makalah kelompok blok 16

28
Keracunan Makanan setelah Mengkonsumsi Daging yang Diolah Sebelumnya Ramli Saibun Hasudungan Simanjuntak (10-2010-356), Cathelin Stella (10-2010-219), Desy Purnamasari Kalembu (10-2010-121), Sisilia Dina Mariana (10-2009-147), Martin Prayiggo Utomo (10- 2010-018), Kezia Natania Sudibyo Wisnu Sonjaya (102010041), Benedictus Aldwin Ainsley (10-2010-134), Henry Reinaldo (10-2010- 221) , Angela Sondang (10-2010-289), Rucmana Aga (10- 2010 – 350) C-6 Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 1

Upload: sisilia-sianturi

Post on 25-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pbl

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kelompok Blok 16

Keracunan Makanan setelah Mengkonsumsi

Daging yang Diolah Sebelumnya

Ramli Saibun Hasudungan Simanjuntak (10-2010-356), Cathelin Stella (10-2010-219), Desy

Purnamasari Kalembu (10-2010-121), Sisilia Dina Mariana (10-2009-147), Martin Prayiggo

Utomo (10-2010-018), Kezia Natania Sudibyo Wisnu Sonjaya (102010041), Benedictus

Aldwin Ainsley (10-2010-134), Henry Reinaldo (10-2010-221) , Angela Sondang (10-2010-

289), Rucmana Aga (10- 2010 – 350)

C-6

Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

_________________________________________________________________________

Pendahuluan

Pangan atau Makanan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam

kehidupan manusia. Salah satu ciri makanan yang baik adalah aman untuk dikonsumsi. Jaminan

akan keamanan pangan merupakan hak asasi konsumen. Makanan yang menarik, nikmat, dan

tinggi gizinya, akan menjadi tidak berarti sama sekali jika tak aman untuk dikonsumsi. Makanan

yang aman adalah yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri dan

bahan kimia berbahaya, diolah dengan tata cara yang benar ,sehingga sifat dan zat gizinya tidak

rusak, serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia. Karena itu, kualitas makanan, baik

1

Page 2: Makalah Kelompok Blok 16

secara bakteriologi, kimia, dan fisik, harus selalu diperhatikan. Kualitas dari produk pangan

untuk konsumsi manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh mikroorganisme. Menurut Undang-

Undang No.7 tahun 1996, keamanan pangan didefinisikan sebagai suatu kondisi dan upaya yang

diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain

yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.

Namun, makanan yang kita makan kadangkala ada yang dapat menimbulkan penyakit,

yaitu keracunan makanan. Disebut keracunan makanan bila seseorang mengalami gangguan

kesehatan setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri atau racun yang

dihasilkan oleh bakteri penyakit. Mikroorganisme ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui

makanan dengan perantaraan orang yang mengolah makanan atau memang berasal dari makanan

itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik. Seperti diketahui, bakteri sangat menyukai

suasana lingkungan yang lembab dan bersuhu ruangan. Pada kondisi ini, pertumbuhan bakteri

akan meningkat dengan pesat. Bila suhu ini ditingkatkan atau diturunkan, maka perkembangan

biakan bakteri pun akan berkurang atau terhenti. Keracunan makanan merupakan penyakit yang

diakibatkan pengkonsumsian makan atau minuman yang memiliki kandungan bakteri baik yang

menghasilkan toksin atau tidak, parasit, virus atau bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan

gangguan di dalam fungsi normal tubuh.

Sering kali keracunan makanan menimbulkan kejadian yang luar biasa dan kematian.

Terdapat tiga faktor utama yang umumnya menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) keracunan

pangan akibat bakteri, yaitu kontaminasi dimana bakteri patogen harus ada dalam pangan,

kemudian pertumbuhan dimana dalam beberapa kasus bakteri patogen harus memiliki

kesempatan untuk berkembang biak dalam pangan, untuk menghasilkan toksin atau dosis infeksi

yang cukup untuk menimbulkan penyakit. Selain itu daya hidup (survival) dari bakterinya

sendiri juga penting, jika berada pada kadar yang membahayakan, bakteri patogen harus dapat

bertahan hidup dalam pangan selama penyimpanan dan pengolahannya.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai keracunan makanan oleh bakteri, khususnya

keracunan yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus.

