bab ii landasan teori ii.1. auditing ii.1.1. …thesis.binus.ac.id/asli/bab2/2009-2-00513-ak bab...

29
7 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. Pengertian Audit Untuk lebih memahami tentang audit operasional yang merupakan topik pembahasan skripsi ini, tentunya diperlukan pemahaman mendasar mengenai pengertian dari auditing. Menurut Mulyadi dan Puradiredja (2002), definisi auditing adalah : “Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kegiatan ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan” (h. 9). Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A. (2003) mengemukakan bahwa, ”Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan” (h. 1). Sesuai dengan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa auditing atau pemeriksaan merupakan suatu proses pengumpulan data atau bukti yang kompeten yang dilakukan oleh seseorang atau lebih yang independen dan kompeten

Upload: lamtuyen

Post on 19-Aug-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    7 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Auditing

II.1.1. Pengertian Audit

Untuk lebih memahami tentang audit operasional yang merupakan topik

pembahasan skripsi ini, tentunya diperlukan pemahaman mendasar mengenai

pengertian dari auditing.

Menurut Mulyadi dan Puradiredja (2002), definisi auditing adalah :

“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kegiatan ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan” (h. 9).

Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A. (2003)

mengemukakan bahwa, ”Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian

bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi

yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan

dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah

ditetapkan” (h. 1).

Sesuai dengan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa auditing

atau pemeriksaan merupakan suatu proses pengumpulan data atau bukti yang

kompeten yang dilakukan oleh seseorang atau lebih yang independen dan kompeten

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    8 

 

untuk digunakan sebagai alat dalam menetukan objektifitas keandalan informasi

yang disampaikan oleh manajemen.

II.1.2. Jenis-jenis Audit

Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A. (2003),

auditing umumnya digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu :

1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Audit laporan keungan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen

terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan

pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

2. Audit Kepatuhan (Complience Audit)

Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah

yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu.

3. Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi,

atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. (h. 30).

4. Pemeriksaan Spesial (Special Audit)

Yaitu audit yang bertujuan untuk menentukan apakah kegiatan yang

dilaksanakan ada terjadi penyelewengan atau tindak pidana korupsi.

Kepolisian dan kejaksaan sesuai dengan Undang-undang yang mengatur

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    9 

 

dari lembaga-lembaga ini, mempunyai kewenangan untuk menangani

terhadap suatu kasus Tindak Pidana Korupsi (TPK). Unsur-unsur suatu

tindak pidana adalah sebagai berikut :

1. Melawan hukum.

2. Merugikan masyarakat.

3. Dilarang oleh aturan hukum pidana.

4. Pelakunya diancam dengan pidana.

II.2. Audit operasional

II.2.1. Pengertian Audit operasional

Ada banyak pendapat para ahli yang menguraikan pengertian mengenai

audit operasional. Berikut ini akan diuraikan beberapa definisi mengenai pengertian

audit operasional :

1. Menurut Boynton, Johnson dan Kell yang diterjemahkan oleh Budi, I. S. dan

Wibowo, H. (2003) mendefinisikan audit operasional sebagai berikut,

“Suatu proses sistematis yang mengevaluasi efektifitas, efisiensi dan

kehematan operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manajemen

serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat hasil-hasil evaluasi tersebut

beserta rekomendasi perbaikan” (h. 498).

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    10 

 

2. Arens, Elder dan Beasley (2006) mengemukakan bahwa, “Operational audit

evaluates the efficiency and effectiveness of any part of an organization’s

operating procedures and methods” (p. 14).

3. Menurut Agoes, S. (2004), “Auditing adalah suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap

laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-

catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk

dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

tersebut” (h. 3).

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian

audit operasional adalah suatu proses sistematis,oleh pihak yang kompeten dan

independen, untuk mengevaluasi efisiensi dan efektifitas dari setiap metode dan

prosedur dalam kegiatan operasi perusahaan yang kemudian dievaluasi dan hasilnya

diberikan kepada yang berwenang di perusahaan untuk rekomendasi perbaikan.

II.2.1. Tujuan Audit Operasional

Mulyadi dan Puradiredja (2002) menyatakan bahwa tujuan audit operasional

adalah untuk :

1. Mengevaluasi kinerja.

2. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan.

3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. (h. 30).

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    11 

 

II.2.3. Pengertian Efektifitas dan Efisiensi

Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan operasional perusahaan

merupakan salah satu tujuan audit operasional yang dilaksanakan, dan berikut ini

adalah gambaran mengenai efektifitas dan efisiensi menurut Arens dan Loebbecke

yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A. (2003) :

1. Efektifitas mengacu kepada pencapaian suatu tujuan yang hendak dicapai

dengan memenuhi setiap standar atau kondisi yang telah ditetapkan

sebelumnya.

