makalah auditing 2 sampling audit
DESCRIPTION
Makalah tentang Sampling AuditTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam setiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun operasional, auditor
selalu dihadapkan dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus diaudit dengan
waktu audityang sangat terbatas. Sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya,
auditor berkepentingan dengan keabsahan simpulan dan pendapatnya terhadap
keseluruhan isi laporan dan/atau kegiatan yang diauditnya. Mengingat tanggung
jawab ini, maka auditor hanya akan dapat menerbitkan laporan yang sepenuhnya
benar, jika dia memeriksa seluruh bukti transaksi. Namun demikian, hal ini tidak
mungkin dilakukan. Pertama, dari segi waktu dan biaya hal iniakan memerlukan
sumberdaya yang sangat besar. Kedua, dari segi konsep, audit memang tidak
dirancang untuk memberikan jaminan mutlak bahwa hasil audit 100% sesuai dengan
kondisinya.
Oleh karena itu, auditor harus merancang cara untuk mengatasi hal tersebut. Cara
yang dapat dilakukan auditor adalah hanya memeriksa sebagian bukti yang
ditentukan dengan cara seksama, sehingga bisa untuk mengambil kesimpulan secara
menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan dengan metode sampling audit. Dengan cara
demikian maka audit dapat dilakukan dengan biaya dan waktu yang rasional. Jadi
digunakannya metode pengujian dengan sampling audit diharapkan auditor dapat
memperoleh hasil pengujian yang objektif dengan waktu dan biaya yang minimal,
sehingga pekerjaan audit bisa efektif dan efisien.
Auditor melakukan pemilihan sampel dengan maksud untuk memperoleh sampel
yang representative. Sampel yang representative adalah sampel yang mempunyai
karakteristik populasi. Sebagai contoh auditor menemukan 2% kesalahan atas faktur
penjualan , seandainya ia melakukan inspeksi atas seluruh faktur penjualan.
Misalkan, auditor ada 100 buah jumlah faktur penjualan sebagai sampel dari suatu
populasi. Sampel tersebut dapat dikatakan sebagai sampel yang representative
apabila auditor menemukan dua buah faktur yang mengandung kesalahan.
1
2
Disamping itu sampel harus mengandung stabilitas. Yang dimaksud disini adalah
apabila jumlah sampel ditambah atau dikurangi maka hasilnya harus sama dan tidak
berubah.
Pada kenyataanya, auditor tidak dapat mengetahui apakah sampel yang diambil
kerupakan sampel yang representative, meskipun ia telah selesai melaksanakan
seluruh pengujian. Auditor maksimal hanya dapat meningkatkan kualitas
pengambilan sampel menjadi mendekati kualitas sampel yang representative. Hal
tersebut dapat dilaksanakan auditor dengan cara merancang dan melakukan seleksi
sampel, dan mengevaluasi hasil sampel secara cermat dan teliti.
1.2 Identifikasi Masalah
a) Apa definisi dan tujuan sampling audit?
b) Bagaimana tahapan sampling audit?
c) Apakah perbedaan sampling statistik dan nonstatistik?
d) Apa risiko sampling dan nonsampling?
1.3 Tujuan Makalah
a) Mengetahui definisi dan tujuan dari sampling audit.
b) Mengetahui tahapan-tahapan dalam sampling audit.
c) Mengetahui perbedaan-perbedaan dari sampling statistik dengan sampling
nonstatistik.
d) Mengetahui apa saja risiko dari sampling dan nonsampling.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Tujuan Sampling Audit
Ikatan Akuntansi Indonesia melalui Standar Profesional Akuntan Publik
Seksi 350 mendefinisikan sampling audit sebagai :
“penerapan prosedur audit terhadap unsure-unsur suatu saldo akun atau kelompok
transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.”
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian
pengendalian maupun pengujian substantive. Meskipun demikian, auditor biasanya
tidak menerapkan sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan
pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit banyak
diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan
konfirmasi. Sampling audit, jika diterapkan dengan semestinya akan dapat
menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar
pekerjaan lapangan yang ketiga.