2

Page 3: Makalah Kelompok Blok 16

Isi

Keracunan makanan atau food poisoning adalah penyakit gastrointestinal akut yang

hampir terjadi setiap saat terutama di Indonesesia. Hal ini disebabkan oleh makanan

terkontaminasi bakteri hidup atau oleh toksin yang dihasilkannya, serta bisa juga disebabkan

oleh faktor lain diluar bakteri.1

Karakteristik keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri yaitu:

Menyerang banyak orang dalam waktu yang sama

Penderita menyantap makanan yang sama

Sumber penyebab sama dan gejala penyakitnya mirip satu sama lain.

Secara umum, keracunan makanan karena bakteri memberikan gejala yang ringan dan

gejalanya akan hilang dengan sendirinya tanpa diobati.2 Sedangkan keracunan makanan yang

bukan karena bakteri tidak selalu memberikan gejala yang sama dan tidak terjadi dalam waktu

bersamaan, namun tetap berbahaya bagi kesehatannya

Anamnesis

1. Identitas Pasien

Menanyakan kepada pasien atau orang tua dari anak, meliputi :

- Nama lengkap pasien

- Umur pasien

- Tanggal lahir

- Jenis kelamin

- Agama

- Alamat

- Umur (orang tua)

- Pendidikan dan pekerjaan (orang tua)

- Suku bangsa

2. Keluhan Utama

Menanyakan keluhan utama pasien yaitu : mual , muntah dan sakit kepala.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Menanyakan kepada pasien atau orang tua sebagai wali :3

- Sejak kapan dirasakan adanya mual dan muntah?

3

Page 4: Makalah Kelompok Blok 16

- Lama mual dan muntahnya berapa lama (durasinya)?

- Kira-kira apa penyebab mualnya?

- Apakah nama atau jenis bahan yang telah dikonsumsi yang diduga menyebabkan

keracunan?

- Apakah ada keluhan tambahan, seperti :

a) Rasa kering pada mulut, nyeri tenggorok, gangguan penglihatan, penglihatan

ganda atau diplopia → curiga keracunan c. Botulinum

b) Mual, muntah, kesemutan disekitar mulut, lemah badan, susah bernapas→

curiga keracunan makanan laut.

c) Muntah, mencret, sakit kepala, pusing, sesak napas, mata melotot, mulut

berbusa, pingsan, kejang-kejang→ curiga keracunan singkong.

d) Kolik perut, muntah,mencret, haus, keringat banyak, ludah banyak,

lakrimasi, ( amanita muscaria ), pingsan, diare dengan darah ( Amanita

phalloides ) kekacauan mental, →curiga keracunan jamur.

- Kapan terakhir kali buang air kecil?

- Berapa berat badan sebelum sakit ? adakah penurunan berat badan?

4. Riwayat Penyakit Dahulu

- Apakah pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya ? jika ya, apakah sudah

berobat ke dokter dan apa diagnosisnya serta pengobatan yang diberikan ?

5. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga.

- Apakah terdapat gejala yang sama pada ayah, ibu, saudara kandung atau orang lain

disekitarnya ?

- Jika pasien mempunyai saudara, apakah saudara pasien mengidap penyakit bawaan?

6. Riwayat Pengobatan

- Obat apa saja yang sudah diminum pasien untuk mengatasi rasa mual dan

muntahnya?

Pemeriksaan Fisik

Umum

1. Kesadaran umum dari pasien

4

Page 5: Makalah Kelompok Blok 16

Tentukan tingkat kesadaran (compos mentis, apatis, somnolen, koma), serta sifat

gangguan kesadaran.

2. Pemeriksaan tanda-tanda vitalPeriksa : Tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan, suhu

Khusus

1. Mata4

a).    Inspeksi

- Adakah hiperaktifitas kelenjar air mata (lakrimasi) → keracunan jamur

- Adakah tremor kelopak mata ?

