the building blocks of auditing -...

40
THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING ASERSI MANAJEMEN, TANGGUNG JAWAB AUDITOR, TUJUAN AUDIT, BUKTI AUDIT, RESIKO, MATERIALITAS DAN PROGRAM AUDIT Oleh: Redaktur Wau

Upload: hoangquynh

Post on 03-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

THE

BUILDING

BLOCKS OF

AUDITING

ASERSI MANAJEMEN, TANGGUNG JAWAB AUDITOR,

TUJUAN AUDIT, BUKTI AUDIT, RESIKO, MATERIALITAS

DAN PROGRAM AUDIT

Oleh: Redaktur Wau

Page 2: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

BAB I

PENDAHULUAN

Istilah auditing berasal dari kata “audire” (Bahasa Latin)

yang berarti mendengar. Seorang yang melakukan fungsi

auditing dikenal sebagai auditor, yang pada mulanya adalah

pendengar kritis terhadap suatu pertanggungjawaban yang

dibacakan oleh penanggungjawab suatu badan usaha.

Saat ini, auditor merupakan profesi yang telah berkembang

sesuai kebutuhan. Auditor telah terbagi dalam beberapa jenis

seperti eksternal auditor dan internal auditor. Tujuan

pemeriksaan auditor adalah untuk memeriksa dan memperoleh

keyakinan, apakah kegiatan organisasi usaha dalam hal-hal yang

material sudah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

Untuk mencapai tujuan audit (audit objective), seorang

auditor harus membuat rencana audit yang terdiri dari prosedur-

prosedur yang akan dijalankan. Rencana audit tersebut

dituangkan dalam Audit Program. Dalam perencanaan audit,

harus dipahami terlebih dahulu “the building blocks of auditing”

yang dibagi dalam poin-poin berikut ini:

1. Asersi manajemen dan Tujuan audit.

2. Tanggung jawab auditor.

3. Bukti audit.

4. Risiko, materialitas, bukti audit.

5. Program audit.

Page 3: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Teori Auditing

Untuk dapat memahami dan lebih memperjelas pengertian

auditing secara baik, berikut ini pendapat beberapa ahli

akuntansi:

Menurut Mulyadi (2002:9) secara umum auditing adalah

sebagai berikut: Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan

mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-

pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan

tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-

pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah di tetapkan,

serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang

berkepentingan.

Agoes (2004:1) memberikan definisi dari auditing sebagai

berikut: Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan

sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan

keuangan yang disusun oleh manajemen, beserta catatan-

catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan

tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran

laporan keuangan tersebut.

Arens (2003:1) mengatakan auditing sebagai berikut:

Auditing adalah proses pengumpulan dan pengawasan bahan

bukti tentang informasi yang dapat di ukur mengenai suatu

entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan

independent untuk dapat menentukan dan melaporkan

kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria

Page 4: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh

seorang yang independent dan kompeten.

Dari definisi di atas dapat diambil beberapa kata kunci dari

auditing yaitu: proses pemeriksaan, kritis dan sistematis,

pengumpulan dan evaluasi bukti yang objektif, auditor kompeten

dan independen, kegiatan dan kejadian ekonomi, kriteria yang

ditetapkan, dan kewajaran laporan keuangan.

2.2. Asersi Manajemen dan Tujuan Audit

Asersi merupakan pernyataan manajemen yang

terkandung di dalam komponen laporan keuangan.

Klasifikasi asersi (SA 315 par A111):

1. Asersi tentang golongan transaksi dan peristiwa untuk

periode yang diaudit:

a. Keterjadian (occurence): transaksi dan peristiwa yang

telah terbukukan telah terjadi dan berkaitan dengan

entitas.

b. Kelengkapan (completeness): seluruh transaksi dan

peristiwa yang seharusnya terbukukan telah dicatat.

c. Keakurasian (accuracy): jumlah-jumlah dan data lainnya

yang berkaitan dengan transaksi dan peristiwa yang telah

dibukukan telah dicatat dengan tepat.

d. Pisah batas (cut-off): transaksi dan peristiwa telah

dibukukan dalam periode akuntansi yang tepat.

e. Klasifikasi (classification): transaksi dan peristiwa telah

dibukukan dalam akun yang tepat.

2. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode:

a. Eksistensi (existence): aset, liabilitas, dan ekuitas ada.

Page 5: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

b. Hak dan kewajiban (rights and obligations): entitas

memiliki atau mengendalikan hak atas aset dan memiliki

kewajiban atas liabilitas.

c. Kelengkapan (completeness): seluruh aset, liabilitas, dan

ekuitas yang seharusnya terbukukan telah dicatat.

d. Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation):

aset, liabilitas, dan ekuitas tercantum dalam laporan

keuangan pada jumlah yang tepat dan penyesuaian

penilaian atau pengalokasian yang terjadi dibukukan

dengan tepat.

3. Asersi tentang Asersi tentang penyajian dan pengungkapan:

a. Keterjadian serta hak dan kewajiban (occurrence and

rights and obligations): peristiwa, transaksi, dan hal-hal

lainnya yang diungkapkan, telah terjadi dan berkaitan

dengan entitas.

b. Kelengkapan (completeness): seluruh pengungkapan yang

seharusnya tercantum dalam laporan keuangan telah

disajikan.

c. Klasifikasi dan keterpahaman (classification and

understandability): informasi keuangan disajikan dan

dijelaskan secara tepat, serta pengungkapan disajikan

dengan jelas.

d. Keakurasian dan penilaian (accuracy and valuation):

informasi keuangan dan informasi lainnya diungkapkan

secara wajar dan pada jumlah yang tepat.

Tujuan audit umum dan tujuan audit khusus yang terkait

dengan asersi manajemen akan memberikan kerangka kerja

untuk mengumpulkan bahan bukti audit yang kompeten dan

cukup.

Page 6: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

Tabel

Hubungan Asersi Manajemen dan Tujuan Umum Audit

Asersi Manajemen Tujuan Umum Audit

Keberadaan atau

keterjadian

Aset dan liabilitas entitas ada pada tanggal

tertentu, dan transaksi pendapatan dan biaya

terjadi dalam periode tertentu

Kelengkapan Semua transaksi dan semua rekening yang

seharusnya telah disajikan dalam laporan

keuangan

Hak dan kewajiban Aset adalah hak entitas dan utang adalah

kewajiban entitas pada tanggal tertentu

Penilaian atau

alokasi

Komponen aset, utang, pendapatan dan biaya

telah disajikan dalam laporan keuangan pada

jumlah yang semestinya

Penyajian dan

pengungkapan

Komponen tertentu dalam laporan keuangan

telah digolongkan, digambarkan, dan

diungkapkan secara semestinya

Tabel

Hubungan Asersi Manajemen dan Tujuan Khusus Audit

Asersi Manajemen Tujuan audit spesifik berkait transaksi

yang diterapkan pada penjualan

Keberadaan atau

keterjadian

Penjualan yang dicatat adalah untuk

pengiriman kepada konsumen yang benar-

benar ada.

