makalah auditing 2 sampling audit

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam setiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun operasional, auditor selalu dihadapkan dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus diaudit dengan waktu audityang sangat terbatas. Sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, auditor berkepentingan dengan keabsahan simpulan dan pendapatnya terhadap keseluruhan isi laporan dan/atau kegiatan yang diauditnya. Mengingat tanggung jawab ini, maka auditor hanya akan dapat menerbitkan laporan yang sepenuhnya benar, jika dia memeriksa seluruh bukti transaksi. Namun demikian, hal ini tidak mungkin dilakukan. Pertama, dari segi waktu dan biaya hal iniakan memerlukan sumberdaya yang sangat besar. Kedua, dari segi konsep, audit memang tidak dirancang untuk memberikan jaminan mutlak bahwa hasil audit 100% sesuai dengan kondisinya. Oleh karena itu, auditor harus merancang cara untuk mengatasi hal tersebut. Cara yang dapat dilakukan auditor adalah hanya memeriksa sebagian bukti yang ditentukan dengan cara seksama, sehingga bisa untuk mengambil kesimpulan secara menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan dengan metode sampling audit. Dengan cara demikian maka 1

Upload: sonny-maydana

Post on 04-Dec-2015

169 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

Makalah tentang Sampling Audit

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Auditing 2 Sampling Audit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

 

Dalam setiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun operasional, auditor

selalu dihadapkan dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus diaudit dengan

waktu audityang sangat terbatas. Sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya,

auditor berkepentingan dengan keabsahan simpulan dan pendapatnya terhadap

keseluruhan isi laporan dan/atau kegiatan yang diauditnya. Mengingat tanggung

jawab ini, maka auditor hanya akan dapat menerbitkan laporan yang sepenuhnya

benar, jika dia memeriksa seluruh bukti transaksi. Namun demikian, hal ini tidak

mungkin dilakukan. Pertama, dari segi waktu dan biaya hal iniakan memerlukan

sumberdaya yang sangat besar. Kedua, dari segi konsep, audit memang tidak

dirancang untuk memberikan jaminan mutlak bahwa hasil audit 100% sesuai dengan

kondisinya.

Oleh karena itu, auditor harus merancang cara untuk mengatasi hal tersebut. Cara

yang dapat dilakukan auditor adalah hanya memeriksa sebagian bukti yang

ditentukan dengan cara seksama, sehingga bisa untuk mengambil kesimpulan secara

menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan dengan metode sampling audit. Dengan cara

demikian maka audit dapat dilakukan dengan biaya dan waktu yang rasional. Jadi

digunakannya metode pengujian dengan sampling audit diharapkan auditor dapat

memperoleh hasil pengujian yang objektif dengan waktu dan biaya yang minimal,

sehingga pekerjaan audit bisa efektif dan efisien.

Auditor melakukan pemilihan sampel dengan maksud untuk memperoleh sampel

yang representative. Sampel yang representative adalah sampel yang mempunyai

karakteristik populasi. Sebagai contoh auditor menemukan 2% kesalahan atas faktur

penjualan , seandainya ia melakukan inspeksi atas seluruh faktur penjualan.

Misalkan, auditor ada 100 buah jumlah faktur penjualan sebagai sampel dari suatu

populasi. Sampel tersebut dapat dikatakan sebagai sampel yang representative

apabila auditor menemukan dua buah faktur yang mengandung kesalahan.

1

Page 2: Makalah Auditing 2 Sampling Audit

2

Disamping itu sampel harus mengandung stabilitas. Yang dimaksud disini adalah

apabila jumlah sampel ditambah atau dikurangi maka hasilnya harus sama dan tidak

berubah.

Pada kenyataanya, auditor tidak dapat mengetahui apakah sampel yang diambil

kerupakan sampel yang representative, meskipun ia telah selesai melaksanakan

seluruh pengujian. Auditor maksimal hanya dapat meningkatkan kualitas

pengambilan sampel menjadi mendekati kualitas sampel yang representative. Hal

tersebut dapat dilaksanakan auditor dengan cara merancang dan melakukan seleksi

sampel, dan mengevaluasi hasil sampel secara cermat dan teliti.

1.2 Identifikasi Masalah

a) Apa definisi dan tujuan sampling audit?

b) Bagaimana tahapan sampling audit?

c) Apakah perbedaan sampling statistik dan nonstatistik?

d) Apa risiko sampling dan nonsampling?