- Adakah ganguan membuka mata (bleparospasme) → curiga keracunan

c.botulinum

b).    Pemeriksaan Pupil

- Tentukan besar/diameter pupil

- Dilatasi pupil menetap, reflek pupil menurun atau hilang → khas pada keracunan

c. botulinum

c).    Pemeriksaan fungsi penglihatan

- Adakah kekaburan dan pandangan ganda (diplopia) → khas pada keracunan c.

botulinum

2. MulutInspeksi

- Diperiksa, adakah luka-luka disekitar mulut (jika bahan korosif)

- Warna bibir, bibir berwarna kebiruan karena sianosis pada keracunan sianida

- Diperiksa, adakah hipersalivasi → curiga keracunan jamur (amanita muscaria)

3. Lidah- Adakah tremor

- Apakah tampak kering dan kasar → khas pada keracunan c. botulinum

- Adakah kesulitan berbicara

- Adakah sisa muntahan (segera dibersihkan)

4. Kulit- Warna kulit kebiruan karena sianosis pada keracunan sianida

- Warna kulit kuning karena keracunan jamur (Amanita phalloides)

-

5

Page 6: Makalah Kelompok Blok 16

5. Abdomena).    Perkusi batas hati

b).    Palpasi hati

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :

1. Laboratorium5

Pemeriksaan darah lengkap, air seni, kultur tinja atau muntahan. Toksin penghasil

Staphylococcus aureus dapat diidentifikasi dalam tinja atau muntahan, dan toksin dapat

dideteksi dalam makanan. Diagnosis keracunan makanan staphylococcal dalam individu

umumnya didasarkan hanya pada tanda dan gejala pasien. Pengujian untuk menghasilkan

racun bakteri atau toksin ini tidak biasanya dilakukan pada pasien individu. Pengujian

biasanya disediakan untuk wabah yang melibatkan beberapa orang.

2. Metode KonvensionalMetode konvensional untuk identifikasi dan penghitungan jumlah patogen.

Dengan metode ini pengujian bisa terdiri dari tahap-tahap perbenihan, perbenihan selektif

dan uji lengkap (biokimiawi). Perbenihan biasanya dilakukan pada media tumbuh untuk

mendukung pertumbuhan patogen yang umumnya terdapat dalam jumlah sedikit di dalam

makanan. Perbenihan selektif dilakukan dengan media selektif yang dapat menghambat

mikroba yang tidak diinginkan. Hal ini biasanya dilakukan dengan pengguna zat

penghambat atau penggunaan suhu inkubasi tertentu.

Masalah utama dengan metode ini adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk

mendapatkan hasil pengujian. Pengujian terhadap salmonella, misalnya dapat

menghabiskan waktu selama 6-8 hari. Oleh karena itu beberapa modifikasi telah banyak

dilakukan. Uji lengkap biokimia dapat dilakukan dengan perangkat (kit) komersial yang

berisi substrat yang telah dikering bekukan, sehingga analisa dapat diamati hasilnya

dalam waktu lebih singkat.

3. Metode ImunokimiaMetode pengujian patogen secara imunokimia didasari oleh reaksi spesifik dan antibodi.

Uji yang sering dilakukan adalah uji. Dengan ELISA, mikroba yang akan diuji bisa

diimobilasi pada fase padat (dasar tabung, dasar multi plates, membran), kemudian

6

Page 7: Makalah Kelompok Blok 16

diinkubasi dengan antibodi yang spesifik bereaksi dengan antigen. Pemberian antibodi

kedua yang berligan enzim akan menyebabkan ikatan dengan kompleks antigen-antibodi

pertama. Subsrat spesifik untuk enzim lalu ditambahkan. Aktifitas enzim dalam

mengubah subsrat (yang ditambahkan kemudian) menjadi produk sebanding dengan

jumlah antigen yang diuji. Produk yang dihasilkan biasanya memiliki warna tertentu yang

bisa diukur absorbansinya dengan spektrofotometer

4. Metode Fisik CepatBeberapa metode cepat untuk mendeteksi patogen asal makanan telah dikembangkan.

Pada umumnya ini tidak ditujukan untuk mingidentifikasi patogen tertentu tetapi

menghitung jumlah patogen yang ada. Hasil analisisnya dapat digunakan untuk

menentukan dosis infeksi (ID50= infectious dose 50) dan sebagainya.

5. BiotypingBiotyping adalah penggolongan mikroba patogen berdasarkan kemampuannya

menggunakan substrat tertentu. Vibrio cholerae misalnya, terdiri dari dua biotipe yaitu V.

cholerae biotipe cholerae (klasik) dan V cholerae biotipe El-Tor. Penggolongan ini

didasarkan pada kemampuan masing-masing kelompok dalam mengaglutinasi dan

meghidrolisis sel darah merah. Kedua kelompok ini memiliki tingkat virulen yang

berbeda.