Kelengkapan Transaksi penjualan yang ada seluruhnya telah

dicatat.

Penilaian atau

alokasi

Penjualan yang dicatat adalah sejumlah

barang yang dikirim dan ditagih serta dicatat

Page 7: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

dengan benar.

Hak dan Kewajiban Transaksi Penjualan di klasifikasikan dengan

tepat.

Penjualan dicatat pada tanggal yang benar.

Penyajian dan

Pengungkapan

Transaksi penjualan dicatat dalam buku

tambahan dengan benar dan diikhtisarkan

dengan benar.

2.3. Tanggung Jawab Auditor

Berdasarkan PSA No.02 seksi 110, auditor mempunyai

tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit

untuk memperoleh keyakinan memadai (reasonable assurance)

tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material,

baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh

karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor

dapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak,

bahwa salah saji material terdeteksi. Auditor tidak bertanggung

jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna

memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang

disebabkan oleh kekeliruan atau kecuranga, yang tidak material

terhadap laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan tanggung jawab

manajemen. Tanggung jawab auditor adalah untuk menyatakan

pendapat atas laporan keuangan. Manajemen bertanggung

jawab untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang sehat dan

untuk membangun dan memelihara pengendalian intern yang

ada, diantaranya mencatat, mengolah, meringkas, dan

melaporkan transaksi (termasuk peristiwa dan kondisi) yang

konsisten dengan asersi manajemen yang tercantum dalam

Page 8: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

laporan keuangan. Transaksi entitas dan aset, liabilitas dan

ekuitas yang terkait adalah berada dalam pengetahuan dan

pengendalian langsung manajemen. Pengetahuan auditor

tentang masalah dan pengendalian intern tersebut terbatas pada

yang diperoleh melalui audit. Oleh karena itu, penyajian secara

wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia merupakan bagian yang tersirat dan terpadu dalam

tanggung jawab manajemen.

Auditor Independen dapat memberikan saran tentang

bentuk dan isi laporan keuangan atau membuat draft laporan

keuangan, seluruhnya atau sebagian, berdasarkan informasi dari

manajemen dalam pelaksanaan audit. Namun, tanggung jawab

auditor atas laporan keuangan terbatas pada pernyataan

pendapatnya atas laporan keuangan tersebut.

Berikut beberapa istilah yang disebutkan dalam tanggung

jawab auditor:

1. Salah saji material dan tidak material

Dianggap material bila gabungan berbagai kekeliruan yang

belum terkoreksi dan kecurangan dalam laporan keuangan

dapat mengubah atau mempengaruhi berbagai keputusan

pengguna laporan keuangan.

2. Keyakinan yang memadai

Auditor bertanggungjawab untuk merencanakan dan

melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan memadai

bahwa laporan keuangan terbebas dari salah saji material.

Laporan auditor yang berisi tentang pendapat auditor atas

laporan keuangan didasarkan pada konsep perolehan

keyakinan memadai. Suatu audit tidak memberikan jaminan

atas akurasi laporan keuangan.

Page 9: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

Auditor bertanggung jawab atas tingkat keyakinan yang

memadai tetapi tidak mutlak karena:

a. Mayoritas bukti audit berasal dari pengujian sampel atas

populasi.

b. Berbagai penyajian akuntansi terdiri dari sejumlah taksiran

yang kompleks, yang mengandung sejumlah

ketidakpastian serta dapat mempengaruhi berbagai

peristiwa yang akan datang.

c. Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan

seringkali sangat sulit dibuktikan, khususnya saat terdapat

suatu kolusi dalam manajemen perusahaan.

3. Kekeliruan dan Kecurangan

Kekeliruan merupakan kesalahan penyajian atas laporan

keuangan yang tidak disengaja (unintentionally), meliputi

kekeliruan dalam pengumpulan atau pengolahan data

akuntansi yang menjadi sumber penyusunan laporan

keuangan; estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang

timbul dari kecerobohan atau salah tafsir fakta; dan/atau

Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan

dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau

pengungkapan.

Kecurangan merupakan kesalahan penyajian yang disengaja

(intentionally), yaitu:

a. Penggelapan aset (misappropriation of assets).

b. Kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial

reporting).

4. Skeptism Profesional

Merupakan sikap dimana auditor tidak boleh mengasumsikan

bahwa manajemen bersikap tidak jujur, tetapi kemungkinan

Page 10: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

bahwa mereka telah bersikap tidak jujur harus tetap

dipertimbangkan.

Tanggung jawab auditor dalam mendeteksi pelanggaran

hukum:

a. Menentukan apakah suatu tindakan klien itu dipandang

sebagai pelanggaran hukum, biasanya hal tersebut berada

diluar kompetensi profesional auditor.

b. Auditor harus mendeteksi dan melaporkan salah saji akibat

tindakan melanggar hukum yang berdampak langsung dan

material terhadap jumlah dan kecukupan pengungkapan

dalam laporan keuangan.

2.4. Bukti Audit

Menurut Arrens dan Loebbecke (2003), “bukti audit adalah

setiap informasi yang digunakan oleh auditor dalam menentukan

kesesuian informasi yang sedang diaudit dengan kriteria yang

ditetapkan.”

Bukti audit merupakan semua media informasi yang

digunakan oleh auditor untuk mendukung argumentasi,

pendapat atau simpulan dan rekomendasinya dalam meyakinkan

tingkat kesesuaian antara kondisi dengan kriterianya. Tidak

semua informasi bermanfaat bagi audit, karena itu informasi

harus dipilih. Pedoman pemilihan informasi yang akan digunakan

sebagai bukti audit adalah bahwa informasi tersebut harus andal

sehingga mampu meyakinkan pihak lain.

Bukti audit didasarkan pada Standar pekerjaan lapangan

ketiga yang berbunyi: "Auditor harus memperoleh cukup bukti

yang tepat dengan melakukan prosedur audit agar memiliki

dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut

Page 11: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

laporan keuangan yang diaudit".

Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalah

menentukan jenis dan jumalah bukti audit yang tepat, yang

diperlukan untuk memenuhi keyakinan bahwa komponen

laporan keuangan klien dan keseluruhan laporan telah disajikan

secara wajar, dan bahwa klien menyelenggarakan pengendalian

internal yang efektif atas laporan keuangan.

Ada empat keputusan mengenai bukti apa yang harus

dikumpulkan dan berapa banyak, yaitu:

1. Prosedur audit yang akan digunakan;

2. Berapa ukuran sampel yang akan dipilih untuk prosedur

tersebut;

3. Item-item mana yang akan dipilih dari populasi;

4. Kapan melaksanakan prosedur tersebut.

Dua penentu persuasivitas bukti audit adalah ketepatan

dan kecukupan bukti, yang langsung diambil dari standar

pekerjaan lapangan.