2.2 Tahapan Sampling Audit
Langkah-langkah sampling dibagi dalam enam tahap:
1. Menyusun Rencana Audit
Kegiatan sampling audit diawali dengan penyusunan rencana audit. Pada
tahap ini ditetapkan:
Jenis pengujian yang akan dilakukan, karena berpengaruh pada jenis
sampling yang akan digunakan. Pada pengujian pengendalian biasanya
digunakan sampling atribut, dan pada pengujian substantif digunakan
sampling variabel.
4
Tujuan pengujian, pada pengujian pengendalian untuk meneliti derajat
keandalan pengendalian, sedangkan pengujian substantif tujuannya meneliti
kewajaran nilai informasi kuantitatif yang diteliti.
Populasi yang akan diteliti, disesuaikan dengan jenis dan tujuan pengujian
yang akan dilakukan.
Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penelitian, terutama yang
diperlukan untuk menentukan unit sampel dan membuat simpulan hasil audit,
seperti tingkat keandalan, toleransi kesalahan, dan sebagainya.
2. Menetapkan Jumlah/Unit Sampel
Tahap berikutnya adalah menetapkan unit sampel. Jika digunakan metode
sampling statistik, unit sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus/formula
statistik sesuai dengan jenis sampling yang dilakukan. Pada tahap ini hasilnya berupa
pernyataan mengenai jumlah unit sampel yang harus diuji pada populasi yang
menjadi objek penelitian.
3. Memilih Sampel
Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah
memilih sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan sampling statistik,
pemilihan sampelnya harus dilakukan secara acak (random).
4. Menguji Sampel
Melalui tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang harus
diteliti. Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut.
Hasilnya, auditor akan memperoleh informasi mengenai keadaan sampel tersebut.
5. Mengestimasi Keadaan Populasi
Selanjutnya, berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor melakukan
evaluasi hasil sampling untuk membuat estimasi mengenai keadaan populasi.
Misalnya berupa estimasi tingkat penyimpangan/kesalahan, estimasi nilai interval
populasi, dan sebagainya.
5
6. Membuat Simpulan Hasil Audit
Berdasarkan estimasi (perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor membuat
simpulan hasil audit. Biasanya simpulan hasil audit ditetapkan dengan
memperhatikan/ membandingkan derajat kesalahan dalam populasi dengan batas
kesalahan yang dapat ditolerir oleh auditor. Jika kesalahan dalam populasi masih
dalam batas toleransi, berarti populasi dapat dipercaya. Sebaliknya, jika kesalahan
dalam populasi melebihi batas toleransi, populasi tidak dapat dipercaya.
2.3 Sampling Statistik dan Nonstatistik
Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar Pekerjaan Lapangan ketiga
menyatakan bahwa:
“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”.
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor
untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut
adalah:
1. Sampling statistik (statistical sampling)
2. Sampling nonstatistik (nonstatistical sampling)
Kedua pendekatan tersebut sama-sama memerlukan pertimbangan
profesional dalam perencanaan, pelaksanaan rencana penarikan sampel, dan
penilaian hasilnya, serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari
sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau
kelompok transaksi yang berkaitan.
Penilaian kompetensi bukti tidak ditentukan oleh rancangan dan penilaian
atas sampel audit. Penilaian kompetensi bukti audit semata-mata merupakan
pertimbangan audit. Penilaian sampel hanya berkaitan dengan kemungkinan bahwa
keberadaan salah saji, atau penyimpangan moneter dari kebijakan dan prosedur
6
struktur pengendalian intern yang ditetapkan adalah dimasukkan dalam sampel
secara proporsional. Oleh karena itu, pemilihan metode sampling statistik atau
sampling non statistik tidak secara langsung mempengaruhi keputusan auditor
mengenai:
a) Prosedur audit yang akan diterapkan atas sampel yang dipilih.
b) Kompetensi bukti audit yang diperoleh berkaitan dengan item sampel
individual.
c) Tanggapan auditor atas kesalahan yang ditemukan dalam item sampel.
