makalah auditing 1
DESCRIPTION
bukti auditTRANSCRIPT
Makalah Auditing 1
“ Bukti Pemeriksaan “
Disusun oleh
1.Massaid Resna H. (C1L011011)2. Hendra Aditya (C1L011012)3. Sarah Fauziah (C1L011014)
Fakultas Ekonomi
Universitas Jenderal Soedirman
2013
PENDAHULUAN
Pengauditan merupakan suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi
bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan- tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan
criteria yang telah ditetepkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Selama audit laporan keuangan, auditor mengumpulkan dan mengevaluasi bukti untuk
membentuk suatu pendapat mengenai apakah laporan keungan sudah mengikuti criteria
tertentu, biasanya prinsip yang berlaku umum. Untuk menyatakan pendapat tersebut, auditor
harus mengurangi tingkat resiko rendah yang dapat diterima bahwa laporan keuangan
mengandung salah saji material. Auditor wajib mengumpulkan bukti yang memadai dan
kompeten untuk memberikan dasar yang memadai bagi pendapat mereka atas laporan
keuangan. Bahan bukti audit terdiri atas data akuntansi dan semua informasi penguat lainnya
yang menguatkan angka-angka yang tertera dalam laporan keuangan. Dalam pelaksanaan
audit, sebagian besar pekerjaan auditor melibatkan pencarian dan pengevaluasian bukti
dengan mamakai tehnik audit seperti : inspeksi dan konfirmasi untuk menguji kewajaran
laporan keuangan.
ISI
Konsep Dasar Bukti Audit
Dari perpektif audit, bahan bukti terdiri atas data akutansi dan semua informasi
mengutkan yang tersedia bagi auditor. Bahan buktilah yang dipakai untuk menguatkan atau
menyangkal suatu asersi. Terdapat empat konsep yang berkaitan dengan bukti audit :
a. Sifat bahan bukti
b. Kecukupan bahan bukti
c. Kompetensi bahan bukti
d. Evaluasi bahan bukti
Sifat Bahan Bukti
Bahan bukti terdiri atas data akuntansi yang mendasari dan informasi menguatkan
yang tersedia bagi auditor. Data akuntansi yang medasari yang dapat dipakai sebagai bukti
untuk menguji tujuan audit meliputi jurnal (termasuk buku besar dan buku pembantu), buku
manual akuntansi, dan catatan seperti kertas kerja dan lembar kerja yang mendukung angka-
angka dalam laporan keuangan. Data tersebut sering dalam bentuk elektronik. Informasi yang
menguatkan (corborating information) mencakup informasi tertulis dan elektronik seperti cek,
catatan transfer elektronik, faktur, kontrak, notula rapat, konfirmasi, dan representasi tertulis.
Bukti yang menguatkan juga dikorek oleh auditor melalui permintaan keterangan,
pengamatan, inspeksi, dan pemeriksaan fisik.
Bagi beberapa entitas, data akuntansi dan bahan bukti audit penguat boleh jadi hanya
tersedia dalam bentuk elektronik. Misalnya, pesan elektronik (electronic message) ataupun
citra elektronik (electronic image). Dua contoh yang lazim adalah pertukaran data elektronik
(electronic data interchange, EDI) dan pengolahan citra. Klien yang mengaplikasikan EDI
sanggup mengolah transaksi penjualan dan pembelian secara elektronis. Dalam system
pengolahan citra (image processing system), dokumen dipindai dan dikonversikan ke dalam
citra elektronik guna memfasilitasi penyimpanan dan referensi, dan dokumen sumber
barangkali tidak disimpan setelah pengkonversian tadi. Dalam system seperti itu, bukti
elektronik mungkin hanya ada pada suatu saat tertentu dan barangkali tidak bisa diambil ulang
dibelakangan hari.
