bab ii tinjauan pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1 auditing

33
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing Auditing merupakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian suatu pernyataan, pelaksanaan dari kegiatan yang dilakukan oleh pihak independen guna memberikan suatu pendapat. Pihak yang melaksanakan auditing disebut dengan auditor. Pengertian auditing semakin berkembang sesuai dengan kebutuhan yang meningkat akan hasil pelaksanaan auditing. Menurut Agoes (2004) pengertian audit adalah : “Audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun manajemen, berserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.” Menurut Mulyadi (2008) ditinjau dari sudut profesi akuntan publik adalah: Pemeriksaan (Examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.” Menurut Arens et al (2011) pengertian audit adalah : Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.”

Upload: lamkien

Post on 31-Dec-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Auditing

Auditing merupakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian suatu

pernyataan, pelaksanaan dari kegiatan yang dilakukan oleh pihak independen

guna memberikan suatu pendapat. Pihak yang melaksanakan auditing disebut

dengan auditor. Pengertian auditing semakin berkembang sesuai dengan

kebutuhan yang meningkat akan hasil pelaksanaan auditing. Menurut Agoes

(2004) pengertian audit adalah :

“Audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan

sistematis, oleh pihak independen, terhadap laporan keuangan yang telah

disusun manajemen, berserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti

pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai

kewajaran laporan keuangan tersebut.”

Menurut Mulyadi (2008) ditinjau dari sudut profesi akuntan publik adalah:

“Pemeriksaan (Examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu

perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah

laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang

material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi

tersebut.”

Menurut Arens et al (2011) pengertian audit adalah :

“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about

information to determine and report on the degree of correspondence

between the information and established criteria. Auditing should be done

by a competent, independent person.”

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

14

Artinya audit adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk

menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang

ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh yang kompeten, orang independen.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa audit

merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak independen terhadap laporan

keuangan yang telah dibuat oleh manajemen untuk mengumpulkan dan

mengevaluasi bukti-bukti dengan tujuan memberi kewajaran atas laporan

keuangan.

2.1.1.1 Pengertian Audit Sektor Publik

Menurut Suhayati dan Rahayu (2010) pengertian audit sektor publik

adalah :

“Audit yang berasal dari lembaga pemeriksa pemerintah, di Indonesia

lembaga yang bertanggung jawab secara fungsional atas pengawasan

terhadap kekayaan atau keuangan negara adalah Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) sebagai lembaga pada tingkat tertinggi,

BadanPengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat

Jendral (Itjen) yang ada pada departemen-departemen pemerintah.”

Menurut Rai(2008) pengertian audit sektor publik adalah:

“Audit sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang

menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaanya

berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan Negara lainya dengan

tujuan untuk membandingkan antara kondisi yang dikemukakan dengan

kriteria yang ditetapkan”.

Berdasarkan pengertia-pengertian diatas, audit sektor publik adalah suatu

kontrol atas organisasi pemerintah dalam menyediakan pelayanan dan penyediaan

barang kepada masyarakat dengan tujuan untuk membandingkan antara kondisi

yang ditemukan dengan kriteria yang ditetapkan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

15

2.1.1.2 Jenis - Jenis Audit SektorPublik

Menurut Mahmudi (2011) jenis-jenis audit sektor publik antara lain

adalah:

1. Audit Keuangan

Audit keuangan adalah suatu proses yang sistematik untuk memperoleh

dan mengavaluasi bukti secara obyektif atas asersi manajemen mengenai

peristiwa dan tindakan ekonomi, kemudian membandingkan kesesuaian

asersi manajemen tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan

mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Audit Kinerja

Audit kinerja adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan

mengevaluasi bukti secara obyektif atas kinerja suatu organisasi, program,

fungsi, atau aktivitas/kegiatan.

3. Audit dengan Tujuan Tertentu

Audit dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan

tujuan khusus diluar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.

Termasuk dalam pemeriksaan dengan tujuan tertentu ini adalah

pemeriksaan atas hal-hal yang berkaitan dengan keuangan dan audit

investigasi.

4. Audit Forensik

Audit forensik atau yang lebih dikenal dengan akuntansi forensik

merupakan disiplin ilmu yang relatif baru dalam akuntansi. Sebagai suatu

ilmu yang baru, belum terdapat definisi baku dari akuntansi forensik.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

16

Sedangkan berdasarkan Undang-Undang No.15 Tahun 2004, terdapat tiga

jenis audit keuangan negara, yaitu :

1. Audit Keuangan

Audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan keyakinan

yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan keuangan telah

disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan

prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis

akuntansi yang komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum

di Indonesia dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

Audit keuangan adalah suatu proses yang sistematik untuk memperoleh

dan mengevaluasi bukti secara obyektif yang bertujuan untuk memberikan

keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan

keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum.

2. Audit Kinerja

Audit yang dilakukan secara obyektif dan sistematis terhadap berbagai

macam bukti untuk menilai kinerja entitas yang diaudit dalam hal

ekonomi, efesiensi, efektivitas, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja

dan entitas yang diaudit dan meningkatkan akuntabilitas publik.

