makalah blok 12.doc

16
Filariasis Limfatik Pendahuluan Filariasis (penyakit kaki gajah) atau dikenal elephantiasis adalah penyakit yang men yerang kelenjar, saluran limfe dan biasanya terdapat di bagian ekstrimitas. Penyakit filariasis ini biasa disebabkan oleh parasit dari golongan nematoda yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. . Masa inkubasi penyakit ini cukup lama lebih kurang 1 tahun, penyakit ini baru menimbulkan gejala setelah terpapar selama beberapa tahun, oleh sebab itu pada anak-anak jarang mengalami filariasis klinis yang bermakna. Sedangkan penularan penyakit ini melalui vektor nyamuk sebagai hospes perantara, dan manusia atau hewan kera dan anjing sebagai hospes defenitif. Pembahasan Anamnesa Anamnesa merupakan suatu percakapan antara penderita dan dokter, peminta bantuan dan pemberi bantuan. Jenis anamnesis yang dapat dilakukan ialah autoanamnesis dan alloanamnesis. Autoanamnesis dapat dilakukan jika pasien masih berada dalam keadaan sadar. Sedangkan bila pasien tidak sadar, maka dapat dilakukan alloanamnesis yang menyertakan kerabat terdekatnya yangmengikuti perjalanan penyakitnya. Tujuan utama suatu anamnesis adalah untuk mengumpulkan semua informasi dasar yang berkaitan dengan penyakit pasien dan adaptasi pasien terhadap penyakitnya kemudian dapat dibuat penilaian keadaan pasien. Seorang pewawancara yang 1

Upload: len06len

Post on 01-Jan-2016

57 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

makalah pbl blok 12 filariasis limfatik

TRANSCRIPT

Page 1: makalah blok 12.doc

Filariasis Limfatik

Pendahuluan

Filariasis (penyakit kaki gajah) atau dikenal elephantiasis adalah penyakit yang

menyerang kelenjar, saluran limfe dan biasanya terdapat di bagian ekstrimitas. Penyakit

filariasis ini biasa disebabkan oleh parasit dari golongan nematoda yaitu Wuchereria

bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori.. Masa inkubasi penyakit ini cukup lama lebih

kurang 1 tahun, penyakit ini baru menimbulkan gejala setelah terpapar selama beberapa

tahun, oleh sebab itu pada anak-anak jarang mengalami filariasis klinis yang bermakna.

Sedangkan penularan penyakit ini melalui vektor nyamuk sebagai hospes perantara, dan

manusia atau hewan kera dan anjing sebagai hospes defenitif.

Pembahasan

Anamnesa

Anamnesa merupakan suatu percakapan antara penderita dan dokter, peminta bantuan

dan pemberi bantuan. Jenis anamnesis yang dapat dilakukan ialah autoanamnesis dan

alloanamnesis. Autoanamnesis dapat dilakukan jika pasien masih berada dalam keadaan

sadar. Sedangkan bila pasien tidak sadar, maka dapat dilakukan alloanamnesis yang

menyertakan kerabat terdekatnya yangmengikuti perjalanan penyakitnya.

Tujuan utama suatu anamnesis adalah untuk mengumpulkan semua informasi dasar

yang berkaitan dengan penyakit pasien dan adaptasi pasien terhadap penyakitnya kemudian

dapat dibuat penilaian keadaan pasien. Seorang pewawancara yang berpengalaman

memepertimbangkan semua aspek presentasi pasien dan kemudian mengikuti petunjuk-

petunjuk yang kelihatan perlu mendapatkan perhatian terbesar. Pewawancara juga harus

menyadari pengaruh faktor-faktor sosial, ekonomi, kebudayaan dalam menentukan sifat

alamiah pasien. Prinsip utama dalama anamnesis adalah membiarkan pasien mengutarakan

riwayat penyakitnya sendiri.1

Pada setiap anamnesis selalu ditanyakan identitas pasien terlebih dahulu. Identitas

pasien meliputi nama, tanggal lahir, umur, suku, agama, alamat, pendidikan dan pekerjaan.