2. Efisiensi adalah suatu tindakan dengan cara yang dapat meminimalisir

kerugian atau pemborosan sumber daya dalam melaksanakan atau

menghasilkan sesuatu.

II.2.4. Jenis-jenis Audit Operasional

Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A. (2003)

menjabarkan tiga kategori audit operasional, yaitu :

1. Fungsional (Functional)

Audit fungsional merupakan suatu alat penggolongan kegiatan suatu

perusahaan dan berkaitan dengan sebuah fungsi atau lebih dalam suatu

organisasi. Keunggulan dari audit fungional adalah memungkinkan adanya

spesialisasi dari auditor. Dan kekurangan dari audir jenis ini ialah tidak ada

evaluasi terhadap fungsi yang saling berkaitan.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    12 

 

2. Organisasional (Organizational)

Audit operasional dalam suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit

organisasi, seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Penekanan

dalam audit ini adalah seberapa efisien dan efektif fungsi-fungsi saling

berinteraksi. Dalam audit organisasional, rencana organisasi dan metode-

metode untuk mengkoordinasikan aktifitas yang ada sangat penting.

3. Penugasan Khusus (Special Assignments)

Penugasan khusus timbul karena adanya permintaan dari manajemen

perusahaan. Ada banyak terdapat variasi, contohnya mencakup penentuan

penyebab tidak efektifnya sistem PDE, penyelidikan kemungkinan

kecurangan dalam suatu divisi, dan membuat rekomendasi untuk

mengurangi biaya produksi suatu barang. (h. 766).

II.2.5. Tahap-tahap Audit Operasional

Menurut Boynton, Johnson dan Kell yang diterjemahkan oleh Budi, I. S. dan

Wibowo, H. (2003) setiap tahap dalam audit operasional akan dijelaskan seperti :

1. Menetapkan Auditee

Penetapan auditee dimulai dengan survei pendahuluan terhadap calon-calon

auditee untuk mengidentifikasi aktifitas yang mempunyai potensi audit yang

terbaik dari segi efektifitas, efisiensi dan kehematan operasi. Di dalam

survei pendahuluan ini, diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai

struktur organisasional entitas serta karakteristik operasinya. Selain itu,

auditor juga harus memahami industri tempat entitas beroperasi serta sifat

dan luas peraturan pemerintah yang berlaku.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    13 

 

2. Merencanakan Audit

Perencanaan audit yang cermat sangat penting baik bagi efektifitas maupun

efisiensi audit operasional, karena sangat beragamnya audit operasional.

Landasan utama dalam perencanaan audit adalah pengembangan program

audit dan juga berupa seperangkat prosedur yang dirancang untuk

memperoleh bukti berdasarkan sampel data, mempertimbangkan

penggunaan teknik-teknik sampling, mencakup pemilihan tim audit dan

penjadwalan pekerjaan.

3. Melaksanakan Audit

Pelaksanaan audit adalah tahap yang paling memakan waktu karena

berhubungan dengan pencarian fakta berkaitan dengan masalah selama

survei pendahuluan. Dalam audit operasional, auditor sangat mengandalkan

pada pengajuan pertanyaan dan pengamatan sehingga diperoleh pendapat,

komentar dan usulan tentang pemecahan masalah serta dapat mendeteksi

inefisiensi yang menyebabkan masalah untuk kemudian dilakukan analisis.

4. Melaporkan Temuan

Laporan temuan dalam audit operasional harus memuat :

a. Suatu pernyataan tentang tujuan dan ruang lingkup audit

b. Uraian umum mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam audit

c. Ikhtisar temuan-temuan

d. Rekomendasi perbaikan

e. Komentar auditee

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    14 

 

5. Melakukan Tindak Lanjut

Dalam tahap terakhir ini, merupakan tahap bagi auditor untuk

menindaklanjuti tanggapan auditee terhadap laporan audit. Tindak lanjut ini

juga harus mencakup penentuan kelayakan tindakan yang diambil oleh

auditee dalam mengimplementasikan rekomendasi.

II.2.6. Teknik-teknik Audit Operasional

Menurut Mulyadi dan Puradiredja (2002) terdapat beberapa teknik dalam

melakukan pemeriksaan operasional yang dimana tidak berbeda jauh dari teknik

yang digunakan dalam audit keuangan, yaitu :

1. Pengamatan

Pengamatan berupa peninjauan objek yang diteliti secara langsung dengan

tujuan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang memadai serta

mengidentifikasi hal-hal yang perlu diperhatikan atau tidak memenuhi

syarat.