Kecukupan Bahan Bukti
Bukti yang cukup (sufficient evidence) adalah bukti yang memadai untuk mendukung
pendapat auditor atas laporan keuangan. Kecukupan bukti terutama diukur oleh banyaknya
sampel yang dipilih auditor. Banyak dan jenis bahan bukti ditentukan oleh pertimbangan
profesional auditor. Dalam menakar kecukupan bukti, auditor bergantung pada materialitas
dan resiko audit untuk saldo akun atau golongan transaksi guna menentukan lingkup audit.
Bukti dianggap bersifat mengarahkan (persuasive) manakala mencukupi dalam
kuantitas dan kualitasnya sehingga memungkinkan auditor menarik kesimpulan. Pada
umumnya auditor bergantung pada bukti bersifat mengarahkan (persuasive evidence)
ketimbang bukti bersifat meyakinkan (convicing evidence) dalam memformulasi pendapatnya
terhadap laporan keuangan. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena auditor menarik
kesimpulan mengenai akun atau golongan transaksi berdasarkan subset dari bukti yang
tersedia. Kedua, disebabkan oleh sifat bukti, auditor acapkali harus bergantung pada bukti
yang tidak sepenuhnya andal. Ragam bukti audit memiliki tingkat keandalan yang berlainan
dan, bahkan bukti yang andal sekalipun memiliki kelemahan juga.
Kompetensi Bahan Bukti
Sahih. Bukti kompeten adalah bukti yang sahih dan relevan. Kesahihan bukti
merupakan fungsi tiga kualitas:
Independen sumber bukti. Bukti yan diperoleh secara langsung oleh auditor dari
sumber diluar entitas pada umumnya dianggap lebih andal ketimbang bukti yang
dperoleh dari dalam entitas.
Efektivitas pengendalian internal. Tujuan utama pengendalian internal klien adalah
untuk menghasilkan informasi yang andal guna membantu proses pengambilan
keputusan manajemen. Sebagai bagian audit, efektivitas pegendalian internal klien
dievaluasi oleh auditor. Oleh karena itu, semakin kokoh pengendalian internal klien,
maka semakin tinggi keyakinan yang diberikan menyangkut keandalan bukti audit.
Pengetahuan pribadi langsung auditor. Bukti yang digali secara langsung oleh
auditor pada umumnya dianggap lebih andal ketimbang bukti yang diperoleh secara
tidak langsung melalui cara lainnya. Contohnya, pemeriksaan fisik yang dilakukan
auditor terhadap persediaan klien dianggap relative andal karena auditor memiliki
pengetahuan pribadi langsung mengenai persediaan.
Relevan. Kompetensi bukti tergantung pada relevansinya dengan tujuan audit yang
sedang diuji. Supaya relevan, bukti harus mempengaruhi kemampuan auditor untuk
memerima atau menolak asersi laporan keuangan tertentu. Auditor menarik kesimpulan atas
kewajaran penyajian laporan keuangan secara keseluruhan melalui serangkaian evaluasi yang
dibuat selama audit perihal asersi laporan keuangan tertentu. Setiap bukti yang dikumpulkan
lalu dievaluasi dari segi manfaatnya bagi auditor untuk menguatkan maupun menentang asersi
oleh menejemen. Relevansi menejemen diukur dari sejauh mana faedahnya bagi tujuan
tersebut.
Evaluasi Bahan Bukti
Dalam mengevaluasi bukti, auditor harus melakukan pencarian seksama terhadap
bukti dan tidak bias dalam evaluasinya. Ketika mengevaluasi bukti, auditor mesti tetap
obyektif dan tidak memperkenankan evaluasi yang dilakukannya menjadi bias oleh
pertimbangan lainnya. Misalnya, dalam mengevaluasi respons klien kepada permintaan
keterangan, auditor tidak boleh membiarkan factor pribadi mempengaruhi evaluasi respons
klien tadi.