Setelah itu dapat ditanyakan pada pasien apa keluhan utama dia datang. Kemungkinan arah

working diagnosis pada filariasis limfadenitis ditinjau dari keluhan utama pasien yang

menyebutkan bahwa bengkak pada tungkai kiri sehingga sulit berjalan sudah sejak 1 bulan

yang lalu bengkak awalnya muncul mulai dari telapak kaki kemudian membesar sampai ke

1

Page 2: makalah blok 12.doc

tungkai dan lama-lama terasa nyeri sampai menyebabkan sulit berjalan. Ditambah dengan

keluhan bahwa pasien mengalami demam yang sering naik turun setiap 3 hari namun tidak

terlalu tingi serta saat BAK kencingnya berwarna putih seperti susu. Keadaan tempat tinggal

pasien di daerah padat dan kumuh sehingga sering terkena gigitan nyamuk pada malam hari.

Perlu pula ditanyakan pada pasien apakah penyakit filariasis limfadenitis yang pernah

diderita pasien karena mungkin sudah ada sejak lahir. Perlu pula dipastikan apakah dari

keluarga ada yang mengalami penyakit filariasis yang sama. Apakah sudah minum obat

sebelum dating ke dokter. Jika sudah, jenis dan lama obat yang sedang/sudah diminum pasien

harus diketahui.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh

pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara

sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pemeriksaan

fisik juga dilakukan dalam bentuk pemeriksaan tanda-tanda vital pasien.

Hasil pemeriksaan didapat sebagai berikut:

Suhu : 37,2oC

Nadi : 90x/menit

RR : 20x/menit

Tekanan darah : 110/70 mm Hg

Extremitas : edema non pitting di tungkai kiri

Nyeri tekan : (+)

Diagnosis

Diagnosis parasitologi, deteksi parasit yaitu menemukan microfilaria di dalam darah,

cairan hidrokel, atau cairan kiluria pada pemeriksaan sediaan darah. Pengambilan darah

hanya dilakukan pada malam hari (pukul 20.00) karena periodisitas microfilaria umumnya

nokturna. Selain itu teknik biologi molekuler dapat digunakan untuk mendeteksi parasit

melalui DNA parasit dengan menggunakan reaksi rantai polimerase. Teknik ini mampu

memperbanyak DNA sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi parasit.2,3

2

Page 3: makalah blok 12.doc

Radiodiagnosis, pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar

getah bening inguinal pasien akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak.

Pemeriksaan ini hanya dapat digunakan untuk infeksi filarial oleh W.bancrofti.2

Diagnosis imunologi, deteksi antigen dengan imunochromatographic (ICT) yang

menggunakan antibody monoclonal telah dikembangkan untuk mendeteksi antigen

W.bancrofti dalam sirkulasi darah. Hasil tes positif menunjukkan adanya infeksi aktif

walaupun microfilaria tidak ditemukan dalam darah. Deteksi antibody dengan menggunakan

rekombinan telah dikembangkan untuk mendeteksi antibody subklas IgG4 pada filariasis

Brugia. Kadar antibody IgG4 meningkat pada penderita mikrofilaremia. Pada stadium

obstruktif, microfilaria sering tidak ditemukan lagi di darah. Kadang-kadang microfilaria

tidak dijumpai dalam darah, tetapi ada di dalam cairan hidrokel atau cairan kiluria.2

Differential Diognosis

Differential diagnosis atau diagnosis pembanding merupakan diagnosis yang

dilakukan dengan membanding-bandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan tanda klinis

penyakit lain. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan gejala yang dialami pasien, pasien

bias dicurigai menderita beberapa penyakit seperti:

Filariasis malayi dan timori, gejala klinis filariasis malayi sama dengan filariasis

timori. Stadium akut ditandai dengan serangan demam dan peradangan saluran dan kelenjar

limfe, yang hilang timbul berulang kali. Limfadenitis biasanya mengenai kelenjar inguinal di

satu sisi. Kadang – kadang peradangan kelenjar limfe ini menjalar ke bawah, mengenai

saluran limfe dan menimbulkan limfangitis retrograde.2,3

Pada stadium ini tungkai bawah biasanya ikut membengkak dan menimbulkan gejala

limfadema. Limfadenitis dapat berkembang menjadi ulkus, bila sembuh ulkus akan

meninggalkan jaringan parut. Pada filariasis brugia, sistem limfe alat kelamin tidak pernah

