makalah blok 26 skenario 1 - ajeng

24
Upaya Penanggulangan dan Pemberantasan Tuberculosis Paru Ajeng Aryuningtyas Dewanti 102012259 – C5 e-mail: [email protected] Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012 Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk-Jakarta Barat 11510 No. Telp (021) 5694-2061 Pendahuluan Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah. Tuberkulosis paru (TBC) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosa. Penularan kuman terjadi melalui udara ketika seseorang yang menderita TBC sedang batuk, bersin, atau membuang dahak sembarangan. Seseorang penderita TBC akan mengalami tanda dan gejala seperti kelelahan, lesu, mual, batuk, produksi sputum mukopurulen atau disertai darah, Wheezing (mengi), keringat banyak malam hari dan kedinginan. 1 Program pemberantasan dan penanggulangan masalah Tuberkulosis telah dilakukan, pemerintah telah berupaya keras memenuhi sarana dan prasarana, seperti sarana diagnosa, sarana pengobatan, dan sarana pengawasan serta pengendalian pengobatan. Sejak tahun 1994 Indonesia mulai melaksanakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment, shortcourse). 1

Upload: ajeng-aryuningtyas

Post on 06-Dec-2015

255 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

makalah blok 26

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Blok 26 Skenario 1 - Ajeng

Upaya Penanggulangan dan Pemberantasan

Tuberculosis ParuAjeng Aryuningtyas Dewanti

102012259 – C5

e-mail: [email protected]

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012

Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk-Jakarta Barat 11510

No. Telp (021) 5694-2061

Pendahuluan

Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah.

Tuberkulosis paru (TBC) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberkulosa. Penularan kuman terjadi melalui udara ketika seseorang yang

menderita TBC sedang batuk, bersin, atau membuang dahak sembarangan. Seseorang

penderita TBC akan mengalami tanda dan gejala seperti kelelahan, lesu, mual, batuk,

produksi sputum mukopurulen atau disertai darah, Wheezing (mengi), keringat banyak malam

hari dan kedinginan.1

Program pemberantasan dan penanggulangan masalah Tuberkulosis telah dilakukan,

pemerintah telah berupaya keras memenuhi sarana dan prasarana, seperti sarana diagnosa,

sarana pengobatan, dan sarana pengawasan serta pengendalian pengobatan. Sejak tahun 1994

Indonesia mulai melaksanakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment, shortcourse).

Skenario

Bapak M (45 tahun) memiliki seorang istri (43 tahun) dan 5 orang anak. Istri bapak M

mendapatkan pengobatan TBC paru dan sudah berjalan 3 bulan. Anak perempuannya (R, 9

tahun) saat ini sedang batuk-batuk sudah 3 minggu tidak kunjung reda, sudah diperiksa oleh

dokter Puskesmas dan diberi obat batuk namun belum ada perbaikan. Keluarga Bapak M

tinggal disebuah rumah semi permanen 4x11 meter di pemukiman yang padat penduduk.

Riwayat Penyakit

Etiologi

Penyakit TB (Tuberculosis) adalah penyakit infeksius yang menular dimana

disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculocis. Mycrobacterium tuberculocis berbentuk

1

Page 2: Makalah Blok 26 Skenario 1 - Ajeng

batang, berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, tahan terhadap pewarnaan

yang asam sehingga disebut dengan Bakteri Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman

terdiri dari asam lemak dan lipid yang membuat lebih tahan asam sehingga dapat hidup

bertahun-tahun.1

Penyebaran Bakteri TBC

Penderita Tuberculosis dengan BTA positif merupakan sumber terjadinya penularan.