Audit kinerja adalah pemeriksaan secara objektif dan sistematik terhadap

berbagai macam bukti untuk dapat melakukan penilaian secara independen

atas kinerja suatu entitas atau program atau kegiatan pemerintah yang

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

17

diaudit. Audit kinerja berfungsi untuk mengetahui apakah penggunaan

keuangan Negara dalam rangka mencapai target dan tujuan telah

memenuhi prinsip ekonomi, efesiensi,dan efektivitas, tidak melanggar

ketentuan hukum, peraturan perundangan, dan kebijakan manajemen.

3. Audit dengan Tujuan Tertentu

Audit khusus, diluar audit keuangan dan audit kinerja yang bertujuan

untuk memberikan kesimpulan atas hal yang diaudit.

Audit dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan

tujuan khusus diluar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja yang

bertujuan untuk memberikan kesimpulan atas hal yang diaudit. Termasuk

dalam pemeriksaan dengan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-

hal yang berkaitan dengan keuangan audit investigasi, maka dari itu, audit

dengan tujuan tertentu dapat disebut juga sebagai audit investigasi.

2.1.1.3 Peran dan Standar Profesional Akuntan Publik

Menurut Mulyadi (2008:12) peran profesi akuntan publik

yaitubertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan

keuanganperusahaan-perusahaan sehingga masyarakat memperoleh

informasikeuangan yang andal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-

sumberekonomi. Menurut Mulyadi (2008) ada lima macam standarprofesional

yang diterbitkan oleh dewan sebagai aturan mutu pekerjaanakuntan publik, yaitu :

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

18

1. Standar Auditing

Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporankeuangan historis.

Standar auditing terdiri dari sepuluh standar dandirinci dalam bentuk

pernyataan standar audit (PSA) yaitu :

a. Standar umum

1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang

memilikikeahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor

2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perilaku,

independensidalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor

3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunsn laporannya, auditorwajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat danseksama

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika

digunakanasistensi harus disupervisi dengan semestinya

2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperolehuntuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan

lingkuppengujian yang akan dilakukan

3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui

inspeksi,pengamatan, permintaan katerangan, dan konfirmasi

sebagai dasarmemadai untuk menyatakan pendapat atas laporan

keuangan yangdiaudit

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

19

c. Standar pelaporan

1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan

telahdisusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

diIndonesia

2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika

adaketidak konsistensi penerapan prinsip akuntansi dalam

penyusunanlaporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan

penerapanprinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya

3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus

dipandangmemadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor

4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapatmengenai

laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersibahwa

pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

2. Standar Atestasi

Standar atestasi memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa

akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan

dalam jasa audit atas laporan keuangan historis maupun tingkat keyakinan

yang lebih rendah dalam nonaudit.

3. Standar Jasa Akuntansi dan Review

Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk fungsi

nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan

review.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

20

4. Standar Jasa Konsultansi

Standar jasa konsultan memberikan panduan bagi akuntan publik didalam

penyediaan jasa bagi masyarakat.

5. Standar Pengendalian Mutu

Standar pengendalian mutu memberikan panduan bagi kantor akuntan

publik didalam melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan

oleh kantornya dengan mematuhi berbagi standar yang diterbitkan oleh

Dewan Standar Akuntan Publik Dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan

Publik Yang Diterbitkan Oleh Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan

Akuntansi Indonesia.

2.1.1.4 Pengelolaan Keuangan Daerah

Menurut Nordiawan (2006) dalam ketentuan umum pada Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia 58 tahun 2005 memyebutkan bahwa :

“Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan keuangan

daerah, dan pertanggungjawaban keuangan daerah.”

Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan

transparan, pemerintah daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa :

1. Laporan Realisasi Anggaran

2. Neraca

3. Laporan Arus Kas

4. CatatanAtas Laporan Keuangan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

21

Laporan keuangan tersebut disusun sesuai dengan Standar Akuntansi

Pemerintah. Standar Akuntansi Pemerintah adalah Prinsip-Prinsip akuntansi yang

ditetapkan dalam menyusun dan melaporkan laporan keuangan pemerintah.

Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun

2005 pasal 1 ayat (6) berbunyi bahwa pengelolaan keuangan daerah adalah

keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 Pasal 129

menyebutkan bahwa pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan

pengelolaan keuangan daerahkepada pemerintah daerah yang dikoordinasikan

oleh Menteri DalamNegeri.

2.1.1.5 Pengawasan Keuangan Daerah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.79 Tahun 2005

tentang pedoman pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah

menyatakan bahwa pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah adalah

proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan

secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Pengawasan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah

meliputi pelaksanaan urusan pemerintah di daerah kabupaten/kota terdiri dari :

1. Pelaksanaan urusan pemerintah di daerah yang bersifat wajib

2. Pelaksanaan urusan pemerintah di daerah yang bersifat pilihan; dan

3. Pelaksanaan urusan pemerintah menurut tugas pembantu.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

22

Pengawasan terhadap urusan pemerintah di daerah dilaksanakan oleh

aparat pengawasan intern pemerintah sesuai dengan fungsi dan kewenangannya.

Aparat pengawas intern pemerintah adalah inspektorat jenderal departemen, unit

pengawasan lembaga pemerintah nondepartemen, inspektorat provinsi, dan

inspektorat kabupaten/kota. Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan pengawasan

terhadap:

1. Pelaksanaan urusan pemerintah di daerah kabupaten/kota;

2. Pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintah desa; dan

3. Pelaksanaan urusan pemerintah desa.

Aparat pengawas intern pemerintah melakukan pengawasan sesuai dengan

fungsi dan kewenangannya melalui:

1. Pemeriksaan dalam rangka berakhirnya masa jabatan kepala daerah.

2. Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu maupun pemeriksaanterpadu.

