makalah auditing ii

24
MAKALAH AUDITING II AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN Yonatan Tri Oktavianus (0113U026) Santi Yulianti ( 0113U012) Rena Deyana A (0113U293)

Upload: yonatan-tri

Post on 02-Feb-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

AUDITING 2

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Auditing II

MAKALAH AUDITING II

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN

Yonatan Tri Oktavianus (0113U026)

Santi Yulianti ( 0113U012)

Rena Deyana A (0113U293)

Page 2: Makalah Auditing II

1. AKUN-AKUN DAN KELOMPOK-KELOMPOK TRANSAKSI DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN

Tujuan dalam audit siklus penjualan dan penagihan adalah untuk mengevaluasi apakah saldo-saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan SAK. Terdapat lima kelompok transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan:

1. Bill of lading, kontrak tertulis antara pengangkut dengan penjual mengenai penerimaaan dan pengiriman barang.

2. Sales invoice, dokumen yang berisi deskripsi barang yang dijual, kuantitas, harga,biaya pengangkutan, dan hal lain yang relevan.

3. Credit memo, dokumen yang menerangkan pengurangan jumlah piutang utang dagang karena adanya pengembalian atau allowance yang diberikan.

4. Remittance advice, dokumen yang dikirimkan bersamaan dengan sales invoice kepada pelanggan,yang akan dikembalikan pada saat pembayaran oleh pelanggaan

5. Customer statement, dokumen yang berisi ringkasan mengenai mutasi dan saldo rekening utang dagang yang dimiliki oleh seorang pelanggan.

2. FUNGSI-FUNGSI BISNIS DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN SERTA DOKUMEN DAN CATATAN YANG TERKAIT

Siklus penjualan dan penagihan melibatkan keputusan-keputusan dan proses-proses yang diperlukan untuk memindahkan kepemilikan barang dan jasa kepada pelanggan setelah barang dan jasa tersebut tersedia untuk dijual. Jenis-jenis fungsi bisnis:

1. Pemrosesan Pesanan PelangganSecara hukum, permintaan pesanan pelanggan merupakan penawaran untuk membeli barang dalam kondisi tertentu yang disepakati. Dokumen dalam pemrosesan pesanan pelanggan, yaitu permintaan pelanggan dan pesanan penjualan.

2. Pemberian KreditSebelum barang dikirim, orang yang memiliki otorisasi yang sah harus menyetujui permohonan kredit dari seorang pelanggan.

3. Pengiriman BarangSebuah dokumen pengiriman barang disiapkan pada saat pengiriman yang dapat dilakukan secara otomatis oleh komputer berdasarkan pada informasi pesanan pesanan pelanggan dan disiapkan dokumen pengiriman untuk memulai pengiriman barang.

4. Penagihan Pelanggan dan Pencatatan PenjualanPenagihan dengan jumlah yang tepat bergantung pada tagihan pada pelanggan untuk jumlah yang dikirim pada harga yang disahkan. Dokumen-dokumen dalam penagihan

Page 3: Makalah Auditing II

pelanggan dan pencatatan penjualan: faktur penjualan, arsip transaksi penjualan, jurnal atau daftar penjualan, arsip utama akun piutang dagang, neraca saldo akun piutang, dan laporan penagihan bulanan.

5. Memproses dan Mencatat Penerimaan KasTermasuk penerimaan, penyetoran, dan pencatatan kas. Dokumen-dokumen pendukung dalam kegiatan ini antara lain slip pembayaran, daftar awal penerimaan kas, arsip transaksi penerimaan kas, dan jurnal atau daftar penerimaan kas.

6. Pemrosesan Pencatatan Retur Penjualan dan Pengurangan HargaDokumen yang digunakan dalam proses ini adalah memo kredit serta jurnal retur penjualan dan pengurangan harga.

7. Menghapus Piutang Tak TertagihSetelah menyimpulkan bahwa suatu jumlah tidak dapat ditagih maka perusahaan harus menghapuskannya dan penghapusan itu dapat ditandai dalam formulir otorisasi piutang tak tertagih.

8. Beban Piutang Tak TertagihPrinsip akuntansi mengharuskan perusahaan untuk mencatat beban piutan tak tertagih sejumlah nilai tagihan yang diperkirakan tidak dapat ditagih.