1. Ketepatan Bukti

Ketepataan bukti adalah ukuran mutu bukti yang berarti

relevansi dan reliabilitasnya memenuhi tujuan audit untuk

kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang

berkaitan. Jika suatu bukti dianggap sangat tepat, hal itu akan

sangat membantu dalam meyankinkan auditor bahwa laporan

keuangan telah disajikan secara wajar.

a. Relevansi Bukti

Bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit yang akan

diuji oleh auditor sebelum bukti tersebut dianggap tepat.

Sebagai contoh, anggaplah auditor prihatin bahwa klien

belum menagih pelanggan atas barang yang dikirim (tujuan

Page 12: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

transaksi kelengkapan). Jika auditor memilih suatu sampel

dari salinan faktur penjualan dan menelusuri setiap salinan

tersebut ke dokumen pengiriman terkait, bukti tersebut

tidak relevan dengan tujuan kelengkapan dan dengan

demikian bukan merupakan bukti yang tepat untuk tujuan

tersebut. Prosedur yang relevan adalah menelusuri sampel

dokumen pengiriman ke salinan faktur penjualan terkait

untuk menentukan apakah setiap pengiriman barang

tersebut telah ditagihkan.

b. Reliabilitas Bukti

Reliabilitas bukti mengacu pada tingkat dimana bukti

tersebut dianggap dapat dipercaya atau layak dipercaya.

Reliabilitas tergantung pada enam karakteristik bukti yang

dapat diandalkan berikut:

1) Independensi penyedia bukti

Bukti yang diperoleh dari sumber luar entitas lebih dapat

diandalkan daripada yang diperoleh dari dalam entitas.

Komunikasi dari bank, pengacara, atau para pelanggan

umumnya lebih dapat diandalkan daripada jawaban yang

diperoleh dari wawancara dengan klien.

2) Efektivitas pengendalian internal klien

Jika pengendalian internal klien efektif, bukti audit yang

diperoleh lebih dapat diandalkan daripada jika

pengendalian internalnya lemah.

3) Pengetahuan langsung auditor

Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui

pmeriksaan fisik, observasi, penghitungan ulang dan

inspeksi akan lebih dapat diandalkan daripada informasi

yang diperoleh secara tidak langsung.

Page 13: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

4) Kualifikasi individu yang menyediakan informasi

Meskipun sumber informasi bersifat independen, bukti

audit tidak akan dapat diandalkan kecuali individu yang

menyediakan informasi tersebut memenuhi kualifikasi

untuk itu. Karena itu, komunikasi dengan pengacara dan

konfirmasi bank umumnya lebih bernilai daripada

konfirmasi piutang usaha dari orang-orang yang kurang

memahami dunia bisnis.

5) Tingkat objektivitas

Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan daripada bukti

yang memerlukan pertimbangan tertentu untuk

menentukan apakah bukti tersebut benar. Contoh-

contoh bukti yang objektif meliputi konfirmasi piutang

usaha dan saldo bank, perhitungan fisik sekuritas dan

kas, serta perhitungan saldo utang usaha untuk

menentukan apakah data tersebut sesuai dengan saldo

yang ada pada buku besar.

6) Ketepatan waktu

Ketepatan waktu audit dapat merujuk pada kapan bukti

itu dikumpulkan maupun pada periode yang tercakup

oleh audit itu. Bukti ini biasanya lebih dapat diandalkan

untuk akun-akun neraca apabila diperoleh sedekat

mungkin dengan tanggal nerca. Untuk akun-akun laporan

laba rugi, bukti yang diperoleh akan lebih dapat

diandalkan jika sampel dari keseluruhan periode yang

diaudit, seperti sampel acak transaksi penjualan dari

setahun penuh, bukan hanya dari sebagian periode,

seperti sampel yang terbatas pada 6 bulan pertama saja.

Page 14: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

2. Kecukupan Bukti Audit

Hal ini berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus

dikumpulkan oleh auditor. Faktor yang mempengaruhi

pertimbangan auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya

bukti audit adalah:

a. Materialitas dan Resiko Akun yang saldonya besar dalam

laporan keuangan diperlukan jumlah bukti audit yang lebih

banyak bila dibandingkan dengan akun yang bersaldo tidak

material. Untuk akun yang mempunyai kemungkinan tinggi

untuk disajikan salah dalam laporan keuangan, jumlah bukti

audit yang dikumpulkan oleh auditor umumnya lebih banyak

bila dibandingkan dengan akun yang memilliki kemungkinan

kecil salah saji.

b. Faktor Ekonomi. Faktor ekonomi melihat dari segi waktu

dan biaya. Jika dalam memeriksa jumlah bukti yang lebih

sedikit dapat diperoleh keyakinan yang sama tingginya

dengan pemeriksaan terhadap keseluruhan bukti, aditor

memilih untuk memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit.

c. Ukuran dan karakteristik populasi. Ukuran populasi

ditentukan banyaknya item dalam populasi. Semakin besar

populasi semakin banyak bukti yang diperlukan.

Karakteristik populasi ditentukan oleh homogenitas anggota

populasi. Jika homogen, jumlah bukti audit yang dipilih lebih

kecil dibandingkan dengan populasi yang heterogen.

Dalam memutuskan prosedur-prosedur audit manakah

yang akan digunakan, auditor dapat memilihnya dari ketujuh

kategori umum bukti audit. Menurut Arens dan Loebbecke

(2003) kategori-kategori ini, dikenal sebagai jenis-jenis bukti

yaitu sebagai berikut:

Page 15: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

1. Pengujian Fisik (Physical Examination)

Pengujian fisik adalah inspeksi atau perhitungan yang

dilakukan oleh auditor atas aktiva yang berwujud (tangible

asset). Jenis bukti ini sering berkaitan dengan persediaan dan

kas, tetapi dapat pula diterapkan untuk berbagai verifikasi

atas surat berharga, surat piutang, serta aktiva tetap yang

berwujud. Perbedaan antara pengujian fisik atas aktiva,

seperti surat berharga yang diperdagangkan dan kas, serta

pengujian atas berbagai dokumen, seperti cek-cek yang

dibatalkan dan berbagai dokumen penjualan, sangatlah

penting bagi berbagai tujuan audit. Jika obyek yang diuji,

seperti selembar faktur penjualan umpamanya, tidak memiliki

nilai inheren, maka bukti audit itu disebut sebagai

dokumentasi.