3. Pengujian terhadap laporan berkala dan atau sewaktu-waktu dari

unit/satuan kerja.

4. Pengusutan atas kebenaran laporan mengenai adanya indikasiterjadinya

penyimpangan, korupsi, kolusi, dan nepotisme.

5. Penilaian atas manfaat dan keberhasilan kebijakan, pelaksanaanprogram

dan kegiatan.

6. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintah di daerah

danpemerintah desa.

Menurut Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 Tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan bahwa pengawasan intern dilakukan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

23

oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Aparat pengawasan intern pemerintah

melakukan pengawasan intern melalui:

a. Audit;

b. Reviu;

c. Evaluasi;

d. Pemantauan;

e. Kegiatan pengawasan lainnya.

Inspektorat Kabupaten/Kota adalah aparat pengawasn intern pemerintah

yang bertanggungjawab langsung kepada bupati/walikota. Inspektorat

Kabupeten/Kota melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka

penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota.

Inspektorat Kabupaten/Kota melaksanakan pengawasan intern melakukan review

atas laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota sebelum disanpaikan

bupati/walikota kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tujuan standar audit APIP adalah untuk:

1. Menetapkan prinsip-prinsip dasar yang merepresentasikan praktik-praktik

audit yang seharusnya;

2. Menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan peningkatan kegiatan audit

intern yang memiliki nilai tambah;

3. Menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit;

4. Mempercepat perbaikan kegiatan operasi dan proses organisasi;

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

24

5. Menilai, mengarahkan dan mendorong auditor untuk mencapai tujuan

audit;

6. Menjadi pedoman dalam pekerjaan audit;

7. Menjadi dasar penilaian keberhasilan pekerjaan audit.

2.1.2 Kualitas Audit

Menurut De Angelo (1981) yang dikutip oleh Rosnidah dkk (2011)

pengertian kualitas audit adalah :

“Kualitas audit sebagai kemungkinan (joint probality) dimana seorang

auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam

sistem akuntansi kliennya.”

Menurut Simanjuntak (2008), pengertian kualitas audit adalah :

“Pemeriksaan yang sistematis dan independensi untuk menentukan

aktivitas, mutu dan hasilnya sesuai dengan pengaturan yang telah

direncanakan dan apakah pengaturan tersebut diimplementasikan secara

efektif dan sesuai dengan tujuan.”

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, kualitas audit merupakan

karakteristik audit yang memenuhi standar auditing dan standar pengendalian

mutu, yang menggambarkan praktik-praktik audit terbaik serta merupakan ukuran

kualitas pelaksanaan tugas untuk memenuhi tanggung jawab profesinya.

Dalam sektor publik, Good Accountability Office (GAO) mendefinisikan

kualitas audit sebagai ketaatan terhadap standar profesi dan ikatan kontrak selama

melaksanakan audit (Lowershon et al, 2005). Standar audit menjadi bimbingan

dan ukuran kualitas kinerja auditor (Messier et a, 2005).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

25

Menurrut PP No 70 tahun 2005 dalam pasal 27 disebutkan bahwa tugas

Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap :

1. pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabipaten / kota

2. pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan penyelengaraan

pemerintahan desa, dan

3. pelaksanaan urusan pemerintah desa.

2.1.2.1 Pengkuran Kualitas Audit

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

nomorPER/05/M.PAN/03/2008, pengukuran kualitas audit atas laporan

keuangan,khususnya yang dilakukan oleh APIP, wajib menggunakan Standar

PemeriksaanKeuangan Negara (SPKN) yang tertuang dalam Peraturan Badan

PemeriksaKeuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007. Berdasarkan

Standar PemeriksaanKeuangan Negara (SPKN), dalam lampiran 3 SPKN paragraf

17 disebutkan bahwa:

“Besarnya manfaat yang diperoleh dari pekerjaan pemeriksaan tidak

terletak pada temuan pemeriksaan yang dilaporkan atau rekomendasi yang

dibuat, tetapi terletak pada efektivitas penyelesaian yang ditempuh oleh

entitas yang diperiksa. Manajemen entitas yang diperiksa bertanggung

jawab untuk menindaklanjuti rekomendasi serta menciptakan dan

memelihara suatu proses dan sistem informasi untuk memantau status

tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa dimaksud. Jika manajemen tidak

memiliki cara semacam itu, pemeriksa wajib merekomendasikan agar

manajemen memantau status tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa.

Perhatian secara terus-menerus terhadap temuan pemeriksaan yang

material beserta rekomendasinya dapat membantu pemeriksa untuk

menjamin terwujudnya manfaat pemeriksaan yang dilakukan.”

Audit yang berkualitas adalah audit yang dapat ditindaklanjuti oleh

auditee.Kualitas ini harus dibangun sejak awal pelaksanaan audit hingga

pelaporan danpemberian rekomendasi. Berdasarkan Peraturan Badan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

26

PemeriksaKeuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 mengenai

Standar PemeriksaanKeuangan Negara (SPKN), menurut Efendy (2010) kualitas

audit diukur melalui :

1. Kualitas Proses (keakuratan temuan audit, sikap skeptisme)

Besarnya manfaat yang diperoleh dari pekerjaan pemeriksaan tidak

terletakpada temuan pemeriksaan yang dilaporkan atau rekomendasi

yang dibuat, tetapi terletak pada efektivitas penyelesaian yang

ditempuh oleh entitas yang diperiksa. Selain itu audit harus dilakukan

dengan cermat, sesuai prosedur, sambil terus mempertahankan sikap

skeptisme.