Ketika batuk, bersin dan buang dahak sembarangan, penderita menyebarkan kuman ke udara

dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman bertahan di udara

pada suhu kamar selama beberapa jam. Jika droplet tersebut terhirup kedalam saluran

pernafasan, maka orang tersebut akan terinfeksi. Selama kuman tersebut masuk dalam tubuh

melalui saluran pernafasan, kuman dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya.1

Gambar 1. Penyebaran Bakteri TBC

Penegakan Diagnosis

Anamnesis

Penemuan pasien TBC adalah melalui cara passive case finding, penemuan ini adalah

di mana penderita TB datang ke Puskesmas dan menunjukkan gejala-gejala yang mendukung

seperti:

Gejala utama: Batuk terus menerus selama 2 hingga 3 minggu

Gejala tambahan: sesak napas, limfadenopati, kelainan rontgen toraks atau gangguan

GIT

Efek sistemik yang timbul pula meliputi demam subfebris selama 1 bulan atau lebih,

keringat malam, anoreksia atau penurunan berat badan.

Setelah mengetahui pasien menderita TBC, dapat dilakukan case finding aktif dengan

kunjungan rumah untuk dilihat apakah adanya penyebaran TBC dirumahnya atau tidak.

Selain itu case finding aktif juga dapat dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan dengan

2

Page 3: Makalah Blok 26 Skenario 1 - Ajeng

masyarakat untuk menjelaskan tanda-tanda penyakit dan cara-cara pengobatannya

(penyuluhan).2

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan

konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu tubuh yang subfebris, badan

kurus atau berat badan menurun. Pemeriksaan fisik sering tidak diperoleh hasil yang

memuaskan terutama apabila sarang penyakit terletak di dalam akan sulit dinilai secara

palpasi, perkusi dan auskultasi.

Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila

dicurigai adanya infiltrat agak luas mungkin ditemukan perkusi yang redup dan auskultasi

suara bronkhial dan suara tambahan ronkhi basah kasar yang nyaring. Dalam penampilan

klinis, TB paru sering asimptomatik dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkan adanya

kelainan radiologis thorax pada pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin positif.

Pemeriksaan Penunjang

Radiologis

Pemeriksaan radiologis merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi

tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru. Pada awal penyakit

saat lesi masih menyerupai sarang pneumonia, gambaran radiologis berupa bercak seperti

awan dan dengan batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan

terlihat berupa bulatan dengan batas tegas.

Gambar 2. Hasil Rontgen Thorax

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada darah, sputum dan tes tuberkulin.

Darah

3

Page 4: Makalah Blok 26 Skenario 1 - Ajeng

Pemeriksaan tidak sensitif dan tidak spesifik. Pada TB paru akan didapatkan leukosit

meninggi, jumlah limfosit masih normal dan LED mulai meningkat.

Sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting untuk menemukan kuman BTA dan menegakkan

diagnosis. Pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan

yang telah diberikan. Cara menegakkan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan

pengumpulan spesimen dahak dalam 2 hari kunjungan yang berturutan yaitu dahak

sewaktu-pagi-sewaktu (SPS) yaitu seperti berikut:

S (sewaktu): dahak yang dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung

pertama kali. Suspek akan membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan

dahak pada hari kedua pada saat dia pulang.

P (pagi): pada pagi hari kedua dahak dikumpulkan segera setelah bangun tidur.

Pot dibawa dan diserahkan kepada petugas di UPK.

S (sewaktu): pada hari kedua di UPK, dahak dikumpulkan saat menyerahkan

dahak pagi.

Kriteria sputum BTA positif adalah bila paling tidak ditemukan 3 batang kuman BTA

pada satu sediaan. Penderita TB BTA (batang tahan asam) positif adalah apabila

minimal pada sputum SPS hasilnya 2 dari tiga sedian adalah BTA positif.