3.UNDERSTAND INTERNAL CONTROL,AND DESIGN AND PERFORM TESTS OF CONTROLS AND SUBSTANTIVE TESTS OF TRANSACTIONS FOR SALES.(Memahami pengendalian internal, dan desain dan melakukan tes kontrol dan substantif tes transaksi untuk penjualan)

PENGENDALIAN INTERNAL

Pengertian Pengendalian Internal

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) (2011: 319.2) mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas-yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini :

Keandalan pelaporan keuangan Efektivitas dan efisiensi operasi Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

Atau pengendalian intern adalah suatu proses yang terdiri dari usaha atau tindakan-tindakan yang tepat dan terintegrasi yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Pelaksanaan pengendalian intern melibatkan seluruh anggota organisasi bukan dibebankan pada bagian tertentu saja, sehingga memberikan keyakinan terpercaya atas seluruh kegiatan organisasi yang

Page 4: Makalah Auditing II

meliputi realibility dari pelaporan keuangan, efisiensi dan keefektifan atas kegiatan atau operasi perusahaan dan kepatuhan terhadap hukum dan undang-undang yang berlaku.

Peran dan Tanggung Jawab

Beberapa pihak yang bertanggung jawab dalam suatu organisasi :

1) Manajemen. Merupakan tanggung jawab manajemen untuk menciptakan pengendalian intern yang efektif.

2) Dewan Direksi dan Komite Audit. Dewan direksi harus menentukan bahwa manajemen telah memenuhi tanggung jawabnya untuk menciptakan dan memelihara pengendalian intern. Komite audit (atau bila tidak ada, dewan direksi sendiri) harus waspada dalam mengidentifikasi keberadaan penolakan manajemen atas pengendalian atau pelaporan keuangan yang curang, dan segera mengambil tindakan yang diperlukan untuk membatasi tindakan yang tidak sesuai oleh manajemen.

3) Auditor InternalAuditor internal harus memeriksa dan mengevaluasi kecukupan pengendalian intern suatu entitas secara periodic dan membuat rekomendasi untuk perbaikan, tapi mereka tidak memiliki tanggung jawab utama untuk menciptakan dan memelihara pengendalian intern.

4) Personel Entitas LainnyaPeran dan tanggung jawab dari semua personel lain yang menyediakan informasi kepada, atau menggunakan informasi yang disediakan oleh system yang mencakup pengendalian intern, harus memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk mengkomunikasikan masalah apapun yang tidak sesuai dengan pengendalian atau tindakan melawan hukum yang mereka temui kepada tingkat yang lebih tinggi dalam organisasi.

5) Auditor IndependenSeorang akuntan public dapat melakukan perikatan atestasi terpisah untuk memeriksa dan melaporkan kepada pihak eksternal mengenai asersi manajemen terpisah atas

Page 5: Makalah Auditing II

pengendalian intern entitas.

6) Pihak Eksternal Lainnya

Pentingnya Pengendalian Internal

Menurut terbitan yang dikeluarkan AICPA pada tahun 1947, pengendalian internal sangat penting bagi suatu perusahaan karena faktor – faktor berikut ini :

Lingkup dan ukuran bisnis entitas telah menjadi sangat kompleks dan tersebar luas sehingga manajemen harus bergantung pada sejumlah laporan dan analisis untuk mengendalikan operasi secara efektif

Pengujian dan penelaahan yang melekat dalam sistem pengendalian internal yang baik menyediakan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan

Tidak praktis bagi auditor untuk melakukan audit atas kebanyakan perusahaan dengan pembatasan biaya ekonomi tanpa menggantungkan pada sistem pengendalian internal klien

Selanjutnya pada bulan Oktober 1987 atau 40 tahun kemudian sejak terbitan AICPA tahun 1947, National Commission on Fraundulent Financial Reporting ( Treadway Commission ) menekankan ulang pentingnya pengendalian internal dalam mengurangi kejadian pelaporan yang curang. Laporan terakhir komisi ini berisi hal – hal berikut :

Penekanan atas pentingnya mencegah pelaporan keuangan yang curang merupakan “suasana yang ditetapkan oleh manajemen puncak” yang mempengaruhi lingkungan perusahaan di mana pelaporan keuangan dibuat

Semua perusahaan publik harus memelihara pengendalian internal yang akan menyediakan keyakinan yang memadai bahwa pelaporan keuangan yang curang akan dicegah atau dideteksi lebih awal