1.3 Tujuan Makalah

a) Mengetahui definisi dan tujuan dari sampling audit.

b) Mengetahui tahapan-tahapan dalam sampling audit.

c) Mengetahui perbedaan-perbedaan dari sampling statistik dengan sampling

nonstatistik.

d) Mengetahui apa saja risiko dari sampling dan nonsampling.

Page 3: Makalah Auditing 2 Sampling Audit

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Tujuan Sampling Audit

Ikatan Akuntansi Indonesia melalui Standar Profesional Akuntan Publik

Seksi 350 mendefinisikan sampling audit sebagai :

“penerapan prosedur audit terhadap unsure-unsur suatu saldo akun atau kelompok

transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa

karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.”

Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian

pengendalian maupun pengujian substantive. Meskipun demikian, auditor biasanya

tidak menerapkan sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan

pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit banyak

diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan

konfirmasi. Sampling audit, jika diterapkan dengan semestinya akan dapat

menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar

pekerjaan lapangan yang ketiga.

2.2 Tahapan Sampling Audit

Langkah-langkah sampling dibagi dalam enam tahap:

1. Menyusun Rencana Audit

Kegiatan sampling audit diawali dengan penyusunan rencana audit. Pada

tahap ini ditetapkan:

Jenis pengujian yang akan dilakukan, karena berpengaruh pada jenis

sampling yang akan digunakan. Pada pengujian pengendalian biasanya

digunakan sampling atribut, dan pada pengujian substantif digunakan

sampling variabel.

Page 4: Makalah Auditing 2 Sampling Audit

4

Tujuan pengujian, pada pengujian pengendalian untuk meneliti derajat

keandalan pengendalian, sedangkan pengujian substantif tujuannya meneliti

kewajaran nilai informasi kuantitatif yang diteliti.

Populasi yang akan diteliti, disesuaikan dengan jenis dan tujuan pengujian

yang akan dilakukan.

Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penelitian, terutama yang

diperlukan untuk menentukan unit sampel dan membuat simpulan hasil audit,

seperti tingkat keandalan, toleransi kesalahan, dan sebagainya.

2. Menetapkan Jumlah/Unit Sampel

Tahap berikutnya adalah menetapkan unit sampel. Jika digunakan metode

sampling statistik, unit sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus/formula

statistik sesuai dengan jenis sampling yang dilakukan. Pada tahap ini hasilnya berupa

pernyataan mengenai jumlah unit sampel yang harus diuji pada populasi yang

menjadi objek penelitian.

3. Memilih Sampel

Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah

memilih sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan sampling statistik,

pemilihan sampelnya harus dilakukan secara acak (random).

4. Menguji Sampel

Melalui tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang harus

diteliti. Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut.

Hasilnya, auditor akan memperoleh informasi mengenai keadaan sampel tersebut.

5. Mengestimasi Keadaan Populasi

Selanjutnya, berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor melakukan

evaluasi hasil sampling untuk membuat estimasi mengenai keadaan populasi.

Misalnya berupa estimasi tingkat penyimpangan/kesalahan, estimasi nilai interval

populasi, dan sebagainya.

Page 5: Makalah Auditing 2 Sampling Audit

5

6. Membuat Simpulan Hasil Audit

Berdasarkan estimasi (perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor membuat

simpulan hasil audit. Biasanya simpulan hasil audit ditetapkan dengan

memperhatikan/ membandingkan derajat kesalahan dalam populasi dengan batas

kesalahan yang dapat ditolerir oleh auditor. Jika kesalahan dalam populasi masih

dalam batas toleransi, berarti populasi dapat dipercaya. Sebaliknya, jika kesalahan

dalam populasi melebihi batas toleransi, populasi tidak dapat dipercaya.

2.3 Sampling Statistik dan Nonstatistik

Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar Pekerjaan Lapangan ketiga

menyatakan bahwa:

“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,

pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk

menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”.

Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor

untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut

adalah:

1. Sampling statistik (statistical sampling)

2. Sampling nonstatistik (nonstatistical sampling)

Kedua pendekatan tersebut sama-sama memerlukan pertimbangan

profesional dalam perencanaan, pelaksanaan rencana penarikan sampel, dan

penilaian hasilnya, serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari

sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau

kelompok transaksi yang berkaitan.