Tes tuberkulin

Pemeriksaan ini dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis

terutama pada anak-anak (balita). Tes ini dilakukan dengan menyuntikan 0,1 cc

tuberkulin secara intrakutan. Tes ini hanya menyatakan apakah seseorang sedang atau

pernah terinfeksi kuman TB atau mendapat vaksinasi BCG. Tes tuberkulin

(mantaoux) dinyatakan posotif apabila diperoleh indurasi 10 mm setelah 48-72 jam

tuberkulin disuntikkan.2

Manifestasi Klinis

Keluhan yang dirasakan oleh pasien TB dapat bervariasi atau terkadang ditemukan

banyak pasien dengan TB paru tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang biasa ditemukan

pada pasien dengan TB paru adalah diantaranya demam, batuk dengan atau tanpa darah,

sesak napas, nyeri dada, malaise.

Penyakit TB merupakan penyakit radang yang menahun sehingga gejala malaise

sering ditemukan yang dapat berupa anorexia (tidak nafsu makan), berat badan yang

menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. Gejala malaise semakin lama

semakin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.2

4

Page 5: Makalah Blok 26 Skenario 1 - Ajeng

Epidemiologi

Di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 583.000 penderita TB paru baru yang

muncul setiap tahunnya dan 140.000 diantaranya meninggal dunia karena penyakit ini setiap

tahunnya. Di propinsi DKI Jakarta pada tahun 2003 angka kesembuhan TB masih di bawah

target nasional (<85%). Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat sekitar 4.021 kasus TB paru

(BTA Positif) pada tahun 2002.  Para penderita ini sebenarnya pernah menerima pengobatan

dari puskesmas, rumah sakit, dan pusat pengobatan lain di Jakarta, akan tetapi baru sekitar

71% yang berhasil disembuhkan.

Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

RI tahun 1972 TB menempati urutan ke 3 penyebab kematian, menurut SKRT tahun 1980 TB

menempati urutan ke 4, dan menurut SKRT tahun 1992 TB menempati urutan nomor 2

sesudah penyakit sistem sirkulasi. Hasil SKRT tahun 1995 TB merupakan penyebab

kematian nomor 3 dari seluruh kelompok usia dan nomor 1 antara penyakit infeksi yang

merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Dari hasil survey prevalensi TB yang

dilakukan di 15 propinsi tahun 1979-1982 menunjukkan berbagai variasi prevalensi tiap-tiap

propinsi.2

Cara Penularan

Penularan TB dikenal melalui udara, terutama pada udara tertutup seperti udara dalam

rumah yang pengap dan lembab. Prosesnya tentu tidak secara langsung, menghirup udara

bercampur bakteri TB lalu terinfeksi, lalu menderita TB. Masih banyak variabel yang

berperan dalam timbulnya kejadian TB pada seseorang, meski orang tersebut menghirup

udara yang mengandung kuman.

Sumber penularan adalah penderita TB dengan BTA (+). Apabila penderita TB batuk,

berbicara atau bersin, maka ribuan bakteri TB akan berhamburan bersama ”droplet” nafas

penderita yang bersangkutan, khususnya pada penderita TB aktif dan luka terbuka pada

parunya. Daya penularan dari seseorang ke orang lain ditentukan oleh banyaknya kuman

yang dikeluarkan serta patogenesitas kuman yang bersangkutan, serta lamanya seseorang

menghirup udara yang mengandung kuman tersebut. Kuman TB sangat sensitif terhadap

cahaya ultra violet. Cahaya matahari sangat berperan dalam membunuh kuman di

lingkungan. Oleh sebab itu, ventilasi rumah sangat penting dalam manajemen TB berbasis

keluarga atau lingkungan.

5

Page 6: Makalah Blok 26 Skenario 1 - Ajeng

Aspek Penularan

- Periode Prepatogenesis

a. Faktor Agent (Mycobacterium Tuberculosis)

Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap

disifektan kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak

yang kering untuk jangka waktu yang lama. Pada Host, daya infeksi dan

kemampuan tinggal sementara Mycobacterium Tuberculosis sangat tinggi.

Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi

dan kondisi Host. Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia yang

terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak

langsung.

b. Faktor Lingkungan

Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi

kejadian yang besar  dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya.