Differential Diagnosis

1. Bacillus cereus

Bacillus cereus merupakan bakteri yang berbentuk batang, tergolong bakteri

Gram-positif, bersifat aerobik, dan dapat membentuk endospora. Keracunan akan timbul

jika seseorang menelan bakteri atau bentuk sporanya, kemudian bakteri bereproduksi dan

menghasilkan toksin di dalam usus, atau seseorang mengkonsumsi makanan yang telah

mengandung toksin B.cereus.6

Pada suhu 180-440C, Bacillus cereus ini dapat membentuk enterotoksin7. Ada dua

tipe toksin yang dihasilkan oleh Bacillus cereus, yaitu toksin yang menyebabkan diare

dan toksin yang menyebabkan muntah (emesis). Perbedaan nya dapar dilihat dalam

Tabel. 1 .

7

Page 8: Makalah Kelompok Blok 16

Tipe Enterotoksin

Karakteristik Diare Emetic

Gejala Klinik :

Masa Inkubasi 8-16 jam 1-5 jam

Diare Lambat Cepat

Mual Tidak menentu Sering

Waktu Sakit 12-24 jam 6-24 jam

Produk Makanan Daging, sup, buah, sayur,

saos

Makanan yang dipanaskan,

nasi goreng

Tabel 1. Perbedaan toksin yang dihasilkan oleh Bacillus cereus7

Adapula gejala keracunan dari Bacillus cereus ini, yaitu :

- Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab

diare, maka gejala yang timbul berhubungan dengan saluran pencernaan bagian

bawah berupa mual, nyeri perut seperti kram, diare berair, yang terjadi 8-16 jam

setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi.

- Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab

muntah,gejala yang timbul akan bersifat lebih parah dan akut serta berhubungan

dengan saluran pencernaan bagian atas, berupa mual dan muntah yang dimulai 1-

6 jam setelah mengkonsumsi makanan yang tercemar.

Gambar 1. Mikroskopik Bacillus cereus8

8

Page 9: Makalah Kelompok Blok 16

Bakteri penghasil toksin penyebab muntah bisa mencemari makanan berbahan

beras, kentang tumbuk, pangan yang mengandung pati, dan tunas sayuran. Sedangkan

bakteri penghasil toksin penyebab diare bisa mencemari sayuran dan daging.

Tindakan pengendalian khusus bagi rumah tangga atau penjual makanan ,terkait

bakteri ini adalah pengendalian suhu yang efektif untuk mencegah pertunasan dan

pertumbuhan spora. Bila tidak tersedia lemari pendingin, disarankan untuk memasak

makanan dalam jumlah yang sesuai untuk segera dikonsumsi. Toksin yang berkaitan

dengan sindrom muntah bersifat resisten terhadap panas dan pemanasan berulang, proses

penggorengan pangan juga tidak akan menghancurkan toksin tersebut.

2. Clostridium perfringens

Banyak jenis klostridia penghasil toksin dapat menimbulkan infeksi invasif bila masuk ke

dalam jaringan yang rusak. Kira-kira 30 spesies klostridia dapat menimbulkannya, tetapi

penyebab paling sering dalam penyakit invasif adalah Clostridium perfringens (90%). Suatu

enterotoksin yang dihasilkan C perfringens merupakan penyebab umum keracunan makanan.4

Clostridia menghasilkan sejumlah besar jenis toksin dan enzim yang mengakibatkan

penyebaran infeksi. Toksin alfa C perfringens tipe A adalah suatu lesitinase, dan sifat letalnya

sebanding dengan laju pemecahan lesitin (suatu unsur penting dalam selaput sel) menjadi

fosforilkolin dan digliserida. Beberapa strain C perfringens menghasilkan enterotoksin yang

kuat, terutama bila tumbuh dalam masakan daging, namun enterotoksinnya tidak tahan panas

(Heat labil). Kerja enterotoksin C perfringens meliputi hipersekresi yang nyata dalam jejunum

dan ileum, disertai kehilangan cairan dan elektrolit pada diare. Mekanisme pastinya belum

diketahui, tetapi tidak melibatkan perangsangan adenil siklase atau guanil siklase. Bila lebih dari

108 sel vegetatif termakan dan bersporulasi dalam usus, terbentuk enterotoksin. Enterotoksin

adalah suatu protein (berat 35.000) yang tampaknya identik dengan komponen pembungkus

spora, berbeda dengan toksin klostridia lainnya, menyebabkan daire hebat dalam 6-18 jam.