Organisasi yang mensponsori commission harus bekerjasama dalam mengembangkan pedoman tambahan mengenai sistem pengendalian internal

Komponen Pengendalian Internal

Untuk menyediakan suatu struktur dalam mempertimbangkan banyak kemungkinan pengendalian yang berhubungan dengan tujuan entitas, muncul lah komponen – komponen dalam pengendalian internal yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu :

Page 6: Makalah Auditing II

Lingkungan pengendalian (control environment) menetapkan suasana suatu organisasi, yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang – orangnya.. Lingkungan pengendalian merupakan pondasi dari semua komponen pengendalian internal lainnya, yang menyediakan disiplin dan struktur

Penilaian resiko (risk assessment) merupakan pengidentifikasian dan analisis entitas mengenai resiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan entitas, yang membentuk suatu dasar mengenai bagaimana resiko harus dikelola

Aktivitas pengendalian (control activities)merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan

Informasi dan komunikasi (information and communication) merupakan pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan kerangka waktu yang membuat orang mampu melaksanakan tanggung jawabnya

Pemantauan (monitoring) merupakan suatu proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian internal pada suatu waktu.

AKTIVITAS PENGENDALIAN

Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan keuangan dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Salah satu cara sebagai berikut :

Pemisahan tugas

Pemisahan tugas melibatkan pemastian bahwa individu tidak melaksanakan tugas yang tidak seimbang. Tugas dianggap tidak seimbang dari sudut pandang pengendalian ketika memungkinkan individu untuk melakukan suatu kekeliruan atau kecurangan dan kemudian berada pada posisi untuk menutupinya dalam pelaksanaan tugas normalnya. Sebagai contoh, individu yang memroses pengiriman kas dari pelanggan (memiliki akses pada penjagaan aktiva) seharusnya tidak memiliki juga otoritas untuk menyetujui dan mencatat kredit dalam akun pelanggan untuk

Page 7: Makalah Auditing II

retur penjualan dan penyisihan atas penghapusan (melaksanakan transaki). Dalam kasus semacam ini, individu dapat mencuri pengiriman kas dan menutupi pencurian tersebut dengan mencatat suatu retur penjualan atau penyisihan atau penghapusan piutang tak tertagih.

Pemisahan tugas yang baik juga melibatkan pembandingan akuntabilitas yang tercatat dengan aktiva di tangan. Sebagai contoh, pengendalian intern yang baik melibatkan rekonsiliasi bank independen yang membandingkan saldo bank dengan saldo buku perusahaan untuk setiap akun bank. Catatan persediaan perpetual juga harus dibandingkan secara periodik dengan persediaan yang ada di tangan.

Alasan tersebut mendukung pemisahan tugas dalam dua jenis situasi berikut :

1. Tanggung jawab untuk melaksanakan transaksi, mencatat transaksi dan memelihara penjagaan aktiva yang dihasilkan dari transaksi harus dibebankan kepada individu atau departemen yang berbeda. Sebagi contoh, personel departemen pembelian harus mengeluarkan pesanan pembelian, personel departemen akuntansi harus memelihara akuntabilitas tercatat, dan personel ruang penyimpanan harus melaksanakan penjagaan barang. Sebelum mencatat pembelian, personel akuntansi harusnya memastikan bahwa pembelian telah diotorisasi dan barang yang dipesan telah diterima. Jurnal akuntansi pada dasarnya menyediakan suatu dasar akuntabilitas untuk barang yang ada dalam ruang penyimpanan. Lebih lanjut, individu yang bertanggung jawab untuk melakukan pencatatan transaksi (seperti penerimaan kas), seharusnya tidak memiliki tanggung jawab untuk memelihara akuntabilitas tercatat (rekonsiliasi bank).

2. Harus terdapat pemisahan tugas yang tepat di dalam departemen tenknologi informasi dan antara departemen teknologi informasi dengan departemen pemakai informasi. Beberapa fungsi dalam teknologi informasi---pengembangan sistem, operasi, pengendalian data, dan administrasi keamanan---seharusnya dipisahkan. Selain itu, teknologi informasi seharusnya tidak memperbaiki data yang dikirimkan oleh departemen pemakai informasi, dan secara organisasi harus independen dari departemen pemakai informasi. Pemisahan tugas dalam teknologi informasi sangat penting karena mempertimbangkan aspek penting dari pengendalian umum.