2. Kualitas hasil (nilai rekomendasi, kejelasan laporan, manfaat audit)

Manajemen entitas yang diperiksa bertanggung jawab untuk

menindaklanjuti rekomendasi serta menciptakan dan memelihara suatu

proses dan sistem informasi untuk memantau status tindak lanjut atas

rekomendasi pemeriksa

3. Kualitas tindak lanjut hasil audit

pemeriksa wajib merekomendasikan agar manajemen memantau status

tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa. Perhatian secara terus-

menerus terhadap temuan pemeriksaan yang material beserta

rekomendasinya dapat membantu pemeriksa untuk menjamin

terwujudnya manfaat pemeriksaan yang dilakukan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

27

2.1.3 Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai

kekuatan yang terdapat dalam diri individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif

tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterprestasikan dalam tingkah

laku berupa rangsangan, dorongan, atau pembakit tenaga munculnya suatu

tingkah laku tertentu (Uno, 2010). Motif dapat dibedakan tiga jenisyaitu :

1. Motif biogenetis adalah motif-motif yang berasal dari kebutuhan

organisme bagi kelangsungan hidupnya, misalnya lapar, haus, bernafas

dan lain-lain.

2. Motif sosiogenetes merupakan motif yang berkembang berasal dari

lingkungan kebudayaan setempat.

3. Motif tiologis, dalam motif ini manusia sebagai makhluk yang

berketuhanan sehingga ada interaksi manusia dengan tuhannya, seperti

ibadah.

Konsep motivasi yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Seorang senang terhadap sesuatu apabila ia dapat mempertahankan rasa

senangnya makaakan termotivasi untuk melakukan kegiatan tersebut.

2. Apabila seorang merasa yakin mampu menghadapi tantangan maka

biasanya orang tersebut terdorong melakukan kegiatan tersebut.

Menurut Uno (2010) pengertian motivasi adalah :

“Keinginan dan kemampuan seorang untuk melakukan suatu kegiatan atau

tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.”

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

28

Menurut Luthans (2006) pengertian motivasi adalah :

“Proses yang dimulaidengan defisiensi fisiologis atau psikologis yang

menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan atau

insentif.”

Menurut Hariandja (2009) pengertian motivasi adalah :

“Motivasi adalah sebagai faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong

perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang

dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah.”

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, motivasi merupakan faktor

yang menimbulkan keinginan sesorang untuk melakukan suatu kegiatan atau

tindakan untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.3.1 Teori Motivasi

Menurut Hariandja (2009:324) mengemukakan bahwa terdapat beberapa

macam teori motivasi, antara lain:

1. Teori Motivasi KebutuhanAbraham A. Maslow

Teori ini dikemukakan oleh Abraham A. Maslow yang menyatakan bahwa

manusia dimotivasi untuk memuaskan sejumlah kebutuhan yang melekat pada diri

setiap manusia yang cenderung bersifat bawaan. Kebutuhan ini terdiri dari lima

jenis dan terbentuk dalam suatu hierarki dalam pemenuhan, dalam arti manusia

pada dasarnya pertama sekali akan berusaha memenuhi kebutuhan tingkat

pertama, kemudian kebutuhan tingkat kedua dan seterusnya, dan pemenuhan

semua kebutuhan yang sudah terpenuhi tidak menjadi unsur pemotivasi lagi.Teori

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

29

motivasi menurut Abraham Maslow mengemukakan adalima tingkat kebutuhan

pokok manusia yang terdiri dari:

1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs) kebutuhan ini merupakan dasar

yang bersifat primer dan vital yang mengungkapkan fungsi-fungsi biologis

dasar dari organisasi manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan

papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks dan lainlain.

2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security), seperti

terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit,

perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil dan sebagainya.

3. Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain kebutuhanakan

dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok,

rasa setia kawan, dan kerjasama.

4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) termasuk kebutuhan dihargai

karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat dan

sebagainya.

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) seperti kebutuhan

mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri

secaramaksimum, kreatufitas dan ekspresi diri

2. Teori Motivasi Kebutuhan McClelland

Menurut McClelland, motivasi utama adalah penggabungan, kekuatan dan

prestasi ia menandai sifat-sifat orang awam dengan kebutuhan pencapaian yang

tinggi yaitu:

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

30

1. Selera akan keadaan yang menyebabkan seseorang dapat bertanggung

jawab secara pribadi

2. Kecenderungan menentukan sasaran-sasaran yang pantas (sedang) dan

mempertimbangkan risikonya

3. Keinginan untuk mendapatkan umpan balik yang jelas atas kinerja

2.1.3.2 Pengukuran Motivasi

Menurut Ardana dkk (2008: 31) banyak pakar yang telah menulis tentang

berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang yang masing –

masing punya eksentuasi tersendiri, tetapi bila dipilah faktor – faktor

tersebut bisa dibagi menjadi beberapa indikator yaitu :