JENIS BUKTI AUDIT
Terdapat enam jenis bukti audit yang tersedia bagi auditor untuk menguatkan tujuan audit:
Bukti fisik
Representasi oleh pihak ketiga
Bukti matematis
Dokumentasi
Representasi oleh karyawan klien
Saling hubungan diantara data
Bukti Fisik (Physical Evidence)
Bukti fisik (physical evidence) adalah bukti yang benar-benar dapat dilihat oleh
auditor. Bukti fisik terdiri atas dua jenis: pemeriksaan aset dan pengamatan atau observasi
aktivitas-aktivitas klien. Sebagai contoh, keberadaan aktiva tetap seperti mobil, bangunan,
mesin pabrik, dan peralatan kantor dapat secara meyakinkan ditetapkan melalui pemeriksaan
fisik (physical examination). Dalam pemeriksaan fisik maupun observasi pada umumnya
perlu dilengkapi oleh tipe bukti lainnya untuk menentukan kepemilikan, penilaian yang benar,
dan kondisi aktiva tersebut. Bagi beberapa jenis aktiva, seperti piutang usaha dan aktiva tidak
berwujud tidak dapat diverifikasi melalui bukti fisik.
Representasi oleh Pihak Ketiga (Representations by Third Parties)
Representasi oleh pihak ketiga merupakan bukti yang dikumpulkan auditor melalui
korespondensi langsung dengan orang atau entitas selain klien. Auditor sering meminta
representasi dari pihak ketiga berikut:
Pelanggan: untuk mengkorfirmasi saldo piutang usaha klien.
Pemasok: untuk mengkorfimasi saldo utang usaha klien.
Bank: untuk mengkorfirmasi saldo rekening giro, saldo wesel, dan informasi
klien lainnya.
Pengacara: untuk mengkorfirmasi kewajiban bersyarat klien.
Agen persediaan: untuk mengkorfirmasi unsure-unsur persediaan klien yang
dikonsinyasi atau berada di gudang umum.
Konfirmasi. Prosedur paling lazim untuk menghimpun bukti representasi dari pihak
ketiga adalah surat permintaan konfirmasi (confirmation request). Konfirmasi adalah proses
pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas
suatu permintaan informasi mengenai unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan
keuangan---Standar Auditing (SA) Seksi 330 (PSA No. 07). Surat permintaan konfirmasi
dipakai dalam audit sejumlah akun, termasuk akun kas, piutang usaha, dan piutang wesel,
akun utang, dan akun modal saham.
Surat Pengacara. Sumber utama informasi mengenai litigasi yang ditangguhkan
terhadap klien didapat dari surat pengacara (lawyers’ letter). Untuk memperoleh surat
pengacara (penasihat hukum), auditor meminta klien supaya meminta pengacara mereka
menyerahkan secara langsung kepada auditor penilaian mereka terhadap hasil litigasi klien
yang sedang ditanganinya.
Laporan spesialis. Dalam Standar Auditing (SA) Seksi 336 (PSA No. 39),
Penggunaan Pekerjaan Spesialis, Ikatan Akuntan Indonesia mengakui keharusan bagi auditor
untuk berkonsultasi dengan pakar, manakala dianggap tepat, sebagai cara untuk
mengumpulkan bukti audit yang kompeten. Auditor bertanggung jawab untuk melakukan
prosedur guna mengevaluasi kecukupan kualifikasi profesional dan reputasi spesialis.
Spesialis mungkin memiliki hubungan dengan klien, namun auditor harus waspada terhadap
gangguan obyektivitas spesialis dan harus mempertimbangkan kebutuhan akan prosedur audit
tambahan yang berhubungan dengan asumsi, metode, dan temuan. Spesialis dapat dipakai
untuk menentukan kewajaran pekerjaan.
Bukti Matematis (Mathematical Evidence)
Bukti matematis (mathematical evidence) terdiri atas kalkulasi, rekalkulasi, dan
rekonsiliasi yang dilakukan oleh auditor. Bukti matematis dipakai oleh auditor untuk
memverifikasi akurasi matematis catatan klien. Bukti matematis merupakan bentuk langsung
bukti audit karena auditor melakukan komputasi terhadap data klien. Kategori penting bukti
matematis berhubungan dengan alokasi dan akrual. Contoh alokasi dan akrual yang diuji
melalui kalkulasi atau rekalkulasi adalah bunga, beban penyusutan, utang pajak penghasilan,
utang gaji, dan untung atau rugi penjualan aktiva tetap.