Penilaian kompetensi bukti tidak ditentukan oleh rancangan dan penilaian

atas sampel audit. Penilaian kompetensi bukti audit semata-mata merupakan

pertimbangan audit. Penilaian sampel hanya berkaitan dengan kemungkinan bahwa

keberadaan salah saji, atau penyimpangan moneter dari kebijakan dan prosedur

Page 6: Makalah Auditing 2 Sampling Audit

6

struktur pengendalian intern yang ditetapkan adalah dimasukkan dalam sampel

secara proporsional. Oleh karena itu, pemilihan metode sampling statistik atau

sampling non statistik tidak secara langsung mempengaruhi keputusan auditor

mengenai:

a) Prosedur audit yang akan diterapkan atas sampel yang dipilih.

b) Kompetensi bukti audit yang diperoleh berkaitan dengan item sampel

individual.

c) Tanggapan auditor atas kesalahan yang ditemukan dalam item sampel.

Pemilihan antara kedua pendekatan tersebut didasarkan terutama pada

pertimbangan manfaat dan biaya. Auditor dapat menggunakan sampling statistik atau

sampling non statistik atau kedua-duanya dalam melaksanakan pengujian audit.

Kedua tipe penarikan sampel tadi dapat menyodorkan bahan bukti yang

memadai sebagaimana yang diharuskan oleh standar pekerjaan lapangan yang ketiga,

kedua jenis penariakan sampel (nonsampling risk). Perbedaan utama dalam kedua

tipe penarikan tersebut adalah bahwa hukum probabilitas dipakai untuk

mengendalikan risiko penarikan sampel dalam pendekatan penarikan sampel

statistikal.

Pilihan antara rencana penarikan sampel statistikal dan nonstatistikal

terutama didasarkan pada penilaian auditor terhadap biaya dan manfaat relatifnya.

Penarikan sampel nonstatistikal barangkali lebih murah dibandingkan penarikan

sampel statistikal, namun manfaat penarikan sampel statistikal kemungkinan jauh

lebih besar ketimbang penarikan sampel nonstatistikal. Penarikan sampel statistikal

dan nonstatistikal dilakukan secara independent dan seleksi prosedur audit.

Dalam keadaan tertentu penarikan sampel audit baik statistikal dan

nonstatistikal tidaklah tepat, dan karena itu auditor harus menguji seluruuh populasi.

Penarikan sampel juga tidak tepat dalam pengujian prosedur pengendalian yang

sangat tergantung pada pembagian tugas atau tidak memberikan jejak atau jalur audit

bukti dokumenter.

Page 7: Makalah Auditing 2 Sampling Audit

7

2.3.1 Sampel Statistik

Penarikan sampel statistikal (statistical sampling) merupakan rencana

penarikan sampel yang memakai hukum probabilitas (probability law) untuk

membuat pernyataan atau generalisasi terhadap suatu populasi. Penarikan sampel

statistikal memakai ancangan matematis untuk mengambil kesimpulan yang

melibatkan komputasi banyaknya sampel, nilai populassi, dan kisaran presisi, dengan

suatu parameter yang berhubungan dengan keandalan dan presisi yang dibutuhkan.

Pendekatan penarikan sampel statistikal haruslah memenuhi dua syarat berikut :

Sampel,yang di proyeksikan sebagai karakteristik populasi,semestinya

mempunyai probabilitas seleksi yang diketahui.

Hasil sampel haruslah di evaluasi secara kuantitatif dan matematis.

Penarikan sampel berlandaskan pada hukum probabilitass, auditor mampu

mengendalikan luas resiko penarikan sampel dalam menyandarkan diri pada hasil

sampel. Penarikan sampel statistikal dapat menolong auditor dalam :

Merancang sampel yang efisien.

Mengukur kecukupan bukti yang diperoleh.

Mengevaluasi secara objektif hasil sampel.

Sampling statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada sampling non

statistik. Namun, tingginya biaya dapat dikompensasi dengan tingginya manfaat yang

dapat diperoleh melalui pelaksanaan sampling statistik. Sampling statistik

menguntungkan manajemen dalam tiga hal berikut :

a. Perencanaan sampel yang efisien

b. Pengukuran kecukupan bukti yang dihimpun

c. Pengevaluasian hasil sampel

Disamping itu, sampling statistik mendukung auditor untuk mengkuantufikasi

dan mengendalikan risiko sampling. Ada dua macam tehnik sampling statistik,

yaitu :

a. Attribute Sampling

Teknik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaanya adalah

untuk memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari

pengendalian yang ditentukan dalam populasi.