1. Karakteristik individu

a. Minat

b. Sikapterhadapdirisendiri, pekerjaan, dan situasi pekerjaan

c. Kebutuhan individual

d. Kemampuan dan kompetensi

e. Pengetahuan tentang pekerjaan

f. Emosi, suasana hati, perasaan keyakinan, dan nilai – nilai

2. Faktor – faktor pekerjaan

a. Faktor lingkungan pekerjaan

1) Gaji dan benefit yang diterima

2) Kebijakan – kebijakan perusahaan

3) Hubungan antar manusia (rekankerja)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

31

4) Kondisi pekerjaan seperti jam kerja, lingkungan, fisik dan

sebagainya

b. Faktor dalam pekerjaan yaitu :

1) Sifat pekerjaan

2) Rancangan tugas atau pekerjaan

3) Pemberian pengakuan terhadap prestasi

4) Tingkat atau besarnya tanggungjawab yang diberikan

5) Adanya perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan

6) Adanya kepuasan pekerjaan

2.1.4 Profesionalisme

Profesionalisme pada audit internal merupakan suatu kredibilitas dan kunci

sukses dalam menjalankan fungsi dalam suatu perusahaan. Menurut Pasaribu

(2001) pengertian profesionalisme adalah :

“Keahlian yang dimiliki pada kapasitas seorang individu untuk

mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan sesuai sikap dan

perilaku yang sesuai profesinya.”

Menurut Arens (2010) pengertian profesionalisme auditor adalah :

“Suatu tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dan lebih dari sekedar

dari memenuhi tanggung jawab yang dibebankan dan lebih dari memenuhi

undang-undang dan peraturan yang berlaku.”

Menurut Ratliff (2002) pengertian profesionalisme auditor internal adalah:

“Profesionalism is any endeavor connotes status and credibility. The

economic community has come to expect a high degree of professionalism

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

32

from internal auditor. The expectation arises from what is becoming

tradition of excellence in the profession. Many internal auditor and their

managers have made significant efforts to set and maintain high standards

for the profession and to establish internal auditing as a key management

function in the successful operation of their organization.”

Artinya profesionalisme adalah usaha apapun berkonotasi status dan

kredibilitas. Masyarakat ekonomi telah datang untuk mengharapkan tingkat

profesionalisme yang tinggi dari auditor internal. Harapan muncul dari apa yang

menjadi tradisi keunggulan dalam profesi. Banyak auditor internal dan manajer

mereka telah melakukan upaya yang signifikan untuk menetapkan dan

mempertahankan standar yang tinggi untuk profesi dan membangun audit internal

sebagai fungsi manajemen kunci keberhasilan operasi dari organisasi mereka

Menurut Sawyer yang dialihbahasakan oleh Ali Akbar (2006) pengertian

profesionalisme auditor internal adalah :

“Profesionalime audit internal hendaknya memiliki kecakapan dalam

melaksanakan setiap penugasan audit, atau paling tidak memiliki akses

atas kecakapan, memiliki kecakapan dalam keahlian utama yang

diperlukan dalam melakukan audit internal yang mendalam, mampu

memahami orang lain dan memiliki apresiasi”

Berdasarkan pengertian-pengertian, profesionalisme auditor internal

adalah siakp, kemampuan, maupun kredibilitas yang dimiliki oleh audiot internal

dalam melaksanakan setiap penugasan audit sebagai tanggung jawab yang

dibebankan dan lebih dari memenuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku.

2.1.4.1 Kriteria Profesionalisme

Menurut Ratliff (2002)terdapat lima kriteria yang harus dipenuhi auditor

internal agar dapat disebut profesional. Kelima kriteria tersebut adalah sebagai

berikut :

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

33

1. Kesesuaian sikap dengan standar profesi (Compliance with standard of

conduct)

Hal ini menunjukkan loyalitas, sikap objektif, kejujuran yang harus

dimiliki oleh setiap auditor internal.

2. Pengetahuan, kecakapan, dan disiplin (Knowledge, skills, and disciplines)

Ilmu yang sesuai merupakan dasar yang harus dimiliki oleh auditor

internal dalam pelaksanaan audit internal.

3. Pemampuan untuk menghadapi orang lain atau berkomunikasi secara

efektif (Human relation and communication)

Hal ini diperlukan untuk menghindari missinterprestasi dalam pelaporan

hasil audit dan menghindari konflik dengan manajemen. Pelaporan hasil

audit oleh auditor internal dengan temuan-temuannya harus disampaikan

kepada atasan mereka beserta rekomendasi untuk perbaikan.

4. Pendidikan berkelanjutan (Continuous education)

Auditor internal berkewajiban meneruskan pendidikannya dengan tujuan

meningkatkan keahliannya. Mereka juga harus berusaha memperoleh

informasi tentang kemajuan dan perkembangan baru dalam standar,

prosedur, dan teknik-teknik audit.

5. Ketelitian dalam melaksanakan tugas profesional (Due professional care)

Auditor internal sudah seharusnya melaksanakan tugas secar profesional

dalam menjalankan fungsi audit internal. Auditor internal harus

mewaspadai berbagai kemungkinan terjadinya pelanggaran atau pun

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

34

kecurangan yang dilakukan dengan sengaja, kesalahan, ketidakefisienan

dan konflik kepentingan.

