analisa kasus cimptronix corp. - auditing ii

33
MAKALAH ANALISIS KASUS AUDITING 2 DI SUSUN OLEH : Deby Terecya (131120000593) Umi Fitria N. (131120000645) Danu S. S. (131120000485) Ika Putri H. (131120000628) Voni Lusiana (131120000568) Maftukhah (131120000579) Sofia Dewi (131120000508) PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU) JEPARA 2014

Upload: deby-terecya

Post on 26-Nov-2015

1.763 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Tugas matkul AUDITING II

TRANSCRIPT

  • MAKALAH

    ANALISIS KASUS AUDITING 2

    DI SUSUN OLEH :

    Deby Terecya (131120000593) Umi Fitria N. (131120000645) Danu S. S. (131120000485) Ika Putri H. (131120000628) Voni Lusiana (131120000568) Maftukhah (131120000579) Sofia Dewi (131120000508)

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU) JEPARA

    2014

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Tuhan yang telah memberikan kami kemudahan sehingga

    dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-NYA, mungkin tim

    penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.

    Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengerti dan memperluas ilmu

    tentang auditing, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan yang kami lakukan

    dari permasalahan yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah auditing 2.

    Makalah ini disusun oleh tim penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang

    datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh

    kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan, akhirnya makalah ini dapat

    terselesaikan.

    Makalah ini memuat tentang permasalahan terhadap kecurangan internal

    yang terdapat pada perusahaan Comptronix Corp yang kiranya sangat penting

    untuk diinformasikan kepada pembaca terutama seorang yang bekerja di auditor

    guna untuk pembelajaran dan menambah wawasan. Walaupun makalah ini kurang

    sempurna dan memerlukan perbaikan, tapi juga memiliki detail yang cukup jelas

    bagi pembaca.

    Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang ikut

    membantu dalam menyelesaikan makalah ini agar dapat mengerti tentang

    bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan sesuai kaidah.

    Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas pada

    pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun

    membutuhkan kritik dan saran yang membangun. Terima kasih.

    Jepara, Maret 2014

    Penyusun

  • iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang....................................................................................... 1

    1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 2

    BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 3

    2.1. Audit Terhadap Siklus Pendapatan : Pengujian Pengendalian ................. 3

    2.1.1. Pengendalian Transaksi Penjualan Kredit........................................ 3

    2.1.2. Pengujian Pada Siklus Penjualan Dan Penagihan: Piutang Dagang 5

    2.2. Audit Terhadap Siklus Pengeluaran :Pengujian Pengendalian .............. 11

    2.2.1. Pengendalian Transaksi Pembelian ............................................... 11

    2.2.2. Pengendalian Transaksi Pengeluaran Kas...................................... 18

    BAB III PEMBAHASAN .................................................................................. 22

    3.1. Kecurangan dan jenis kecurangan ........................................................ 22

    3.2. Pendeteksian Kecurangan .................................................................... 23

    3.2.1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud). ...... 24

    3.2.1. Asset Misappropriation (Penyalahgunaan aset). ............................ 25

    3.2.3. Corruption (Korupsi), ................................................................... 27

    BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 29

    DAFTAR PUSTAKA

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Comptronix corp. mengumumkan bahwa anggota senior tim

    manajemennya telah menyatakan terlalu tinggi laba, dan akan dilakukan

    penyesuaian yang material atas laporan keuangan yang di audit pd th

    sebelumnya. Inti dari kecurangan adalah penggunaan utang usaha fiktif atas

    pembelian item peralatan yang besar untuk melebih sajikan aktiva tetap dan

    menyembunyikan penjualan fiktif.

    Eksekutif senior mengakali pengendalian internal comptronix yang

    ada dg melewati departemen pembelian dan penerimaan shg tdk ada orang di

    comptronix yang akan mengungkapkan skema tersebut. Para karyawan

    biasanya meninggalkan jejak kertas yang cukup ekstensif utk pembelian

    peralatan. Pengendalian internal terhadap transaksi akuisisi dan pengeluaran

    kas umumnya memerlukan pesanan pembelian, laporan penerima adalah

    faktur vendor sebelum pembyrn dapat diotorisasi oleh Chief Operating

    Officer atau bendahara, yang keduanya terlibat dlm kecurangan tersebut.

    Sebagai akibatnya, para eksekutif itu mampu melewati pengendalian terhadap

    pengeluaran kas dan mengotorisasi pembayaran atas pembelian fiktif tanpa

    membuat dokumen apapun untuk transaksi fiktif.

    Perusahaan juga menciptakan penjualan fiktif dan piutang yang

    terkait. Perusahaan mengeluarkan cek untuk membayar transaksi pembelian

    fiktif itu. Cek tersebut kemudian disetorkan kembali ke dalam akun

    perusahaan dan di catat sebagai penagihan atas piutang fiktif. Akibatnya,

    penjualan fiktif tersebut tampak telah tertagih. Dan pembayaran dilakukan

    utk mendukung pembelian aktiva tetap fiktif.

    Skema kecurangan itu membesar-besarkan kinerja perusahaan dengan

    melaporkan laba, padahal sebenarnya perusahaan mengalami kerugian.

  • 2

    Ketika kecurangan tersebut diumumkan kepada publik, harga saham

    comptronix menurun secaradrastis sebesar 72%. (Arens, 2008)

    1.2. Rumusan Masalah Bagaimana cara auditor mampu menggungkapkan kecurangan atas

    contoh kasus Comptronix corp.?

  • 3

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Audit Terhadap Siklus Pendapatan : Pengujian Pengendalian 2.1.1. Pengendalian Transaksi Penjualan Kredit

    Fungsi yang terkait :

    - Fungsi Penjualan. Menerima surat order dari customer, Mengedit order

    dari customer, Menentukan tanggal Pengiriman & Mengisi surat order

    penjualan.

    - Fungsi Otorisasi Kredit. Meneliti status kredit customer dan Memberikan

    otorisasi kredit kepada customer.

    - Fungsi Penyimpanan Barang. Menyimpan, menyiapkan dan menyerahkan

    barang yang dipesan oleh customer kepada fungsi pengiriman.

    - Fungsi Pengiriman Barang. Menyerahkan barang atas dasar surat order

    pengiriman yang diterimanyadari fungsi penjualan.

    - Fungsi Penagihan membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada

    customer.

    - Fungsi Pencatat Piutang. Mencatat semua akun (perkiraan) yang berkaitan

    dengan piutang.

    - Fungsi Akuntansi Biaya. Mencatat kos produk jadi yang dijual dalam buku

    pembantu sediaan dan mencatat kos produk jadi yang dikembalikan oleh

    customer dalam transaksi retur pembelian.