Page 8: Makalah Auditing 2 Sampling Audit

8

b. Variable Sampling

Teknik ini digunakan dalam pengujian substantif. Kegunaan variables

sampling adalah untuk memperkirakan jumlah rupiah total dari populasi

atau jumlah rupiah kesalahan dalam populasi.

Keunggulan utama penarikan sampel statistikal adalah kesempatan untuk

menentukan banyaknya sampel minimal yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan tes

audit dan kesempatan untuk menyatakan hasi secara kuatitatif. Teknik penarikan

sampel statistikal juga memiliki kelemahan dan bisa menimbulkan masalah praktis

yang dapat membuat penggunaan teknik statistikal kurang efisien ketimbang teknik

penarikan sampel nonstatistikal.

2.3.2 Sampling Nonstatistik

Sampling nonstatistik merupakan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria

subyektif. Auditor dapat menentukan besarnya sampel yang diambil dalam sampling

non statistik, dengan melakukan pertimbangan subyektif berdasarkan

pengalamanannya. Pelaksaan evaluasi atas sampel juga dilakukan berdasar kriteria

subyektif dan pengalaman auditor yang bersangkutan.

2.4 Risiko Sampling dan Nonsampling

2.4.1 Risiko Sampling

Risiko sampling (sampling risk) adalah risiko bahwa auditor mencapai

kesimpulan yang salah karena sampel populasi tidak representatif. Risiko sampling

adalah bagian sampling yang melekat akibat menguji lebih sedikit dari populasi

secara keseluruhan. Sebagai contoh, asumsikan auditor memutuskan bahwa

pengendalian dianggap tidak efektif jika terdapat tingkat pengecualian populasi 6%.

Asumsikan auditor menerima bahwa pengendalian dianggap efektif berdasarkan

pengujian pengendalian dengan sampel sebanyak 100 item yang memiliki dua

pengecualian. Jika populasi sebenarnya memiliki tingkat pengecualian sebesar 8%,

auditor menerima populasi yang salah karena sampel tidak cukup mewakili populasi.

Berkaitan dengan kemungkinan bahwa sampel yang diambil tidak menggambarkan

Page 9: Makalah Auditing 2 Sampling Audit

9

secara benar populasi tersebut. Dalam melakukan pengujian pengendalian jenis

risiko sampling berikut dapat terjadi :

a. Risiko atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (the risk

of assessing control risk too low) adalah risiko bahwa penilaian tingkat risiko

pengendalian berdasarkan sampel mendukung penilaian tingkat risiko

pengendalian yang direncanakan pada saat efektivitas operasi aktual dari

prosedur atau kebijakan struktur pengendalian, jika diketahui, dianggap tidak

cukup mendukung tingkat penilaian yang di rencanakan,

b. atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (the risk od

assessing control risk too high) adalah risiko bahwa penilaian tingkat risiko

pengendalian berdasarkan sampel tidak mendukung penilaian tingkat risiko

pengendalian yang direncanakan pada saat efektivitas operasi aktual dari

prosedur atau kebijakan struktur pengendalian, jika diketahui, dianggap

cukup untuk mendukung tingkat penilaian yang direncakan.

Risiko-risiko tersebut mempunyai dampak yang signifikan terhadap

efektivitas dan efesiensi audit.Risiko penilaian tingkat risiko pengendalian yang

terlalu rendah dan risiko kesalahan penerimaan, masing-masing dijelaskan sebagai

risiko beta (beta risk) dalam istilah umum statistik, berkaitan dengan efektivitas

audit.Pada saat auditor menarik kesimpulan yang salah ini, prosedur-prosedur auditor

tidak cukup untuk mendeteksi salah saji secara material, dan dia tidak mempunyai

dasar alasan untuk pendapatnya.Sebaliknya, risiko penilaian tingkat risiko

pengendalian yang terlalu tinggi dan risiko kesalahan penolakan, masing-masing

dapat dijelaskan sebagai risiko alfa (alpha risk) adalah istilah umum statistik

Page 10: Makalah Auditing 2 Sampling Audit

10

berrkaitan ddengan efisiensi audit. Ketika kesimpulan yang salah ini terjadi, auditor

akan meningkatkan pengujian substantive. Namun demikian, upaya-upaya ini akan

mengarah kepada kesimppulan yang benar, dan audit akan efektif.

Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko sampling:

1. Menyesuaikan ukuran sampel,

2. menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi.

Meningkatkan ukuran sampel dapat mengurangi risiko sampling, dan

sebaliknya. [ada satu ekstrem, sampel dari semua item populasi tidak memiliki risiko

sampling. Sementara pada ekstrem lainnya, sampel sebanyak satu atau dua item

memiliki risiko sampling yang sangat tinggi.

Penggunaan metode pemilihan sampel yang sesuai dapat meningkatkan

kemungkinan keterwakilan sampel bersangkutan. Hal ini tidak menghilangkan atau

bahkan mengurangi risiko sampling, tetapi memungkinkan auditor untuk mengukur

risiko yang berkaitan dengan ukuran sampel tertentu jika metode pemilihan sampel

dan evaluasi statistik digunakan.

2.4.2 Risiko Nonsampling

Risiko nonsampling (nonsampling risk) adalah risiko bahwa pengujian audit

tidak menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Dua penyebab risiko

nonsampling adalah kegagalan auditor untuk mengenali pengecualian dan prosedur

audit yang tidak sesuai atau tidak efektif.

Auditor mungkin gagal mengenali pengecualian karena kelelahan, bosan atau

tidak memahami apa yang harus dicari. Contoh di asumsikan 3 dokumen pengiriman

Page 11: Makalah Auditing 2 Sampling Audit

11

tidak dilampirkan ke salinan faktur penjualan dalam sampel sebanyak 100. Jika

auditor menyimpulkan bahwa tidak ada pengecualian, hal tersebut merupakan

kesalahan nonsampling. Prosedur audit yang tidak efektif untuk mendeteksi

pengecualian yang diragukan adalah dengan memeriksa sampel dokumen pengiriman

dan menentukan apakah masing-masing telah dilampirkan ke faktur penjulan, dan

bukan memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk menentukan apakah

dokumen pengiriman telah dilampirkan. Dalam kasus ini, auditor telah melakukan

pengujian dengan arah yang salah karena memulainya dengan dokumen pengiriman

dan bukan salinan faktur penjualan. Prosedur audit yang dirancang dengan cermat,

instruksi yang tepat, pengawasan, dan review merupakan cara untuk mengendalikan

risiko nonsampling. Sumber-sumber risiko nonsampling meliputi :

a. Kesalahan manusia

b. Penerapan prosedur audit yang tidak sesuai dengan tujuan audit

c. Salah menginterpretasikan hasil sampel

d. Kepercayaan pada informasi yang salah diterima dari pihak lain

2.5 Metode Pemilihan Sampel

2.5.1 Sampel Probabilistik

Auditor memilih secara acak item-item sehingga setiap item populasi

memiliki probabilitas yang sama untuk dimasukkan dalam sampel.

Ada empat jenis metode pemilihan sampel probabilistik yaitu :

1. Pemilihan sampel acak sederhana

Auditor menggunakan sampel ini untuk populasi sampel apabila

tidak ada kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih item populasi

Page 12: Makalah Auditing 2 Sampling Audit

12

2. Pemilihan sampel sistematis

Auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih item-item

yang akan dijadikan sampel berdasarkan ukuran interval tersebut.

3. Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran

4. Pemilihan sampel bertahap

2.5.2 Sampel Nonprobabilistik

Auditor memilih item sampel dengan menggunakan pertimbangan

professional dan bukan metode probabilistik. Auditor dapat menggunakan salah

satu dari beberapa metode pemilihan sampel nonprobabilistik.

Ada tiga jenis metode pemilihan sampel nonprobabilistik yaitu :

1. Pemilihan sampel terarah

Auditor dengan sengaja memilih setiap item dalam sampel

berdasarkan criteria pertimbangannya sendiri ketimbang menggunakan

pemilihan acak.

2. Pemilihan sampel blok

Auditor memilih pos pertama dalam suatu blok, dan sisanya dipilih

secara berurutan.

3. Pemilihan sampel sembarangan

Auditor memilih item atau pos tanpa bias yang disengaja.

2.6 Sampling untuk Tingkat Pengecualian

Auditor menggunakan sampling pada pengujia pengendalian dan pengujian

substantifatas transaksi untuk mengestimasi persentase item item dalam populasi

yang memiliki karakteristik atau atribut kepentingan. Persentase ini disebut sebagai

tingkat keterjadian (accurence rate) atau tingkat pengecualian(exception rate).

