan mesotelioma maligna dan juga kanker paru

berserabut. Dengan menigkatnya pemakaina banyak materi baru dalam industri modern,

penting untuk tetap membuka pikiran terhadap adanya kemungkinan zat penyebab

karsinogen baru (Spector, 1995).

Page 19: Laporan Diskusi Tutorial 1

Iritasi kronik

Merokok memakai pipa tanah liat de3ngan taqngkainya yang panas

mengakibatkan timbulnya karsinoma bibir dan telah dipersalahkan terhadap iritasi kron

ik. Kanker esofagus juga secara tentatif dikaitkan dengan m inum secara teratur minum-

minuman yang sangat panas. Keterangan yan g paling mungkin bagi kebanyakan hal ini

ialah bhwa tindakan-tindakantersebut bekerja sebagai promotor, menignkatkan peluang

sel somatik bertransformasi menjadi sel malignan (Spector, 1995).

Gen Supresor

Faktor pertumbuhan menyebabkan sel bertumbuh dan bila pertumbuhan dinilai

oleh badan sudah cukup, faktor supresi pertumbuhan diaktivasi sehingga terjadi

keseimbangan yang harmonis. Ada beberapa gen yang berperan dalam hal ini, antara lain

NB, P53, dan DRCA. Retinoblastoma mempunyai fungsi antara lain ikut mengatur

siklus sel. Ia tidak secara langsung menghambat transkipsi, tetapi berinteraksidengan

faktor transkripsi E2F dan Co Repressor sehingga transkripsi dapat dihambat. Selain itu,

RB juga berfungsi menginduksi apoptosos juga melibatkan E2F dan gwn supressor

lainnya P53 (Aziz MF., et.al., 2006).

TP53 (p53)

TP53 sefamili dengan p63 dan p73. Fungsinya cukup luas antara lain peran dalam

menghambat siklus sel, diferensiasi, apoptosis, senesense (penuaan), dan angiogenesis.

Efek utama p53 adalah mengeblok siklus sel sehingga DNA yang rusak dapat

beradaptasi. Beberapa gen yang menjadi sasaran p53 adalah gen-gen yang berperan pada

apoptosis, mengeblok siklus sel, angiogenesis, dan autoregulasi. Fungsi lain p53 adalah

mereparasi kerusakan DNA dan menstimulasi ekspresi gen yang dapat menghambat

angiogenesis (Aziz MF., et.al., 2006).

BRCA1 dan BRCA2

BRCA berkaitan dengan kanker payudara dan ovarium BRCA 1 penting dalam

proses reparasi kerusakan DNA, dan ini melibatkan juga BRCA 2. Bila didalam tidak

terdapat protein BRCA 1, sel tersebut peka terhadap radiasi yang menyebabkan

kerusakan DNA (double break) (Aziz MF., et.al., 2006).

Page 20: Laporan Diskusi Tutorial 1

3. Nomenkaltur Neoplasma

Keputusan taksonomi yang paling mendasar dan penting tentang suatu neoplasma

ialah apakah kelainan tersebut benigna (jinak) ataupun maligna (ganas). Umumnya

tumor benigna tumbuh lamban, berbatas nyata dari jaringan sekitarnya, terdiri atas sel-sel

yang tidak dapt dibedakan dari tempat asalnya, tidak menginfiltrasi jaringan di dekatnya

atau menyebar ke organ-organ jauh, dan tidak mengancam jiwa, kecuali jika

mengganggu fungsi yang dipeerlukan untuk kelangsungan hidup. Tumor benigna

berbahaya hanya jika melanggar struktur vital seperti otak atau jika menghasilkan

sesuatu yang merusak, seperti kelebihan hormon.

Tumor maligna mempunyai ciri yang berlawanan dengan tumor benigna. Kanker

adalah contoh yang khas (namun bukan satu-satunya) yang tumbuh cepat, batas dengan

jaringan sekitarnya tidk jelas, terdiri atas sel-sel yang berbeda secara nyata dari sel

asalnya, menginfiltrasi jaringan di dekatnya dan menyebar ke organ-organ jauh serta

lambat laun pasti berakhir dengan kematian jika tak diobati, tidak peduli di manapun

tumbuhnya.