Dokumenter
Bukti documenter (documentary evidence) meliputi cek, faktur, kontrak, dan notula
rapat. Bukti documenter bisa berasal dari dokumen internal maupun dokumen eksternal.
Dokumen Eksternal. Dokumen eksternal (external document) dibuat oleh pihak
ketiga, namun berada di dalam arsip klien. Sebagai contoh, pemasok akan mengirimkan
kepada klien faktur yang meminta pembayaran atas barang atau jasa. Klien akan menyimpan
faktur tadi pada arsip mereka. Contoh dokumen eksternal lainnya meliputi rekening koran,
faktur pemasok, piutang wesel, kontrak, surat pesanan pembelian, dan sertifikat saham dan
obligasi. Dokumen eksternal dianggap lebih andal ketimbang dokumen internal karena berasal
dari pihak ketiga yang independen, dan kecil kemungkinannya untuk bisa dibandingkan
dengan dokumen internal.
Dokumen Internal. Dokumen internal (internal document) dibuat di dalam
perusahaan. Dokumen internal bisa mengalir dari klien kepada pihak ketiga dan kembali lagi
kepada klien (contohnya, slip setoran dan cek dibatalkan), atau dokumen tersebut tetap berada
di dalam perusahaan dan tidak perlu mengalir ke pihak ketiga (sebagai missal, neraca, laporan
penerimaan barang, dan rekonsiliasi bank). Bukti documenter yang paling andal dan dibuat di
dalam perusahaan adalah cek yang dibayarkan. Sebagian besar dokumen yang dibuat di dalam
organisasi klien merupakan bukti bermutu rendah ketimbang cek yang dibayarkan karena
dokumen tadi hanya berputar di dalam perusahaan saja dan tidak mendapat telaah kritis oleh
pihak luar.
Dokumen Elektronik. Manakala diterapkan sistem pertukaran data elektronik
(electronic data interchange, EDI), dokumen sumber seperti faktur, surat pesanan pembelian
(purchase order), dan surat pemuatan barang (bill of lading) digantikan oleh dokumen
elektronik. Untuk menentukan tingkat keandalan dokumen elektronik semacam itu, auditor
perlu mengerti seputar pengendalian terhadap sistem computer klien.
Representasi oleh Personalia Klien (Representation by Client Personnel)
Representasi oleh personalia klien merupakan pernyataan sebagai jawaban atas
permintaan keterangan yang diajukan oleh auditor. Jenis bukti audit ini sering dipakai oleh
auditor dalam tahap awal perencanaan audit untuk memberikan bukti mengenai kebijakan
khusus klien dan informasi ikhwal lingkungan umum klien. Karena pihak klien yang
membuat representasi ini, maka kegunaannya tentu saja terbatas. Representasi personalia
klien tidak memiliki salah satu dari empat karakteristik esensial bukti: bebas dari bias.
Saling Hubungan Data (Data Interrelationships)
Saling hubungan data melibatkan pemeriksaan dan perbandingan hubungan diantara
data. Data semacam itu seperti data nonkeuangan (contohnya: banyaknya pelanggan, jam
kerja langsung) dapat diperiksa guna menentukan trend dan hubungannya. Hubungan data
bergantung pada hubungan yang masuk akal diantara data keuangan dan data nonkeuangan.
Bukti mengenai saling hubungan data dapat digali melalui prosedur analitis.