Ketika tugas dipisahkan dengan suatu cara hingga pekerjaan dari satu individu secara otomatis menyediakan pengecekan silang dari pekerjaan individu lain, manfaat tambahan dari pengujian independen selalu melibatkan pemisahan tugas, tetapi pemisahan tugas tidak selalu melibatkan suatu pengujian independen.

Pengendalian pemrosesan informasi Pengendalian umum

Page 8: Makalah Auditing II

Pengendalian aplikasi Pengendalian fisik Review kinerja

Penaksiran Resiko dan Desain Pengujian

1. Penaksiran Resiko Pengendalian

Penaksiran risiko pengendalian adalah proses evaluasi efektivitas desain dan operasi kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern entitas dalam rangka pencegahan atau pendeteksian salah saji material di dalam laporan keuangan.

Kegiatan ini dilakukan oleh auditor pada tahap pemahaman dan pengujian atas struktur pengendalian intern klien. Adapun tahap-tahapnya sebagai berikut:

a. Pertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari pemahaman atas struktur pengendalian intern.

b. Lakukan identifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi entitas.c. Lakukan identifikasi pengendalian yang diperlukan untuk mencegah atau

mendeteksi salah saji.d. Lakukan pengujian pengendalian terhedap pengendalian yang diperlukan untuk

menentukan efektivitas desain dan operasi struktur pengenalian intern.e. Lakukan evaluasi terhadap bukti dan buat taksiran risiko pengendalian.

2. Pengujian Pengendalian

Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dlaksanakan untuk menentukan efektivitas desain atau operasi kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern.

Pengujian pengendalian diterapkan oleh auditor selama perencanaan audit dan dalam pekerjaan interim. Selain itu pengujian pengendalian juga dapat diterapkan dalam kedua strategi audit yakni Pendekatan terutama substantif dan pendekatan risiko pengendalian rendah.

a. Pengujian Pengendalian Bersamaan (Current test of control)b. Pengujian Pengendalian yang Direncanakan.

3. Perancangan Pengujian Pengendalian

Disamping auditor dapat memilih pengujian pengendalian bersamaan atau pengujian pengendalian yang direncanakan, auditor dapat memilih jenis prosedur yang akan digunakan dalam pelaksanaan pengujian pengendalian, saat, dan lingkup pengujian pengendalian.

Page 9: Makalah Auditing II

a. Jenis Pengujian Pengendalian1. Permintaan keterangan2. Pengamatan3. Inspeksi4. Pelaksanaan kembali

b. Waktu Pelaksanaan Pengujian PengendalianBerkaitan dengan kapan prosedur tersebut dilaksanakan dan bagian periode akuntansi mana prosedur tersebut berhubungan. Pengujian pengendalian tambahan dilaksanakan dalam pekerjaan interim,yang dapat dalam jangka waktu beberapa bulan sebelum akhir tahun yang diaudit.

c. Lingkup Pengujian PengendalianSemakin luas ruang lingkup pengujian pengendalian yang dilakukan, maka akan dapat lebih banyak bukti yang dikumpulkan mengenai efektivitas pengendalian intern.

4. Program Audit untuk Pengujian Pengendalian

Keputusan yang diambil oleh auditor berkaitan dengan jenis, lingkup, dan saat pengujian pengendalian harus didokumentasikan dalam suatu program audit dan kertas kerja yang bersangkutan. Program audit adalah daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu, sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit.

5. Kerjasama dengan Auditor Intern dalam Pengujian Pengendalian

Bilamana auditor independen melakukan audit atas laporan keuangan entitas yang memiliki fungsi audit intern, auditor dapat melakukan:

1. Melakukan koordinasi pekerjaan audit dengan Auditor Intern2. Menggunakan Auditor Intern untuk menyediakan bantuan langsung dalam audit

6. Pengujian dengan Tujuan Ganda (Dual-purpose Tests)

Bila jenis pengujian dengan pengendalian ganda dilaksanakan, auditor harus mendesain pengujiannya sedemikian rupa sehingga ia dapat mengumpulkan bukti tentang efektivitas sekaligus mendapatkan bukti tentang kekeliruan moneter dalam akun. Disamping itu, auditor harus secara cermat mengevaluasi bukti yang diperoleh. Pengujian tujuan ganda digunakan untuk menekan biaya dalam pelaksanaan pengujian.