Pemilihan antara kedua pendekatan tersebut didasarkan terutama pada
pertimbangan manfaat dan biaya. Auditor dapat menggunakan sampling statistik atau
sampling non statistik atau kedua-duanya dalam melaksanakan pengujian audit.
Kedua tipe penarikan sampel tadi dapat menyodorkan bahan bukti yang
memadai sebagaimana yang diharuskan oleh standar pekerjaan lapangan yang ketiga,
kedua jenis penariakan sampel (nonsampling risk). Perbedaan utama dalam kedua
tipe penarikan tersebut adalah bahwa hukum probabilitas dipakai untuk
mengendalikan risiko penarikan sampel dalam pendekatan penarikan sampel
statistikal.
Pilihan antara rencana penarikan sampel statistikal dan nonstatistikal
terutama didasarkan pada penilaian auditor terhadap biaya dan manfaat relatifnya.
Penarikan sampel nonstatistikal barangkali lebih murah dibandingkan penarikan
sampel statistikal, namun manfaat penarikan sampel statistikal kemungkinan jauh
lebih besar ketimbang penarikan sampel nonstatistikal. Penarikan sampel statistikal
dan nonstatistikal dilakukan secara independent dan seleksi prosedur audit.
Dalam keadaan tertentu penarikan sampel audit baik statistikal dan
nonstatistikal tidaklah tepat, dan karena itu auditor harus menguji seluruuh populasi.
Penarikan sampel juga tidak tepat dalam pengujian prosedur pengendalian yang
sangat tergantung pada pembagian tugas atau tidak memberikan jejak atau jalur audit
bukti dokumenter.
7
2.3.1 Sampel Statistik
Penarikan sampel statistikal (statistical sampling) merupakan rencana
penarikan sampel yang memakai hukum probabilitas (probability law) untuk
membuat pernyataan atau generalisasi terhadap suatu populasi. Penarikan sampel
statistikal memakai ancangan matematis untuk mengambil kesimpulan yang
melibatkan komputasi banyaknya sampel, nilai populassi, dan kisaran presisi, dengan
suatu parameter yang berhubungan dengan keandalan dan presisi yang dibutuhkan.
Pendekatan penarikan sampel statistikal haruslah memenuhi dua syarat berikut :
Sampel,yang di proyeksikan sebagai karakteristik populasi,semestinya
mempunyai probabilitas seleksi yang diketahui.
Hasil sampel haruslah di evaluasi secara kuantitatif dan matematis.
Penarikan sampel berlandaskan pada hukum probabilitass, auditor mampu
mengendalikan luas resiko penarikan sampel dalam menyandarkan diri pada hasil
sampel. Penarikan sampel statistikal dapat menolong auditor dalam :
Merancang sampel yang efisien.
Mengukur kecukupan bukti yang diperoleh.
Mengevaluasi secara objektif hasil sampel.
Sampling statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada sampling non
statistik. Namun, tingginya biaya dapat dikompensasi dengan tingginya manfaat yang
dapat diperoleh melalui pelaksanaan sampling statistik. Sampling statistik
menguntungkan manajemen dalam tiga hal berikut :
a. Perencanaan sampel yang efisien
b. Pengukuran kecukupan bukti yang dihimpun
c. Pengevaluasian hasil sampel
Disamping itu, sampling statistik mendukung auditor untuk mengkuantufikasi
dan mengendalikan risiko sampling. Ada dua macam tehnik sampling statistik,
yaitu :
a. Attribute Sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaanya adalah
untuk memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari
pengendalian yang ditentukan dalam populasi.
8
b. Variable Sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian substantif. Kegunaan variables
sampling adalah untuk memperkirakan jumlah rupiah total dari populasi
atau jumlah rupiah kesalahan dalam populasi.
Keunggulan utama penarikan sampel statistikal adalah kesempatan untuk
menentukan banyaknya sampel minimal yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan tes
audit dan kesempatan untuk menyatakan hasi secara kuatitatif. Teknik penarikan
sampel statistikal juga memiliki kelemahan dan bisa menimbulkan masalah praktis
yang dapat membuat penggunaan teknik statistikal kurang efisien ketimbang teknik
penarikan sampel nonstatistikal.