Menurut Sawyer (2006) dalam Forum Komunikasi Satuan Pengawas

Internal Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah (FKSPI

BUMN/BUMD), dan Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA)

menyebutkanbahwa terdapat lima kriteria yang harus dipenuhi auditor internal

agar dapat disebut profesional, yaitu :

1. Pelayanan terhadap masyarakat (Services to the Public)

Auditor internal menyediakan pelayanan terhadap masyarakat dalam hal

meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengguna sumber daya baik dalam

perusahaan maupun organisasi. Kode etik audit internal mewajibkan

anggota the institute of internal auditors(IIA) untuk menghindari

keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau ilegal.

2. pelatihan jangka panjang (Long specialized Training)

Auditor internal yang profesional yaitu orang-orang yang mengikuti

pelatihan, lulus dari ujian pendidikan audit internal dan telah mendapat

sertifikasi.

3. Taat pada kode etik (Subcribtion to a code of ethic)

Sebagai suatu profesi, cirri utama internal auditor adalah kesediaan

menerima tanggung jawab terhadap kepentingan pihak-pihak yang

dilayani. Agar dapat mengemban tanggung jawab yang efektif, auditor

internal perlu memelihara standar prilaku yang tinggi.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

35

Kode etik bagi para auditor internal memuat standar prilaku sebagai

pedoman tingkah laku yang dikehendaki dari anggota profesi secara

individu. Para auditor internal wajib menjalankan tanggung jawab

profesinya dengan bijaksana, penuh martabat dan kehormatan.

4. Anggota dari organisasi profesi (Membership in an association and

attendance at meetings)

The institude of internal auditors (IIA) merupakan asosiasi profesi auditor

internal tingkat internasional. IIA merupakan wadah bagi auditor internal

yang mengembangkan ilmu audit internal agar para anggotanya mampu

bertanggungjawab dan kompeten dalam menjalankan tugasnya,

menjunjung tinggi standar, pedoman praktik audit internal dan etika

supaya anggotanya profesioanal dalam bidangnya.

5. Jurnal publikasi (Publication of journal aimed at upgrading ractice)

The institude of internal auditors (IIA), mempublikasikan jurnal tentang

teknik auditor internal, seperti halnya buku-buku panduan,studi penelitian,

monograf, presentasi audio visual, materi instruksi lainnya.

6. Pengembangan profesi berkelanjutan (Examination to test entrance

knowledge)

Dalam setiap pengawasan, auditor internal haruslah melaksanakan

tugasnya dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan profesional.

salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensinya yaitu dengan

pengenbangan profesi yang berkelanjutan.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

36

7. Ujian sertifikasi (Linsence by the state or certification by a board)

The institude of internal auditors pertama kali mengeluarkan program

sertifikat pada tahun 1974. Kandidat harus lulus dua hari berturut-turut

dengan subjek yang mempunyai range yang luas. Kandidat yang lulus

akan menerima certification of internal auditors (CIA).

2.1.4.2 Pengukuran Profesionlisme

Menurut Hall (1968) dalam Nugrahini (2015) terdapat lima dimensi

profesionalisme, yaitu:

1. Pengabdian pada profesi

Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme

dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki.

Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalam

ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total

terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya

alat untuk mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi,

sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah

kepuasan rohani, baru kemudian materi.

2. Kewajiban sosial

Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan profesi

dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena

adanya pekerjaan tersebut.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

37

3. Kemandirian

Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan seseorang yang

profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari

pihak lain (pemerintah, klien, dan bukan anggota profesi). Setiap ada

campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara

profesional.

4. Keyakinan terhadap peraturan profesi

Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling

berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi,

bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalm bidang ilmu dan

pekerjaan mereka.

5. Hubungan dengan sesama profesi

Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi

sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok

kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi

ini para profesional membangun kesadaran profesional.

2.2 Kerangka Pemikiran

Inspektorat merupakan aparat pemeriksaan intern pemerintah yang berada

dibawah walikota yang bertugas melakukan pengawasan terhadap urusan

pemerintah baik wajib atau pilihan. Untuk itu aparat Inspektorat dituntu

kinerjanya agar dapat meningkatkan kualitas auditnya. Pada dasarnya kualitas

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

38

audit menurut adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan

melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya

(De Angelo, 1981; dalam Rosnidah dkk, 2011).

Untuk mencapai good governance, seorang auditor aparat Inspektorat

harus dapat menigkatkan kualitas auditnya. Peran Badan Pengawas Daerah

(BAWASDA) adalah untuk memastikan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah

telahberjalan dengan baik dan laporan keuangan daerah disajikan dengan wajar,

diluartugas–tugas awal Badan Pengawas Daerah sebelumnya sebagai aparat

pengawas. Selain itu peranan dari Badan Pengawas Daerah adalah untuk

membantu kepaladaerah menyajikan laporan keuangan yang akuntabel dan dapat

diterima secara umum (Bastian, 2007).

Kedudukan, tugas dan fungsi Inspektorat kabupaten/kota secara umum

diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2007 tentang

Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Pedoman Teknis Organisasi dan Tata

Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pasal 1 ayat (2) menyebutkan

bahwa Inspektorat Kabupaten/Kota adalah aparat pengawas fungsional yang

berada dibawah dan pertanggungjawab kepada bupati/walikota. Pasal 4

menyebutkan bahwa Inspektorat provinsi dan inspektorat kabupaten/kota dalam

melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 menyelenggarakan

fungsi :

1. Perencanaan program pengawasan

2. Perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan; dan

3. Pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

39

Berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Nomor 01 Tahun 2007 mengenai Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

(SPKN), menurut Efendy (2010) kualitas audit diukur melalui kualitas Proses

(keakuratan temuan audit, sikap skeptisme), kualitas hasil (nilai rekomendasi,

kejelasan laporan, manfaat audit), kualitas tindak lanjut hasil audit.