    - Fungsi Akuntansi Umum. Mencatat transaksi penjualan tunai & kredit,

    retur penjualan, pencadangan kerugian piutang dan penghapusan piutang.

    - Fungsi Penerimaan Barang. Menerima barang dari transaksi pembelian

    dan retur penjualan.

    Dokumen:

    - Surat Order Pengiriman.

    - Tembusan Kredit (credit copy).

    - Surat Pengakuan (ac knowledgement copy).

  • 4

    - Surat Muat (bill of landing).

    - Slip Pembungkus (packing slip).

    - Tembusan Gudang (warehouse copy).

    - ArsipPengawasan Pengiriman (sales order follow-up copy).

    - Arsip Indeks Silang (cross-index file copy)

    Aktivitas Pengendalian dalam Sistem Informasi Akuntansi Penjualan

    Kredit :

    - Pengguna ansurat order penjualan yang diotorisasi untuk setiap penjualan.

    - Fungsi pemberi otorisasi kredit mengecek semua customer baru.

    - Penentuan bahwa customer berada dalam daftar customer yang telah

    disetujui.

    - Pengecekan batas kredit sebelum penjualan kredit dilaksanakan.

    - Barang dikeluarkan dari gudang hanya atas dasar surat order pengiriman

    yang telah diotorisasi.

    - Pengecekan barang yang dikirim dengan surat order pengiriman.

    - Pemisahan fungsi pengiriman barang dari fungsi penjualan.

    - Pembuatan dokumen pengiriman untuk setiap pengiriman barang.

    - Setiap faktur penjualan harus dilampiri dengan surat order pengiriman

    yang telah diotorisasi dan dokumen pengiriman.

    - Pencocokan faktur penjualan dengan dokumen pengiriman.

    - Pertanggungjawaban secara periodik dokumen pengiriman.

    - Pengecekan independen terhadap pemberian harga dalam faktur penjualan.

    - Setiap pencatatan harus dilandasi dokumen sumber faktur penjualan dan

    dokumen pendukung yang lengkap.

    - Pengecekan secara independen posting kedalam buku pembantu piutang

    dengan akun kontrol piutang dalam buku besar.

    - Pertanggungjawaban semua faktur penjualan secara periodik.

    - Panduan akun dan review terhadap pemberian kode akun.

    - Pengiriman pernyataan piutang bulanan kepada kreditur.

  • 5

    2.1.2. Pengujian Pada Siklus Penjualan Dan Penagihan: Piutang Dagang Kedelapan Tujuan audit-terkait saldo piutang dagang:

    1. Piutang dagang dalam neraca saldo sesuai dengan jumlah pada berkas

    utama, dan jumlah totalnya secara tepat ditambahkan sesuai dengan buku

    besar (Kecocokan perincian).

    2. Pencatatan piutang dagang yang terjadi (Keberadaan)

    3. Seluruh piutang dagang sudah dihitung (Kelengkapan)

    4. Jumlah piutang dagang yang tepat (Akurasi)

    5. Piutang dagang diklasifikasikan dengan benar (Klasifikasi)

    6. Pisah batas waktu piutang dagang yang tepat (Pisah batas)

    7. Piutang dagang dinyatakan dalam nilai yang dapat direalisasikan (Nilai

    terealisasi)

    8. Klien memiliki hak atas piutang dagang (Hak)

    Tahap I:

    - Mengidentifikasi Risiko bisnis klien yang memegaruhi piutamg dagang

    Auditor harus mempelajari bisnis dan industri klien serta mengevaluasi

    tujuan manajemen dan proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis

    klien, Risiko bisnis klien yang memegaruhi piutang dagang oleh auditor

    dianggap sebagai risiko yang tak terhindarkan dan dijadikan bukti

    perencanaan untuk piutang dagang.

    - Menetapkan Salah saji yang dapat Diterima dan Mengevaluasikan Risiko

    bawaan

    Piutang dagang biasanya merupakan salah satu bagian terpenting dari

    pelaporan keuangan bagi perusahaan dengan penjualan kredit. Auditor

    menentukan risiko yang tak terhindarkan untuk masing-masing akun dengan

    mempertimbangkan risiko bisnis dan industri perusahaan klien.

    PSA 70 (SA 316) mengindikasikan bahwa auditor harus bisa

    mengidentifikasikan risiko pelanggaran dalam pengakuan pendapatan. Hal

    ini biasanya memegaruhi evaluasi auditor terhadap risiko tersebut untuk

  • 6

    tujuan, eksistensi, batas waktu penjualan, pengembalian barang dagangan,

    dan batas penetapan cadangan kerugian piutang.

    - Mengevaluasi Risiko Pengendalian dalam Siklus penjualan dan Penagihan

    Auditor umumnya memperhatikan tiga aspek pengendalian internal, yaitu:

    1. Pengendalian untuk menghindari atau mendeteksi pencurian

    2. Pengendalian atas penetapan pisah batas

    3. Pengendalian yang berhubungan dengan cadangan piutang tak tertagih.

    Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian atas tujuan audit-terkait

    transaksi dan tujuan audit terkait saldo, terutama untuk merencanakan

    risiko deteksi dan bukti-bukti yang akan digunakan dalam pengujian

    perincian saldo.

    Piutang ------ berhubungan dengan penjualan dan penerimaan kas

    Kedua aspek yang berhubungan disebutkan dibawah ini:

    1. Untuk penjualan, tujuan audit-terkait keterjadian transaksi (Occurance

    trancstation-related audit objective) memegaruhi tujuan audit-terkait

    keberadaan saldo. Untuk penerimaan kas, tujuan audit-terkait keterjadian

    transaksi memengaruhi tujuan audit-terkait kelengkapan transaksi.

    Alasan dari kesimpulan ini adalah karena kenaikan penjualan

    meningkatkan piutang dagang, namun penerimaan kas menurunkan saldo

    piutang dagang.

    2. Nilai realisasi dan tujuan audit-terkait saldo piutang dagang, seperti

    halnya tujuan audit-terkait penyajian dan pengungkapan, tidak

    dipengaruhi oleh evaluasi risiko pengendalian risiko.

    Tahap II:

    Mendesain dan melakukan pengujian Pengendalian dan Pengujian

    Substantif atas Transaksi. Auditor menggunakan hasil pengujian substantif

    atas transaksi untuk menentukan apakah perencanaan risiko deteksi sudah

    memenuhi untuk setiap tujuan audit-terkait saldo piutang dagang.

