makalah blok 16

28
Bahaya dan Penanganan Apendisitis Akut Eva Yuliana Choandra 102012333 Blok 16 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana 2012 Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510 e-mail : [email protected] Pendahuluan Anamnesis Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau orang yang mengetahui penyakit pasien (alo-anamnesis). Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat obstetri dan ginekologi (khusus wanita), riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis susunan sistem dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan, lingkungan). 1 1. Identitas 1

Upload: ksatria-putra-abadi

Post on 17-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

aaaa

TRANSCRIPT

Appendisitis adalah peradangan dari apendiks veriformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering

Bahaya dan Penanganan Apendisitis AkutEva Yuliana Choandra102012333

Blok 16Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana 2012

Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510

e-mail : [email protected]

Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau orang yang mengetahui penyakit pasien (alo-anamnesis).

Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat obstetri dan ginekologi (khusus wanita), riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis susunan sistem dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan, lingkungan).1

1. Identitas

Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua atau suami atau isteri atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi memang benar pasien yang dimaksud. Selain itu, identitas ini juga perlu untuk data penelitian, asuransi, dan lain sebagainya.1

Dari skenario yang didapat, identitas dari pasien yang diketahui adalah seorang perempuan usia 35 tahun.2. Keluhan Utama (Chief Complaint)

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang pergi ke dokter. Dalam menuliskan keluhan utama, harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut.1Dari skenario, diperoleh keluhan utamanya adalah nyeri hebat pada perut kanan bawah sejak 6 jam yang lalu.3. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat perjalanan penyakit yang merupakan cerita yang kronologi, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Riwayat perjalanan penyakit disusun dalam Bahasa Indonesia yang baik sesuai dengan apa yang diceritakan oleh pasien.

Dalam melakukan anamnesis, harus diusahakan mendapat data-data sebagai berikut:

a. Waktu dan lamanya keluhan berlangsung

b. Sifat dan beratnya serangan, misalnya mendadak, perlahan, terus menerus, hilang timbul, cenderung bertambah berat atau berkurang, dan lainnya

c. Lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar, berpindah-pindah

d. Hubungannya dengan waktu, misalnya pagi lebih sakit daripada siang atau sore, atau sebaliknya, atau terus menerus tidak mengenal waktu

e. Hubungannya dengan aktifitas, misalnya bertambah berat bila melakukan aktivitas atau bertambah ringan bila melakukan istirahat

f. Keluhan-keluhan yang menyertai serangan, misalnya keluhan yang mendahului serangan, atau keluhan lain yang bersamaan dengan serangan

g. Apakah keluhan baru pertama kali atau sudah berulang

h. Faktor resiko dan pencetus serangan, termasuk faktor-faktor yang memperberat atau meringankan serangan

i. Apakah ada saudara atau teman dekat yang menderita keluhan yang sama

j. Riwayat perjalanan ke daerah yang endemis untuk penyakit tertentu

k. Perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi komplikasi

l. Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat yang diminum oleh pasien, juga tindakan medik lain yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita.1Pada skenario didapati juga adanya keluahan nyeri ulu hati disertai mual sejak 3 hari lalu dan tidak berkurang setelah pasien mengonsumsi obat maag.4. Riwayat Penyakit Dahulu

Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakit sekarang. 5. Riwayat Penyakit Keluarga

Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang diderita pasien dengan penyakit yang diderita oleh keluarga pasien.

Pemeriksaan Fisik Demam biasanya ringan dengan suhu sekitar 37,5oC 38,5oC. Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rectal sampai 1oC. Pada inspeksi perut, tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses periapendikuler.

Pada palpasi, didapatkan nyeri yang terbatas pada region iliaka kanan (tersering pada titik Mc Burney), bisa disertai nyeri lepas. Defans muskuler menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale. Nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci diagnosis. Pada penekanan perut kiri bawah, akan dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang disebut tanda Rovsing. Selain itu juga akan dirasakan nyeri di perut kaan bawah apabila tekanan pada perut kiri bawah dilepaskan (Blumberg sign). Pada apendisitis retrosekal atau retroileal, diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri.