2.2.1 Pengaruh Motivasi Terhadap Kualitas Audit Aparat

Inspektorat

Motivasi adalah keinginan dan kemampuan seorang untuk melakukan

suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu (Uno, 2010).

Hanya motivasi yang akan membuat seseorang mempunyai semangat juang yang

tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada (Goleman, 2001). Dengan

kata lain, motivasi akan mendorong seseorang,termasuk auditor, untuk berprestasi,

komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme yang tinggi.

Dalam profesi auditor dapat ditunjukkan dengan seberapa besar seorang

auditor memiliki motivasi dalam tugasnya memeriksa laporan keuangan sehingga

auditor dapat mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Respon atau tindak lanjut

yang tidak tepatterhadap laporan audit dan rekomendasi yang dihasilkan akan dapat

menurunkan motivasi aparat untuk menjaga kualitas audit. Jadi semakin tinggi

motivasi aparat Inspektorat dalam pelaksanaan tugas audit, maka akan semakin tinggi

pula kualitas audit aparat Inspektorat. Berdasarkan uraian tersebut , maka hipotesis

yang terbentuk adalah :

Ha1: Motivasi berpengaruh terhadap kualitas audit aparat Inspektorat

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

40

2.2.2. Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit Aparat

Inspektorat

Profesionalisme auditor internal merupakan siakap, kemampuan, maupun

kredibilitas dalam menjalankan profesi sebagai auditor internal (Rahadiani, 2012).

Menurut standar umum bagian pertama SA seksi 210 (SPAP, 2011) menyebutkan

bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Sedangkan, dalam standar umum

bagian ketiga SA seksi 230 (SPAP, 2011) menyebutkan bahwa dalam pelaksaan

audit akan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran

profesionalnya dengan cermat dan seksama. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomorPER/05/M.PAN/03/2008,

pengukuran kualitas audit atas laporan keuangan,khususnya yang dilakukan oleh

APIP, wajib menggunakan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang

tertuang dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor

01 Tahun 2007. Pernyataan standar umum pertama SPKN adalah: “Pemeriksa

secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk

melaksanakan tugas pemeriksaan”.

Sikap profesionalisme seorang auditor sangat penting dalam menghasilkan

audityang berkualitas. Hal tersebut dikarenakan auditor yang profesional akan

mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang dimilikinya yaitu

berdasarkan pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan

terhadap profesi dan hubungan dengan sesama profesi (Rosnidah dkk, 2011).

Dalam hal ini seorang auditor dituntut agar bertindak profesional dalam

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

41

melakukan pemeriksaan. Auditor yang profesional akan lebih baik dalam

menghasilkam audit yang dibutuhkan dan berdampak pada peningkatan kualitas

audit. Dengan demikian profesionalisme perlu ditingkatkan, karena sangat penting

dalam melakukan pemeriksaan sehingga akan memberikan pengaruh pada kualitas

audit auditor (Futri dan Juliarsa, 2014). Jadi semakin tinggi profesionalisme yang

dimiliki oleh Aparat Inspektorat, maka akan semakin tinggi pula kualitas audit

aparat Inspektorat. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang terbentuk

adalah:

Ha2: Profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit aparat Inspektorat

2.2.3. Pengaruh Motivasi dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit

Aparat Inspektorat

Kualitas audit menunjukkan peluang seorang auditor untuk menemukan

temuan penyimpangan yang dilakukan oleh klien. Kualitas audit dapat diukur

dengan tiga faktor atau atribut diantara lain yaitu : kualitas proses (keakuratan

temuan audit, sikap skeptisme), kualitas hasil (nilai rekomendasi, kejelasan

laporan, manfaat audit), dan kualitas tindak lanjut hasil audit (Muh. Taufiq

Efendy, 2010). Motivasi adalah proses yang dimulai dengan defisiensi

fisiologis atau psikologis yang menggerakan perilaku atau dorongan yang

ditunjukkan untuk tujuan atau insentif (Fred Luthans, 2006). Motivasi seorang

auditor dapat tercermin dari karakteristik individu, faktor lingkungan

pekerjaan dan faktor dalam pekerjaan.

Profesionalisme merupakan suatu tanggung jawab untuk berperilaku

lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya,

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

42

dan lebih dari sekedar memenuhi Undang – undang dan peraturan masyarakat

(Arens, 2010 :87). Sikap profesionalisme seorang auditor sangat penting

dalam meghasilkan audit yang berkualitas. Hal ini karena auditor yang

professional akan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang

dimilikinya yaitu berdasarkan pengabdian pada profesi, kewajiban social,

kemandirian, keyakinan terhadap profesi dan hubungan dengan sesame

profesi.