2. Konfirmasi (Confirmation)

Konfirmasi menggambarkan penerimaan tanggapan baik

secara tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang

independen yang memverifikasikan keakuratan informasi

sebagaimana yang diminta oleh auditor. Permintaan ini

ditujukan bagi klien, dan klien meminta pihak ketiga yang

independen untuk memberikan tanggapannya secara langsung

kepada auditor. Karena konfirmasi-konfirmasi ini datang dari

berbagai sumber yang independen terhadap klien, maka jenis

bukti audit ini sangatlah dihargai dan merupakan jenis bukti

yang paling sering digunakan. SAS 67 (AU 330)

mengidentifikasikan dua jenis permintaan konfirmasi-

konfirmasi positif dan negatif. Konfirmasi positif meminta

penerima untuk merespon dalam semua keadaan. Sebaliknya,

dengan konfirmasi negatif penerima diminta untuk merespon

Page 16: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

hanya saat tidak benar. Karena konfirmasi dianggap bukti

penting hanya saat dikembalikan, konfirmasi negatif adalah

kurang kompeten daripada konfirmasi positif. Selain

konfirmasi positif dan negative terdapat juga konfirmasi

kosong (blank confirmation) yang meminta penerima untuk

mengisi informasi yang dibutuhkan auditor dan

mengirimkannya kembali. Konfirmasi ini sering digunakan

untuk memperoleh informasi-informasi lain yang tidak

terbatas pada informasi yang diingini auditor, seperti informasi

mengenai rekening yang diblok bank.

3. Dokumentasi (Documentation)

Dokumentasi adalah pengujian auditor atas berbagai dokumen

dan catatan klien untuk mendukung informasi yang tersaji

atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan. Berbagai

dokumen yang diuji oleh auditor adalah catatan-catatan yang

dipergunakan oleh klien untuk menyediakan informasi bagi

pelaksanaan bisnis yang terorganisasi. Karena pada umumnya

setiap transaksi dalam organisasi klien ini minimal didukung

oleh selembar dokumen, maka jenis bukti audit ini tersedia

dalam jumlah besar. Dokumen-dokumen secara sederhana

dapat diklasifikasikan sebagi dokumen internal dan eksternal.

Dokumen internal adalah dokumen yang dipersiapkan dan

dipergunakan dalam organisasi klien sendiri serta tidak

pernah disampaikan kepada pihak-pihak di luar organisasi

seperti pelanggan atau pemasok klien. Contohnya: salinan

faktur penjualan. laporan waktu kerja karyawan, serta laporan

penerimaan persediaan. Dokumentasi eksternal adalah

dokumen yang pernah berada dalam genggaman seseorang di

luar organisasi yang mewakili pihak yang menjadi klien dalam

Page 17: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

melakukan transaksi, tetapi dokumen tersebut saat ini berada

di tangan klien atau dengan segera dapat diakses oleh klien.

Dalam beberapa kasus, dokumen-dokumen eksternal berasal

dari luar organisasi klien dan berakhir di tangan klien.

Contohnya: faktur-faktur dari pemasok, surat utang yang

dibatalkan, serta polis-polis asuransi. Dokumen lainnya seperti

cek-cek yang ditangguhkan, diterbitkan oleh klien, dikirimkan

ke pihak luar, dan akhirnya kembali lagi ke tangan klien.

4. Prosedur Analitis (Analytical Procedures)

Prosedur analitis menggunakan berbagai perbandingan dan

hubungan-hubungan untuk menilai apakah saldo-saldo akun

atau data lainnya nampak wajar. Contoh atas hal ini adalah

perbandingan persentase antara laba kotor yang diperoleh

selama tahun berjalan terhadap laba kotor yang diperoleh

pada tahun sebelumnya. Prosedur analitis digunakan secara

luas dalam praktek dan penggunaan prosedur tersebut telah

meningkat dengan tersedianya komputer untuk melakukan

perhitungan. Dewan Standar Audit telah menyimpulkan bahwa

prosedur analitis adalah begitu penting sehingga mereka

dibutuhkan selama fase perencanaan dan penyelesaian atas

semua audit.

5. Wawancara kepada Klien (Inquiris of The Client)

Wawancara adalah upaya untuk memperoleh informasi baik

secara lisan maupun tertulis dari klien sebagai tanggapannya

atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh auditor.

Walaupun banyak bukti yang diperoleh dari klien berasal dari

hasil wawancara ini, bukti tersebut tidak dapat dinyatakan

sebagai bukti yang meyakinkan karena tidak diperoleh dari

sumber yang independen dan barangkali cenderung

Page 18: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

mendukung pihak klien. Oleh karena itu, saat auditor

memperoleh bukti dari hasil wawancara ini, maka pada

umumya merupakan suatu keharusan bagi auditor untuk

memperoleh bukti audit lainnya yang lebih meyakinkan

melalui berbagai prosedur lainnya.

6. Hitung Uji (Reperformance)

Hitung uji melibatkan pengujian kembali berbagai perhitungan

dan transfer informasi yang dibuat oleh klien pada suatu

periode yang berada dalam periode audit pada sejumlah

sampel yang diambil auditor. Pengujian kembali atas berbagai

ini terdiri dari pengujian atas keakuratan aritmatis klien. Hal

ini mencakup sejumlah prosedur seperti pengujian perkalian

dalam faktur-faktur penjualan dan persediaan, penjumlahan

dalam jurnal-jurnal dan catatan-catatan pendukung, serta

menguji perhitungan atas beban depresiasi dan beban dibayar

di muka. Pengujian kembali atas berbaga transfer informasi

mencakup penelusuran nilai-nilai untuk memperoleh

keyakinan bahwa pada saat informasi tersebut dicantumkan

pada lebih dari satu tempat, maka informasi tersebut

dicantumkan pada lebih dari satu tempat, maka informasi

tersebut selalu dicantumkan pada lebih dari satu tempat,

maka informasi tersebut selalu dicatat dalam nilai yang sama

pada setiap saat.

7. Observasi (Observation)

Observasi adalah penggunaan indera perasa untuk menilai

aktivitas-aktivitas tertentu. Sepanjang proses audit, terdapat

banyak kesempatan bagi auditor untuk mempergunakan

indera penglihatan, pendengaran, perasa, dan penciumannya

dalam mengevaluasi berbagai item yang sangat beraneka

Page 19: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

ragam. Sebagai contoh, auditor dapat melakukan tur ke

ruang pabrik untuk memperoleh suatu pandangan umum akan

berbagai fasilitas yang dimiliki klien, mengamati apakah

peralatan yang ada sudah banyak berkarat sehingga ia dapat

mengevaluasi apakah peralatan tersebut sudah usang atau

belum, serta mengamati para individu yang melaksanakan

tugas-tugas akuntansi untuk memperoleh keyakinan apakah

individu yang diserahi tanggung jawablah yang melaksanakan

tugas tersebut.