  • 7

    Tahap III:

    Mendesain dan melakukan Prosedur Analitis. Prosedur analitis biasa

    dilakukan dalam tiga tahap yaitu: selama perencanaan, saat pelaksanaan

    terperinci dan saat menyelesaikan audit. Prosedur analitis umumnya

    dilakukan selama tahap pengujian diselesaikan setelah tanggal neraca,

    namun sebelum dilakukan pengujian perincian saldo.

    Auditor menjalankan prosedur analitis untuk seluruh siklus

    penjualan dan penagihan, tidak hanya piutang dagang. Hal ini perlu

    dilakukan karena terdapat hubungan erat antara laporan laba rugi dengan

    akun-akun neraca. Jika auditor mengidentifikasi adanya kesalahan penyajian

    dalam penjualan atau pengembalian barang dagangan dengan menggunakan

    prosedur analitis, piutang dagang kemungkinan besar akan menutupi

    kesalahan tersebut.

    Prosedur Pengujian Audit-terkait saldo:

    1. Piutang dagang ditambahkan secara tepat dan sesuai dengan berkas

    utama dan buku besar.

    2. Piutang dagang dicatat sesuai keberadaannya

    3. Piutang dagang dicatat secara lengkap

    4. Akurasi piutang dagang

    5. Piutang dagang diklasifikasikan dengan benar

    6. Penetapan Pisah batas (Cutoff) piutang dagang secara tepat . Tiga

    pendekatan dalam menetapkan kewajaran pisah batas yaitu:

    a. Menetapkan kriteria pisah batas yang tepat

    b. Mengevaluasi apakah klien telah melakukan prosedur yang memadai

    untuk menentukan tingkat kewajaran pisah batas.

    c. Menguji apakah pisah batas yang ditetapkan adalah tepat.

    GAAP mensyaratkan perusahaan mencatat piutang dagang dalam jumlah

    tertinggi yang dapat ditagih. Nilai terealisasi piutang dagang sama dengan

    jumlah total piutang dagang dikurangi dengan cadangan piutang tak

    tertagih.

  • 8

    Konfirmasi Piutang Dagang

    Pentingnya konfirmasi,mengingat konfirmasi merupakan bukti yang

    sangat diandalkan. Tujuan utama konfirmasi piutang dagang adalah untuk

    memenuhi tujuan keberadaan, akurasi, dan pisah batas (cutoff)

    Persyaratan Standar Auditing

    Standar auditing mensyaratkan konfirmasi piutang dagang dalam

    kondisi normal. PSA 07 (SA330) menyebutkan tiga pengecualian terhadap

    persyaratan konfirmasi yaitu:

    1. Piutang dagang jumlahnya tidak material. Hal ini bisa terjadi pada

    perusahaan tertentu misal toko diskon dg penjualan tunai dan kartu

    kredit.

    2. Auditor mempertimbangkan bahwa konfirmasi merupakan bukti yang

    tidak efektif karena tingkat respon yang rendah atau tidak dapat

    diandalkan. Dalam industri tertentu seperti rumah sakit.

    3. Kombinasi dari tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian adalah

    rendah dan bukti substantif lain dapat diakumulasikan sebagai bukti yang

    cukup.

    Jenis-jenis Konfirmasi:

    1. Konfirmasi Positif

    Konfirmasi positif adalah komunikasi yang ditujukan kepada debitur

    untuk meminta konfirmasi secara langsung apakah saldo yang disebutkan

    dalam konfirmasi tersebut benar atau salah.

    - Formulir Konfirmasi kosong. Adalah jenis konfirmasi positif yang

    tidak menyebutkan jumlah yang dikonfirmasi, tetapi mensyaratkan

    penerima untuk mengisi jumlahnya atau memasukkan informasi lain.

    - Konfirmasi tagihan. Adalah bentuk lain konfirmasi positif yang

    merupakan konfirmasi individual bukan saldo keseluruhan piutang

    pelanggan.

  • 9

    2. Konfirmasi Negatif

    Konfirmasi negatif yang ditujukan kepada debitur, tetapi hanya meminta

    respon jika debitur tidak menyetujui jumlah yang dinyatakan dalam

    konfirmasi.

    Auditor berhak menentukan jenis konfirmasi yang akan digunakan

    dan hal ini sebaiknya berdasarkan fakta dalam audit. PSA 07 menyatakan

    bahwa konfirmasi negatif dapat dilakukan hanya jika tiga kondisi berikut

    terpenuhi:

    1. Piutang dagang terdiri dari sejumlah besar akun bersaldo kecil.

    2. Kombinasi antara risiko pengendalian dan risiko bawaan adalah rendah.

    Kombinasi risiko tidak bisa dikatakan rendah jika pengendalian internal

    tidak efektif atau terdapat kemungkinan terjadi salah saji.

    3. Jika diyakini bahwa penerima konfirmasi tidak mengabaikan konfirmasi

    yang diminta.

    Biasanya jika konfirmasi negatif dilakukan maka auditor akan

    memberikan penekanan pada efektifitas pengendalian internal, pengujian

    substantif atas transaksi dan prosedur analitis sebagai bukti kewajaran

    piutang dagang, dan mengasumsikan bahwa mayoritas penerima konfirmasi

    akan membaca dengan seksama dan merespon permintaan konfirmasi.

    Konfirmasi negatif biasa digunakan untuk audit rumah sakit, toko

    ritel, bank dan industri lain yang piutang daganganya berhubungan dengan

    masyarakat umum. Kombinasi konfirmasi negatif dan positif juga bisa

    dilakukan dengan mengirimkan konfirmasi positif kepada debitur dengan

    saldo besar dan menggunakan konfirmasi negatif kepada debitur bersaldo

    kecil.

    Keputusan Pengambilan Sampel

    Faktor utama yang memengaruhi jumlah sampel dalam melakukan

    konfirmasi piutang dagang terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu:

    - Salah saji yang dapat diterima

  • 10

    - Risiko yang tak terhindar (ukuran relatif dari total piutang dagang,

    jumlah akun, hasil pengujian tahun sebelumnya, dan ekspetasi salah saji).

    - Risiko pengendalian

    - Risiko deteksi yang diperoleh dari pengujian substantif lainnya

    (perluasan dan hasil dari pengujian substantif atas transaksi, prosedur

    analitis, dan pengujian detail lainnya).

    - Tipe konfirmasi (konfirmasi negatif biasanya membutuhkan sampel lebih

    banyak).

    Analisis Perbedaan

    Ketika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan, auditor

    harus menentukan alasan jika ditemukan perbedaan. Dalam banyak kasus

    perbedaan tersebut disebabkan oleh beda waktu antara pencatatan klien

    dengan pelanggan.Beda waktu perlu dipisahkan dari pengecualian yang

    merupakan salah saji atas saldo piutang.