Penularannya pun berpola tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis.

Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC.

Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara

TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan, perumahan,

pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi serta tidak

adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi

pertimbangan pencetus peningkatan epidemiologi penyakit ini.

c. Faktor Host

Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3

puncak kejadian dan kematian :

- Paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita

- Paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan

pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan

pada wanita

- Puncak sedang pada usia lanjut.

Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam

infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status

6

Page 7: Makalah Blok 26 Skenario 1 - Ajeng

gizi, kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah

laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga penting. Imunitas

spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan beberapa

resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.

- Periode Patogenesis (Interaksi Host-Agent)

Interaksi terutama terjadi akibat masuknya Agent ke dalam saluran respirasi

dan pencernaan Host. Basil TB yang masuk ke dalam paru melalui bronkhus secara

langsung dan pada manusia yang pertama kali dimasuki disebut primary infection.

Infeksi pertama (primer) terjadi ketika seseorang pertama kali dimasuki basil atau

kuman TB umumnya tidak terlihat gejalanya. Dan sebagian besar orang, berhasil

menahan serangan kuman tersebut dengan cara melakukan isolasi dengan cara

dimakan macrophages, dan dikumpulkan pada kelenjar regional disekitar hilus paru.

Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri

di paru yang menyebabkan peradangan di dalam paru. Oleh sebab itu, kemudian

disebut sebagai kompleks primer. Pada saat terjadi infeksi, kuman masuk hingga

pembentukan kompleks primer sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat diketahui

dengan reaksi positif pada tes tuberkulin.

Biasanya hal tersebut terjadi pada masa kanak-kanak dibawah umur 1 tahun.

Apabila gagal melakukan containment kuman, maka kuman TB masuk melalui aliran

darah dan berkembang, maka timbulah peristiwa klinik yang disebut TB milier.

Bahkan kuman bisa dibawa aliran darah ke selaput otak yang disebut meningitis

radang selaput otak. Sebagian besar dari kuman TB yang beredar dan masuk ke

dalam paru orang-orang yang tertular mengalami fase atau menjadi dormant dan

muncul bila kondisi tubuh mengalami penurunan kekebalan, gizi buruk, atau

menderita HIV/AIDS. TB secara teoritis menyerang berbagai organ, namun terutama

menyerang organ paru. Sedangkan pada paru-paru tempat yang paling disukai atau

tempat yang sering terkena adalah apical pasterior. Hal ini disebabkan karena

Mycrobacterium tubercolocis bersifat aerobik, sedangkan pada daerah tersebut

adalah bagian paru-paru yang banyak memiliki oksigen.3

7

Page 8: Makalah Blok 26 Skenario 1 - Ajeng

Gambar 3. Penularan Kuman TBC

Program Pemberantasan TB

Visi

Tuberculosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat

Misi

Menetapkan kebijaksanaan, beri panduan serta mengevaluasi secara tepat,

benar dan lengkap

Menciptakan iklim kemitraan dan transparansi pada upaya

penanggulangan penyakit TBC

Bagi mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan standar mutu

dipermudahkan akses pelayanan penderita TBC.

Tujuan

Jangka panjang: menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit TBC

dengan cara memutuskan rantai penularan sehingga tidak menjadi masalah

kesehatan masyarakat Indonesia.

Jangka pendek: mencapai angka kesembuhan minimal 85% dari semua

penderita baru BTA positif yang ditemukan dan mencapai cakupan

penemuan penderita secara bertahap.