2.3.2 Sampling Nonstatistik
Sampling nonstatistik merupakan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria
subyektif. Auditor dapat menentukan besarnya sampel yang diambil dalam sampling
non statistik, dengan melakukan pertimbangan subyektif berdasarkan
pengalamanannya. Pelaksaan evaluasi atas sampel juga dilakukan berdasar kriteria
subyektif dan pengalaman auditor yang bersangkutan.
2.4 Risiko Sampling dan Nonsampling
2.4.1 Risiko Sampling
Risiko sampling (sampling risk) adalah risiko bahwa auditor mencapai
kesimpulan yang salah karena sampel populasi tidak representatif. Risiko sampling
adalah bagian sampling yang melekat akibat menguji lebih sedikit dari populasi
secara keseluruhan. Sebagai contoh, asumsikan auditor memutuskan bahwa
pengendalian dianggap tidak efektif jika terdapat tingkat pengecualian populasi 6%.
Asumsikan auditor menerima bahwa pengendalian dianggap efektif berdasarkan
pengujian pengendalian dengan sampel sebanyak 100 item yang memiliki dua
pengecualian. Jika populasi sebenarnya memiliki tingkat pengecualian sebesar 8%,
auditor menerima populasi yang salah karena sampel tidak cukup mewakili populasi.
Berkaitan dengan kemungkinan bahwa sampel yang diambil tidak menggambarkan
9
secara benar populasi tersebut. Dalam melakukan pengujian pengendalian jenis
risiko sampling berikut dapat terjadi :
a. Risiko atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (the risk
of assessing control risk too low) adalah risiko bahwa penilaian tingkat risiko
pengendalian berdasarkan sampel mendukung penilaian tingkat risiko
pengendalian yang direncanakan pada saat efektivitas operasi aktual dari
prosedur atau kebijakan struktur pengendalian, jika diketahui, dianggap tidak
cukup mendukung tingkat penilaian yang di rencanakan,
b. atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (the risk od
assessing control risk too high) adalah risiko bahwa penilaian tingkat risiko
pengendalian berdasarkan sampel tidak mendukung penilaian tingkat risiko
pengendalian yang direncanakan pada saat efektivitas operasi aktual dari
prosedur atau kebijakan struktur pengendalian, jika diketahui, dianggap
cukup untuk mendukung tingkat penilaian yang direncakan.
Risiko-risiko tersebut mempunyai dampak yang signifikan terhadap
efektivitas dan efesiensi audit.Risiko penilaian tingkat risiko pengendalian yang
terlalu rendah dan risiko kesalahan penerimaan, masing-masing dijelaskan sebagai
risiko beta (beta risk) dalam istilah umum statistik, berkaitan dengan efektivitas
audit.Pada saat auditor menarik kesimpulan yang salah ini, prosedur-prosedur auditor
tidak cukup untuk mendeteksi salah saji secara material, dan dia tidak mempunyai
dasar alasan untuk pendapatnya.Sebaliknya, risiko penilaian tingkat risiko
pengendalian yang terlalu tinggi dan risiko kesalahan penolakan, masing-masing
dapat dijelaskan sebagai risiko alfa (alpha risk) adalah istilah umum statistik
10
berrkaitan ddengan efisiensi audit. Ketika kesimpulan yang salah ini terjadi, auditor
akan meningkatkan pengujian substantive. Namun demikian, upaya-upaya ini akan
mengarah kepada kesimppulan yang benar, dan audit akan efektif.
Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko sampling:
1. Menyesuaikan ukuran sampel,
2. menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi.
Meningkatkan ukuran sampel dapat mengurangi risiko sampling, dan
sebaliknya. [ada satu ekstrem, sampel dari semua item populasi tidak memiliki risiko
sampling. Sementara pada ekstrem lainnya, sampel sebanyak satu atau dua item
memiliki risiko sampling yang sangat tinggi.