    Jenis perbedaan yang biasa terjadi pada hasil konfirmasi meliputi:

    1. Pembayaran sudah dilakukan.

    2. Barang belum diterima

    3. Pengembalian barang

    4. Kesalahan Klerikal dan jumlah yang dipertentangkan

    Pengambilan Keputusan

    Keputusan akhir tentang piutang dagang dan penjualan adalah

    mengenai apakah bukti memadai telah diperoleh melalui pengujian

    pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis,

    prosedur pisah batas, konfirmasi, dan pengujian substantif lain untuk

    menguatkan pengambilan keputusan mengenai kebenaran saldo yang

    disajikan.

  • 11

    2.2. Audit Terhadap Siklus Pengeluaran :Pengujian Pengendalian 2.2.1. Pengendalian Transaksi Pembelian

    Fungsi Terkait

    Berbagai fungsi yang terkait dalam transaksi pembelian berada di

    tangan unit organisasi berikut ini :

    No Nama Fungsi Unit Organisasi Pemegang

    Fungsi

    1. Fungsi gudang Bagian Gudang

    2. Fungsi pembelian Bagian Pembelian

    3. Fungsi penerimaan Bagian Penerimaan Barang

    4. Fungsi pencatatan utang Bagian Utang

    5. Fungsi akuntansi biaya Bagian Akuntansi Biaya

    6. Fungsi akuntansi umum Bagian Akuntansi Umum

    7. Fungsi penerimaan kas Bagian Kasa

    Tanggung jawab setiap fungsi yang terkait dalam transaksi

    pembelian tersebut diuraikan berikut ini :

    1. Fungsi gudang. Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi gudang

    bertanggung jawab untuk untuk mengajukan permintaan pembelian

    sesuai dengan posisi sediaan yang ada di gudang dan untuk menyimpan

    barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan.

    2. Fungsi pembelian. Fungsi pembelian bertanggung jawab untuk

    memperoleh informasi mengenai harga barang, menentukan pemasok

    yang dipilih dalam pengadaan barang, dan mengeluarkan order

    pembelian kepada pemasok yang dipilih.

    3. Fungsi penerimaan barang. Dalam sistem akuntansi pembelian,

    Fungsi ini bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan terhadap

    jenis, mutu, dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok guna

    menentukan dapat atau tidaknya barang tersebut diterima oleh

    perusahaan.

  • 12

    4. Fungsi pencatatan utang. Dalam perolehan barang dan jasa, fungsi

    pencatat utang bertanggung jawab untuk mencatat transaksi pembelian

    ke dalam regrister bukti kas keluar dan untuk menyelenggarakan arsip

    dokumen sumber (bukti kas keluar) yang berfungsi sebagai catatan

    utang atau menyelenggarakan buku pembantu utang sebagai pembantu

    utang.

    5. Fungsi akuntansi biaya. Dalam transaksi pembelian, fungsi akuntansi

    biaya bertanggung jawab untuk mencatat sediaan dan aktiva tetap.

    Secara garis besar transaksi pembelian mencakup prosedur berikut

    ini :

    1. Fungsi gudang mengajukanb permintaan pembelian ke fungsi

    pembelian.

    2. Fungsi pembelian meminta penawaran harga dari berbagai pemasok.

    3. Fungsi pembelian menerima penawaran harga dari berbagai pemasok

    dan melakukan pemilihan pemasok.

    4. Fungsi pembelian membuat order pembelian kepada pemasok lain.

    5. Fungsi penerimaan memeriksa dan menerima barang yang dikirim oleh

    pemasok.

    6. Fungsi penerimaan menyerahkan barang yang diterima kepada fungsi

    gudang untuk disimpan.

    7. Fungsi penerimaan melaporkan penerimaan barang kepada fungsi

    akuntansi.

    8. Fungsi akuntansi menerima faktur dari pemasok dan atas dasar faktur

    pemasok tersebut, fungsi akuntansi mencatat kewajiban yang timbul

    dari transaksi pembelian.

    Dokumen

    Dokumen yang digunakan dalam transaksi pembelian dibagi

    menjadi dua golongan : dokumen sumber (source documents), yaitu

    dokumen yang dipakai sebagai dasar pencatatan ke dalam catatan

    akuntansi, dan dokumen pendukung (corroborating documents atau

  • 13

    dokumen penguat), yaitu dokumen yang membuktikan validitas terjadinya

    transaksi. Berbagai dokumen yang digunakan dalam transaksi pembelian :

    1. Surat permintaan pembelian. Dokumen ini merupakan formulir yang diisi oleh fungsi gudang atau fungsi pemakai barang untuk

    meminta fungsi pembelian melakukan barang dengan jenis, jumlah,

    dan mutu seperti yang tersebut dalam surat tersebut.

    2. Surat permintaan otorisasi investasi (expenditure autborization request atau autborization for expenditure). Dokumen yang

    digunakan untuk meminta persetujuan pelaksanaan investasi dalam

    aktiva tetap dokumen ini diisi oleh fungsi yang mengusulkan

    pemerolehan aktiva tetap dan setelah diotorisasi oleh direktur fungsi

    yang bersangkutan dimintakan persetujuan dari direktur utaman.

    3. Surat permintaan otorisasi reparasi (autborization for repair). Dokumen ini berfungsi sebagai perintah dilakukannya reparasi yang

    merupakan pengeluaran modal (capital expenditure)

    4. Surat permintaan penawaran harga. dokumen ini digunakan untuk meminta penawaran harga bagi barang yang pengadaannya tidak

    bersifat berungkali terjadi (tidak repitif), yang menyangkut jumlah

    moneter pembelian yang besar.

    5. Surat order pembelian. Dokumen ini digunakan untuk memesan penawaran barang yang telah dipilaih. Dokumen ini terdiri dari

    berbagai rembusan dengan fungsi sebagai berikut :

    a. Surat order pembelian. Dokumen ini merupakan lembar pertama surat order pembelian yang dikirim kepada pemasok sebagai order

    resmi yang dikeluarkan oleh perusahaan.

    b. Tembusan pengakuan oleh pemasok. Tembusan surat order pembelian ini dikirim kepada pemasok, diminta tanda tangan dari

    pemasok tersebut dan dikirim kembali ke perusahaan sebagai bukti

    telah diterima dan disetujui order pembelian, serta kesanggupan

    pemasok memenuhi janji pengiriman barang seperti dalam

    dokumen tersebut.