Semua tumor, baik jinak maupun ganas mempunyai dua komponen dasar: (1)

parenkim, tersususn oleh sel-sel neoplastik yang berproliferasi, dan (2) stroma

penyangga, tersusun oleh jaringan ikat, pembuluh darah dan mungkin juga pembuluh

limfatik. Parenkim neoplasma adalah yang sebagian besar berperan dalam menentukan

perilaku biologi neoplasma dan merupakan komponen dari nama-nama tumor berasal.

Sebaliknya, stroma neoplasma berperan dalam membawa perbekalan darah dan

merupakan penyangga untuk pertumbuhan sel-sel parenkim.

Tata nama tumor didasarkan atas parenkimnya. Sebagian besar tumor jinak

tersusun oleh sel-sel parenkim yang sangat mirip dengan jaringan asalnya. Tumor

mesenkim dibuat klasifikasinya menurut histogenesisnya. Nama-namanya dibentuk

dengan menanbahkan akhiran ‘oma’ pada jenis sel dari mana tumor terswbut timbul.

Contoh : Tumor jinak yang timbul dari jaringan ikat disebut fibroma, tumor tulang rawan

disebut kondroma. Tumor jinak yang berasal dari epitel dibuat klasifikasinya kadang-

kadang berdasaran pola mikroskopik ataupun makroskopiknya. Yang lain menurut asal

sel-selnya. Adenoma ialah istilah yang digunakan untuk neoplasma jinak epitel yang

menghasilkan pola kelenjar dan juga untuk neoplasma epitel yang berasal dari kelenjar

tetapi tidak harus menghasilkan pola kelenjar yang sesungguhnya.

Tata nama tumor ganas secara langsung mengikuti tata nama tumor jinak denan

tambahan tertentu. Neoplasma ganas yang berasal dari jaringan mesenkim ataupun

Page 21: Laporan Diskusi Tutorial 1

turunannya, disebut sarkoma. Nama-nama sarkoma dibentuk dari histogenesisnya.

Contoh: Kanker yang berasal dari jaringan ikat disebut fibrosarkoma, dan neoplasma

ganas yang tersusun dari sel-sel kondrosit disebut kondrosarkoma. Sedangkan neoplasma

ganas yang berasal dari epitel disebut karsinoma (Spector, 1995).

Tabel. 1. Ciri khas tumor benigna dan maligna

Benigna Maligna

Tumbuh lamban

Diferensiasi baik

Tidak menginfiltrasi

Menyerupai jaringan asal

Sel-sel normal

Gambaran mitosis jarang dan normal

Tidak menyebar ke lokasi yang jauh

Biasanya membentuk simpai

Membunuh jika merusak fungsi vital

Tidak ada metastasis

Tumbuh cepat

Diferensiasi buruk

Menginfiltrasi

Berbeda dengan jaringan asal

Sel-sel abnormal

Gambaran mitosis banyak & abnormal

Menyebar ke lokasi yang jauh

Tidak membentuk simpai

Selalu membunuh jika tidak diobati

Serinkali ada metastasis

(Spector, 1995)

Tabel. 2. Nama tumor

Jaringan asal Benigna Maligna

Epitel

Mesenkim

a. Jaringan ikat

b. Otot polos

c. Otot skelet

d. Kartilago

e. Lemak

f. Tulang

g. Pembuluh darah

h. Jaringan limfoid

Adenoma

Papiloma

Naevus berpigmen

Fibroma

Leiomioma

Rabdomioma

Khondroma

Lipoma

Osteoma

Angioma

-

Karsinoma

Melanoma maligna

Fibrosarkoma

Leiomiosarkoma

Rabdomiosarkoma

Khondrosarkoma

Liposarkoma

Osteosarkoma

Angiosarkoma

Limfoma

Page 22: Laporan Diskusi Tutorial 1

i. Jaringan

hemopoetik

j. Mesotel

k. Mening

l. Sel glia SSP

m. Selubung syaraf

-

-

Meningioma

-

Neurofibroma

Leukimia

Mesotelioma

-

Glioma

Neurofibrosarkoma

(Spector, 1995)

7. Pelajari tanda dan gejala neoplasma baik gejala lokal, sistemik

maupun metastasisnya, dan bagaimana cara mengevaluasinya

Neoplasma terbentuk atau berasal dari sel normal yang mengalami displasia (kelainan

pertumbuhan). Neoplasma itu sendriri terbagi menjadi dua yaitu:

Neoplasma jinak (benigna)

Yaitu neoplasma yang hanya terjadi di daerah lokal semata. Proliferasi sel cenderung

kohesif, perluasan terjadi secara sentrifugal dengan batas yang nyata. Neoplasma jinak tidak

menyebar ke tempat yang jauh dan pertumbuhannya lamban, ukurannya kurang lebih tetap

pada ukuran yang stabil selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Ciri-ciri :

a. batas tegas

b. berkapsul

c. pertumbuhan lambat

d. tidak menimbulkan kematian

Neoplasma ganas (maligna)

Neoplasma ini tumbuh secara cepat dan sangat progresif jika tidak dibuang. Pola

penyebarannya menjadi tidak teratur. Neoplasma ganas tidak memiliki kapsul sehingga sulit

dipisahkan dari sekitarnya. Sel-sel ini menyerang daerah sekitarnya dengan masuk ke daerah

sekitarnya bukan mendesak. Sel-sel neoplasma ganas ini mampu memisahkan diri dari sel

induk dan memasuki sirkulasi untuk menyebar ke daerah lain. Jika sel ini menyangkut suatu

jaringan atau organ mampu menembus pembuluh darah dan membentuk tumor sekunder

(proliferasi baru).

Page 23: Laporan Diskusi Tutorial 1

Ciri-ciri :

a. batas tidak tegas

b. tidak berkapsul

c. pertumbuhan cepat

d. metastase

e. menimbulkan kematian

Pada akhirnya neoplasma ganas memilki kemampuan untuk bermetastatis (menyebar

ke daerah lain yang menjauhi sel induk) dan kemudian menimbulkan pertumbuhan sekunder

pada daerah yang jauh, Sedangkan pada Neoplasma jinak tidak bermetastatis. Metastase

dapat terjadi melalui 3 cara yaitu : metastase langsung, melalui aliran darah (hematogen) dan

melalui aliran limfe (limfogen). Pertumbuhan tumor dapat ditemukan baik pada tumor jinak

(meskipun dalam gradasi yang lebih rendah) maupun pada tumor-tumor ganas. Hal ini

biasanya baru diketahui bila proses tersebut berlangsung agak lanjut. Dalam keadaan normal

terdapat keseimbangan antara pembentukan dan hancurnya sel. Pertumbuhan tumor pada

umumnya bersifat balans positif, artinya lebih banyak sel yang terjadi daripada yang hilang.

Salah satu sifat karakteristik dari sel kanker adalah kemampuannya untuk menembus

jaringan normal dan penetrasi ke dalam pembuluh darah dan saluran limfe. Selain dari pada

itu sel kanker pun sering memanfaatkan struktur-struktur yang sudah ada untuk

mempermudah infiltrasi, misalnya rongga perineural. Di lain pihak infiltrasi dapat dipersulit

oleh struktur-struktur seperti fasia, simpai suatu organ, atau peristoneum. Faktor penambahan

volume tumor akan mengakibatkan kenaikan tekanan dalam tumor dan ini akan

mempermudah menembusnya sel tumor ke dalam jaringan normal. Dengan kemampuan

bermetastasis sel kanker untuk menembus jaringan normal, maka tumor ganas primer dapat

menyebarkan sel-sel kankernya ke seluruh tubuh.

Metastasis tumor ganas dapat melalui bermacam-macam, yaitu :

1. Infiltratif

Adalah penyebaran ke jaringan sekitarnya, terjadi secara perlahan-lahan, sel-sel

kanker menyebuk ke dalam jaringan sehat sekitarnya atau di dalam ruang antara sel.

2. Limfogen

Yaitu sel-sel kanker masuk ke dalam pembuluh limfe dan merupakan embolus masuk

ke dalam kelenjar getah bening regional dan melekat pada simpainya.

Page 24: Laporan Diskusi Tutorial 1

3. Hematogen

Yaitu lewat pembuluh darah. Masuknya sel-sel kanker ke dalam pembuluh darah.

4. Implantasi

Biasanya terjadi di meja operasi, misal : jika alat telah digunakan untuk operasi dan

dipakai untuk operasi lagi tanpa disterilkan terlebih dahulu.