2. Wawancara

Wawancara merupakan usaha untuk mendapatkan informasi tentang objek

yang diteliti secara lisan misalnya dengan melakukan tanya jawab dengan

pihak terkait ataupun dengan menggunakan daftar pertanyaan.

3. Analisis

Analisis merupakan tinjauan terhadap data yang ada untuk mengetahui

unsur-unsur yang penting, misalnya terhadap dokumen yang relevan dengan

objek yang diteliti.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    15 

 

4. Verifikasi

Verifikasi adalah suatu pembuktian dari apa yang tertulis dikaitkan dengan

fakta atau usaha pembuktian kebenaran dari suatu pernyataan.

5. Penyelidikan

Penyelidikan adalah usaha lanjutan dalam melakukan veifikasi, yang

dilakukan terhadap kondisi yang dianggap sebagai suatu penyimpangan

untuk menjabarkan adanya suatu permasalahan.

6. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian untuk dapat ditarik kesimpulan tentang

bidang yang diaudit berdasarkan informasi yang diperoleh” (h. 23).

II.2.7. Temuan Hasil Pemeriksaan

Dalam setiap audit yang dilakukan, sebaiknya temuan atas pemeriksaan

tersebut disusun dengan baik dengan mengikuti syarat-syarat sebagai berikut :

1. Kriteria (Criteria)

Standar ukuran yang harus diikuti dan juga merupakan kondisi yang

seharusnya ada.

2. Kondisi (Statement of Condition)

Merupakan pernyataan tentang bagaimana kondisi yang terjadi di

perusahaan.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    16 

 

3. Penyebab (Cause)

Apa penyebab terjadinya kondisi dalam perusahaan dan dijabarkan

bagaimana proses terjadinya kondisi tersebut.

4. Akibat (Effect)

Bagaimana akibat dari kenyataan yang terjadi di perusahaan, yang dapat

berupa efek yang negatif yang merupakan penyimpangan dan juga efek

yang positif yang merupakan hasil yang lebih baik dari standar yang sudah

ditemukan.

II.2.8. Penentuan Kriteria Audit Operasional

Kesulitan utama yang dihadapi dalam audit operasional adalah menentukan

kriteria spesifik untuk mengevaluasi apakah efisiensi dan efektifitas telah tercapai.

Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A. (2003),

beberapa sumber yang dapat dimanfaatkan oleh auditor operasional dalam

mengembangkan kriteria adalah sebagai berikut :

1. Kinerja Historis

Gagasan dibalik penggunaan kriteria ini adalah untuk membandingkan apakah

yang telah dilakukan menjadi ”lebih baik” atau ”lebih buruk”. Manfaat kriteria

ini adalah bahwa kriteria tersebut mudah dibuat, tetapi mungkin tidak

memberikan pandangan mendalam mengenai seberapa baik atau buruk

sebenarnya unit usaha yang diperiksa dalam melakukan sesuatu.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    17 

 

2. Kinerja yang dapat diperbandingkan

Dalam hal ini, data kinerja dari kesatuan yang dapat diperbandingkan merupakan

sumber yang sangat baik untuk mengembangkan kriteria. Untuk kesatuan

internal yang dapat diperbandingkan, datanya biasanya sudah tersedia.

3. Standar rekayasa

Dalam banyak jenis penugasan audit operasional, adalah mungkin dan layak

untuk mengembangkan kriteria berdasarkan standar rekayasa, misalnya studi

waktu dan gerak untuk menentukan tingkat keluaran produksi. Kriteria ini

seringkali memakan waktu dan biaya yang besar dalam pengembangannya,

karena memerlukan banyak keahlian, akan tetapi hal itu mungkin sangat efektif

dalam memecahkan masalah operasional yang utama dan biaya yang dikeluarkan

akan berharga.

4. Diskusi dan kesepakatan

Kadang-kadang kriteria obyektif sangat sulit didapat dan sangat memakan biaya,

tetapi adakalanya kriteria dapat dikembangkan melalui diskusi dan kesepakatan

yang sederhana. (h. 177)

II.3. Sistem Pengendalian Intern

II.3.1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Setiap perusahaan menggunakan suatu pengendalian internal sebagai suatu

dasar bagi sistem akuntansi dan digunakan untuk mengarahkan operasi mereka.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    18 

 

Menurut Warren, Reeve dan Fees yang diterjemahkan oleh Farahmita, A.,

Amanugrahani dan Hendrawan, T, “Pengendalian internal adalah kebijakan dan

prosedur yang melindungi aktiva perusahaan dari kesalahan penggunaan,

memastikan bahwa informasi usaha yang disajikan akurat dan meyakinkan bahwa

hukum serta peraturan telah diikuti” (h. 227).