  • 14

    c. Tembusan fungsi peminta barang. Tembusan ini dikirim kepada fungsi fungsi yang meminta pembelian bahwa barang yang

    dimintainya telah dipesan.

    d. Arsip tanggal penerimaan. Tembusan surat order pembelian ini disimpan oleh fungsi pembelian menurut tanggal penerimaan

    barang yang diharapkan, sebagai dasar untuk mengadakan tindakan

    penyelidikan jika barang tidak datang pada waktu yang telah

    ditetapkan.

    e. Arsip pemasok. Tembusan surat order pembelian ini disimpan oleh fungsi pembelian menurut nama pemasok, sebagai dasar untuk

    mencari informasi mengenai pemasok.

    f. Tembusan fungsi penerimaan. Tembusan surat order pembelian ini dikirim ke fungsi penerimaan sebagai otorisasi untuk menerima

    barang yang jenis, spesifikasi, mutu, kuantitas, dan pemasoknya

    separti yang tercantum dalam dokumen tersebut.

    g. Tembusan fungsi akuntansi. Tembusan surat order pembelian ini dikirim ke fungsi akuntansi sebagai salah satu dasar untuk mencatat

    kewajiban yang timbul dari transaksi pembelian.

    6. Laporan penerimaan barang. Dokumen ini dibuat oleh fungsi penerimaan untuk menunjukkan bahwa barang yang diterima dari

    pemasok telah memenuhi jenis, spesifikasi, mutu dan kuantitas seperti

    yang tercantum dalam surat order pembelian.

    7. Surat perubahan order pembelian. Surat perubahan order pembelian dibuat dengan jumlah lembar tembusan yang sama dan

    dibagikan kepada pihak yang sama dengan yang meminta surat order

    pembelian.

    8. Bukti kas keluar. Dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi untuk dasar pencatatan transaksi pembelian. Dokumen ini berfungsi sebagai

    perintah pengeluaran kas untuk pembayaran utang kepada pemasok

    dan yang sekaligus berfungsi sebagai surat pemberitahuan kepada

  • 15

    kreditur mengenai maksud pembayaran (berfungsi sebagai remittance

    advice).

    9. Faktur dari pemasok. Dokumen ini merupakan tagihan dari pemasok, yang berisi jenis, kuantitas, dan harga barang yang menjadi

    kewajiban perusahaan kepada pemasok.

    Catatan Akuntansi

    Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi pembelian :

    1. Register bukti kas keluar. Jika dalam pencatatan utang, perusahaan menggunakan voucher payable procedure, jurnal yang digunakan

    untuk mencatat transaksi pembelian adalah register bukti kas keluar.

    2. Jurnal pembelian. Jika dalam pencatatan utang, perusahaan menggunakan account payable proceduer, jurnal yang dicatat dalam

    untuk transaksi pembelian adalah jurnal pembelian.

    3. Buku pembantu utang. Jika dalam pencatatan utang, perusahaan menggunakan account payable proceduer, buku pembantu yang

    digunakan untuk mencatat utang kepada pemasok adalah buku

    pembantu utang. Jika dalam pencatatan utang, perusahaan

    menggunakan voucher payable procedure, yang berfungsi sebagai

    catatan utang adalah arsip buku kas keluar yang belum dibayar (unpaid

    vaucher file).

    4. Buku pembantu sediaan. Dalam sistem akuntansi pembelian, buku pembantu sediaan ini digunakan untuk mencatat kos sediaan yang

    dibeli.

    Aktivitas Pengendalian dalam Sistem Informasi Akuntansi

    Pembelian.

    Aktiva pengendalian yang dapat mencegah dan mendeteksi salah

    saji mencakup :

    1. Otorisasi umum dan khusus untuk setiap pembelian.

  • 16

    2. Setiap surat order pembelian harus didasarkan pada surat permintaan

    pembelian yang telah diotorisasi.

    3. Setiap penenrimaan barang harus didasarkan pada surat order

    pembelian yang telah diotorosisasi.

    4. Fungsi penerimaan barang menghitung, menginspeksi, dan

    membandingkan barang yang diterima dengan data barang yang

    tercantum dalam surat order pembelian.

    5. Penyerahan barang dari fungsi penerimaan barang ke fungsi gudang

    harus didokumentasikan.

    6. Bukti kas keluar harus dilampirkan dengan dokumen pendukung yang

    lengkap dan sah.

    7. Setiap pencatatan ke register bukti kas harus didukung dengan bukti

    kas keluar yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap.

    8. Pengecekan secara independen posting ke dalam buku pembantu utang

    usaha, sediaan, aktiva tetap, dengan akun kontrol yang bersangkuatn

    ke buku besar,

    9. Pertanggungjawaban secara periodik semua formulir bernomor urut

    tercetak.

    10. Panduan akun dan review terhadap pemberian kede akun.

    11. Review kinerja secara periodik.

    Penyusunan Program Audit untuk Pengujian Pengendalian terhadap

    Transaksi Pembelian.

    Berdasarkan daftar prosedur audit yang dapat digunakan oleh

    auditor untuk melakukan pengujian pengendalian terhadap transaksi

    pembelian dapat disusun program audit untuk pengujian pengendalian

    terhadap transaksi pembelian. Menurut aserse yang dituju : keberadaan

    atau keterjadian, kelengkapan, dan penilainan atau alokasi.

  • 17

    Penjelasan program audit untuk pengujian pengendalian terhadap

    transaksi pembelian.

    1. Lakukan pengamatan terhadap prosedur persetujuan atas permintaan pembelian, order pembelian, penerimaan barang,

    pembuatan bukti kas keluar.pengamatan ini dituju untuk

    membuktikan:

    a. Adanya pemisahan tiga fungsi pokok : fungsi operasi, fungsi

    penyimpanan, dan fungsi akuntansi dalam penanganan sistem

    pengendalian

    b. Setiap transaksi pembelian dilaksanakan oleh lebih dari unit

    organisasi sehingga tercipta adanya pengecekan intern dalam setiap

    pelaksanaan transaksi tersebut. Pengamatan dilaksanakan dengan

    mengikuti pelaksanaan suatu transaksi pembelian atau dengan cara

    memeriksa tanda tangan otorisasi yang tercantum dalam dokumen

    sumber dan dokumen pendukung transaksi pembelian.

    2. Ambil sampel transaksi pembelian dari regrister bukti kas keluar dan lakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung. Auditor

    mengambil sampel bukti kas yang belum keluar (unpaid voucher) dari

    arsip tersebut yang diselenggarakan oleh fungsi utang dan bukti keluar

    yang telah dibayar (paid voucher) dari arsip dokumen tersebut yang

    diselenggarakan oleh fungsi akuntansi biaya.

    3. Periksa bukti digunakannya formulir bernomor urut tercetak dan pertanggungjawaban pemakaian formulir tersebut. Penggunaan

    nomor urut tercetak miring menjamin kelengkapan transaksi

    pembelian yang dicatat dalam catatan akuntansi.