Karena terjadi pergeseran sekum ke kraniolaterodorsal oleh uterus, keluhan nyeri pada apendisitis sewaktu hamil trimester II dan III akan bergeser ke kanan sampai ke pinggang kanan. Tanda pada kehamilan trimester I tidak berbeda dengan pada orang tidak hamil karena itu perlu dibedakan apakah keluhan nyeri berasal dari uterus atau apendiks. Bila penderita miring ke kiri, nyeri akan berpindah sesuai dengan pergeseran uterus, terbukti proses bukan berasal dari apendiks.

Peristaltik usus sering normal, tetapi juga dapat menghilang akibat adanya ileus paralitik pada peritonitis generalisata yang disebabkan oleh apendisitis perforata.

Pemeriksaan colok dubur menyebabkan nyeri bila daerah infeksi dapat dicapai dengan jari telunjuk, misalnya pada apendisitis pelvika. Pada apendisitis pelvika, tanda perut sering meragukan, maka kunci diagnosis adalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur. Pemeriksaan uji psoas (Gambar 1) dan uji obturator (Gambar 2) merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks yang meradang menempel pada otot psoas mayor, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Uji obturator digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang bersentuhan dengan otot obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil. Gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang akan menimbulkan nyeri pada apendisitis pelvika.2-5

Gambar 1. Psoas sign

Gambar 2. Obturator signPemeriksaan Penunjang Laboratorium

Pemeriksaan jumlah leukosit membantu menegakkan diagnosis apendisitis akut. Pada kebanyakan kasus terdapat leukositosis antara 10.000 18.000 sel/mm3 dengan 75% predominan neutrofil. Pada beberapa pasien apensiditis tanpa komplikasi, jumlah leukosit dapat normal. Apabila terjadi leukositosis >20.000 sel/mm3 mengindikasikan terjadinya apendisitis dengan komplikasi (gangren atau perforasi).

Urinalisis dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa pyelonefritis atau nefrolitiasis. Pada wanita usia tua sering didapatkan pyuria minimal karena iritasi ureter oleh apendiks yang mengalami inflamasi. Hematuria mikroskopis dapat ditemukan pada apendisitis, tetapi hematuria makroskopis tidak lazim ditemukan dan mengindikasikan adanya batu saluran kemih.

Pemeriksaan kadar serum -HCG (human chorionic gonadotropin) dapat dilakukan pada wanita usia subur untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan.

Radiologi

Foto polos abdomen : Foto polos abdomen rutin digunakan untuk evaluasi pasien dengan akut abdomen. Penemuan yang berhubungan dengan apendisitis akut adalah fekalit, apabila tampak fekalit pada pasien dengan nyeri abdomen dapat menunjang diagnosa apendisitis. Selain itu foto polos abdomen digunakan untuk menyingkirkan keadaan patologi lainnya.

Barium enema : Apabila kontras dapat mengisi apendiks, maka diagnose apendisitis dapat disingkirkan. Sebaliknya apabila kontras tidak dapat mengisi apendiks, hal ini dapat mengindikasikan apendisitis. Tetapi tes ini kurang sensitive dan spesifik karena pada 20% apendiks normal tidak terisi kontras.

Ultrasonography (USG) : (Gambar 3) Ultrasonography memiliki sensitivitas 85% dan spesifisitas lebih dari 90% dalam diagnosa apendisitis akut. Penemuan USG yang berhubungan dengan apendisitis adalah: diameter anteroposterior apendiks 7 mm atau lebih, penebalan dinding apendiks, struktur lumen yang noncompressible pada potongan melintang (target lesion), atau penemuan apendikolit. Pada kasus lanjut dapat ditemukan masa atau cairan periapendikular.

USG memiliki kelebihan karena bersifat non invasive, tidak memerlukan persiapan pasien, dan juga terhindar dari paparan radiasi ion. Oleh karena itu USG sering digunakan pada pasien anak-anak atau wanita hamil dengan gejala klinis yang diduga sebagai apendisitis akut.

USG pelvis dapat sangat bermanfaat untuk menyingkirkan patologi pada pelvis, misalnya abses tubo-ovarian atau torsi ovarium, yang mempunyai gambaran klinis mirip apendisitis akut. 1,6

Gambar 3. USG pada apendisitis Computed tomography (CT Scan) : (Gambar 4) CT scan dapat dipakai untuk mengevaluasi pasien dewasa dengan suspek apendisitis akut. Teknik ini memiliki sensitivitas 90% dan spesifisitas antara 80-90% dalam diagnosa apendisitis akut pada pasien dengan nyeri abdomen.