Mulyadi (2001) mengemukakan bahwa, ”Sistem pengendalian intern

meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk

menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,

mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen” (h. 163).

Berdasarkan IAI (2001), ”Pengendalian intern adalah suatu proses yang

dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang

didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan

tujuan berikut ini :

a. Keandalan pelaporan keuangan.

b. Efektifitas dan efisiensi operasi.

c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang belaku” (h. 319.2).

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem

pengendalian intern merupakan suatu proses yang dijalankan oleh orang dalam

perusahaan, yang diharapkan mampu memberikan keyakinan yang memadai bagi

manajemen dan dewan komisaris mengenai pencapaian ketiga golongan tujuan

yaitu keandalan laporan keuangan, efektifitas dan efisiensi perusahaan, serta

kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    19 

 

II.3.2. Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi dan Puradiredja (2002) tujuan sistem pengendalian intern

adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian :

1. Keandalan informasi keuangan

2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

3. Efektifitas dan efisiensi operasi. (h. 172).

Menurut tujuannya, Mulyadi (2001) juga berpendapat bahwa sistem

pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :

1. Pengendalian Intern Akuntansi (Internal Accounting Control)

Pengendalian internal akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan

para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan

menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

2. Pengendalian Intern Administratif (Internal Admnistrative Control)

Pengendalian intern administratif meliputi struktur organisasi, metode dan

ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan

dipatuhinya kebijakan manajemen. (h. 163).

II.3.3. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern

Berdasarkan Laporan COSO dan AU 319, Consideration of Internal Control

in the Financial Statement Audit (SAS 78) menurut Boynton, Johnson dan Kell

yang diterjemahkan oleh Budi, I. S. dan Wibowo, H. (2003), terdapat lima

komponen pengendalian intern yang saling berhubungan sebagai berikut :

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    20 

 

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Lingkungan pengendalian menetapkan suasana dari suatu organisasi yang

mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya.

Lingkungan pengendalian merupakan pondasi dari semua komponen

pengendalian intern lainnya yang menyediakan disiplin dan struktur.

Sejumlah faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu

entitas adalah sebagai berikut :

- Integritas dan nilai etika

- Komitmen terhadap kompetensi

- Dewan direksi dan komite audit

- Filosofi dan gaya operasi manajemen

- Struktur Organisasi

- Penetapan wewenang dan tanggung jawab

- Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

Penilaian risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi,

analisis dan pengelolaan risiko suatu entitas yang relevan dengan

penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan

prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Penilaian risiko oleh manajemen juga harus mencakup pertimbangan khusus

atas risiko yang dapat muncul dari perubahan kondisi seperti yang diuraikan

dalam AU 319.29 :

- Perubahan dalam lingkungan operasi

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    21 

 

- Personel baru

- Sistem informasi yang baru atau dimodifikasi

- Pertumbuhan yang cepat

- Teknologi baru

- Lini, produk atau aktifitas baru

- Restrukturisasi perusahaan

- Operasi di luar negeri

- Pernyataan akuntansi

3. Aktifitas Pengendalian (Control Activities)

Aktifitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu

memastikan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan. Aktifitas

pengendalian membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan

berkenaan dengan risiko telah diambil untuk pencapaian tugas entitas.

Aktifitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diaplikasikan pada

berbagai tingkatan organisasional dan fungsional.

Aktifitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan keuangan dapat

dikategorikan dalam berbagai cara, yaitu :

- Pemisahan tugas

- Pengendalian pemrosesan informasi :

Pengendalian umum

Pengendalian aplikasi

- Pengendalian fisik

- Review kinerja

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    22 

 

4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication System)

Sistem informasi dan komunikasi yang relevan dengan tujuan pelaporan

keuangan, yang memasukkan sistem akuntansi, terdiri dari metode-metode

dan catatan-catatan yang diciptakan untuk mengidentifikasi,

mengumpulkan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat dan melaporkan

transaksi-transaksi entitas (dan juga kejadian-kejadian serta kondisi-kondisi)

dan untuk memelihara akuntabilitas dari aktiva-aktiva dan kewajiban-

kewajiban yang berhubungan. Komunikasi melibatkan penyediaan suatu

pemahaman yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab individu

berkenaan dengan pengendalian intern atas pelaporan keungan.