terkena. Selain kelenjar limfe inguinal, kelenjar limfe lain di bagian medial tungkai, di ketiak

dan di bagian medial lengan.2,3

Limfadenitis bakterialis, salah satu contohnya adalah limfadenitis tuberkulosis (TBC),

p enyakit  infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Limfadenitis

terjadi bila kuman TB ada pada kelenjar getah bening, maka akan terjadi radang

kelenjar getah bening menahun,yang ditandai dengan pembesara kelenjar getah bening

leher hanya di satu sisi, tidak terasa sakit tetapi berpotensi membesar.

Limfadenitis virusis, penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus.Limfadenitis

terjadi bila virus ada pada kelenjar getah bening, maka akan terjadi radang

3

Page 4: makalah blok 12.doc

kelenjar getah bening menahun,yang ditandai dengan pembesaran kelenjar getah

bening, tidak terasa sakit tetapi berpotensi membesar.

Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium

Kegunaan dari pemeriksaan penunjang adalah untuk keakuratan diagnosis suatu

penyakit. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan

darah yang diambil pada waktu malam dengan sediaan darah tebal dan kemudian diperiksa

dibawah mikroskop. Hal ini bertujuan untuk melihat adanya melihat mikrofilaria yang hidup

dan bergerak aktif. Pemeriksaan darah dengan sediaan darah tipis juga perlu dilakukan

dengan pewarnaan Wright dan Giemsa, yang bertujuan untuk melihat dan menetapkan

spesies dari mikrofilaria yang ada.

Working Diagnosis

Work Diagnosis atau diagnosis kerja merupakan suatu kesimpulan berupa hipotesis

tentang kemungkinan penyakit yang ada pada pasien. Setiap diagnosis kerja haruslah diiringi

dengan diagnosis banding.4

Berdasarkan gejala-gejala yang timbul dapat disimpulkan kalau sakitnya adalah

filariasis oleh cacing. Namun untuk lebih spesifik, kemungkinan bahwa cacing yang

menyebabkannya adalah Wuchereria bancrofti. Hal ini dapat disimpulkan karena pada

pasien, sistem limfe alat kelamin juga terkena sehingga pada waktu BAK, urinnya berwarna

putih seperti susu.

Etiologi

Penyebab terjadinya filariasis bancrofti adalah oleh cacing Wuchereria bancrofti.

Cacing ini merupakan seekor cacing dewasa berwarna putih, kecil seperti benang. Cacing

jantan berukuran 40 mm x 0,1 mm, sedangkan cacing betina berukuran dua kali cacing jantan

yaitu 65-100 mm x 0,25 mm. Mikrofilarianya hidup dalam darah dan terdapat dialiran darah

tepi pada waktu-waktu tertentu saja. Pada umumnya mikrofilaria W.bancrofti bersifat

nokturna, artinya mikrofilaria hanya terdapat didalam darah tepi pada waktu malam. Pada

siang hari, mikrofilarianya terdapat dikapiler alat dalam (paru, jantung, ginjal, dan

sebagainya). Yang mempunyai gejala pada stadium mikrofilaremia menyebabkan limfedema

didaerah yang terkena, stadium akut ditandai dengan peradangan ada saluran dan kelenjar

limfe, berupa limfadenitis dan limfangitis retrograde yang disertai demam dan malaise serta

stadium menahun gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah hidrokel dan dapat pula

4

Page 5: makalah blok 12.doc

dijumpai gejala limfedema dan elephantiasis. Kadang-kadang terjadi kiluria, yaitu urin yang

berwarna putih susu yang terjadi karena dilatasi pada pembuluh limfe pada sistem ekskretori

dan urinary, dapat dilihat pada gambar 1. 2,3

Gambar 1. Wuchereria bancrofti

Brugia timori, termasuk kedalam nematoda jaringan dan ditemukan hanya

menginfeksi manusisa. Penyakit yang disebabkan parasit ini disebut dengan filariasis timori.