Penyakit ini cenderung sembuh sendiri. Keracunan makanan karena C perfringens biasanya

terjadi setelah memakan sejumlah besar klostridia yang tumbuh dalam makanan daging yang

dihangatkan. Toksin terbentuk bila organisme bersporulasi dalam usus; permulaan diare –

biasanya tanpa muntah atau demam – adalah 6-18 jam. Penyakit ini berlangsung hanya 1-2 hari.4

9

Page 10: Makalah Kelompok Blok 16

Working Diagnosis

Sesuai dengan kasus yang dibahas, kasus yang terjadi ini ialah keracunan makanan

karena bakteri (bacterial food poisoning). Diagnosis ini ditegakkan karena pada kasus ini, bukan

hanya 1 orang yang mengalaminya, dan juga dikatakan mereka baru saja makan makanan yang

dibuat kemarin dan akhirnya hanya dipanaskan, serta gejala yang ditunjukkan sesuai dengan

kemungkinan etiologinya. Karena itu working diagnosisnya adalah bacterial food poisoning.

Bacterial food poisoning adalah suatu penyakit akibat menelan makanan/minuman yang

mengandung toksin bakteri. Bakteri tumbuh dan berkembang biak pada produk makanan,

akhirnya menghasilkan toksin, dan ketika makan dimakan maka toksin akan masuk,

menyebabkan gangguan GIT, mual, muntah, diare, kelumpuhan otot, dll, dan dapat berakibat

fatal. Bakteri penghasil toksin umumnya tidak merubah rasa, warna, atau konsistensi makanan,

sehingga dianggap layak dikonsumsi. Terdapat 25 genus penting yang menyebabkan keracunan

makanan ini. Food poisoning disease ini tergantung pada respon imun individu, jumlah toksin

yang termakan, dan status kesehatan individu. Diagnosis kerjanya sudah pasti merupakan

keracunan makanan, namun masalah yang penting dibahas adalah apakah kausa dari keracunan

makanan tersebut.2 Kemungkinan terbesar adalah antara enterotoksin dari Staphylococcus

aureus, Bacillus cereus tipe emetik, dan Clostridium perfringens, karena itu kita akan melihat

perbandingannya dalam tabel 1.

Mual Muntah Nyeri perut Inkubasi Makanan Heat stabil

S. aureus + + + 2-4 jam Tinggi protein

(unggas, telur,

daging, dll)

(+)

B. cereus tipe

emetik

+ + + 2-4 jam Sereal, nasi, dll (+)

C. perfringens + - + 12-36 jam Makanan

kaleng, daging

(-)

Tabel 1.2,4-6 Perbandingan Enterotoksin Berbagai Bakteri

10

Page 11: Makalah Kelompok Blok 16

Dari tabel di atas, dapat dikatakan bahwa kausa dari kasus keracunan makanan ini ialah

Staphylococcus aureus, karena sesuai dengan tanda- tanda yang dipaparkan pada kasus ini,

karena itu akan dibahas lebih lanjut mengenai kuman ini, dan selanjutnya akan dibahas mengenai

Bacillus cereus dan Clostridium perfringens.

Staphylococcus aureus merupakan bakteri bulat gram-positif, biasanya tersusun dalam

rangkaian tak beraturan seperti anggur, dapat dilihat seperti pada gambar 1. Bakteri ini mudah

tumbuh pada berbagai perbenihan dan mempunyai metabolisme aktif, meragikan karbohidrat,

serta menghasilkan pigmen yang bervariasi.4

Gambar 1. Staphylococcus aureus

(Diunduh dari http://www.samaritanid.com)

Staphyloccous aureus termasuk jenis yang patogen dari genus Staphylococcus, karena itu

ia dapat menghemolisa darah, mengkoagulasi plasma, serta dapat menghasilkan berbagai macam

enzim dan juga berbagai toksin, salah satunya adalah enterotoksin yang menjadi penyebab

keracunan ini, mengenai enterotoksin akan dibahas kemudian.4-6 Staphyloccous tidak bergerak

dan tidak membentuk spora. Koloni dari bakteri ini berwarna kuning, merah, atau jingga, dan

mudah tumbuh pada banyak perbenihan bakteri, dalam keadaan aerobik ataupun mikroaerofilik.