    4. Ambil sampel bukti kas keluar yang dituju dan dilakukan pengusutan ke dokumen pendukung dan catatan akuntansi yang

    bersangkutan. Untuk membuktikan bahwa setiap transaksi pembelian

    didahului dengan adanya otoeisasi pembelian didahuliu dengan adanya

    otorisasi pembelian barang atau jasa, auditor mengambil sampel bukti

    kas keluar dari arsip dokumen tersebut yang disimpan oleh fungsi

  • 18

    utang (unpaid voucher file) dan yang disimpan oleh fungsi akuntansi

    biaya (paid voucher file).

    5. Periksa adanya pengecekan independensi terhadap posting ke buku pembantu dan jurnal. Untuk menguji keandalan prosedur

    pencatatan transaksi pembelian, auditor menguji ketelitian posting

    ringkasan register bukti kas keluar ke dakam akun yang bersangkutan

    dalam buku besar (misalnya akun Sediaan, Biaya, Aktiva Tetap).

    (Mulyadi, 2002)

    2.2.2. Pengendalian Transaksi Pengeluaran Kas Fungsi yang Terkait

    Fungsi yang terkait dan tanggung jawab setiap fungsi dalam

    transaksi pengeluaran kas adalah sebagai berikut:

    1. Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas

    2. Fungsi pencatat utang

    3. Fungsi keuangan

    4. Fungsi akuntansi biaya

    5. Fungsi akuntansi umum

    6. Fungsi audit intern

    7. Fungsi penerima kas

    Dokumen dan Catatan yang Umum dalam Transaksi Pengeluaran Kas

    Sejumlah dokumen dan catatan umum yang tercakup dalam siklus

    pengeluaran-transaksi pengeluaran kas adalah sebagai berikut:

    1. Permintaan cek

    Berfungsi sebagai sebagai permintaan dari fungsi yang memerlukan

    pengeluaran kas kepada fungsi pencatat utang untuk membuatbukti kas

    keluar.

    2. Bukti kas keluar

  • 19

    Berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas kepada fungsi keuangan

    sebesar yang tercantum dalam dokumen tersebut. Selain itu, juga

    berfungsi sebagai surat pemberitahuan yang dikirim kepada kreditur

    dan berfungsi pula sebagai dokumen sumber bagi pencatatan

    berkurangnya utang.

    3. Cek

    Merupakan dokumen yang digunakan untuk memerintahkan bank

    melakukan pembayaran sejumlah uang kepada orang atau organisasi

    yang namanya tercantum pada cek. Pilihan dalam penggunaan cek

    untuk pembayaran adalah chek issuer membuat cek atas nama dan chek

    issuer membuat cek atas unjuk.

    4. Kuitansi

    Dokumen ini merupakan bukti tanda terima cek dari penerimaan cek

    pembayaran.

    5. Register cek

    Digunakan untuk mencatat pengeluaran kas dengan cek, digunakan

    untuk menvatat cek-cek perusahaan yang dikeluarkan untuk

    pembayaran para kreditur perusahaan atau pihak lain.

    6. Buku besar

    Akun buku besar yang terkait dalam transaksi pengeluaran kas adalah

    utang usaha dan kas.

    Aktivitas Pengendalian dalam Sistem Informasi Akuntansi

    Pengeluaran Kas

    Aktivitas pengendalian yang dapat mencegah dan mendeteki salah

    saji mencakup:

    1. Penandatanganan cek harus mereview bukti kas keluar dan dokumen

    pendukungnya.

    2. Pembubuhan cap lunas terhadap bukti kas keluar yang telah dibayar

    beserta dokumen pendukungnya.

    3. Pengecekan secara independen antara cek dan bukti kas keluar.

  • 20

    4. Pertanggungjawaban semua nomor urut cek.

    5. Pengecekan secara independen posting ke dalam catatan akuntansi.

    6. Rekonsiliasi bank secara periodik oleh pihak ketiga yang independen.

    7. Pengecekan secara independenterhadap tanggal yang tercantum dalam

    bonggol cek dan tanggal pencatatannya.

    Program Audit untuk Pengujian Pengendalian terhadap Transaksi

    Pengeluaran Kas

    1. Melakukan pengamatan terhadap prosedur pembuatan cek dan

    pencatatan cek ke dalam register cek.

    2. Mengambil sampel transaksi pengeluaran kas dari register cek dan

    melakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung.

    3. Memeriksa bukti digunakannya formulir bernomor urut tercetak dan

    pertanggungjawaban pemakaian formulir tersebut.

    4. Mengambil sampel bukti kas keluar yang telah dibayar dan melakukan

    pengusutan ke dokumen dan catatan akuntansi yang bersangkutan.

    5. Memeriksa adanya pengecekan independen terhadap posting ke buku

    pembantuu dan jurnal.

    Risiko yang terdapat struktur pengendalian intern siklus pengeluaran.

    Dalam memahami risiko pengendalian yang timbul dalam transaksi

    pengeluaran kas harus memperhatikan kemungkinan-kemungkinan salah

    saji, pengendalian yang dibutuhkan, serta kemungkinan pengujian yang

    harus dilakukan berikut ini:

    1. Terhadap transaksi pembayaran hutang. - Kemungkinan adanya pengeluaran cek untuk pembelian yang tidak

    disetujui, harus dikendalikan dengan cara penandatanganan cek

    melakukan penelaahan terhadap kelengkapan pendukung voucher

    dan persetujuannya. Auditor dapat melakukan pengujian dengan cara

  • 21

    observasi apakah penandatanganan cek melakukan pengecekan

    dengan bebas terhadap dokumen pendukung.

    - Kemungkinan voucher dibayar dua kali, dikendalikan dengan

    pemberian cap terhadap voucher dan dokumen pendukungnya bila

    telah dibayar. Auditor dapat melakukan pengujian apakah semua

    pembayaran diberi cap.

    - Check mungkin dibayarkan untuk jumlah yang salah, dikendalikan

    dengan pengecekkan oleh pihak yang bebas mengenai kesesuaian

    jumlah dalam check dengan voucher-nya.

    - Check mungkin dirubah setelah ditandatangani, dikendalikan dengan

    pengecekan pemberian tanda cek yang dikirim. Auditor dapa

    melakukan pengujian dengan melakukan wawancara tentang

    prosedur pengiriman check, dan observasi proses pengiriman check.

    2. Terhadap transaksi pengeluaran kas. - Check mungkin tidak dicatat, dikendalikan dengan check yang

    bemomor urut tercetak. Auditor melakukan pengujian terhadap

    penggunaan dokumen bemomor urut tercetak.