Standar Auditing menyatakan bahwa dokumentasi audit

adalah catatan utama tentang prosedur auditing yang

diterapkan, bukti yang diperoleh dan kesimpulan yang dicapai

auditor dalam melaksanakan penugasan. Dokumentasi audit

harus mencakup semua informasi yang perlu diperimbangkan

oleh auditor untuk melaksanakan auditor untuk melakukan audit

secara memadai dan untuk mendukung laporan audit.

Dokumentasi audit juga dapat dianggap sebagai kertas kerja,

meskipun semakin banyak dokumentasi audit yang

diselenggarakan dalam file terkomputerisasi.

Tujuan dokumentasi audit secara keseluruhan adalah

untuk membantu auditor dalam memberikan kepastian yang

layak bahwa audit yang memadai telah dilakukan sesuai dengan

standar audit. Secara lebih khusus, dokumentasi audit, yang

berkaitan dengan audit tahun berjalan, memberikan:

1. Dasar bagi perencanaan audit.

2. Catatan bukti yang dikumpulakan dan hasil pengujian.

3. Data untuk menentukan jenis Laporan Audit yang tepat.

4. Dasar bagi reviu oleh supervisor dan partner.

Page 20: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

a. Persayaratan Untuk Menyimpan Dokumentasi Audit

Seperti yang dipersyaratkan oleh Sarbanes-Oxley Act, SEC

telah mengeluarkan aturan final tentang penyimpanan

catatan audit dan review yang mewajibakan auditor

perusahaan public untuk menyelenggarakan dokumentasi

sebagai berikut:

1) Kertas kerja atau dokumen lain yang membentuk dasar

bagi audit atas laporan keuangan tahunan perusahaan atau

review atas laporan keuangan kuartalan perusahaan.

2) Memo, korespondensi, komunikasi, dokumen biru, dan

catatan termasuk catatan elektronik, yang memenuhi

kriteria sebagai berikut:

a) Fakta-fakta yang dibuat, dikirimkan, dan diterima dalam

kaitannya dengan audit atau review.

b) Fakta-fakta yang berisi kesimupalan, pendapat, analisis,

atau data keuangan yang berkaitan dengan atau review

b. Isi Dokumentasi Audit

1) File Permanen (permanent file), berisi data yang bersifat

historis atau berlanjut yang bersangkutan dengan audit

saat ini. File ini menjadi sumber informasi tentang audit

yang terus penting adanya dari tahun ke tahun. File

permanen umumnya meliputi hal-hal berikut:

a) Kutipan atau salinan dari dokumen perusahaan yang

terus penting artinya seperti akte pendirian, anggaran

rumah tangga, perjanjian obligasi dan kontrak.

b) Analisis atas tahun-tahun sebelumnya yang terus

penting artinya bagi auditor. Mencakup akun seperti

utang jangka panjang, akun ekuitas pemegang saham,

goodwill dan aktiva tetap.

Page 21: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

c) Informasi yang berhubungan dengan pemahaman atas

pengendalian internal dan penilaian risiko pengendalian.

Informasi ini mencakup bagan organisasi, bagan arus,

kuesioner dan informasi tentang pengendalian internal

lainnya.

d) Hasil prosedur analitis dari audit tahun nsebelumnya.

Diantara data ini terdapat rasio dan persentase yang

dihitung oleh auditor dan total saldo atau saldo per

bulan untuk akun tertentu.

2) File Tahun Berjalan (current file), mencakup semua

dokumentasi audit yang dapat diterapkan pada tahun yang

diaudit. Berikut ini adalah jenis informasi yang sering

tercakup dalam arsip tahun berjalan:

a) Program Audit.

b) Informasi Umum.

c) Neraca Saldo Berjalan.

d) Ayat Jurnal Penyesuaian dan Reklasifikasi.

e) Skedul pendukung, yang terdiri dari analisis, neraca

saldo atau daftar, rekonsiliasi jumlah, pengujian

kelayakan, ikhtisar prosedur, pemeriksaan dokumen

pendukung, informasional dan dokumentasi dari luar.

c. Penyusunan Dokumentasi Audit

Walaupun rancangannya bergantung pada tujuan yang ingin

dicapai, dokumentasi audit harus memiliki karakteristik

sebagai berikut:

1) Setiap file audit harus diidentifikasi secara wajar dengan

informasi, seperti nama klien, periode yang dicakup,

gambaran tentang isi, tanda tangan orang yang

menyiapakan, tanggal persiapan dan kode indeks.

Page 22: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

2) Dokumentasi audit harus memiliki indeks dan referensi

silang untuk membantu pengaturan dan pengarsipannya.

3) Dokumentasi audit yang lengkap harus dengan jelas

menunjukkan pekerjaan audit yang dilakukan, yang dpat

dicapai dengan tiga cara: dengan pernyataan tertulis

dalam bentuk memorandum, dengan menandatangani

prosedur audit dalam program audit, dan dengan notasi

langsung pada skedul.

4) Dokumentansi audit harus meliputi informasi yang cukup

untuk memenuhi tujuan yang telah dirancang.

5) Kesimpulan yang dicapai tentang segmen audit yang

dipertimbangkan harus dinyatakan dengan jelas.

2.5. Materialitas

Materialitas mendasari penerapan standar auditing,

terutama yang berkaitan dengan penerapan standar pekerjaan

lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan

auditor bentuk baku. Materialitas dan risiko sangat fundamental

bagi perencanaan audit dan perancangan pendekatan audit.

Risiko audit dan materialitas , bersama dengan hal-hal lain, perlu

dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup

prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur.

Financial Accounting Standard Board (FASB)

mendefinisikan materialitas sebagai : “Besarnya suatu

penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan

memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang

dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi

tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau

salah saji tersebut.”

Page 23: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

Definisi diatas mengharuskan auditor untuk

mempertimbangkan keadaan-keadaan yang berhubung dengan

satuan usaha (perusahaan klien), dan informasi yang diperlukan

oleh mereka yang akan mengandalkan pada laporan keuangan

yang telah diaudit. Karena tanggung jawab menentukan apakah

laporan keuangan salah saji secara material, auditor harus,

berdasarkan temuan salah saji yang material, menyampaikan hal

itu kepada klien sehingga bisa dilakukan tindakan koreksi.

Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik

secara individual atau keseluruhan, adalah penting bagi

kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip

prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sedangkan

beberapa hal lainnya adalah tidak penting.

1. Menetapkan Pertimbangan Awal Materialitas

SAS 107 (AU 312) mengharuskan auditor memutuskan

jumlah salah saji gabungan dalam laporan keuangan, yang

akan mereka anggap material pada awal audit ketika sedang

mengembangkan strategi audit secara keseluruhan.

Keputusan tersebut disebut sebagai pertimbangan

pendahuluan tentang materialitas. Karena, meskipun

merupakan pendapat professional , hal itu mungkin saja

berubah selama penugasan. Pertimbangan ini harus

didokumentasikan dalam file audit.

Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas adalah

jumlah maksimum yang membuat auditor yakin bahwa

laporan keuangan akan salah saji tetapi tidak mempengaruhi

keputusan para pemakai yang bijaksana. Auditor

menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas

untuk membantu merencanakan pengumpulan bukti yang

Page 24: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

tepat. Semakin rendah nilai uang pertimbangan pendahuluan

ini, semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan. Selama

pelaksanaan audit, auditor sering kali mengubah

pertimbangan pendahuluan tentang materialitas.

Beberapa faktor akan mempengaruhi pertimbangan

pendahuluan auditor tentang materialitas untuk seperangkat

laporan keuangan tertentu:

a. Materialitas adalah konsep yang bersifat relatif ketimbang

absolute.

Salah saji material bagi suatu perusahaan belum tentu

material juga bagi perusahaan lain.

b. Dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas

Karena materialitas bersifat relative, diperlukan dasar

untuk menentukan apakah salah saji itu material. Laba

bersih sebelum pajak sering kali menjadi dasar utama

untuk menentukan berapa jumlah material bagi

perusahaan yang berorientasi laba, karena jumlah ini

dianggap sebagai item informasi yang penting bagi para

pemakai.

c. Faktor-faktor kualitatif yang juga mempengaruhi

materialitas, contoh:

1) Jumlah karena ketidakberesan lebih penting daripada

kekeliruan yang tidak disengaja karena ketidakberesan

mencerminkan kejujuran dan keandalan dari pihak

manajemen atau pihak yang terlibat.

2) Kekeliruan yang kecil dianggap material jika

berhubungan dengan kewajiban kontrak.

3) Kekeliruan yang tidak material dapat menjadi material

kalau mempengaruhi kecenderungan laba.

Page 25: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan

materialitas pada dua tingkat berikut ini:

a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas

kewajaran mencakup laporan keuangan sebagai

keseluruhan.

b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo

akun dalam mencapai kesimpulan menyeluruh atas

kewajaran laporan keuangan.

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan

pertimbangan awal tentang materialitas pada setiap tingkat

dijelaskan berikut ini:

a. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan

Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan

materialitas. Pertama auditor menggunakan materialitas

dalam perencanaan audit, kedua pada saat mengevaluasi

bukti-bukti audit dalam pelaksanaan audit. Pada saat

merencanakan audit, auditor perlu membuat estimasi

materialitas karena terdapat hubungan yang terbalik

antara jumlah dalam laporan keuangan yang dipandang

material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang

diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan

keuangan. Jadi auditor harus mempertimbangkan dengan

baik penaksiran materialitas pada tahap perencanaan

audit. Jika auditor menentukan jumlah materialitas terlalu

rendah, auditor akan mengkonsumsi waktu dan usaha

yang sebenarnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika auditor

Page 26: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

menentukan jumlah rupiah materialitas terlalu tinggi

auditor akan mengabaikan salah saji yang signifikan

sehingga ia memberikan pendapat wajar tanpa

pengecualian untuk laporan keuangan yang sebenarnya

berisi salah saji material.

Laporan mengandung salah saji material jika laporan

tersebut berisi kekeliruan atau kecurangan yang

dampaknya, secara indifidual atau secara gabungan.

Dalam perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa

terdapat lebih dari satu tingkat materialitas yang berkaitan

dengan laporan keuangan tersebut. Kenyataannya setiap

laporan keuangan dapat memiliki lebih dari satu

materialitas.

b. Materialitas pada Tingkat Saldo Akun

Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji

minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang

dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas

pada tingkat saldo akun tidakboleh dicampur adukan

dengan saldo akun material. Karena saldo akun material

adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan

konsep materialitas berkaitan dengan jumlah salah saji

yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi

keungangan. Saldo suatu akun yang tercatat umumnya

mencerminkan batas atas lebih saji dalam akun tersebut.

Dalam mempertimbangakan materialitas pada tingkat

saldo akun, auditor harus mempertimbangkan hubungan

antara materialitas tersebut dengan materialitas laporan

keuangan. Pertimbangan ini mengarahkan auditor untuk

merencanakan audit guna mendeteksi salah saji yang

Page 27: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

kemungkinan tidak material secara individual namun, jika

digabungkan dengan salah saji dalam saldo akun yang

lain, dapat material terhadap laporan keuangan secara

keseluruhan.

c. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun

Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas

laporan keuangan di klasifikasikan, penaksiran awal

tentang materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh

dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan ke

akun secara individual. Pengalokasian ini dapat dilakukan

baik untuk akun neraca maupun akun laba-rugi. Namun,

karena hampir semua salah saji laporan laba rugi

mempengeruhi neraca dan karena akun neraca lebih

sedikit banyak auditor melakuan alokasi atas dasar akun

neraca.

Dalam melakukan alokasi, auditor harus

mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji

dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan

untuk memverifikasi akun tersebut.

Alokasi Pertimbangan Pendahuluan Tentang Materialitas Ke

Segmen-Segmen Alokasi pertimbangan pendahuluan

tentang materialitas ke segmen-segmen perlu dilakukan

karena auditor mengumpulkan bukti per segmen dan

bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan.

Berguna untuk membantu auditor dalam memutuskan

jumlah bahan bukti yang cukup untuk dikumpulkan dalam

segmen tersebut, sehingga akan meminimalisasi biaya

audit. Sebagian besar alokasi materialitas pada pos-pos

Page 28: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

neraca karena neraca memiliki lebih sedikit komponen.

Kesulitan materialitas pada akun neraca :

1) Anggapan bahwa akun tertentu lebih banyak kekeliruan

daripada yang lain.

2) Perlunya mempertimbangkan apakah kekeliruan tsb.

lebih saji atau kurang saji.

3) Biaya audit relatif dari prosedur audit yang

mempengaruhi alokasi untuk tiap akun sulit diramalkan.

Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen

audit, auditor membuat kertas kerja untuk mencatat

semua salah saji yang ditemukan. Salah saji yang

ditemukan dalam suatu akun dapat dibedakan menjadi 2

jenis:

1) Salah Saji yang Diketahui adalah salah saji dalam akun

yang jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor.

2) Salah Saji yang Mungkin.

Perhitungan proyeksi langsung estimasi salah saji:

2. Langkah-Langkah Menerapkan Materialitas

Auditor mengikuti lima langkah yang saling terkait erat dalam

menerapkan materialitas.

Langkah-Langkah Dalam Menerapkan Materialistas:

a. Merencanakan luas pengujian

1) Langkah 1, Menetapkan pertimbangan pendahuluan

tentang materialitas.