Fokus utama dari prosedur pengendalian intern yang berhubungan dengan

sistem akuntansi adalah transaksi yang ditangani dengan suatu cara yang

dapat mencegah terjadinya salah saji dalam asersi laporan keuangan

manajemen. Oleh karena itu, suatu sistem akuntansi yang efektif harus :

- Mengidentifikasi dan mencatat hanya transaksi yang valid dari entitas yang

terjadi dalam periode berjalan (asresi keberadaan atau keterjadian).

- Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang valid dari entitas yang

terjadi dalam periode berjalan (asersi kelengkapan).

- Memastikan aktiva dan kewajiban yang tercatat merupakan hasil dari

transaksi yang memberikan entitas hak dan kewajiban untuk item-item

tersebut (asersi hak dan kewajiban).

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    23 

 

- Mengukur nilai transaksi dalam suatu cara yang mengijinkan pencatatan

nilai moneter transaksi secara tepat dalam laporan keuangan (asersi

penilaian dan alokasi).

- Memperoleh rincian yang mencukupi dari semua transaksi untuk

memungkinkan penyajian secara tepat dalam laporan keuangan, termasuk

pengklasifikasian yang tepat dan pengungkapan yang diperlukan (asersi

penyajian dan pengungkapan).

5. Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan adalah suatu proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian

intern pada suatu waktu. Pemantauan melibatkan penilaian rancangan dan

pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu dan mengambil tindakan

perbaikan yang diperlukan. Pemantauan dapat dilaksanakan melalui aktifitas

yang berkelanjutan (on-going activities) dan juga melalui pengevaluasian

periodik secara terpisah.

II.3.4. Hubungan Pengendalian Intern dengan Pemeriksaan Operasional

Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A. (2003)

mengungkapkan bahwa manajemen membentuk suatu pengendalian intern untuk

membantu mencapai sasaran perusahaan, yaitu efisiensi dan efektifitas. Lima

kepentingan dalam menyusun struktur pengendalian intern yang baik adalah :

1. Untuk menyediakan data yang dapat diandalkan.

2. Untuk mengamankan aktiva dan catatan-catatan.

3. Untuk meningkatkan efisiensi operasional.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    24 

 

4. Untuk mendorong ketaatan pada kebijakan yang sudah ditetapkan.

5. Untuk mentaati Foreign Corrupt Practices Act tahun 1977 (di Amerika

Serikat).

Tujuan auditing operasional adalah untuk mengevaluasi efisiensi dan

efektifitas struktur pengendalian intern dan membuat rekomendasi kepada

manajemen. Prosedur pengendalian intern dapat dievaluasi dengan cara auditor

operasional dapat menentukan tingkat efektifitas prosedur verifikasi terhadap suatu

dokumen pada suatu perusahaan. Auditor seringkali melaksanakan evaluasi

pengendalian intern dengan tujuan untuk membuat rekomendasi operasional pada

manajemen. Dan ruang lingkup evaluasi pengendalian intern tersebut mencakup

setiap pengendalian yang mempengaruhi efisiensi dan efektifitas. (h. 863).

II.4. Penjualan dan Piutang Usaha

II.4.1. Penjualan

Mulyadi (2001) mendefinisikan bahwa:

”Kegiatan penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa, baik secara kredit maupun secara tunai. Dalam transaksi penjualan kredit, jika order dari pelanggan telah dipenuhi dengan pengiriman barang atau penyerahan jasa, untuk jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang kepada pelanggannya, yang ditangani perusahaan melalui sistem penjualan kredit. Dalam transaksi penjualan tunai, barang atau jasa baru diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli jika perusahaan telah menerima kas dari pembeli, dan kegiatan ini ditangani melalui sistem penjualan tunai” (h. 202).