Penemuan khas pada apendisitis termasuk distensi apendiks dengan diameter > 7 mm dan penebalan dinding sekelilingnya yang memberi gambaran halo atau target. Jika inflamasi berlanjut, dapat ditemukan periappendical fat stranding, edema, cairan peritoneal, flegmon, atau abses periapendiks. CT scan dapat mendeteksi apendikolit pada 50% pasien dengan apendisitis. (tabel 1)

Gambar 4. CT scan pada apendisitisTabel 1. Perbandingan pemeriksaan radiologis pada apendisitis akut

Meskipun sebagian besar pasien apendisitis dapat didiagnosa akurat berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan radiologis, ada beberapa pasien yang diagnosanya masih belum jelas. Pada pasien-pasien ini, diagnostik laparoskopi dapat digunakan untuk memeriksa apendiks secara langsung dan memeriksa kavum abdomen untuk mencari penyebab yang mungkin dari nyeri.

Dikenal juga system scoring Alvarado Scale untuk membantu diagnosa apendisitis. (tabel 2)Tabel 2. Alvarado Scale

Pasien dengan skor 9 atau 10 hampir pasti menderita apendisitis, dan sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan. Pasien dengan skor 7 atau 8 diduga kuat menderita apendisitis, pasien dengan skor 5 atau 6 gejalanya cocok dengan apendisitis, tetapi bukan sebagai diagnosa apendisitis. CT scan dianjurkan pada pasien dengan skor 5 atau 6, dapat juga pada pasien dengan skor 7 atau 8. Pasien dengan skor 0 sampai 4 kecil kemungkinan (tetapi bukan tidak mungkin) menderita apendisitis.

Pembahasan

Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering2. Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat, karena yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah sekum. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa fungsi apendiks sebenarnya. Namun demikian, organ ini sering sekali menimbulkan masalah kesehatan.3

Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung panjang dan sempit. Panjangnya kira-kira 10cm (kisaran 3-15cm) dan berpangkal di sekum. Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Adanya hambatan dalam pengaliran tersebut, tampaknya merupakan salah satu penyebab timbulnya appendisits. Di dalam apendiks juga terdapat immunoglobulin sekretoal yang merupakan zat pelindung efektif terhadap infeksi (berperan dalam sistem imun). Dan immunoglobulin yang banyak terdapat di dalam apendiks adalah IgA. Namun demikian, adanya pengangkatan terhadap apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh. Ini dikarenakan jumlah jaringan limfe yang terdapat pada apendiks kecil sekali bila dibandingkan dengan yang ada pada saluran cerna lain.3

Apendisitis dapat mengenai semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Namun lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun.2Diagnosis Banding Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding.1. Kehamilan Di Luar Kandungan Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak merientu. Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan perdarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan vagina, didapatkan nyeri dan penonjolan rongga Douglas dan pada kuldosentesis didapatkan darah.3-5

2. Adnexitis

Adnexitis adalah infeksi ovarium terutama pada saluran tuba dikarenakan mikoorganisme patogenik. Dibagi menjadi 2 macam kronik dan akut. Adnexitis akut gejalanya sangat jelas, seperti demam, gemetar, perut bagian bawah yang sakit, dll. Adnexitis kronik ada tingkat kesakitan yang berbeda pada bagian perut. Rasa sakit pada perut bagian bawah, disertai keputihan yang bertambah banyak, sakit pinggang, haid tidak lancar.

Yang menyebabkan adnexitis adalah :

1. Pada saat pengaplikasian alat kontrasepsi IUD.

2. Infeksi pada bagian tubuh yang lainnya yang belum mendapat pengobatan secara tepat, bakteri pathogen penyakit bisa menyebar sehingga menyebabkan radang ovarium.

3. Antibody yang menurun setelah kelahiran atau keguguran, penyebabnya adalah infeksi saluran reproduksi yang menyebar ke saluran telur, ovarium, ke seluruh panggul, menyebabkan peradangan.