Staphylococcus aureus membentuk koloni berwarna abu-abu sampai kuning emas tua.

Staphylococcus aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel.4-6

11

Page 12: Makalah Kelompok Blok 16

Etiologi

Terdapat 23 spesies Staphilococcus, tetapi Staphilococcus aureus merupakan bakteri

yang

paling banyak menyebabkan keracunan makanan dan toxic shock syndrom. Staphilococcus

aureus merupakan bakteri berbentuk kokus atau bulat, tergolong dalam bakteri gram-positif,

bersifat aerobik fakultatif, dan tidak membentuk spora. Toksin yang dihasilkan bakteri ini

bersifat tahan panas , sehingga tidak mudah rusak pada suhu memasak normal. Bakteri ini dapat

mati, tetapi toksin akan tetap tertinggal karena toksinnya dapat bertahan pada suhu 100oC.

Toksin dapat rusak secara bertahap saat pendidihan minimal selama 30 menit.

Staphylococcus aureus dapat membentuk toksin penyebab muntah yang bersifat tahan

panas. Tangan dan rongga hidung adalah sumber S. aureus terbesar, sehingga hindari kebiasaan

buruk seperti memegang hidung, batuk dan menggaruk wajah saat mengolah makanan.

Gambar 4. Pewarnaan gram Staphylococcus aureus12

Bakteri ini memproduksi toksin (enterotoksin) yang bersifat stabil terhadap pemanasan

(termostabil), tahan terhadap aktivitas pemecahan oleh enzim-enzim pencernaan, dan relatif

resisten terhadap pengeringan. Selain enterotoksin, dia juga memproduksi hemolisin (toksin yang

dapat merusak dan memecah sel-sel darah merah). Substrat yang baik untuk pertumbuhan dan

produksi enterotoksin ialah substrat atau makanan yang mengandung protein seperti daging,

ikan, susu dan produk olahannya. Sementara itu keberadaan bakteri S.aureus dan toksin yang

dihasilkan pada makanan tidak dapat dideteksi secara visual karena tidak menimbulkan

perubahan yang nyata pada makanan.

12

Page 13: Makalah Kelompok Blok 16

Epidemiologi

Staphylococcus aureus sama seperti bakteri lainnya yang dapat mencemari makanan jika

disertai dengan kondisi-kondisi yang menguntungkan bagi dirinya. Makanan yang dapat

tercemar bakteri ini adalah produk makanan yang kaya protein, misalnya daging, ikan, susu, dan

daging unggas; produk makanan matang yang ditujukan dikonsumsi dalam keadaan dingin,

seperti salad, puding, dan sandwich, produk makanan yang terpapar pada suhu hangat selama

beberapa jam; dan makanan yang disimpan pada lemari pendingin yang terlalu penuh atau yang

suhunya kurang rendah, serta makanan yang tidak habis dikonsumsi dan disimpan pada suhu

ruang. Kemungkinan orang dengan sistem imun yang rendah lebih rentan terkena keracunan

makanan.1,7

Terapi

Medika Mentosa

Penanganan keracunannya adalah dengan mengganti cairan dan elektrolit yang

hilang akibat muntah atau diare. Pengobatan antidiare biasanya tidak diperlukan. Untuk

menghindari dehidrasi pada pasien, berikan air minum dan larutan elektrolit yang banyak

dijual sebagai minuman elektrolit dalam kemasan.

Infeksi-infeksi kulit yang minor biasanya dirawat dengan obat salep antibiotik

seperti campuran triple-antibiotic yang bebas resep. Pada beberapa kasus-kasus,

antibiotik-antibiotik oral mungkin diberikan untuk infeksi-infeksi kulit. Sebagai

tambahan, jika bisul-bisul bernanah muncul, mereka biasanya dialirkan keluar secara

operasi. Infeksi-infeksi yang lebih serius dan mengancam nyawa dirawat dengan

antibiotik-antibiotik intravena. Pilihan dari antibiotik-antibiotik tergantung pada

kepekaan dari strain staphylococcal tertentu seperti yang ditentukan oleh hasil-hasil

pembiakan dalam laboratorium. Beberapa strain-strain Staphylococcus aureus, seperti