Page 13: Makalah Auditing 2 Sampling Audit

13

Sebagai contoh jika auditor menetukan bahwa  tingkat pengecualianuntuk ferivikasi

internal faktur penjualan adalah sekitar 3persen, maka rata rata 3dari tiap 100 faktur

tidak diverifikasi secara layak.

Auditor sangat memperhatikan jenis pengecualian berikut dalam populasi

data akuntansi:

a. Menyimpan atau deviasi daripengendalian yang diterapkan klien

b. Salah saji moneter dalam populasi data transaksi

c. Salah saji moneter dalam rincian transaksi saldo akun

Mengetahui tingkat pengecualian sangat bermanfaat bagi dua jenis

pengecualian yang pertama, yang melibatkan transaksi. Karena itu, auditor

menggunakan secara ekspensif sampling audit yang mengukur tingkat pengecualian

ketika melakukanpengujian pengendalian dan pengujian ekspensif atas transaksi.

Perihal jenis pengecualian ketiga, biasanya auditor harus mengestimasi jumlah total

dolar dari pengecualian itu karena mereka harus memutuskan apakah salah saji yang

ada bersifat material. Jika ingin mengetahui jumlah salah saji, auditor akan

menggunakan mode yang mengukur nilai uang, bukan tingkat pengecualian.

Tingkat pengecualian dalam suatu sampel akan digunakan untuk mengestimsi

tingkat pengecualian dalam populasi yang merupakan “estimasi terbaik” auditor atas

tingkat pengecualian populasi. Istilah pengecualian (exception) harus dipahami

sebagai mengacu pada deviasi dari prosedur pengendalian klien maupun jumlah yang

salah secara moneter, apakah hal itudisebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak

disengaja atau penyebab lainnya. Istilah deviasi (deviation) terutama mengacu pada

penyimpangan dari pengendalian yang telahdigariskan.

Dalam menggunakan sampling audit untuk menentukan tingkat pengecualian,

auditor ingin mengetahui seberapa besar tingkat pengecualian itu, dan bukan lebar

interval keyakinannya. Karena itu auditor berfokus pada batas estimasi interval, yang

disebut tingkat pengecualian atas yang dihitung(computed upper exception rate =

Page 14: Makalah Auditing 2 Sampling Audit

14

CUER) atau yang diestimasi dalam melakukan pengujian pengendalian dan

pengujian supstantif atas transaksi. Dengan menggunakan angka dari contoh

sebelumnya, auditor dapat menyimpulkan bahwa CUER untuk dokumen pengiriman

yang hilang adalah 4% dengan risikosampling sebesar 5% yang berarti auditor

menyimpulkan bahwa tingkat pengecualian populasi tidak lebih besar dari 4%

dengan risiko sebesar 5% tingkat pengecualian itu akan melampaui 4%. Setelah

dihitung, auditor dapat mempertimbangkan CUER dalam konteks tujuan audit

khusus. Sebagai contoh, jika pengujian dilakukan atas dokumen pengiriman yang

hilang, auditor harus menentukan apakah tingkat pengecualian sebesar 4%  itu

merupakan risiko pengendalian yang dapat bagi tujuan keterjadian (occurrence).

2.7 Distribusi Sampling

Auditor mendasarkan pengujian statistiknya pada distribusi sampling. Disribusi

sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran khusus yang dapat

diperoleh dari populasi yang memiliki beberapa karakteristik tertentu. Distribusi sampling

memungkinkan auditor untuk membuat laporan probabilitas mengenai kemungkinan

terwakilinya setiap sampel dalam distribusi. Sampling atribut didasarkan pada distribusi

binominal, dimana setiap sampel dalam populasi memiliki satu dari dua nilai yang mungkin

atau deviasi pengendalian.