Fungsi yang terkait dalam fungsi penjualan, terutama penjualan kredit

adalah :

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    25 

 

a. Fungsi Kredit

Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab dalam

pemberian kredit kepada pelanggan yang meminta persetujuan kredit, baik

dalam hal permintaan menjadi anggota kredit maupun permintaan

persetujuan kredit dalam suatu kegiatan penjualan kredit.

b. Fungsi Penjualan

Dalam sistem penjualan, fungsi penjualan bertanggung jawab melayani

kebutuhan pelanggan. Fungsi ini mengisi faktur penjualan untuk

memungkinkan fungsi gudang dan fungsi pengiriman melaksanakan

penyerahan barang kepada pelanggan.

c. Fungsi Gudang

Fungsi ini menyediakan barang yang diperlukan oleh pelanggan sesuai

dengan yang tercantum dalam tembusan faktur penjualan yang diterima dari

fungsi penjualan.

d. Fungsi Pengiriman

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang yang kuantitas,

mutu dan spesifikasinya sesuai dengan yang tercantum dalam tembusan

faktur penjualan yang diterima dari fungsi penjualan.

e. Fungsi Akuntansi

Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat transaksi bertambahnya

piutang pelanggan ke dalam kartu piutang dan pencatatan transaksi

penjualan di dalam jurnal penjualan berdasarkan faktur penjualan dari fungsi

pengiriman.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    26 

 

f. Fungsi Penagihan

Fungsi ini bertanggung-jawab untuk membuat surat tagihan secara periodik

kepada pelanggan. (h. 204).

II.4.2. Aktifitas Pengendalian Transaksi Penjualan

Pesanan dapat dilakukan secara over-the-counter, atau melalui telepon,

surat, representative penjualan traveling, fax, atau pertukaran data elektronik

(electronic data interchange). Barang-barang dapat diambil sendiri oleh pelanggan

atau dikirimkan oleh penjual. Transaksi penjualan ini biasanya dicatat dengan

meggunakan sistem komputer yang dapat memproses transaksi secara beruntun atau

model pemrosesan batch. Aktifitas pengendalian selama transaksi penjualan

berlangsung disesuaikan dengan perubahan situasi.

Pertama-tama dimulai dengan mengidentifikasi sejumlah dokumen dan

catatan yang umumnya digunakan dalam pemrosesan transaksi ini. Kemudian akan

dapat dijelaskan setiap fungsi yang terkait dalam pemrosesan transaksi ini, dan

bagaimana aktifitas pengendalian saling berhubungan satu sama lain untuk

mengurangi risiko salah saji dalam asersi laporan keuangan yang dipengaruhi

transaksi penjualan.

Menurut Wirakusumah, A., & Agoes, S. (2003), sejumlah dokumen yang

seringkali digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar dalam transaksi penjualan

kredit mencakup hal-hal berikut :

1. Pesanan pelanggan.

Permintaan barang dagang oleh pelanggan yang diterima langsung dari

pelanggan atau melalui sales person yang dapat berupa formulir yang

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    27 

 

disiapkan oleh penjual atau formulir pesanan pembelian yang dibuat oleh

pembeli.

2. Pesanan penjualan.

Formulir yang berisi deskripsi, kuantitas, dan data lainnya yang berkaitan

dengan pesanan, yang berfungsi sebagai dasar dimulainya transaksi dan

pemrosesan internal atas pesanan pelanggan oleh penjual.

3. Dokumen pengiriman.

Formulir yang digunakan untuk menunjukkan rincian dan tanggal setiap

pengiriman, yang dapat berupa bill of lading, yang berfungsi sebagai

pemberitahuan formal atas penerimaan barang yang dikirimkan oleh kurir.

4. Faktur penjualan.

Faktur yang menyatakan penjualan tertentu, termasuk jumlah yang terutang,

syarat, dan tanggal penjualan. Formulir ini digunakan untuk menagih

pelanggan dan sebagai dasar untuk mencatat penjualan.

5. Daftar harga yang diotorisasi.

Daftar yang berisi harga barang-barang yang akan ditawarkan untuk dijual,

biasanya diotorisasi dalam file induk komputer.

6. File transaksi penjualan.

File komputer yang berisi transaksi penjualan yang diselesaikan. File ini

digunakan untuk mencetak faktur penjualan serta jurnal penjualan, dan

memperbaharui file induk piutang usaha, persediaan serta buku besar.

7. Jurnal penjualan.

Daftar jurnal dari transaksi penjualan yang telah diselesaikan.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    28 

 

8. File induk pelanggan.

File yang berisi informasi tentang pelanggan, status pengiriman dan

penagihan pelanggan serta batas kredit pelanggan.

9. File induk piutang usaha.

File yang berisi tentang transaksi dan saldo dari setiap pelanggan, dan

berfungsi sebagai dasar untuk menyusun buku pembantu piutang usaha.

10. Laporan bulanan pelanggan.

Laporan yang dikirimkan ke setiap pelanggan yang menunjukkan saldo

awal, transaksi selama periode berjalan, dan saldo akhir.