Page 10: Makalah Auditing II

7. Penentuan Resiko Deteksi

Dalam tahap-tahap audit atas laporan keuangan, penentuan risiko deteksi terletak pada tahap auditor mendesain pengujian substantif. Gambar berikut menggambarkan letak penentuan risiko deteksi dalam proses audit, sedangkan pengertian dari risiko deteksi yaitu risiko auditor tidak akan mendeteksi salah saji material yang ada dalam suatu asersi.

UJI PENGENDALIAN dan UJI SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

1. PENGUJIAN PENGENDALIAN / MENILAI RESIKO PENGENDALIAN (Assessing Control Risk)

Assessing Control Risk merupakan suatu proses mengevaluasi pengendalian

intern suatu entitas dalam mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam

laporan keuangan (AU 319.47).

Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah untuk membantu auditor dalam

membuat suatu pertimbangan mengnai resiko salah saji yang materil dalam asersi laporan

keuangan. Namun sebelum melakukan penilaian pengendalian resiko, seorang auditor

harus memahami perancangan dan pengimplementasian pengandalian internal sebelum

memutuskan apakah entitas tersebut dapat diaudit (auditabilitas). Ada dua factor yang

menetukan auditabilitas, yaitu :

A. Integritas Manajemen

Jika manajemen tidak memiliki integritas, maka sebagian besar auditor tidak

akan menerima penugasan audit. Oleh karena itu, untuk melakukan penilaian

pengendalian risiko seorang auditor harus memastikan apakah manjemen entitas itu

sudah memiliki integritas yang jelas.

B. Kelengkapan catatan akuntansi

Catatan akuntansi merupakan sumber bukti audit yang penting bagi sebagian

besar tujuan audit. Disini seorang auditor juga harus memeriksa apakah semua jenis

Page 11: Makalah Auditing II

laporan keuangan entitas tersebut sudah lengkap atau belum. Jika belum lengkap maka

auditor melakukan tugasnya.

Setelah memahami pengendalian internal, auditor dapat membuat penilaian

pendahuluan atas resiko pengendalian terlebih dahulu sebagai bagian dari penilaian

resiko salah saji yang material secara keseluruhan. Penilaian ini merupakan ukuran

ekspektasi auditor bahwa pengendalian internal akan mencegah salah saji yang material

atau mendeteksi dan mengoreksi jika salah saji itu sudah terjadi.

Penting untuk diingat bahwa penilaian resiko pengendalian dibuat untuk asersi

individual, bukan untuk pengendalian intern secara keseluruhan, komponen

pengendalian intern individual atau kebijakan atau prosedur individual.

Dalam membuat penilaian resiko pengendalian untuk suatu asersi, penting bagi auditor

untuk :

1. Mempertimbangkan Pengetahuan Yang Diperoleh Dari Prosedur Untuk Memperoleh

Suatu Pemahaman

Auditor melaksanakan prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman mengenai

pengendalian intern untuk asersi laporan keuangan yang signifikan. Ketika auditor memperoleh

suatu pemahaman mengenai pengendalian intern, biasanya ia akan membuat pertanyaan,

mengamati pelaksanaan tugas dan pengendalian serta memeriksa dokumen-dokumen yang

akan menjadi bukti untuk mengizinkannya menilai resiko pengendalian dibawah maksimum.

2. Mengidentifikasi Salah Saji Potensial Yang Dapat Muncul Dalam Asersi Entitas

Beberapa kantor akuntan publik menggunakan perangkat lunak computer yang

menghubungkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tertentu dalam kuesioner yang

terkomputerisasi dengan salah saji potensial untuk asersi-asersi tertentu. Tapi, auditor perlu

memahami bahwa sistem pendukung keputusan yang terkomputerisasi digunakan untuk

mengevaluasi dan menilai salah saji potensial intern yang dapat muncul dalam asersi laporan

Page 12: Makalah Auditing II

keuangan tertentu. Salah saji potensial dapat diidentifikasikan untuk asersi kelas transaksi

utama dan yang berhubungan dengan saldo akun yang signifikan, seperti kas dan hutang usaha.