B. timori, spesies baru yang ditemukan di Indonesia sejak 1965 hingga sekarang hanya

ditemukan di daerah NTT dan Timor Timur, ditularkan oleh An. Barbitrosis yang

berkembang biak di daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah pedalaman.

B.timori caning jantannya berbentuk halus seperti benang dengan warna putih dan berukuran

13-23 mm x 0,08 mm , sedangkan untuk cacing betinanya berbentuk halus seperti benang

dengan warna putih susu dan berukuran 21-39 mm x 0,1 mm, dapat dilihat pada gambar 2.4,5

Gambar 2. Brugia malayi

Epidemiologi

Wuchereria bancrofti didistribusikan secara luas di daerah tropis termasuk di

dalamnya Afrika sub sahara, India, Asia Timur, kepulauan Pasifik Barat, kepulauan

Karibia,dan Asia Tenggara. Daerah endemis B. Malayi adalah Asia Selatan dan Asia

Tenggara dari India di barat sampai korea di timur. Infestasi oleh B. timori ditemukan di

sebagian kecil kepulauan di Timur Indonesia. 5

5

Page 6: makalah blok 12.doc

Parasit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk sebagai vektor. Tergantung vektornya

dengan tempat perindukan berlainan, filariasis bancrofti ada dua macam yaitu filariasis

bancrofti perkotaan (urban bancroftian filariasis) vektor utamanya Culex quinquefasciatus

yang hidup di dalam rumah, tempat perindukannya di air kotor sekitar rumah dan filariasis

bancrofti pedesaan (rural bancroftian filariasis) vektornya nyamuk Aedes, Anopheles dan

Mansoni.

Filariasis bancrofti dapat di jumpai di perkotaan atau di pedesaan. Di Indonesia

parasit ini lebih sering ditemui dipedesaan dari pada perkotaan. Kelompok umur dewasa

muda merupakan kelompok penduduk yang sering menderita, terutama penduduk yang

tergolong berpenghasilan rendah.2,5

Patofisiologi

Semua parasit ini disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah, atau,

untuk Dracunculus, oleh kopepoda (Crustacea). Selain elefantiasis, bentuk serangan yang

muncul adalah kebutaan Onchocerciasi sakibat infeksi oleh Onchocerca volvulus dan

migrasi microfilariae lewat kornea.2,3

Di daerah perkotaan, parasit ini ditularkan oleh nyamuk Culex quinquefasatus. Di

perdesaan vektornya berupa nyamuk Anopheles atau nyamuk Aedes. Parasit ini tidak

ditularkan oleh nyamuk Mansonia. Daur hidup parasit ini memerlukan waktu yang

panjang. Masa pertumbuhan parasit di dalam nyamuk kurang lebih 2 minggu. Pada

manusia, masa pertumbuhan belum diketahui secara pasti tetapi diduga kurang lebih 7

bulan, sama dengan masa pertumbuhan parasit ini di dalam Presbytis cristata (lutung).

Microfilaria yang terisap oleh nyamuk, melepaskan sarungnya di dalam lambung,

menembus dinding lambung dan bersarang di antara otot-otot toraks. Mula-mula parasit

ini memendek, bentuknya menyerupai sosis dan disebut larva stadium I. Dalam waktu

kurang lebih seminggu, larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang

disebut larva stadium II. Pada hari kesepuluh dan selanjutnya, larva bertukar kulit sekali

lagi, tumbuh makin panjang dan lebih kurus disebut larva stadium III. 2

Gerakan larva stadium III sangat aktif. Bentuk ini bermigrasi, mula-mula ke

rongga abdomen kemudiam ke kepala dan alat tusuk nyamuk.Bila nyamuk sedang aktif

mencari darah akan terbang berkeliling sampai adanya rangsangan hospes yang cocok

diterima oleh alat penerima rangsangannya. Rangsangan ini akan memberi petunjuk pada

nyamuk untuk mengetahui dimana adanya hospes , kemudian baru menggigit.2

6

Page 7: makalah blok 12.doc

Bila nyamuk yang mengandung larva stadium III bersifat infektif dan mengigit

manusia, maka larva tersebut secara aktif masuk ke dalam tubuh hospes dan bersarang di

saluran limfe setempat. Di dalam tubuh hospes, larva mengalami dua kali pergantian

kulit, tumbuh menjadi larva stadium IV lalu stadium V dan cacing dewasa. Siklus ini

yang berterusan sehingga semakin banyak menderita filariasis dan manusia merupakan

definitive host, dapat dilihat pada gambar 3..2

Gambar 3. Daur Hidup W. bancrofti

Brugia timori, cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan pembuluh limfe.

Bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina mengeluarkan

mikrofilaria yang bersarung. Periositas mikrofilaria B. timori mempunyai sifat periodik

nokturia. Infeksi parasit ini ditularkan oleh nyamuk Anbarbitostris yang berkembang biak di

daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah pedalaman. Yang terkena panyakit ini

terutama adalah petani dan nelayan.4

Masa pertumbuhan B. timori di dalam nyamuk kurang lebih 10 hari. Mikrofilaria yang

terisap oleh nyamuk, melapaskan sarungnya di dalam lambung, menembus dinding lambung

dan bersarang di antara otot-otot toraks. Mula-mula parasit ini memendek, bentuknya

menyerupai sosis dan disebut larva I. Kemudian, larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi

lebih gemuk dan panjang, disebut larva stadium II. Larva ini akan bertukar kulit sekali lagi,

tumbuh semakin panajng dan lebih kurus, disebut larva stadium III. Gerak larva stadium III

sangat aktif. Larva ini akan bermigrasi dari rongga abdomen ke kepala dan alat tusuk

nyamuk. Bila nyamuk yan gmengandung larva stadium II menggigit manusisa, makan larva

secara aktif masuk melalui luka tusuk kedalam tubuh hospes dan bersarang di saluran limfe

7

Page 8: makalah blok 12.doc

setempat. Di dalam tubuh manusia B. timori mengalami pertumbuhan selama kurang lebih 3

bulan. Di dalam tubuh hospes, larva mengalami dua kali pergantian kulit, tumbuh menjadi

larva stadium IV, stadium V atau cacing dewasa, dapat dilihat pada gambar 4.4

Gambar 4. Daur Hidup Brugia timori dan Brugia Malayi

Manifestasi dini penyakit ini adalah peradangan, sedangkan bila sudah lanjut akan

menimbulkan gejalah obstruktif.

Perjalanan penyakit filariasis dapat dibagi dalam beberapa stadium. Stadium pertama

yaitu stadium mikrofilaremia, pada penderita mikrofolaremia tanpa gelajah klinis,

pemeriksaan dengan limfosintigrafi menunjukkan adanya kerusakan saluran limfe. Cacing

dewasa hidup dan dapat menyumbat saluran limfe dan terjadi dilatasi pada saluran limfe

disebut lymphangiekstasia. Jika jumlah cacing dewasa banyak dan lymphangiekstasia terjadi

secara intensif, menyebabkan disfungsi system limfatik. setelah itu, lumen tertutup dan

cacing mengalami kalsifikasi. Sumbatan sirkulasi limfatik terus berlanjut pada individu,

sampai semua saluran limfatik tertutup, menyebabkan terjadinya limfedema di daerah yang

terkena. 2

Kedua merupakan stadium akut yang ditandai dengan peradangan pada saluran dan

kelenjar limfe, berupa limfadenitis, disertai dengan dengan demam dan malaise. Gelajah

peradangan tersebut hilang timbul beberapa kali dalam setahun dan berlangsung beberapa

hari sampai satu dua minggu lamanya. 2

8

Page 9: makalah blok 12.doc

Terakhir adalah stadium menahun, paling sering dijumpai adalah hidrokel. Dapat pula

dijumpai gejalah limfadema dan elephantiasis yang mengenai seluruh tungkai, payudara dan

vulva. Kadang-kaidang terjadi kiluria, yaitu urin yang berwarna putih susu yang terjadi

karena dilatasi pada pembulih limfe pada system ekskretori dan urinari.2

Penatalaksanaan

Pengobatan dibagi atas atas medica mentosa (menggunakan obat–obat yang di

minum) dan juga non-medica mentosa (tidak mengonsumsi obat).