II.4.3. Piutang Usaha

Menurut Budileksmana, A. (2008), ”Piutang adalah klaim kepada pihak lain

atas uang, barang atau jasa yang dapat diterima dalam waktu 1 tahun, atau dalam

satu siklus kegiatan perusahaan. Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari

transaksi penjualan barang atau jasa dalam kegiatan normal perusahaan”.

Menurut Hongren, Harrison dan Bamber (2002), pembahasan mengenai

piutang usaha adalah sebagai berikut :

”Accounting receivable are the amounts to be collected from customer.

Account receivable, which are current assets, are also called trade receivables” (p.

311).

Piutang usaha berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit

yang diharapkan dapat ditagih dalam waktu satu tahun atau kurang, diklasifikasikan

sebagai piutang lancar.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    29 

 

II.4.4. Aktifitas Pengendalian Transaksi Piutang Usaha

Piutang usaha meliputi jumlah yang harus dibayar pelanggan, karyawan, dan

wesel ataupun pinjaman dan bunga akrual atas saldi semacam itu. Pertimbangan

yang akan kita berikan disini ditunjukkan pada piutang kotor dari para pelanggan

atas transaksi penjualan kredit dan yang berhubungan dengan akun penyisihan

untuk piutang tak tertagih.

II.4.4.1. Konfirmasi Piutang Usaha

Konfirmasi piutang usaha berisi komunikasi tertulis secara langsung

antara pelanggan dan auditor. Sesuai prosedur audit yang berlaku umum AU

330, proses konfirmasi (SAS 67), menyatakan ada anggapan bahwa auditor

akan meminta konfirmasi piutang selama melakukan audit, kecuali :

- Piutang usaha bersifat tidak material terhadap laporan keuangan.

- Penggunaan konfirmasi akan menjadi tidak efektif sebagai suatu prosedur

audit.

Menurut Agoes (2004), ”Ada dua jenis konfirmasi piutang, yaitu

konfirmasi positif dan konfirmasi negatif. Pada konfirmasi positif,

pelanggan diminta untuk memberikan jawaban baik saldonya cocok maupun

tidak cocok. Pada konfirmasi negatif, pelanggan diminta untuk memberikan

jawaban hanya jika saldonya tidak cocok, sehingga jika pelanggan tidak

menjawab akan dianggap bahwa saldonya cocok. Konfirmasi positif

digunakan dalam keadaan saldo piutang per pelanggan relatif besar, jumlah

pelanggan sedikit dan pengendalian intern piutang lemah. Konfirmasi

negatif digunakan dalam keadaan saldo piutang per pelanggan relatif kecil,

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    30 

 

jumlah pelanggan (cukup) banyak dan pengendalian intern piutang kuat” (h.

191).

II.4.4.2. Pengendalian atas Permintaan Konfirmasi

Hal ini dilakukan untuk :

a. Memastikan bahwa nama, jumlah, dan alamat pada konfirmasi telah

sesuai dengan data terkait dalam akun pelanggan.

b. Menjaga penyimpanan konfirmasi sampai dikirimkan.

c. Menggunakan amplop yang dilampirkan dengan logo perusahaan

bersangkutan untuk menjaga konfirmasi.

d. Menangani sendiri pemasukan surat konfirmasi ke dalam amplop dan

mengirimkan melalui pos.

e. Mewajibkan pengiriman jawaban langsung kepada auditor.

II.4.4.3. Memeriksa Penagihan

Bukti terbaik mengenai eksistensi dan ketertagihan piutang adalah

penerimaan pembayaran dari pelanggan. Sebelum mengakhiri pekerjaan

lapangan audit, klien mungkin telah menerima pembayaran dari beberapa

pelanggan sebagai pelunasan hutang pada tanggal konfirmasi. Pencocokan

penagihan itu kembali ke faktur terbuka (belum dibayar) yang mengandung

saldo pelanggan pada tanggal konfirmasi menetapkan eksistensi dan

ketertagihan piutang.

II.4.5. Tujuan Pemeriksaan atas Penjualan dan Piutang Usaha

Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A. (2003)

mengungkapkan bahwa tujuan pemeriksaan atas transaksi penjualan, yaitu :

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    31 

 

- Penjualan yang tercatat adalah untuk pengiriman aktual kepada pelanggan.

- Penjualan yang ada telah dicatat.

- Penjualan yang tercatat adalah untuk jumlah barang yang dikirim dan

ditagih serta dicatat dengan benar.

- Transaksi penjualan diklasifikasikan dengan pantas.

- Penjualan dicatat dengan waktu yang tepat.