3. Mengidentifikasi Pengendalian-Pengendalian Yang Diperlukan

Seorang auditor dapat mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang mungkin dapat

mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki salah saji potensial tertentu dengan

menggunakan perangkat lunak computer yang memproses jawaban kuesioner pengendalian

intern atau dengan cara manual dengan menggunakan daftar (check list).

4. Melaksanakan Pengujian Pengendalian

Pengujian yang dideskripsikan termasuk teknik audit dengan bantuan computer, bukti

pendokumentasian inspeksi, pertanyaan terhadap personil an mengamati personil klien dalam

melaksanakan pengendalian. Hasil dari setiap pengujian pengendalian seharusnya menyediakan

bukti mengenai efektifitas dari rancangan dan operasi dari pengendalian yang dibutuhkan.

Sebagai contoh, dengan menggunakan teknik audit dengan bantuan computer untuk menguji

bahwa computer membandingkan jumlah cek yang diterbitkan dengan pemasukan dalam

pengeluaran kas, auditor memperoleh bukti mengenai efektivitas pengendalian terhadap

transaksi peneluaran kas.

5. Mengevaluasi Bukti Dan Membuat Penilaian

Penilaian akhir dari resiko pengendalain untuk asersi laporan keuangan didasarkan pada

pengevaluasian bukti yang diperoleh dari prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai

pengendalian intern dan pengujian pengendalian yang berhubungan. Menentukan tingkat

resiko pengendalian yang dinilai merupakan masalah pertimbangan yang professional.

Pengevaluasian bukti melibatkan pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Dalam

menarik suatu kesimpulan mengenai kesimpulan mengenai efektifitas pengendalian intern,

auditor sering kali menggunakan petunjuk mengenai frekuensi penyimpangan yang dapat di

Page 13: Makalah Auditing II

tolerasni, yang biasanya diekspresikan dalam bentuk persentase, dari suatu pelaksanaan

pengendalian yang sesuai.

2. PENGUJIAN SUBSTANTIF

Pengujian substantif merupakan langkah ketiga dari tahap pelaksanaan pemeriksaan.

Pengujian substantive meliputi prosedur- prosedur audit yang diracang untuk mendeteksi

monetary errors atau salah saji yang secara langsung berprngaruh terhadap kewajaran saldo –

saldo laporan keuangn

Jenis pengujian substantive :

a. Pengujian atas transkasi

Pengujian atas transaksi (substantive test of transaction) meliputi prosedur – prosedur

audit ntuk pengujian kecermatan pencatatan transaksi. Tujuan dilakukannya pengujian atas

transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah terotorisasi

dengan pantas, dicatat, dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku

besar dan buku pembantu dangan benar.

Untuk menentukan apakah semua transaksi telah memenuhi tujuan audit untuk

transaksi:

- Esixtence

- Completeness

- Accuracy

- Classification

- Timing

- Posting and summarizing

Jika auditor percaya bahwa transaksi di catat dengan benar dalam jurnal dan diposting

dengan benar, maka auditor akan percaya bahwa total buku besar adalah benar.

Pengujian detail transaksi ini dilakukan untuk menentukan :

a. Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi

Page 14: Makalah Auditing II

b. Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi dalam jurnal

c. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi dalam buku besar dan buku

pembantu

B. Prosedur Analitis

Prosedur analitis yang sering dilakuakan auditor adalah perhitungan rasio untuk

membandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan. tujuan

penggunaan prosedur analitis adalah:

a. Memahami bidang usaha klien

b. Menetapkan kemampuan kelangdungan hidup entitas

c. Indikasi timbulnya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan

d. Menggurangi pengujian audit yang lebih rinci

C. Pengujian Terperinci Atas Saldo

Pengujian terinci atas saldo memusatkan pada saldo akhit buku besar baik untuk akun

neraca maupun labarugi, tetapi penekanan utama adalah pada neraca.

Pengujian detail saldo akun yang direncaakan harus cukup memadai untuk memenuhi

setiap tujuan spesifik audit dengan memuaskan. Metodologi perancangan pengujian detail

saldo meliputi tahap – tahap sebagai berikut :

1. Menetapkan materialitas dan resiko audit ynag dapat di terima dan resiko bawaan

suatu akun. Setelah estimasi awal mengenai materialitas untuk audit secara

keseluruhan dan mengalokasikan totalnyake saldo akun telah di putuskan auditor,

salah saji yang dapat di toleransi di tentukan untuk masing- masng saldo yang

signifikan. Salah saji yang ditoleransi makin rendah akan menyebabkan pengujian

terinci atas saldo makin besar.