Penggunaan metode pemilihan sampel yang sesuai dapat meningkatkan
kemungkinan keterwakilan sampel bersangkutan. Hal ini tidak menghilangkan atau
bahkan mengurangi risiko sampling, tetapi memungkinkan auditor untuk mengukur
risiko yang berkaitan dengan ukuran sampel tertentu jika metode pemilihan sampel
dan evaluasi statistik digunakan.
2.4.2 Risiko Nonsampling
Risiko nonsampling (nonsampling risk) adalah risiko bahwa pengujian audit
tidak menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Dua penyebab risiko
nonsampling adalah kegagalan auditor untuk mengenali pengecualian dan prosedur
audit yang tidak sesuai atau tidak efektif.
Auditor mungkin gagal mengenali pengecualian karena kelelahan, bosan atau
tidak memahami apa yang harus dicari. Contoh di asumsikan 3 dokumen pengiriman
11
tidak dilampirkan ke salinan faktur penjualan dalam sampel sebanyak 100. Jika
auditor menyimpulkan bahwa tidak ada pengecualian, hal tersebut merupakan
kesalahan nonsampling. Prosedur audit yang tidak efektif untuk mendeteksi
pengecualian yang diragukan adalah dengan memeriksa sampel dokumen pengiriman
dan menentukan apakah masing-masing telah dilampirkan ke faktur penjulan, dan
bukan memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk menentukan apakah
dokumen pengiriman telah dilampirkan. Dalam kasus ini, auditor telah melakukan
pengujian dengan arah yang salah karena memulainya dengan dokumen pengiriman
dan bukan salinan faktur penjualan. Prosedur audit yang dirancang dengan cermat,
instruksi yang tepat, pengawasan, dan review merupakan cara untuk mengendalikan
risiko nonsampling. Sumber-sumber risiko nonsampling meliputi :
a. Kesalahan manusia
b. Penerapan prosedur audit yang tidak sesuai dengan tujuan audit
c. Salah menginterpretasikan hasil sampel
d. Kepercayaan pada informasi yang salah diterima dari pihak lain
2.5 Metode Pemilihan Sampel
2.5.1 Sampel Probabilistik
Auditor memilih secara acak item-item sehingga setiap item populasi
memiliki probabilitas yang sama untuk dimasukkan dalam sampel.
Ada empat jenis metode pemilihan sampel probabilistik yaitu :
1. Pemilihan sampel acak sederhana
Auditor menggunakan sampel ini untuk populasi sampel apabila
tidak ada kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih item populasi
12
2. Pemilihan sampel sistematis
Auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih item-item
yang akan dijadikan sampel berdasarkan ukuran interval tersebut.
3. Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran
4. Pemilihan sampel bertahap
2.5.2 Sampel Nonprobabilistik
Auditor memilih item sampel dengan menggunakan pertimbangan
professional dan bukan metode probabilistik. Auditor dapat menggunakan salah
satu dari beberapa metode pemilihan sampel nonprobabilistik.
Ada tiga jenis metode pemilihan sampel nonprobabilistik yaitu :
1. Pemilihan sampel terarah
Auditor dengan sengaja memilih setiap item dalam sampel
berdasarkan criteria pertimbangannya sendiri ketimbang menggunakan
pemilihan acak.
2. Pemilihan sampel blok
Auditor memilih pos pertama dalam suatu blok, dan sisanya dipilih
secara berurutan.
3. Pemilihan sampel sembarangan
Auditor memilih item atau pos tanpa bias yang disengaja.
2.6 Sampling untuk Tingkat Pengecualian
Auditor menggunakan sampling pada pengujia pengendalian dan pengujian
substantifatas transaksi untuk mengestimasi persentase item item dalam populasi
yang memiliki karakteristik atau atribut kepentingan. Persentase ini disebut sebagai
tingkat keterjadian (accurence rate) atau tingkat pengecualian(exception rate).
13
Sebagai contoh jika auditor menetukan bahwa tingkat pengecualianuntuk ferivikasi
internal faktur penjualan adalah sekitar 3persen, maka rata rata 3dari tiap 100 faktur
tidak diverifikasi secara layak.