4. Tidak memperhatikan kebersihan saat haid, hubungan sex saat haid atau hubungan sex yang tidak bersih.5. Belum melakukan disinfeksi sebelum melakukan penanganan pada rahim. ( operasi aspirasi vagina, radiografi saluran telur dan infeksi bedah obstetric ). 4Diagnosis Kerja

Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan teliti, diagnosis klinis apendisitis masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus. Kesalahan diagnosis lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki. Hal ini dapat disadari mengingat pada perempuan terutama yang masih muda sering mengalami gangguan yang mirip apendisitis. Keluhan itu berasal dari genitalia interna karena ovulasi, menstruasi, radang di pelvis, atau penyakit ginekologik lain.Untuk menurunkan angka kesalahan diagnosis apendisitis meragukan, sebaiknya dilakukan observasi penderita di rumah sakit dengan pengamatan setiap 1-2 jam. Foto barium kurang dapat dipercaya. Ultrasonografi dan laparoskopi bisa meningkatkan akurasi diagnosis pada kasus yang meragukan.3Etiologi Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun, diantara penyebab obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid merupakan penyebab obstruksi yang paling sering terjadi. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasit E. histolytica.2,3

Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit apendisitis. Tinja yang keras dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian konstipasi akan menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini akan mempermudah timbulnya apendisitis.3Patogenesis Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus (lendir) setiap harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks ke sekum menjadi terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudian terbentuklah bendungan mukus di dalam lumen. Namun, karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks, sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga mengakibatkan timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di sekitar umbilikus.2,3

Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum setempat, sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa. Jika dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis berada dalam keadaan perforasi. Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses peradangan ini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus halus, sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Namun, jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.Pada anak-anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih panjang, dan dinding apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena adanya gangguan pembuluh darah.Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan mengalami eksaserbasi.3Manifestasi Klinik Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 -38,5 derajat celcius.5

Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut gejala yang timbul tersebut.1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindungoleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.

2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis

Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare). Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.

Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana gejala apendisitis tidak jelas dan tidak khas.5Pada wanita. Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya serupa dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi, menstruasi), radang panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia kehamilan trimester, gejala apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke regio lumbal kanan. Komplikasi Pada kebanyakan kasus, peradangan dan infeksi apendiks mungkin didahului oleh adanya penyumbatan di dalam apendiks. Bila peradangan berlanjut tanpa pengobatan, apendiks bisa pecah. Apendiks yang pecah bisa menyebabkan : 1. Perforasi dengan pembentukan abses.2. Peritonitis generalisata, masuknya kuman usus ke dalam perut, menyebabkan peritonitis, yang bisa berakibat fatal.

3. Masuknya kuman ke dalam pembuluh darah (septikemia), yang bisa berakibat fatal.4. Pada wanita, indung telur dan salurannya bisa terinfeksi dan menyebabkan penyumbatan pada saluran indung telur yang bisa menyebabkan kemandulan.

5. Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang terjadi.6Tatalaksana

Bila dari hasil diagnosis positif apendisitis akut, maka tindakan yang paling tepat adalah segera dilakukan apendiktomi. Apendektomi dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu cara terbuka dan cara laparoskopi. Apabila apendisitis baru diketahui setelah terbentuk massa periapendikuler, maka tindakan yang pertama kali harus dilakukan adalah pemberian/terapi antibiotik kombinasi terhadap penderita. Pemberian antibiotik intraven diberikan untuk antisipasi bakteri patogen, antibiotik initial diberikan termasuk gegerasi ke 3 cephalosporins, ampicillin sulbaktam, dll, dan metronidazol atau klindanisin untuk kuman anaerob. Pemberian antibiotik postops harus di ubeah berdasarkan kulture dan sensitivitas. pAntibiotik tetap diberikan sampai pasien tidak demam dengan normal leukosit.Antibiotik ini merupakan antibiotik yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. Setelah gejala membaik, yaitu sekitar 6-8 minggu, barulah apendektomi dapat dilakukan. Jika gejala berlanjut, yang ditandai dengan terbentuknya abses, maka dianjurkan melakukan drainase dan sekitar 6-8 minggu kemudian dilakukan apendisektomi. Namun, apabila ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun dan pemeriksaan klinis serta pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan tanda radang atau abses setelah dilakukan terapi antibiotik, maka dapat dipertimbangkan untuk membatalkan tindakan bedah.Pembedahan segera dilakukan, untuk mencegah terjadinya ruptur (pecah), terbentuknya abses atau peradangan pada selaput rongga perut (peritonitis). Pada hampir 15% pembedahan apendiks, apendiksnya ditemukan normal. Tetapi penundaan pembedahan sampai ditemukan penyebab nyeri perutnya, dapat berakibat fatal. Apendiks yang terinfeksi bisa pecah dalam waktu kurang dari 24 jam setelah gejalanya timbul. Bahkan meskipun apendisitis bukan penyebabnya, apendiks tetap diangkat. Lalu dokter bedah akan memeriksa perut dan mencoba menentukan penyebab nyeri yang sebenarnya. Pembedahan yang segera dilakukan bisa mengurangi angka kematian pada apendisitis. Penderita dapat pulang dari rumah sakit dalam waktu 2-3 hari dan penyembuhan biasanya cepat dan sempurna. Apendiks yang pecah, prognosisnya lebih serius. 50 tahun yang lalu, kasus yang ruptur sering berakhir fatal. Dengan pemberian antibiotik, angka kematian mendekati nol.7 Bagan 1. Algortima diagnostik apendisitis akut