Resiko audit yang dapat diterima biasanya diputuskan untuk audit secara

keseluruhan, daripada berdasarkan siklus. Pengecualian adalah kalau auditor yakin

bahwa salah saji pada perkiraan tertentu seperti piutang lebih berpengaruh negative

terhadap pemakai daripada salah saji yang sama dari perkiraan lain. Resiko bawaan

Page 15: Makalah Auditing II

ditetapkan dengan mengidentifikasi semua aspek historis, linkungan atau operasi

klien yang mengindikasikan kemungkinan besar terjadi salah saji dalam tahun

berjalan.

2. Menetapkan resiko pengendalian untuk suatu siklus akuntansi

Pengendalian yang efektif akan mengurangi resiko pengendalian dan dengan

demikian mengurangi barang bukti yang diperlukan untuk pengujian substantive

atas transaksi dan pengujian terinci atas saldo. Pengendalian yang tidak memadai

meningkatkan bahan bukti substantive yang dibutuhkan.

3. Merancang pengujian pengendalian, transaksi dan prosuder analisis untuk suatu

siklus akuntansi. Pengujian dirancang dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu akan

diperoleh hasil yang diperkirakan ini akan mempengaruhi rancangan pengujian

terinci atas saldo.

4. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit,

pengujian terinci atas saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, besar

sempel, pos garing miring unsure yang dipilih dan saat pengujian. Prosedur-prosedur

harus dipilih dan dirancang bagi masing-masing perkiraan dan masing-masing tujuan

audit dalam setiap perkiraan.

4. APPLY THE METHODOLOGY FOR CONTROLS OVER SALES TRANSACTIONS TO CONTROLS OVER SALES RETURNS AND ALLOWANCES

(METODOLOGI UNTUK KONTROL ATAS TRANSAKSI PENJUALAN , Retur dan Potongan PENJUALAN)

1. Memahami SPI-Penjualan.

Dengan mempelajari bagan arus klien, menyiapkan kuisioner pengendalian intern dan melaksanakan uji 'walkthrough' untuk penjualan.

2. Memperkirakan Risiko Pengendalian Yang Direncanakan- Penjualan.

Dengan 4 langkah dasar :

1. Auditor membutuhkan kerangka dasar untuk memperkirakan risiko pengendalian

Page 16: Makalah Auditing II

2. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian intern kunci dan kelemahan atas transaksi pengendalian.

3. Auditor menghubungkan pengendalian dan kelemahan dengan tujuan.4. Auditor memperkirakan risiko pengendalian pada setiap tujuan dengan

mengevaluasi pengendalian dan kelemahan untuk setiap tujuan

Pengendalian kunci terdiri dari :

A. Pemisahan tugas yang memadai. B. Otorisasi yang semestinya. C. Dokumen/catatan yang memadai. D. Dokumen yang prenumbered. E. Pengiriman monthly statement. F. Prosedur verifikasi intern.

3. Mengevaluasi Untung Rugi Pengujian atas Pengendalian.4. Merancang Pengujian atas Pengendalian untuk Transaksi Penjualan.5. Merancang Pengujian Substantif atas Transaksi Penjualan.

Bertujuan untuk :

Penjualan yang dicatat benar-benar ada.

Terdapat dua kemungkinan salah saji : penjualan dicatat untuk pengiriman yang tidak pernah dilakukan dan pengiriman dilakukan ke pelanggan fiktif dan dicatat sebagai penjualan.Sifat pengujian tergantung sifat kelemahan Internal Control ; dengan menelusuri dari jurnal ke dokumen dasar ( test of ommission )

Transaksi penjualan yang terjadi telah dicatat.

Dengan menelusuri dari dokumen dasar ke jurnal dimana dokumen sebagai direction of test.

Penjualan dicatat secara akurat.

Kebenaran penilaian transaksi penjualan berkenaan dengan pengiriman jumlah barang yang dipesan, kebenaran penagihan atas jumlah yang dikirim dan kebenaran pencatatan jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi

Penjualan yang dicatat telah diklasifikasikan sebagaimana mestinya.