Directly Observed Treatment Short Course (WHO)

o Komitmen pemerintah

o Pemeriksaan BTA mikroskopsis

o Pemberian obat jangka pendek yg diawasi secara langsung

8

Page 9: Makalah Blok 26 Skenario 1 - Ajeng

o Pengadaan OAT secara berkseinambungan

o Monitoring

Strategi nasional program pengendalian TB :

o Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yg bermutu

o Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan kebutuhan

masyarakat miskin serta rentan lainnya

o Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, sukarela,

perusahaan dan swasta melalui pendekatan Public-private mix dan

menjamin kepatuhan terhadap standard TB for TB Care

o Memberdayakan masyarakat TB

o Memberikan konstribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan

manajemen progmosis pengendalian TB

o Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah

o Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi

strategis.4

Pendekatan Kedokteran Keluarga

Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer

yang komprehensif, kontinu, integrative, holistic, koordinatif, dengan mengutamakan

pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan

diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis

penyakitnya. Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada

seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya.

Tujuan Dokter keluarga

Tujuan umum :

- Terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga

Tujuan khusus :

- Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih

efektif dan efisien.

9

Page 10: Makalah Blok 26 Skenario 1 - Ajeng

Prinsip Dokter Keluarga

a) Dokter sebagai kontak pertama (fist contact / primary care)

Dokter keluarga adalah pemberi layanan kesehatan (provider) yang pertama

kali ditemui pasien atau klien dalam masalah kesehatannya

b) Layanan bersifat pribadi (personal care)

Dokter keluarga memberikan layanan yang bersifat pribadi dengan

mempertimbangkan pasien sebagai bagian dari keluarga

c) Pelayanan paripurna (comprehensive)

Dokter keluarga memberikan pelayanan menyeluruh yang memadukan

promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi dengan aspek

fisik, psikologis dan social budaya (memberikan promotif dan pencegahan terhadap

penularan kasus TB, juga mengobati/memperbaiki keadaaan klinis pasien dan

mempertimbangkan kepatuhan pasien dalam meminum obat (OAT) karena

pengobatan OAT membutuhkan waktu yang lama, yaitu 6 bulan)

d) Pelayanan berkesinambungan (continuous care)

Pelayanan dokter keluarga berpusat pada orangnya (patient centered) bukan

pada penyakitnya (disease centered)

e) Mengutamakan pencegahan (prevention first)

Karena berangkat dari paradigma sehat, maka upaya pencegahan dokter

keluarga dilakukan sedini mungkin

f) Koordinasi

Dalam upaya mengenai masalah pasien, dokter keluarga perlu berkonsultasi

dengan disiplin ilmu lainnya

g) Kolaborasi

Bila pasien membutuhkan pelayanan yang berada diluar kompetensinya,

dokter keluarga bekerja sama dan mendelegasikan pengolaan pasiennya pada pihak

yang berkompeten

h) Family oriented

Dalam mengatasi masalah, dokter keluarga harus mempertimbangkan konteks

keluarga dampak kondisi pasien terhadap keluarga dan sebaliknya (menggali lebih

dalam tentang keluarga pasien, karena TB dapat menular dengan mudah. Dengan

demikian, anggota keluarga yang lain dapat terhindar dari TB. Selain itu, juga

menggali lebih dalam mengenai masalah kesehatan lainnya seperti status gizi atau

penyakit lainnya)

10

Page 11: Makalah Blok 26 Skenario 1 - Ajeng

i) Community oriented

Dokter keluarga dalam mengatasi masalah pasien haruslah tetap

memperhatikan dampak pasien terhadap komunitas dan sebaliknya (memperhatikan

dampak penyakit pasien (TB), karena TB dapat menular dengan mudah, dengan

demikian anggota masyarakat lainnya dapat terhindar dari TB. Hal ini dapat

dilakukan melalui usaha promotif dan preventive, serta diagnosis dini jika ada

warga yang terkena tanda – tanda TB).4

Faktor Resiko

Faktor Umur: Kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara

bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai

usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah

kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.

Faktor Jenis Kelamin: Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang laki-

laki. Pada tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat

dibandingkan jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan

28,9 % pada wanita. TB paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan

wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga

memudahkan terjangkitnya TB paru.

Tingkat Pendidikan: Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap

pengetahuan seseorang mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan

pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka

seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu

tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya.