2) Langkah 2, Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan

tentang materialitas segmen-segmen.

b. Mengevaluasi hasil-hasil

1) Langkah 3, Mengestimasi total salah saji dalam segmen.

Page 29: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

2) Langkah 4, Memperkirakan salah saji gabungan.

3) Langkah 5, Membandingkan salah saji gabungan

dengan pertimbangan pendahuluan

Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila

laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang

dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup

signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan

tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia.Salah saji dapat terjadi sebagai akibat dari

kekeliruan atau kecurangan.

Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang

tidak disengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan

keuangan. Kekeliruan mencakup:

a. Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang

menjadi sumber penyusunan laporan keuangan.

b. Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari

kecerobohan atau salah tafsir fakta.

c. Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang

berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau

pengungkapan.

Dalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak

dapat memberikan jaminan (guarantee) bagi klien atau

pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan

keuangan auditan adalah akurat.

3. Pentingnya Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan

Keuangan

Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat

memberikan jaminan bagi klien atau pemakai laporan

Page 30: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah

akurat karena auditor yang bersangkutan tidak memeriksa

setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan

tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang

terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi

secara semestinya ke dalam laporan keuangan. Oleh karena

itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan

keyakinan (assurance) sebagai berikut:

a. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-

jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta

pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan,

dan dikompilasi.

b. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah

mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai

dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan

keuangan auditan.

c. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk

pendapat (atau memberikan informasi, dalam hal terdapat

perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai

keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat

salah saji material karena kekeliruan dan ketidakberesan.

Dengan demikian ada dua konsep yang mendasari keyakinan

yang diberikan oleh auditor yaitu: konsep materialitas yang

menunjukkan seberapa besar salah sajinya dan konsep risiko

audit yang menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor

untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang

sebenarnya berisi salah saji material.

Page 31: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

2.6. Risiko Audit

Dalam perencanaan audit, auditor harus

mempertimbangkan risiko audit. Menurut SA Seksi 312 Risiko

Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit

adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak

memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu

laporan keuangan yang mengandung salah saji material.

Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin

rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk

menanggungnya.

Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan

keuangan sebagai keseluruhan atas dasar bukti yang diperoleh

dari verivikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara

individual atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk

membatasi risiko audit pada tingkat saldo akun sedemikian rupa

sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam menyatakan

pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan

berada pada tingkat yang rendah.

Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan

tentang ketepatan informasi yang disajikan oleh klien dalam

laporan keuangan mengharuskan auditor mempertimbangkan

baik materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak

memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atau suatu

laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko

audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian :

1. Risiko Audit Keseluruhan (Overall Audit Risk)

Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus

menentukan risiko audit keseluruhan yang direncanakan,

yang merupakan besarnya risiko yang dapat ditanggung oleh

Page 32: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan

disajikan secara wajar, padahal kenyataannya, laporan

keuangan tersebut berisi salah saji material.

2. Risiko Audit Individual

Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap akun-akun

secara individual, risiko audit keseluruhan harus dialokasikan

kepaada akun-akun yang berkaitan. Risiko audit individual

perlu ditentukan untuk setiap akun karena akun tertentu

seringkali sangat penting karena besar saldonya atau

frekuensi transaksi perubahan.

Model Resiko Audit

PDR = Risiko penemuan yang direncanakan (Planned

Detection Risk)

AAR = Risiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit

Risk)

IR = Risiko bawaan (Inherent Risk)

CR = Risiko pengendalian (Control Risk)

a. Risiko penemuan yang direncanakan (Planned Detection

Risk)Yaitu bahwa bahan bukti yang dikumpulkan dalam

segmen gagal menemukan salah saji yang melewati

jumlah yang dapat ditoleransi, kalau salah saji semacam

itu timbul.

b. Risiko Bawaan (Inherent Risk), Penetapan auditor akan

kemungkinan adanya salah saji dalam segmen audit yang

melewati batas toleransi, sebelum memperhitungkan faktor

efektifitas pengendalian intern.

c. Risiko pengendalian (Control Risk), Yaitu ukuran penetapan

auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji)

Page 33: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, yang

tak terdeteksi atau tercegah oleh SPI klien.

d. Risiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit Risk),

yaitu ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa

L/K salah saji secara material walaupun audit telah selesai

dan pendapat WTP telah diberikan. Bersifat subyektif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko usaha sehingga

akan mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima :

1. Tingkat ketergantungan pemakai pada L/K

Jika pemakai memiliki ketergantungan yang besar pada L/K,

maka risiko audit perlu diperkecil. Faktor yang menunjukkan

tingkat ketergantungan:

a. Ukuran perusahaan klien.

b. Distribusi kepemilikan.

c. Jumlah dan sifat kewajiban perusahaan.

2. Kemungkinan akan adanya kesulitan keuangan klien yang

timbul setelah laporan audit diterbitkan.

Dalam hal ini, auditor akan diminta untuk mempertahankan

kualitas audit yang dilaksanakannya, bahkan kemungkinan

akan dituntut di pengadilan. Jika auditor merasa ada

kemungkinan kegagalan finansial atau kerugian besar dan

peningkatan risiko usaha, sebaiknya auditor menurunkan

AAR.

3. Evaluasi auditor atas integritas manajemen.

Jika integritas dipertanyakan maka AAR akan rendah. Jika

integritas rendah, sering timbul konflik dengan pedagang

saham, konsumen, dan aparat negara sehingga akan

mempengaruhi anggapan pemakai atas kualitas audit dan

dapat menyebabkan tuntutan.

Page 34: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

Menetapkan risiko audit yang dapat diterima:

a. Menyelidiki kondisi klien, menilai faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi tingkat ketergantungan pemakai

ekstern terhadap laporan, kemungkinan kegagalan

keuangan setelah audit selesai, dan integritas

manajemen.

b. Auditor menetapkan tingkat risiko sementara yang

bersifat subyektif bahwa L/K berisi salah saji material

setelah audit selesai.

c. Kemungkinan memperoleh informasi tambahan

mengenai klien dan memodifikasi AAR.

d. Risiko Bawaan

e. Model risiko audit mengandung risiko bawaan berarti

auditor harus memprediksi dimanakah salah saji yang

paling mungkin terjadi dan dimana yang

kemungkinannya paling kecil. Informasi ini jumlah

bahan bukti yang akan dikumpulkan dan bagaimana

auditor mengalokasikannya pada segmen-segmen

audit.

f. Risiko bawaan dapat relatif rendah pada kasus tertentu

dan cukup tinggi pada kasus lain.

Faktor-faktor yang harus ditelaah dalam menetapkan

risiko bawaan:

a. Sifat bidang usaha klien.

b. Hubungan istimewa.

c. Integritas manajemen.

d. Transaksi tidak rutin.

e. Motivasi klien.

f. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat.