Medica mentosa, pengobatan yang diberikan adalah obat dietilkarbamisin sitrat

(DEC). Obat ini merupakan obat pilihan terbaik untuk pengobatan perorangan atau masal,

karena DEC bersifat membunuh microfilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka

panjang. Dosis yang dianjurkan adalah 6 mg/kg berat badan /hari selama 12 hari.6

Non-medica mentosa, bila sudah terjadi stadium menahun, bisa dilakukan

pembedahan, ataupun dengan edukasi untuk membersihkan lingkungan dengan 3M

(menguras, menutup, mengubur).

Prognosis

Pada kasus dini dan sedang, prognosis baik terutama bila pasien pindah dari daerah

endemik. Pengawasan daerah endemik tersebut dapat dilakukan dengan pemberian obat, serta

pemberantasan vektornya. Pada kasus–kasus lanjut terutama dengan edema prognosis lebih

buruk.

Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan baik secara masal atau pencegahan individu. Pencegahan

secara massal dapat dilakukan dengan pemberian obat dosis tunggal, sekali pertahun, 2

regimen obat (Albendazol 400 mg dan ivermectin 200 mg/kgBB) cukup efektif. Hal ini

merupakan pendekatan alternatif dalam menurunkan populasinya.7

Untuk mencegah penyakit filariasis secara individu, nyamuk penularnya

diberantas merupakan cara yang paling efektif. Cara tepat untuk memberantas nyamuk

adalah berantas jentik-jentiknya di tempat berkembang biaknya. Cara ini dinamakan

dengan pemberantas sarang nyamuk filariasis. oleh karena tempat-tempat berkembang

biaknya di rumah-rumah dan tempat-tempat umum maka setiap keluarga harus

berkerjasama dan berusaha melaksanakan pemberantas sarang nyamuk filariasis.

9

Page 10: makalah blok 12.doc

Selain itu, pemberantasan sarang nyamuk filariasisjuga bisa dilakukan melalui

penggunaan insektisida untuk langsung ubtuk membunuh nyamuk dewasa yang

menyebabkan filariasis. cara penggunaan malation ialah dengan pengasapan (thermal

fogging) atau dengan pengabutan (cold fogging). Ada juga insektisida yangbertujuan

membunuh jentik-jentik nyamuk, yakni temphos (abate). Cara penggunaan abate adalah

dengan menggunakan pasir abate (sand granules) ke dalam sarang-sarang nyamuk

filariasis.

Sedangkan cara yang tidak menggunakan abate adalah dengan 3M yakni menguras

bak mandi, tempayan atau TPA minimal seminggu sekali karena perkembangan telur

untuk menjadi nyamuk memerlukan 7-10 hari. Selanjutnya menutup TPA rapat-rapat dan

langkah terakhir dari 3M adalah membersihkan halaman rumah dari barang-barang yang

memungkinkan nyamuk itu bersarang atau bertelur.

Kesimpulan

Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik maupun penunjang akan didapatkan

beberapa diagnosis penyakit. Namun jika telah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut maka

dapat disimpulkan bahwa pasien menderita filariasis bancrofti yang disebabkan oleh cacing

Wuchereria bancrofti. Bila sudah mengetahui patofisiologi dan etiologi penyakit, pasien

dapat segera diberikan penanganan lebih lanjut seperti pemberian obat agar penyakit tidak

bertambah parah. Selain pengobatan yang dilakukan, harus pula dilakukan tindakan

pencegahan agar penyakit tidak menyebar.

Daftar Pustaka

1. Mark HS. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC;1995.h.4

2. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK. Parasitologi kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI; 2008.h.32-8.

3. Widoyono. Penyakit tropis. Jakarta: Erlangga; 2008.h.139-41.

4. Ardra CT. Perbandingan prevalensi IgG4. Jakarta; Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 2009.4-6

5. Dyah HS, Didik TS. Dinamika filariasis di Indonesia. Bogor; Balai Penelitian

Veteriner.h.247

10

Page 11: makalah blok 12.doc

6. Sudoyo AW, Alwi I, Bambang S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta:

Interna Publishing;2009.h.2230, 2931-6

7. Mubin H. Panduan praktis ilmu penyakit dalam. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2007.h.94-

5

11