Pekerjaan: Pekerjaan di lingkungan yang berdebu dengan paparan partikel debu di

daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan.

Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama

terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB Paru.

Kebiasaan Merokok: Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan

resiko untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis

kronik dan kanker kandung kemih. Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk

terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Pada tahun 1973 konsumsi rokok di Indonesia per

11

Page 12: Makalah Blok 26 Skenario 1 - Ajeng

orang per tahun adalah 230 batang. Dengan adanya kebiasaan merokok akan

mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru.

Kepadatan hunian kamar tidur: Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk

penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan

dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat,

sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu

anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota

keluarga yang lain.

Pencahayaan: Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri

patogen di dalam rumah, misalnya basil TB, karena itu rumah yang sehat harus

mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Semua jenis cahaya dapat mematikan

kuman hanya berbeda dari segi lamanya proses mematikan kuman untuk setiap

jenisnya. Cahaya yang sama apabila dipancarkan melalui kaca tidak berwarna dapat

membunuh kuman dalam waktu yang lebih cepat dari pada yang melalui kaca

berwama Penularan kuman TB Paru relatif tidak tahan pada sinar matahari. Bila sinar

matahari dapat masuk dalam rumah serta sirkulasi udara diatur maka resiko penularan

antar penghuni akan sangat berkurang.

Ventilasi: Fungsi ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah

tersebut tetap segar. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di

dalam rumah, dan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena

terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan

merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen misalnya

kuman TB.

Kondisi rumah : Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan

penyakit TBC. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan

kuman. Lantai dan dinding yang sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan

debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya

kuman Mycrobacterium tuberculosis.

Status Gizi: Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang

mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru berat dibandingkan dengan

orang yang status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan

berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon immunologik terhadap

penyakit.

12

Page 13: Makalah Blok 26 Skenario 1 - Ajeng

Keadaan Sosial Ekonomi: Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan,

keadaan sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan.5

Pengobatan

Dalam kegiatan pokok Program Pemberantasan TB Paru dikenal 2 komponen, yaitu

komponen diagnosis dan komponen pengobatan. Pada komponen diagnosis meliputi deteksi

penderita di poliklinik dan penegakkan diagnosis secara laboratorium, sedangkan komponen

pengobatan meliputi pengobatan yang cukup dan tepat serta pengawasan menelan obat setiap

hari terutama pada fase awal.

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,

mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi

kuman terhadap OAT. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,

dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan

OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih

menguntungkan dan sangat dianjurkan. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat agar

dicapai kesembuhan dan mencegah resistensi serta mencegah drop out/lalai, dilakukan

pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas

Menelan Obat (PMO). Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia menggunakan

panduan OAT :

- Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3

- Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3

- Kategori 3 : 2 HRZ/4H3R3

Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan dengan

pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis. Pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih

baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis dalam memantau kemajuan pengobatan.

Laju Endap Darah (LED) tidak digunakan untuk memantau kemajuan pengobatan karena

tidak spesifik untuk TB. Penilaian hasil pengobatan seorang penderita dapat dikategorikan

kepada: sembuh, pengobatan lengkap, gagal, defaulted (lalai berobat), meninggal, dan pindah

(transfer out).

Sembuh : Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan

ulang dahak (follow-up) hasilnya negatif pada AP dan pada satu pemeriksaan follow-up

sebelumnya

Pengobatan Lengkap : Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara

lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal.

13

Page 14: Makalah Blok 26 Skenario 1 - Ajeng

Gagal : Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

Default (Putus berobat) : Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau

lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

Meninggal : Adalah pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab

apapun.

Pindah: Adalah pasien yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03 yang lain dan

hasil pengobatannya tidak diketahui.5

Pencegahan

Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent, Host dan Lingkungan dari

TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :

1. Pencegahan Primer

Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif,

walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar

kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi. Promosi kesehatan menghindari

kemunculan dari/ adanya faktor resiko (masa Pra-Kesakitan). Dimana upaya promosi

kesehatan diantaranya adalah:

Penyuluhan penduduk

Untuk meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan lingkungan.