    - Kesalahan-kesalahan dalam pencatatan check, dikendalikan dengan

    pembuatan rekonsiliasi bank secara periodik oleh pihak yang bebas.

    Auditor dapat melakukan pengujian terhadap bank rekonsiliasi.

    - Check tidak dicatat dengan segera, dikendalikan oleh pihak yang

    bebas untuk mencocokkan tanggal check dan tanggal pencatatannya.

    Pengujian yang dilakukan dengan memperlihatkan kembali adanya

    kebebasan dalam pengecekan.

  • 22

    BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1. Kecurangan dan jenis kecurangan Untuk lebih berhasilnya peran auditor dalam pencegahan dan

    pendeteksian adanya kecurangan, sebaiknya internal auditor perlu

    memahami kecurangan dan jenis-jenis kecurangan yang mungkin terjadi

    dalam perusahaan. G.Jack Bologna, Robert J.Lindquist dan Joseph T.Wells

    mendifinisikan kecurangan Fraud is criminal deception intended to

    financially benefit the deceiver (Bologna, Lindquist, & Wells, 2002) yaitu

    kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi

    manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiap tindakan

    kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Dan dari tindakan

    jahat tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya secara

    financial.

    Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu (1) tindakan/the

    act., (2) Penyembunyian/theconcealment dan (3) konversi/the conversion.

    Misalnya pencurian atas harta persediaan adalah tindakan, kemudian pelaku

    akan menyembunyikan kecurangan tersebut misalnya dengan membuat

    bukti transaksi pengeluaran fiktif. Selanjutnya setelah perbuatan pencurian

    dan penyembunyian dilakukan, pelaku akan melakukan konversi dengan

    cara memakai sendiri atau menjual persediaan tersebut. Pada dasarnya

    terdapat dua tipe kecurangan, yaitu eksternal dan internal. Kecurangan

    eksternal adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu

    perusahaan/entitas, seperti kecurangan yang dilakukan pelanggan terhadap

    usaha; wajib pajak terhadap pemerintah. Kecurangan internal adalah

    tindakan tidak legal dari karyawan, manajer dan eksekutif terhadap

    perusahaan tempat ia bekerja.

    Berkaitan dengan itu Association of Certified Fraud Examinations

    (ACFE, 2000), salah satu asosiasi di USA yang mendarmabaktikan

  • 23

    kegiatannya dalam pencegahan dan pemberantasan kecurangan,

    mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok sebagai berikut:

    1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud),

    Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan

    yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material

    Laporan Keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan

    ini dapat bersifat financial atau kecurangan non finansial.

    2. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation), Penyalahagunaan aset

    dapat digolongkan ke dalam Kecurangan Kas dan Kecurangan atas

    Persediaan dan Aset Lainnya, serta pengeluaran-pengeluaran biaya

    secara curang (fraudulent disbursement).

    3. Korupsi (Corruption), Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah

    korupsi menurut ACFE, bukannya pengertian korupsi menurut UU

    Pemberantasan TPK di Indonesia. Menurut ACFE, korupsi terbagi ke

    dalam pertentangan kepentingan (conflict of interest), suap (bribery),

    pemberian illegal (illegal gratuity), dan pemerasan (economic extortion).

    3.2. Pendeteksian Kecurangan Sebagaimana diuraikan sebelumnya, resiko yang dihadapi

    perusahaan diantaranya adalah Integrity risk, yaitu resiko adanya

    kecurangan oleh manajemen atau pegawai perusahaan, tindakan illegal, atau

    tindak penyimpangan lainnya yang dapat mengurangi nama baik reputasi

    perusahaan di dunia usaha, atau dapat mengurangi kemampuan perusahaan

    dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adanya resiko tersebut

    mengharuskan internal auditor untuk menyusun tindakan pencegahan /

    prevention untuk menangkal terjadinya kecurangan sebagaimana diuraikan

    dalam bagian sebelumnya.

    Namun, pencegahan saja tidaklah memadai, internal auditor harus

    memahami pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya

    kecurangan-kecurangan yang timbul. Tindakan pendeteksian tersebut tidak

    dapat di generalisir terhadap semua kecurangan. Masing-masing jenis

  • 24

    kecurangan memiliki karakteristik tersendiri, sehingga untuk dapat

    mendeteksi kecurangan perlu kiranya pemahaman yang baik terhadap jenis-

    jenis kecurangan yang mungkin timbul dalam perusahaan. Sebagian besar

    bukti-bukti kecurangan merupakan bukti-bukti tidak sifatnya langsung.

    Petunjuk adanya kecurangan biasanya ditunjukkan oleh munculnya

    gejala- gejala (symptoms) seperti adanya perubahan gaya hidup atau

    perilaku seseorang, dokumentasi yang mencurigakan, keluhan dari

    pelanggan ataupun kecurigaan dari rekan sekerja. Pada awalnya, kecurangan

    ini akan tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik yang

    merupakan kondisi / keadaan lingkungan, maupun perilaku seseorang.

    Karakterikstik yang bersifat kondisi / situasi tertentu, perilaku / kondisi

    seseorang personal tersebut dinamakan Red flag (Fraud indicators).

    Meskipun timbulnya red flag tersebut tidak selalu merupakan

    indikasi adanya kecurangan, namun red flag ini biasanya selalu muncul di

    setiap kasus kecurangan yang terjadi. Pemahaman dan analisis lebih lanjut

    terhadap Red flag tersebut dapat membantu langkah selanjutnya untuk

    memperoleh bukti awal atau mendeteksi adanya kecurangan. Berikut adalah

    gambaran secara garis besar pendeteksian kecurangan berdasar

    penggolongan kecurangan oleh ACFE tersebut di atas.

    3.2.1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud) Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat

    dideteksi melalui analisis laporan keuangan sebagai berikut:

    1. analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis

    hubungan antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau

    Laporan arus kas dengan menggambarkannya dalam persentase.

    Sebagai contoh, adanya kenaikan persentase hutang niaga dengan total

    hutang dari rata-rata 28% menjadi 52% dilain pihak adanya penurunan

    persentase biaya penjualan dengan total penjualan dari 13 20% menjadi

    17% mungkin dapat menjadi satu dasar adanya pemeriksaan

    kecurangan.

  • 25

    2. analisis horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis

    persentasepersentase perubahan item laporan keuangan selama

    beberapa periode laporan. Sebagai contoh adanya kenaikan penjualan

    sebesar 80% sedangkan harga pokok mengalami kenaikan 140%.