- Transaksi penjualan dimasukkan dengan pantas dalam berkas induk dan

diikhtisarkan dengan benar. (h. 379).

Agoes & Trisnawati (2008) menjelaskan tujuan pemeriksaan piutang

sebagai berikut :

- Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas piutang

dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.

- Untuk memeriksa validity (keabsahan), authenticity (keontentikan) piutang,

dan bahwa piutang merupakan milik perusahaan (ownership).

- Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan

cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts.

- Untuk memeriksa apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability)

yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih.

- Piutang yang dijadikan jaminan telah diungkapkan dalam laporan keuangan

secara memadai (presentation and disclosure).

- Untuk memeriksa apakah penyajiannya di neraca sudah sesuai dengan

Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU). (h. 49)

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    32 

 

II.4.6. Pengendalian Intern atas Penjualan dan Piutang Usaha

Menurut Mulyadi (2001), unsur pokok pengendalian intern dalam sistem

penjualan kredit terdiri dari :

A. Organisasi

- Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit.

- Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penjualan dan fungsi kredit.

- Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas.

- Transaksi penjualan kredit harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi

kredit, fungsi pengiriman, fungsi penagihan dan fungsi akuntansi. Tidak ada

transaksi penjualan kredit yang dilaksanakan secara lengkap hanya oleh satu

fungsi tersebut.

B. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

- Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan

menggunakan surat order pengiriman.

- Persetujuan pemberian kredit diberikan oleh fungsi kredit dengan

membubuhkan tanda tangan pada credit copy (tembusan surat order

pengiriman).

- Pengiriman barang ke pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan

menandatangani dan memberikan cap ”sudah terkirim” pada copy surat

order pengiriman.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    33 

 

- Penetapan harga jual, syarat penjualan, syarat pengangkutan barang dan

potongan penjualan berada di tangan direktur pemasaran dengan penerbitan

surat keputusan mengenai hal tersebut.

- Terjadinya piutang diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan membubuhkan

tanda tangan pada faktur penjualan.

- Pencatatan ke dalam kartu piutang dan jurnal penjualan, jurnal penerimaan

kas dan jurnal umum diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara

memberikan tanda tangan pada dokumen sumber (faktur penjualan, bukti

kas masuk, memo kredit).

- Pencatatan terjadinya piutang didasarkan pada faktur penjualan yang

didukung dengan surat order pengiriman dan surat muat.

C. Praktik yang Sehat

- Surat order pengiriman bernomor urut tercetak dan pemakaiannya

dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan.

- Faktur penjualan bernomor urut tercetak dan pemakaiannya

dipertanggungjawabkan oleh fungsi penagihan.

- Fungsi akuntansi mengirimkan pernyataan piutang kepada setiap debitur

secara periodik untuk menguji ketelitian catatan piutang yang telah

dilakukan.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    34 

 

- Diadakan rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening kontrol piutang dalam

buku besar secara periodik. (h. 220).

Menurut Agoes (2004), ciri pengendalian internal piutang yang baik adalah:

- Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara fungsi penjualan,

pengiriman, penagihan, pengotorisasi, pembuat faktur penjualan dan fungsi

pencatatan.

- Digunakannya formulir pre-numbered.

- Digunakannya price list (daftar harga) dan setiap penyimpangan dari price

list (diskon yang diberikan) harus mendapat persetujuan dari pejabat yang

berwenang.

- Digunakannya buku pembantu piutang (kartu piutang) untuk masing-masing

pelanggan, yang selalu di update.

- Setiap akhir bulan dibuat aging schedule (analisa umur piutang).

- Setiap akhir bulan jumlah saldo piutang masing-masing pelanggan

dibandingkan dengan jumlah saldo piutang di buku besar.

- Setiap akhir bulan dikirimkan monthly statement of account kepada masing-

masing pelanggan.

- Uang kas, cek, giro yang diterima dari pelanggan harus disetor dalam jumlah

seutuhnya paling lambat keesokan harinya.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00513-AK Bab 2.pdf · yang disampaikan oleh manajemen. ... auditing umumnya digolongkan menjadi

    35 

 

- Mutasi kredit rekening piutang (berdasarkan retur penjualan dan

penghapusan piutang) harus diotorisasi oleh pejabat yang berwenang.

- Setiap pinjaman yang diberikan (kepada pegawai, direksi, pemegang saham,

perusahaan afiliasi) harus diotorisasi oleh pejabat berwenang, dan didukung

oleh bukti-bukti yang lengkap dan dijelaskan apakah dikenai bunga atau

tidak. (h. 184).