Penyuluhan kesehatan yang merupakan bagian dari promosi kesehatan adalah

rangkaian kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai

suatu keadaan dimana individu, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan

dapat hidup sehat dengan cara memelihara, melindungi dan meningkatkan

kesehatannya. Penyuluhan TB perlu dilakukan karena masalah TB banyak

berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan

penyuluhan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, peran serta

masyarakat dalam penanggulangan TB. Penyuluhan TB dapat dilaksanakan

dengan menyampaikan pesan penting secara langsung ataupun menggunakan

media.

o Penyuluhan Langsung Perorangan

Cara penyuluhan langsung perorangan lebih besar kemungkinan untuk

berhasil dibanding dengan cara penyuluhan melalui media. Dalam

penyuluhan langsung perorangan, unsur yang terpenting yang harus

14

Page 15: Makalah Blok 26 Skenario 1 - Ajeng

diperhatikan adalah membina hubungan yang baik antara petugas

kesehatan dengan penderita. Supaya komunikasi dengan penderita bisa

berhasil, petugas harus menggunakan bahasa yang sederhana yang

dapat dimengerti oleh penderita. Supaya komunikasi berjalan lancar,

petugas kesehatan harus melayani penderita secara ramah dan

bersahabat, penuh hormat dan simpati, mendengar keluhan-keluhan

mereka, serta tunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan dan

kesembuhan mereka. Dengan demikian, penderita mau bertanya

tentang hal-hal yang masih belum dimengerti.

o Penyuluhan Kelompok

Penyuluhan kelompok adalah penyuluhan TB yang ditujukan kepada

sekelompok orang (sekitar 15 orang), bisa terdiri dari penderita TB dan

keluarganya. Dengan alat peraga (gambar atau symbol) maka isi pesan

akan lebih mudah dan lebih cepat dimengerti dgunakan alat bantu

penyuluhan dengan tulisan dan atau gambar yang singkat dan jelas.

o Penyuluhan Massa

Penyakit menular termasuk TB bukan hanya merupakan masalah bagi

penderita, tetapi juga masalah bagi masyarakat, oleh karena itu

keberhasilan penanggulangan TB sangat tergantung tingkat kesadaran

dan partisipasi masyarakat. Pesan-pesan penyuluhan TB melalui media

massa (surat kabar, radio, dan TV) akan menjangkau masyarakat

umum. Penyampaian pesan TB perlu memperhitungkan kesiapan unit

pelayanan, misalnya tenaga sudah dilatih, obat tersedia dan sarana

laboratorium berfungsi. Hal ini perlu dipertimbangkan agar tidak

mengecewakan masyarakat yang datang untuk mendapatkan

pelayanan.

2. Pencegahan Sekunder

Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TBC

yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan.

3. Pencegahan Tersier

Rehabilitasi merupakan suatu usaha mengurangi komplikasi penyakit. Rehabilitasi

merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus

berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi

15

Page 16: Makalah Blok 26 Skenario 1 - Ajeng

penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi

pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali

dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta

penegasan perlunya rehabilitasi.6

Daftar Pustaka

1. Achmadi, Umar Fahmi. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jakarta: Penerbit

Buku Kompas; 2005.P.33-2.

2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Ilmu penyakit dalam.

Edisi 5. Jilid 3. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;

2009.P.2230-9.

3. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI;

2006.P.234-8.

4. Soetono, Sadikin, & Zanilda. Membangun praktek dokter keluarga mandiri. Jakarta:

Pengurus Besar IDI; 2006.P.87-92.

5. Tjandra A. Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. Edisi 2. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008.P.30-7.

6. Departemen Kesehatan RI. Pedoman penanggulangan tuberkulosis. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI; 2002.

16