    Dengan asumsi tidak ada perubahan lainnya dalam unsur-unsur

    penjualan dan pembelian, maka hal ini dapat menimbulkan sangkaan

    adanya pembelian fiktif, penggelapan, atau transaksi illegal lainnya.

    3. analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai

    item dalam laporan keuangan. Sebagai contoh adalah current ratio,

    adanya penggelapan uang atau pencurian kas dapat menyebabkan

    turunnya perhitungan rasio tersebut.

    3.2.1. Asset Misappropriation (Penyalahgunaan aset). Teknik untuk mendeteksi kecurangan-kecurangan kategori ini sangat

    banyak variasinya. Namun, pemahaman yang tepat atas pengendalian

    intern yang baik dalam pos-pos tersebut akan sangat membantu dalam

    melaksanakan pendeteksian kecurangan. Dengan demikian, terdapat

    banyak sekali teknik yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi setiap

    kasus penyalahgunaan aset. Masing-masing jenis kecurangan dapat

    dideteksi melalui beberapa teknik yang berbeda. Misalnya, untuk

    mendeteksi kecurangan dalam pembelian ada beberapa metode deteksi

    yang dapat digunakan. Metode-metode tersebut akan sangat efektif bila

    digunakan secara kombinasi gabungan, setiap metode deteksi akan

    menunjukkan anomalies / gejala penyimpangan yang dapat diinvestigasi

    lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya kecurangan. Selain itu, metode-

    metode tersebut akan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam

    pengendalian intern dan mengingatkan / memberi peringatan pada auditor

    akan adanya potensi terjadinya kecurangan di masa mendatang.

  • 26

    Analytical Review

    Suatu review atas berbagai akun yang mungkin menunjukkan

    ketidakbiasaan atau kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan. Sebagai

    contoh adalah perbandingan antara pembelian barang persediaan dengan

    penjualan bersihnya yang dapat mengindikasikan adanya pembelian yang

    terlalu tinggi atau terlalu rendah biala dibandingkan dengan tingkat

    penjualannya. Metode analitis lainnya adalah perbandingan pembelian

    persediaan bahan baku dengan tahun sekarang yang mungkin

    mengindikasikan adanya kecurangan overbilling scheme atau kecurangan

    pembelian ganda.

    Statistical Sampling

    Sebagaimana persediaan, dokumen dasar pembelian dapat diuji

    secara sampling untuk menentukan ketidakbiasaan (irregularities), metode

    deteksi ini akan efektif jika ada kecurigaan terhadap satu attributnya,

    misalnya pemasok fiktif. Suatu daftar alamat PO BOX akan

    mengungkapkan adanya pemasok fiktif Vendor or outsider complaints

    Komplain / keluhan dari konsumen, pemasok, atau pihak lain merupakan

    alat deteksi yang baik yang dapat mengarahkan auditor untuk melakukan

    pemeriksaan lebih lanjut.

    Site Visit Observation

    Observasi ke lokasi biasanya dapat mengungkapkan ada tidaknya

    pengendalian intern di lokasi-lokasi tersebut. Observasi terhadap bagaimana

    transaksi akuntansi dilaksanakan kadangkala akan memberi peringatan pada

    CFE akan adanya daerah-daerah yang mempunyai potensi bermasalah

    Dalam banyak kasus kecurangan, khususnya kasus pencurian dan

    penggelapan aset, biasanya terdapat tiga faktor, yaitu:

    1. ada satu tekanan pada seseorang, seperti kebutuhan keuangan

  • 27

    2. adanya kesempatan untuk melakukan kecurangan dan menyembunyikan

    kecurangan yang dilakukan

    3. adanya cara pembenaran perilaku tersebut yang sesuai dengan tingkatan

    integritas pelakunya,

    Ada tiga elemen dalam struktur pengendalian intern yang perlu

    diperhatikan dengan baik, yaitu Lingkungan pengendalian, Sistem

    akuntansi, dan prosedur pengendalian, dengan rincian sebagai berikut:

    Jika struktur internal control sudah ditempatkan dan berjalan dengan

    baik, peluang adanya kecurangan yang tak terdeteksi akan banyak

    berkurang. Pemeriksa kecurangan harus mengenal dan memahami dengan

    baik setiap elemen dalam struktur pengendalian intern agar dapat melakukan

    evaluasi dan mencari kelemahannya.

    3.2.3. Corruption (Korupsi) Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari

    rekan kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas

    dan menyampaikan komplain ke perusahaan. Atas sangkaan terjadinya

    kecurangan ini kemudian dilakukan analisis terhadap tersangka atau

  • 28

    transaksinya. Pendeteksian atas kecurangan ini dapat dilihat dari

    karakteristik (Red flag) si penerima maupun si pemberi. Orang-orang yang

    menerima dana korupsi ataupun penggelapan dana pada umumnya

    mempunyai karakteristik (red flag) sebagai berikut:

    - The Big Spender

    - The Gift taker

    - The Odd couple

    - The Rule breaker

    - The Complainer

    - The Genuine need

    Sedangkan orang yang melakukan pembayaran mempunyai karakteristik

    (red flag) sebagai berikut:

    - The Sleaze factor

    - The too Succesful bidder

    - Poor quality, higher prices

    - The one-person operation

  • 29

    BAB IV

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Berdasarkan kasus di atas, Comptronik corp terbukti telah melakukan

    kecurangan (fraud) dengan melakukan permainan angka-angka laporan keuangan

    atau Financial Numbers Game. Perusahaan berusaha menaikkan laba dengan

    membuat penjualan dan piutang fiktif untuk menarik investor. Investor akan

    bersedia menginvestasikan modalnya di perusahaan yang memiliki corporate

    earning power (kemampuan untuk menghasilkan pendapatan) yang bagus. Harga

    saham yang semakin tinggi akan meningkatkan market valuation dan secara

    otomatis meningkatkan nilai kemakmuran pejabat senior, sebab jika pendapatan

    perusahaan naik, maka bonus yang diterimanya pun akan meningkat. Kecurangan

    dalam bentuk ini dapat dideteksi dengan menggunakan rasio perputaran

    persediaan (inventory turnover), dan dokumen pendukung dari pihak ketiga yang

    adalah dokumen bank dan dokumen Vendor.

  • 30

    DAFTAR PUSTAKA

    ACFE. (2000). Fraud Examiners Manual. New York: ACFE.

    Arens. (2008). Accounting & Auditing Enforcementt Realese. Chicaho:

    Commerce Clearing, Inc.

    Bologna, G. J., Lindquist, R. J., & Wells, J. T. (2002). Fraud Examination.

    Thomson: South-Western.

    Mulyadi. (2002). Auditing 2. Jakarta: Salemba Empat.