2.8 Aplikasi Sampling Audit

Merencanakan sampel :

1. menyatakan tujuan pengujian audit

2. memutuskan apakah sampling aidit dapat diterapkan

3. mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian

4. mendefinisikan populasi

5. menetapkan tingkat pengencualian yang dapat ditoleransi

6. menetapakan ARACR yang terlalu rendah

7. mengestimasi tingkat pengecualia populasi

8. menentukan ukuran sampel awal

Page 15: Makalah Auditing 2 Sampling Audit

15

Jika auditor menggunakan tabel untuk menentukan ukuran sampel awal,

mereka akan mengikuti empat langkah berikut :

a) memilih tabel yang berhubungan dengan ARACR.

b) menempatkan TER pada bagian atas tabel.

c) menempatkan EPER pada kolom bian kiri.

d) membaca kebawah kolom bawah TER yang sesuai hingga berpotongn dengan

baris EPER yang tepat. Angka pada perpotongan tersebut adalah ukuran

sampel awal dampak ukuran populasi.

Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit :

a) Satu satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling statistikdan

nonstatistik adalah terletak pada persyaratan bahwa metode probabilistik

harus digunakan untuk sampling statistik. Baik sampling acak sederhana

maupun sampling sistematis akan digunakan pada sampling atribut.

b) Melaksanakan prosedur audit, sama untuk sampling atribut maupun sampling

nonstatistik.

c) Mengevaluasi hasil.

d) Menggenaralisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor

menghitung batas kemampuan atas CUER dengan ARACR tertentu, yang

sekali lagi menggunakan program komputer khusus atau tabel yang

dikembangkan dari rimus statistik.

Page 16: Makalah Auditing 2 Sampling Audit

16

BAB III

KESIMPULAN

Ketika memilih sampel dari populasi, auditor berusaha untuk memperoleh

sampel yang representatif. Sampel representatif (representative sample) adalah

sampel yang karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki oleh populasi.ini

berarti item item yang dijadikan sampel populasi serupa dengan item item yang tidak

dijadikan sampel.

Dalam praktek, auditor tidak pernah mengetahui apakah suatu sampel bersifat

representatif, bahkan setelah semua pengujian selesai dilakukan. Satu satunya cara

untuk mengetahui apakah suatu sampel bersifat representatif adalah dengan

melakukan audit lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan. Akan tetapi, auditor

dapat meningkatkan kemungkinan sampel yang dianggap representatif  dengan

menggunakannya secara cermat ketika merancang proses sampling, pemilihan

sampel, dan evaluasi sampel. Hasil sampel dapat menjadi nonrepresentatif akibat

kesalahan nonsampling atau kesalahan sampling. Risiko dari dua jenis kesalahan

yang terjadi tersebut disebut sebagai risiko nonsampling  dan risiko sampling.

Keduanya dapat dikendalikan.

Risiko nonsampling (nonsampling risk) adalah risiko bahwa pengujian audit

tidak menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Prosedur audit yang tidak

efektif untuk mendeteksi pengecualian uang diragukan adalah dengan memeriksa

sampel dokumen pengiriman dan menentukan apakah masing masing telah

dilampirkan ke faktur penjualan, dan bukan memeriksa sampel salinan faktur

penjualan untuk menentukan apakah dokumen pengiriman telah dilampirkan. Dalam

kasus ini, auditor telah melakukan pengujian dengan arah yang salah karena

memulainya dngan dokumen pengiriman dan bukan salinan faktur penjualan.

Prosedur audit yang dirancang dengan cermat, instruksi yang tepat, pengawasan, dan

review merupakan cara untuk mengendalikan risiko nonsampling.

Risiko sampling (sampling risk) adalah risiko bahwa auditor mencapai

kesimpulan yang salah karna sampel populasi yang tidak representatif. Risiko

sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat pengujian lebih sedikit dari

Page 17: Makalah Auditing 2 Sampling Audit

17

populasi secara keseluruhan. Jika populasi sebenarnya memiliki tingkat

pengecualian, auditor menerima populasi yang salah karenaa sampel tidak cukup

mewakili populasi.

Auditor memiliki dua carauntuk mengendalikan risiko sampling:

1.       Menyesuaikan ukuran sampel

2.       Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi

Page 18: Makalah Auditing 2 Sampling Audit

18

DAFTAR PUSTAKA

Elder, Randal J. 2011. Audit Dan Jasa Assurance Jilid 2. Jakarta : ERLANGGA.

http://memebali.blogspot.co.id/2013/07/sampling-audit.html

http://kamarujung.blogspot.co.id/2015/05/makalah-auditing-penarikan-audit.html

http://mimiakuntansi.blogspot.co.id/2013/12/audit-sampling.html

http://yasinibnmaftuh.blogspot.co.id/2013/05/makalah-samplin-audit.html