MRSA yang merupakan resisten pada banyak antibiotik. MRSA

Methicillin-resistant staphylococcus aureus (MRSA) merupakan tipe dari

Staphylococcus aureus yang adalah resisten pada antibiotik methicillin dan obat-obat lain

dalam kelompok yang sama, termasuk penicillin, amoxicillin, dan oxacillin. MRSA

13

Page 14: Makalah Kelompok Blok 16

pertama terlihat pada pasien-pasien di rumah-rumah sakit dan fasilitas-fasilitas kesehatan

lain, terutama pada orang lanjut usia, yang sangat sakit, dan mereka dengan luka yang

terbuka atau kateter dalam tubuh. MRSA sejak itu telah ditemukan menyebabkan

penyakit pada komunitas diluar rumah sakit dan fasilitas-fasilitas kesehatan lain. MRSA

di masyarakat dihubungkan dengan penggunaan antibiotik baru-baru ini, berbagi item-

item yang tercemar, mempunyai penyakit-penyakit kulit yang aktif, dan hidup di

pemukiman yang penuh sesak.13

Infeksi-infeksi MRSA biasanya adalah infeksi-infeksi dangkal yang ringan dari

kulit yang dapat dirawat dengan sukses dengan perawatan kulit yang tepat dan antibiotik-

antibiotik. MRSA, bagaimanapun dapat menjadi sulit untuk dirawat dan dapat berlanjut

ke infeksi-infeksi darah atau tulang yang mengancam nyawa karena ada lebih sedikit

antibiotik-antibiotik yang efektif yang tersedia untuk perawatan.

Penularan dari MRSA adalah sebagian besar dari orang-orang dengan infeksi-

infeksi kulit MRSA yang aktif. MRSA juga adalah hampir selalu disebar oleh kontak

fisik yang langsung dan tidak melaui udara. Penyebaran mungkin juga terjadi melalui

kontak tidak langsung dengan menyentuh obyek-obyek (seperti handuk-handuk, spre-

sprei, pakain-pakaian, area-area latihan, alat-alat sport) yang tercemar oleh kulit yang

terinfeksi dari seseorang dengan MRSA. Tepat seperti S. aureus dapat dibawa pada kulit

atau di hidung tanpa menyebabkan segala penyakit.5,10,13

Lebih baru-baru ini, strain-strain dari Staphylococcus aureus telah

diidentifikasikan yang resisten pada antibiotik vancomycin, yang normalnya adalah

efektif dalam merawat infeksi-infeksi Staph. Bakteri-bakteri ini dirujuk sebagai

vancomycin-intermediate resistance S. aureus (VISA) dan vancomycin-resistant S. aureus

(VRSA).5

Non Medika Mentosa

Pertolongan pertama pada keracunan makanan:1,13

14

Page 15: Makalah Kelompok Blok 16

a. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau

diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.

b. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali

berturut-turut dalam setiap jamnya.

c. Air santan kental dan air kelapa hijau yang di campur 1 sendok makan garam

dapat menjadi alternatif jika norit tidak tersedia.

d. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara

memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari

kepala untuk memudahkan kontraksi.

e. Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit atau dokter

terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.

f. Jangan lupa membawa serta contoh makanan beracun ataupun mengingat

makanan yang telah dimakan untuk mempermudah diagnosa dokter.

Pencegahan

Berikut tips yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya keracunan makanan :

a. Biasakan mencuci tangan sebelum melakukan aktifitas yang berhubungan dengan

makanan. Baik itu sebelum mengolah makanan atau menyantap makanan. Cucilah

tangan menggunakan sabun agar kuman bakteri yang ada pada tangan segera mati.

b. Jangan menyiapkan makanan jika Anda memiliki infeksi hidung atau mata.

c. Pisahkan antara makanan yang belum diolah dengan makanan yang telah siap

disajikan. Jangan menghidangkan makanan pada tempat yang kotor atau bekas

dipakai tempat makanan mentah.

d. Masaklah makanan sampai benar-benar matang. Jangan mengkonsumsi makanan

mentah atau makanan setengah matang.

e. Bekukan makanan yang akan disimpan dalam waktu yang lama.