Ha3: Motivasi dan Profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit

aparat Inspektorat

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud menggambarkannya

dalam suatu bagan kerangka pemikiran sebagai bentuk alur pemikiran peneliti,

yaitu sebagai berikut :

Gambar 2.2

Skema Kerangka Pemikiran

Motivasi

(Ardana dkk ; 2008)

Profesionalisme

(Hall, 1968; dalam

Nugrahini 2015)

Kualitas Audit Aparat

Inspektorat

(Peraturan BPK RI No.01

Tahun 2007 mengenai

Standar

PemeriksaanKeuangan

Negara (SPKN); dalam

Efendy 2010)

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

43

2.3. Ringkasan Penelitian Terdahulu

Dibawah ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No

Nama Peneliti

dan Tahun

Penelitian

Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Ida Rosnidah,

Rawi, dan

Kamarudin

(2011)

Analisis Dampak

Motivasi dan

Profesionalisme

Terhadap

Kualitas Audit

Aparat Inspektorat

dalam

Pengawasan

Keuangan Daerah

(StudiEmpiris Pada

Pemerintah

Kabupaten

Cirebon)

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

terdapat dampak

motivasi dan

profesionalisme

secara parsial dan

simultan terhadap

kualitas audit. Hal ini

menunjukkan bahwa

profesionalisme yang

tinggi dan ditunjang

dengan motivasi

yang tinggi dari

aparat

Inspektorat akan

meningkatkan

kualitas audit yang

dilaksanakan oleh

aparat

Inspektorat.

Persamaan dalam

penelitian ini adalah

sama-sama

menggunakan

variabel independen

yaitu motivasi dan

profesionalisme.

Sednagkan variabel

dependen yaitu

kualitas audit aparat

inspektorat.

Perbedaan dalam

penelitian ini adalah

pada penelitian

sebelumnya subjek

penelitian dilakukan

pada Pemerintah

Inspektorat

Kabupaten Cirebon,

sedangkan dalam

penelitian ini

dilakukan pada

Inspektorat

Pemerintah Kota

Tasikmalaya.

2. Susilawati dan

Maya R

Atmawinata

(2014)

Pengaruh

Profesionalisme

dan Independensi

Auditor Internal

Terhadap Kualitas

Audit: Studi Pada

Inspektorat

PropinsiJawa Barat

Hasilpenelitianmenu

njukkan bahwa

profesionalisme dan

independensi

berpengaruh positif

dan signifikan

terhadap kualitas

audit.

Persamaan dalam

penelitian ini adalah

sama-sama

menggunakan

variable independen

yaitu

profesionalisme dan

variabel dependen

kualitas audit.

Perbedaan dalam

penelitian ini adalah

pada penelitian

sebelumnya

menggunakan

variabel independen

lain yaitu

independensi,

sedangkan dalam

penelitian ini

menggunakan

variabel independen

lain yaitu motivasi.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

44

3. Muh.TaufiqEfe

ndy

(2010)

Pengaruh

Kompetensi,

Independensi, dan

motivasi

Terhadap kualitas

audit aparat

inspektorat

Dalam Pengawasan

Keuangan Daerah

(StudiEmpirisPadaP

emerintah Kota

Gorontalo)

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

kompetensi dan

motivasi berpengaruh

positif dan signifikan

terhadap kualitas

audit, sedangkan

variabel independensi

tidak

mempunyai pengaruh

yang signifikan

terhadap kualitas

audit.

Persamaan dalam

penelitian ini adalah

sama-sama

menggunakan

variable independen

yaitu motivasi dan

variabel dependen

kualitas audit.

Perbedaan dalam

penelitian ini adalah

pada penelitian

sebelumnya

menggunakan

variabel independen

lain yaitu kompetensi

dan independensi,

sedangkan dalam

penelitian ini

menggunakan

variabel independen

lain yaitu

profesionalisme.

4. Putu Septiani

Futri dan

GedeJuliarsa

(2014)

Pengaruh

Independensi,

Profesionalisme,

Tingkat Pendidikan,

Etika Profesi,

Pengalaman, dan

Kepuasan Kerja

Auditor Pada

Kualitas Audit

Kantor Akuntan

Publik di Bali

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa independensi,

profesionalisme,

tingkat pendidikan,

etika profesi,

pengalaman, dan

kepuasan kerja

auditor berpengaruh

secara simultan

terhadap kualitas

audit. Secara parsial

hanya tingkat

pendidikan dan etika

profesi berpengaruh

signifikan terhadap

kualitas audit.

Persamaan dalam

penelitian ini adalah

sama-sama

menggunakan

variable independen

yaitu

profesionalisme

danvariabel

dependen kualitas

audit.

Perbedaan dalam

penelitian ini adalah

pada penelitian

sebelumnya

menggunakan

variabel independen

lain yaitu

independensi, tingkat

pendidikan, etika

profesi, pengalaman,

dan kepuasan kerja

auditor sedangkan

dalam penelitian ini

menggunakan

variabel independen

lain yaitu motivasi.

2.4 Hipotesis

Hipotesis berarti pernyataan. Dengan demikian hipotesis berarti

pernyataan yang lemah, disebut demikian karena masih berupa dugaan

yang belum teruji kebenarannya. Menurut Sugiyono (2012 : 64) hipotesis

penelitian adalah : “Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif.

Pada oenelitian kuantitatif, tidak dirumuskan hipotesis, trtapi justru

diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan

diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif”.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

45

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka peneliti mengajukan

hipotesis bahwa:

Ha1: Motivasi berpengaruh terhadap kualitas audit aparat Inspektorat

Ha2: Profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit aparat Inspektorat

Ha3: Motivasi dan Profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit aparat

Inspektorat