Pengujian atas klasifikasi penjualan merupakan bagian pengujian penilaian.

Page 17: Makalah Auditing II

Penjualan dicatat pada tanggal yang tepat.

Penjualan ditagih dan dicatat sesegera mungkin setelah terjadinya pengiriman untuk mencegah hilangnya transaksi dari catatan tanpa sengaja dan untuk menjamin bahwa penjualan dicatat pada periode yang sesuai.

Transaksi penjualan dicatat dengan semestinya di berkas induk dan diikhtisarkan dengan benar.

RETUR PENJUALAN dan PENGURANGAN PENJUALAN

Perbedaan pengendalian salah saji dalam nota kredit dan penjualan berkaitan dengan :

1. Materialitas ; retur dan pengurangan harga penjualan sangat tidak material sehingga dapat diabaikan dalam pelaksanaan audit.

2. Tujuan ; penekanan pada pengujian keabsahan transaksi yang dicatat sebagai cara untuk menemukan pengalihan kas dari penerimaan penagihan piutang yang telah diterima dengan retur dan pengurangan harga fiktif.

PENGUJIAN AUDIT UNTUK PIUTANG TAK TERTAGIH

Pertimbangan utama auditor untuk memverifikasi penghapusan piutang tak tertagih adalah keabsahan dan kepantasan otorisasi dengan perhatian utama : kemungkinan klien untuk menutupi defalkasi dengan menghapus piutang yang telah ditagih.

Prosedur yg lazim adalah memeriksa persetujuan dari orang yang berwenang dan memeriksa korespondensi dalam arsip klien yang mendukung ketidak kolektibilitasannya.

DAMPAK HASIL PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN TRANSAKSI

Bagian audit yang sangat dipengaruhi : saldo piutang usaha, kas, beban piutang tak tertagih, dan penyisihan piutang tak tertagih.

Saat penyelesaian pengujian atas transaksi, perlu untuk untuk menganalisa setiap pengecualian dari pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, untuk menentukan sebab dan dampak pengecualian tersebut terhadap tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan, yang dapat mempengaruhi risiko penemuan yang didukung sehingga mempengaruhi sisa pengujian substantif.

Dampak terbesar pengujian ini adalah terhadap konfirmasi A/R meliputi jenis, ukuran sampel dan saat peangujian.

5. PENGENDALIAN INTERN, PENGUJIAN PENGENDALIAN, & PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI PENERIMAAN KAS

Prosedur audit yang paling mungkin menyebabkan salah pengertian :

Page 18: Makalah Auditing II

1. Menentukan apakah kas yang diterima telah dicatat.

Defalkasi kas yang paling sulit dideteksi : yang terjadi sebelum kas dicatat pada jurnal penerimaan kas atau catatan kas yg lain. Pencegahan : pengendalian yang tergantung pada bisnis masing-masing.

2. Menyiapkan Pembuktian atas Penerimaan Kas.

Digunakan jika IC lemah. Pengujian dilakukan dengan menjumlah penerimaan kas yang dicatat dijurnal penerimaan kas pada periode tertentu dan direkonsiliasi dengan setoran aktual yang dilakukan ke bank untuk periode yang sama. Prosedur ini digunakan untuk membongkar :

- penerimaan kas yang belum disetor - pinjaman tidak dicatat- setoran yang tidak dicatat - pinjaman bank yg langsung disetor ke R/K

3. Pengujian untuk menemukan lapping piutang.

Lapping , merupakan fraud yang umum yaitu menangguhkan pencatatan penerimaan piutang untuk menyembunyikan adanya kekurangan kas dan dicegah melalui pemisahan fungsi.

Dideteksi dengan membandingkan nama, jumlah, tanggal dalam nota pembayaran dengan jurnal penerimaan kas dan deposit slip.

6. PENGUJIAN AUDIT UNTUK PIUTANG TAK TERTAGIH

Pertimbangan utama auditor untuk memverifikasi penghapusan piutang tak tertagih adalah keabsahan dan kepantasan otorisasi dengan perhatian utama : kemungkinan klien untuk menutupi defalkasi dengan menghapus piutang yang telah ditagih.

Prosedur yg lazim adalah memeriksa persetujuan dari orang yang berwenang dan memeriksa korespondensi dalam arsip klien yang mendukung ketidak kolektibilitasannya.