Prognosis Prognosis Mortalitasadalah 0,1% jikaapendisitis akuttidak pecah, dan 15% jika pecah pada orang tua. Kematian biasanya dari sepsis, emboli paru, atau aspirasi;prognosismembaik dengan diagnosis dini sebelum ruptur dan antibiotik yang lebih baik.KesimpulanApendiks adalah termasuk ke dalam salah satu organ sistem pencernaan yang terletak tepat dibawah dan melekat pada sekum yang berfungsi sebagai imun. Apendisistis merupakan inflamasi akut pada apendiks yang disebabkan oleh fekalit (massa keras dari feces), tumor atau benda asing di dalam tubuh, namun ulserasi mukosa oleh parasit E.

Histolytica juga dapat menyebabkan apendisitis. Gaya hidup individu pun dapat menyebabkan terjadinya apendisitis, kebiasaan individu mengkonsumsi makanan rendah serat dapat menyebabkan konstipasi yang akan menyebabkan meningkatnya tekanan intraluminal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa dan terjadilah apendisitis.

Dalam menangani usus buntu sebaiknya jangan terlalu banyak makan zat non hidrohenik, seperti cabai-cabaian. Bila sering makan satu cabai, maka zat ini akan awet dalam tubuh sampai meninggal dunia, tidak keluar; kenyang terus; sehingga tidak ada gantian zat. Tetapi bila cabai dibuat sambal dengan seluruh jenis cabai merah, cabai hijau, cabai kuning; cabai hitam dan lain-lain, maka tidak berpengaruh terhadap kesehatan tubuh. Pasca operasi hindari makan makanan yang dapat menyebabkan alergi, konsumsi makanan anti-oksidan (tomat, dll.) Hindari konsumsi makanan yang menstimulasi (kopi, alkohol, rokok), dan minum air 6-8 gelas/hari.Daftar Pustaka 1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadribata MK, Setiati S. Ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.25-2835.2. Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., Bedah Digestif, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Cetakan Kelima. Media Aesculapius, Jakarta, 2005, hlm. 307-313.3. Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan Anorektum, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm.639-645.4. Adnexitis . metropole hospital . diunduh dari www.metropolehospital.com , 18 mei 2014. 5. Simpson, J., Humes, D. J., Acute Appendicitis, BMJ, http://www.bmj.com/cgi/content/full/333/7567/530, 9 September 2006, 333: 530-536.6. Mittal, V.K., Goliath, J., Sabir, M., Patel, R., Richards, B.F., Alkalay, I., ReMine, S., Edwards,M., Advantages of Focused Helical Computed Tomographic Scanning With Rectal Contrast Only vs Triple Contrast in the Diagnosis of Clinically Uncertain Acute Appendicitis, Archives of Surgery, http://archsurg.ama-assn.org/cgi/content/full/139/5/495, Mei 2004, 139(5): 495-5007. Grace, Pierce. A., Neil R. Borley., At a Glance, Edisi 3. Erlangga, Jakarta, 2007, hlm.106-107.PAGE 18