Untuk mencegah terjadinya keracunan makanan, kita sebaiknya melakukan14

a. Pengelolaan sistem hygiene yang baik

b. Pengolahan makanan yang baik

c. Hindari terjadi kontaminasi dari mana pun

15

Page 16: Makalah Kelompok Blok 16

d. Simpan makanan dalam suhu yang tepat (< 5oC untuk makanan yang disimpan

dalam kulkas dan > 60oC untuk makanan yang panas).

e. Hindari makan makanan yang asam yang dikemas dalam kemasan yang terbuat

dari logam.

f. Hindari makan jamur yang liar.

g. Hindari mengkonsumsi makanan setengah matang.

Komplikasi

Scalded skin syndrome

Scalded skin syndrome adalah efek sampingan yang berpotensi serius dari infeksi bakteri

Staphylococcus aureus yang menghasilkan protein spesifik yang mengendurkan "cement" yang

menahan beragam lapisan-lapisan kulit. Hal tersebut menyebabkan pembentukan lepuh (blister)

dan terkupasnya lapisan paling atas dari kulit. Jika ini terjadi pada daerah-daerah tubuh yang

luas, dapat mematikan, serupa pada area permukaan tubuh yang besar yang terbakar. Perawatan

scalded skin syndrome dengan antibiotik-antibiotik intravena dan untuk melindungi kulit dari

terjadinya dehidrasi jika area-area yang besar terkupas. Komplikasi ini terjadi sebagian besar

pada anak-anak namun dapat terjadi pada siapa saja.

Prognosis

Pada dasarnya keracunan makanan karena bakteri terutama karena Staphylococcus aureus

memiliki prognosis baik. Namun jika sistem kekebalan tubuh pasien terlalu rendah bisa menjadi

perburukan prognosis. Prognosis adalah bonam.

Penutup

Keracunan makanan merupakan penyakit yang diakibatkan pengkonsumsian makan atau

minuman yang memiliki kandungan bakteri, atau toksinnya, parasit, virus atau bahan-bahan

kimia yang dapat menyebabkan gangguan di dalam fungsi normal tubuh.

Berdasarkan kasus yang di dapat, pasien mengalami keracunan makanan akibat

enterotoksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus. Hal tersebut dikarenakan gejala

16

Page 17: Makalah Kelompok Blok 16

keracunan timbul sekitar 3 jam setelah konsumsi daging yang dianggap bermasalah, dan hal

tersebut sesuai dengan waktu infektif Staphylococcus aureus. Selain itu gejala-gejala

keracunannya pun sama dengan gejala keracunan Staphylococcus aureus. Yang membedakan

dengan bakteri lain adalah bakteri Staphylococcus aureus ini tahan terhadap keadaan panas

maupun dingin.

17

Page 18: Makalah Kelompok Blok 16

Daftar Pustaka

1. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: EGC; 2009.h.280-2.

2. Arisman MB. Definisi. Dalam : Buku Ajar Ilmu Gizi : Keracunan Makanan. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2008. h.2-3.

3. Gleadle, Jonathan. Anamnesis dan Pemeriksaan Sistem. Dalam : At a Glance Anamnesis

dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2007. h. 28-9.

4. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Pendekatan Klinis. Dalam : Kedokteran Klinis . Edisi

ke-Enam. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2007. h.29-31.

5. Davey P. Gastroenterologi. Dalam : At a Glance Medicine. Jakarta :Penerbit

Erlangga.h.204-215.

6. Staf Pengajar FKUI. Batang Positif Gram. Dalam : Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran.

Jakarta : FKUI. 2002. h. 126-8.

7. Arisman MB. Keracunan oleh Bakteri. Dalam : Buku Ajar Ilmu Gizi : Keracunan

Makanan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2008. h.83-92.

8. Mikroskopik Bacilus cereus. Diunduh dari : Buku Praktikum Mikrobiologi.

9. Mikroskopik Clostridium perfringens. Diunduh dari : Buku Praktikum Mikrobiologi.

10. Staf Pengajar FKUI. Kokus Positif Gram. Dalam : Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran.

Jakarta : FKUI. 2002. h. 108.

11. Mikroskopik Staphylococcus aurerus. Diunduh dari : Buku Praktikum Mikrobiologi.

12. Pewarnaan gram Staphylococcus aureus. Diuduh dari www.google.com.

13. Le Loir et al. Staphylococcus aureus dan keracunan makanan;dalam Genetika dan

Penelitian Molekuler.Jakarta; 2003.h. 63-76.

14. Supardi I. Mikrobiologi dalam pengolahan dan keamanan pangan. Bandung: Yayasan

Adikarya IKAPI; 2002.h.35-42.

18