Auditor sangat memperhatikan jenis pengecualian berikut dalam populasi
data akuntansi:
a. Menyimpan atau deviasi daripengendalian yang diterapkan klien
b. Salah saji moneter dalam populasi data transaksi
c. Salah saji moneter dalam rincian transaksi saldo akun
Mengetahui tingkat pengecualian sangat bermanfaat bagi dua jenis
pengecualian yang pertama, yang melibatkan transaksi. Karena itu, auditor
menggunakan secara ekspensif sampling audit yang mengukur tingkat pengecualian
ketika melakukanpengujian pengendalian dan pengujian ekspensif atas transaksi.
Perihal jenis pengecualian ketiga, biasanya auditor harus mengestimasi jumlah total
dolar dari pengecualian itu karena mereka harus memutuskan apakah salah saji yang
ada bersifat material. Jika ingin mengetahui jumlah salah saji, auditor akan
menggunakan mode yang mengukur nilai uang, bukan tingkat pengecualian.
Tingkat pengecualian dalam suatu sampel akan digunakan untuk mengestimsi
tingkat pengecualian dalam populasi yang merupakan “estimasi terbaik” auditor atas
tingkat pengecualian populasi. Istilah pengecualian (exception) harus dipahami
sebagai mengacu pada deviasi dari prosedur pengendalian klien maupun jumlah yang
salah secara moneter, apakah hal itudisebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak
disengaja atau penyebab lainnya. Istilah deviasi (deviation) terutama mengacu pada
penyimpangan dari pengendalian yang telahdigariskan.
Dalam menggunakan sampling audit untuk menentukan tingkat pengecualian,
auditor ingin mengetahui seberapa besar tingkat pengecualian itu, dan bukan lebar
interval keyakinannya. Karena itu auditor berfokus pada batas estimasi interval, yang
disebut tingkat pengecualian atas yang dihitung(computed upper exception rate =
14
CUER) atau yang diestimasi dalam melakukan pengujian pengendalian dan
pengujian supstantif atas transaksi. Dengan menggunakan angka dari contoh
sebelumnya, auditor dapat menyimpulkan bahwa CUER untuk dokumen pengiriman
yang hilang adalah 4% dengan risikosampling sebesar 5% yang berarti auditor
menyimpulkan bahwa tingkat pengecualian populasi tidak lebih besar dari 4%
dengan risiko sebesar 5% tingkat pengecualian itu akan melampaui 4%. Setelah
dihitung, auditor dapat mempertimbangkan CUER dalam konteks tujuan audit
khusus. Sebagai contoh, jika pengujian dilakukan atas dokumen pengiriman yang
hilang, auditor harus menentukan apakah tingkat pengecualian sebesar 4% itu
merupakan risiko pengendalian yang dapat bagi tujuan keterjadian (occurrence).
2.7 Distribusi Sampling
Auditor mendasarkan pengujian statistiknya pada distribusi sampling. Disribusi
sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran khusus yang dapat
diperoleh dari populasi yang memiliki beberapa karakteristik tertentu. Distribusi sampling
memungkinkan auditor untuk membuat laporan probabilitas mengenai kemungkinan
terwakilinya setiap sampel dalam distribusi. Sampling atribut didasarkan pada distribusi
binominal, dimana setiap sampel dalam populasi memiliki satu dari dua nilai yang mungkin
atau deviasi pengendalian.
2.8 Aplikasi Sampling Audit
Merencanakan sampel :
1. menyatakan tujuan pengujian audit
2. memutuskan apakah sampling aidit dapat diterapkan
3. mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian
4. mendefinisikan populasi
5. menetapkan tingkat pengencualian yang dapat ditoleransi
6. menetapakan ARACR yang terlalu rendah
7. mengestimasi tingkat pengecualia populasi
8. menentukan ukuran sampel awal
15
Jika auditor menggunakan tabel untuk menentukan ukuran sampel awal,
mereka akan mengikuti empat langkah berikut :
a) memilih tabel yang berhubungan dengan ARACR.
b) menempatkan TER pada bagian atas tabel.
c) menempatkan EPER pada kolom bian kiri.
d) membaca kebawah kolom bawah TER yang sesuai hingga berpotongn dengan
baris EPER yang tepat. Angka pada perpotongan tersebut adalah ukuran
sampel awal dampak ukuran populasi.
Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit :
a) Satu satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling statistikdan
nonstatistik adalah terletak pada persyaratan bahwa metode probabilistik
harus digunakan untuk sampling statistik. Baik sampling acak sederhana
maupun sampling sistematis akan digunakan pada sampling atribut.
b) Melaksanakan prosedur audit, sama untuk sampling atribut maupun sampling
nonstatistik.
c) Mengevaluasi hasil.
d) Menggenaralisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor
menghitung batas kemampuan atas CUER dengan ARACR tertentu, yang
sekali lagi menggunakan program komputer khusus atau tabel yang
dikembangkan dari rimus statistik.
16
BAB III
KESIMPULAN
Ketika memilih sampel dari populasi, auditor berusaha untuk memperoleh
sampel yang representatif. Sampel representatif (representative sample) adalah
sampel yang karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki oleh populasi.ini
berarti item item yang dijadikan sampel populasi serupa dengan item item yang tidak
dijadikan sampel.
Dalam praktek, auditor tidak pernah mengetahui apakah suatu sampel bersifat
representatif, bahkan setelah semua pengujian selesai dilakukan. Satu satunya cara
untuk mengetahui apakah suatu sampel bersifat representatif adalah dengan
melakukan audit lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan. Akan tetapi, auditor
dapat meningkatkan kemungkinan sampel yang dianggap representatif dengan
menggunakannya secara cermat ketika merancang proses sampling, pemilihan
sampel, dan evaluasi sampel. Hasil sampel dapat menjadi nonrepresentatif akibat
kesalahan nonsampling atau kesalahan sampling. Risiko dari dua jenis kesalahan
yang terjadi tersebut disebut sebagai risiko nonsampling dan risiko sampling.
Keduanya dapat dikendalikan.
Risiko nonsampling (nonsampling risk) adalah risiko bahwa pengujian audit
tidak menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Prosedur audit yang tidak
efektif untuk mendeteksi pengecualian uang diragukan adalah dengan memeriksa
sampel dokumen pengiriman dan menentukan apakah masing masing telah
dilampirkan ke faktur penjualan, dan bukan memeriksa sampel salinan faktur
penjualan untuk menentukan apakah dokumen pengiriman telah dilampirkan. Dalam
kasus ini, auditor telah melakukan pengujian dengan arah yang salah karena
memulainya dngan dokumen pengiriman dan bukan salinan faktur penjualan.
Prosedur audit yang dirancang dengan cermat, instruksi yang tepat, pengawasan, dan
review merupakan cara untuk mengendalikan risiko nonsampling.
Risiko sampling (sampling risk) adalah risiko bahwa auditor mencapai
kesimpulan yang salah karna sampel populasi yang tidak representatif. Risiko
sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat pengujian lebih sedikit dari
17
populasi secara keseluruhan. Jika populasi sebenarnya memiliki tingkat
pengecualian, auditor menerima populasi yang salah karenaa sampel tidak cukup
mewakili populasi.
Auditor memiliki dua carauntuk mengendalikan risiko sampling:
1. Menyesuaikan ukuran sampel
2. Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi
18
DAFTAR PUSTAKA
Elder, Randal J. 2011. Audit Dan Jasa Assurance Jilid 2. Jakarta : ERLANGGA.
http://memebali.blogspot.co.id/2013/07/sampling-audit.html
http://kamarujung.blogspot.co.id/2015/05/makalah-auditing-penarikan-audit.html
http://mimiakuntansi.blogspot.co.id/2013/12/audit-sampling.html
http://yasinibnmaftuh.blogspot.co.id/2013/05/makalah-samplin-audit.html