5. Perkontinuitatum

Yaitu kontak langsung, misalnya tumor gaster menjalar ke ovarium.

Mekanisme pembentukan neoplasma atau tumor ganas disebut dengan

Karsinogenesis. Karsinogenesis merupakan suatu proses multi-tahap. Sebagian besar

karsinogen sebenarnya tidak reaktif (prokarsinogen atau karsinogen proximate), namun di

dalam tubuh diubah menjadi karsinogen awal (primary) atau menjadi karsinogen akhir

(ultimate). SitokromP450 suatu mono-oksidase dependen retikulum endoplasmik sering

mengubah karsinogen proximate menjadi intermediatedefisienelektron yang reaktif

(electrophils).

Intermediate (zat perantara) yang reaktif ini dapat berinteraksi dengan pusat-pusat di

DNA yang kaya elektron (nucleophilic) untuk menimbulkan mutasi. Interaksi antara

karsinogen akhir dengan DNA semacam ini dalam suatu sel diduga merupakan tahap awal

terjadinya karsinogenesis kimiawi. DNA sel dapat pulih kembali bila mekanisme

perbaikannya normal, namun bila tidak sel yang mengalami perubahan dapat tumbuh menjadi

tumor yang akhirnya nampak secara klinis. Ko-karsinogen (promoter) sendiri bukan

karsinogen. Promoter berperan mempermudah pertumbuhan dan perkembangan sel tumor

dormant atau latent. Waktu yang diperlukan untuk terjadinya tumor dari fase awal tergantung

pada adanya promoter tersebut dan untuk kebanyakan tumor pada manusia periode laten

berkisar dari 15 sampai 45 tahun. 

Proses transformasi sel normal menjadi sel ganas melalui displasi terjadi melalui

mekanisme yang sangat rumit, tetapi secara umum mekanisme karninogenesis ini terjadi

melalui tiga tahap yaitu:

Inisiasi

Adalah proses yang melibatkan mutasi genetik yang menjadi permanen dalam DNA

sel. Dipicu oleh insiator (bahan yg mampu menyebabkan mutasi gen) à initiated cells

Page 25: Laporan Diskusi Tutorial 1

Promosi

Merupakan suatu tahap ketika sel mutan berproliferasi. Diakibatkan karena klon yang

tidak stabil dan mengalami inisiasi, dipaksa untuk berproliferasi dan menjalani mutasi

tambahan sehingga akahirnya berkembang menjadi tumaor ganas (neoplasma). Initiated cells

dipicu oleh promotor (terus menerus/berulang) à transformed cells. Perubahan informasi

genetik, sintesis DNA, replikasi meningkat à lesi insitu.

Hormon sering menjadi promotor yang merangsang pertumbuhan sel ganas.Misalnya

Esterogen dapat merangsang pertumbuhan kanker pada payudara dan ovarium. 

Progresi

Suatu tahap ketika klon sel mutan mendapatkan satu atau lebih karakteristik

neoplasma ganas seiring berkembangnya tumor, sel menjadi lebih heterogen akibat mutasi

tambahan terhadap gen. 

Perubahan Protoonkogen menjadi onkogen à onkoprotein

Perubahan fenotip: klinik terdpt benjolan (tumor). Contohnya Perubahan karyotip kromosom.

Beberapa subklon ini dapat memperlihatkan perilaku ganas yang lebih agresif atau

lebih mampu untuk menghindari seranganoleh sistem imun.

Selama stadium ini, massa tumor yang meluas mendapat lebih banyak perubahan

yang memungkinkan tumor menginvasi jaringan yang berdekatan, membentuk pasokan

darahnya sendiri(angigenesis), atau masuk melalui pembuluh darah dan bermigrasi ke bagian

tubuh lainnya yang letaknya berjauhan untuk membentuk tumor sekunder.

Page 26: Laporan Diskusi Tutorial 1

DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem, Ed,6. Jakarta:EGC.

Ganong, F.1997. Fisiologi Kedokteran. Eds 10. Jakarta: EGC

Price, A., Sylvia.(2006). PATOFISIOLOGI: Clinical Concepts Of Disease

Processes. Eds 6. Jakarta: EGC