Page 35: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

g. Hasil audit sebelumnya saldo akun dan transaksi secara

benar.

h. Penugasan pertama atau penugasan ulang.

i. Kerentanan terhadap kecurangan.

j. Unsur-unsur populasi.

Pertimbangan Materialitas Dan Risiko Lainnya:

a. Risiko Audit Untuk Segmen

1) Risiko pengendalian (CR) dan risiko bawaan (IR)

diterapkan secara spesifik untuik tiap siklus, akun,

dan tujuan audit sehingga cenderung berbeda. Risiko

pengendalian berbeda untuk tiap akun tergantung

efektifitas pengendaliannya.

2) AAR diterapkan auditor untuk keseluruhan audit,

konstan untuk tiap siklus dan akun utama.

3) CR dan IR bervariasi sehingga risiko penemuan dan

bahan bukti audit yang diperlukan juga bervariasi,

tergantung situasi secara spesifik.

4) Menghubungkan Salah Saji Yang Dapat Ditoleransi

dan Risiko Dengan Tujuan Audit yang Berhubungan

Dengan Saldo. IR dan CR ditetapkan untuk setiap

tujuan audit, tetapi tidak lazim untuk

mengalokasikan materialitas pada tujuan audit

karena lebih sulit.

b. Keterbatasan Pengukuran

1) Sulit mengukur komponen-komponen dalam model,

sehingga auditor biasanya menggunakan ukuran

kasar yang subyektif (rendah,sedang,tinggi).

2) Sulit mengukur jumlah bahan bukti yang diinginkan

suatu risiko penemuan yang telah ditetapkan.

Page 36: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

PDR dapat diturunkan dengan mengkombinasikan

beberapa prosedur audit, dengan jenis bahan bukti

yang berbeda untuk tujuan audit yang berbeda.

Tidak ada metode pengukuran yang akurat untuk

menentukan pengukuran kuantitatif yang tepat

mengenai kombinasi bahan bukti, tetapi secara

subyektif untuk mengevaluasi kecukupan bahan

bukti untuk memenuhi PDR butuh pertimbangan

profesional.

Kertas kerja Perencanaan Bahan Bukti Pengujian

Terinci Atas Saldo:

a. Menghubungkan pertimbangan yang mempengaruhi

bahan bukti audit dengan bahan bukti yang tepat untuk

dikumpulkan.

b. Kertas kerja perencanaan bahan bukti menunjukkan

bahwa faktor-faktor lain harus dipertimbangkan

sebelum membuat keputusan bahan bukti aktiva.

2.7. Hubungan Antara Materialitas, Risiko Audit dan Bukti

Audit

Berdasarkan pertimbangan biaya-manfaat, auditor tidak

mungkin melakukan pemeriksaan atas semua transaksi yang

dicerminkan dalam laporan keuangan. Auditor harus

menggunakan konsep materialitas dan konsep risiko audit dalam

menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko

audit, dan bukti audit, auditor dapat memilih strategi audit awal

dalam perencanaan audit atas asersi individual atau sekelompok

asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam

Page 37: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

pendekatan, yaitu pendekatan substantif (primarily substantive

approach) dan pendekatan tingkat risiko pengendalian taksiran

rendah (lower assessed level of control risk approach).

Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti

audit, dan risiko audit digambarkan sebagai berikut:

1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan

tingkat meterialitas dikurangi, auditor harus menambah

jumlah bukti audit yang dikumpulkan.

2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan

dan mengurangi jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko

audit menjadi meningkat.

3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit,

auditor dapat menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini:

a. Menambah tingkat materialiras, sementara itu

mempertahankan jumlah bukti audit yang dikumpulkan.

b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan,

sementara itu tingkat materialitas tetap dipertahankan.

c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan

dan tingkat materialitas secara bersama-sama.

2.8. Program Audit

Salah satu tahap audit ialah perencanaan (audit planning).

Tujuan audit planning ialah untuk menentukan pada area mana,

bagaimana, kapan serta oleh siapa (anggota tim yang mana)

audit akan dilakukan. Langkah penting dalam audit planning

mengidentifikasikan faktor risiko.Auditor harus menilai faktor

risiko inheren, misalnya sistem online, network, database, dan

teknologi canggih lainnya memiliki risiko lebih besar daripada

batch processing system (apalagi dibandingkan sistem manual).

Page 38: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

Auditor harus meneliti resiko potensial dengan melakukan

review awal general controls, menilai kelemahan pengendalian

dan mengevaluasi apakah pengendalian tersebut dijalankan.

Tujuan analisis resiko ini untuk membantu auditor agar lebih

fokus audit pada area yang faktor risikonya besar. Untuk itu

auditor menyiapkan rencana kerja audit (audit program)

mengenai batas, jadwal, dan prosedur untuk mencapai sasaran

audit. Setelah audit program disusun dan team auditor telah

dibentuk, selanjutnya para anggota team harus melakukan

pengenalan terhadap sistem yang akan diaudit. Audit Program

merupakan kumpulan dari prosedur audit yang akan dijalankan

dan dibuat secara tertulis

Tujuan Audit Program: membantu Auditor dalam

memberikan perintah kepada asisten mengenai pekerjaan yg

harus dilaksanakan.

Audit Program yang baik harus mencantumkan:

a. Tujuan pemeriksaan.

b. Audit prosedur yg akan dijalankan.

c. Kesimpulan pemeriksaan.

Manfaat Program Audit:

a. Sebagai petunjuk kerja yang harus dilakukan dan

instruksi bagaimana harus menyelesaikan suatu

pemeriksaan.

b. Sebagai dasar untuk koordinasi, pengawasan, dan

pengendalian pemeriksaan.

c. Sebagai dasar penilaian kerja yang dilakukan klien.

Tahap penilaian yang dilakukan oleh auditor dalam

audit ialah:

a. Penelaahan awal.

Page 39: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

b. Penelaahan atau pengujian ketaatan/pengendalian (test

of controls) terhadap general controls, serta

penelaahan/pengujian ketaatan pengendalian aplikasi

(application controls) pada unit pengembang sistem

(developer)

c. Penelaahan/pengujian ketaatan pengendalian aplikasi

pada pemakai (user).

d. Tahap evaluasi hasil penelaahan dan pengujian ketaatan

pengendalian.

e. Tahap perancangan pengujian subtantif (subtantive

test).

f. Tahap pelaporan hasil audit.

Page 40: THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING - dosen.uta45jakarta.ac.iddosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=THE BUILDING BLOCKS OF... · BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori Auditing ... baik yang

DAFTAR PUSTAKA

Elder, R. J., Beasley, M. A, & Arens, A. A. (2010). Auditing and

Assurance Services: An Integrated Approach (13th Ed.). New

Jersey: Preston Prentice Hall.

Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar Profesional Akuntan Publik.

(2001). Salemba Empat