Catatan Akuntansi
Keandalan buku besar dan jurnal sebagai bahan bukti diindikasikan oleh luasnya
cakupan pengendalian internal terhadap pembuatannya. Manakala dimungkinkan, buku
pembantu untuk piutang usaha, utang usaha, dan aktiva tetap harus disimpan oleh orang yang
tidak bertanggung jawab atas buku besar. Semua entri jurnal umum mesti disetujui secara
tertulis oleh kepala bagian akuntansi atau eksekutif lainnya. Apabila buku besar dan jurnal
diolah oleh sistem itu hadir dan catatan akuntansi kelihatannya dijaga dengan baik, auditor
dapat mengasumsikan bahwa buku besar dan jurnal member dukungan bagi laporan
keuangan.
TIPE BUKTI AUDIT
Terdapat dua golongan tipe bukti audit yaitu:
Tipe Data akuntansi
1. Pengendalian intern
2. Catatan akuntansi
Tipe Informasi Penguat
1. Bukti fisik
2. Bukti documenter
3. Perhitungan
4. Bukti lisan
5. Perbandingan dan rasio
6. Bukti dari spesialis
Tipe Data Akuntansi
1. Pengendalian intern sebagai bukti
Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan
untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Kuat atau lemahnya pengendalian
intern merupakan factor utama yang menentukan jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan
sebagai dasar pernyataan pendapat auditor. Jika pengendalian intern lemah, auditor harus
mengumpulkan jumlah bukti audit yang lebih banyak.
2. Catatan akuntansi sebagai bukti
Jurnal, buku besar, dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi yang digunakan
oleh klien untuk mengolah transaksi keuangan guna menghasilkan laporan keuangan. Oleh
karena itu, pada waktu auditor melakukan melakukan verifikasi suatu jumlah yang tercantum
dalam laporan keuangan, ia akan melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui
catatan akuntansi. Dengan demikian, catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor
mengenai pengolahan transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh klien. Selain itu catatan
akuntansi sebagai bukti audit meliputi pula: rekapitulasi biaya, penjualan dan rekapitulasi
angka yang lain, daftar saldo, laporan keuangan intern dan laporan keuangan yang dibuat
untuk kepentingan manajemen.
Tipe Informasi Penguat
1. Bukti fisik
Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva
berwujud. Tipe bukti ini pada umumnya dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan
terhadap sediaan dan kas. Pemeriksaan terhadap surat berharga, piutang wesel, investasi
jangka panjang, dan aktiva berwujud juga membutuhkan bukti fisik ini. Untuk jenis aktiva
tertentu, bukti fisik dianggap sebagai bukti audit yang paling andal dan bermanfaat.
2. Bukti dokumenter
Bukti dokumenter ini adalah tipe bukti audit yang paling penting bagi auditor. Tipe bukti
audit ini dibuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka atau simbol-simbol yang lain.
Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi tiga golongan:
Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan
langsung kepada auditor.
Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam
arsip klien.
Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
3. Perhitungan sebagai bukti
Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor untuk membuktikan ketelitian perhitungan
yang terdapat dalam catatan klien merupakan salah satu bukti audit yang bersifat kuantitatif.
Contoh tipe audit ini adalah:
Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertical
Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan hotizontal
Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara menggunakan tariff
depresiasi yang digunakan oleh klien
Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per saham yang
beredar, taksiran pajak perseroan dan lain-lain.
4. Bukti lisan
Dalam melaksanakan audit, auditor tidak berhubungan dengan angka, namun berhubungan
dengan orang terutama para manajer. Oleh karena itu, dalam rangka mengumpulkan bukti
audit, auditor banyak meminta keterangan secara lisan. Permintaan keterangan secara lisan
oleh auditor kepada karyawan kliennya tersebut akan menghasilkan informasi tertulis atau
lisan.
5. Perbandingan
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang lebih
intensif. Auditor melakukan analisis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan,
dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya. Jika terdapat perubahan
yang bersifat luar biasa diadakan penyelidikan sampai auditor memperoleh alas an yang
masuk akal mengenai penyebabnya. Sebagai contoh, tipe bukti audit ini adalah perbandingan
jumlah biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap tahun tertentu dengan tahun sebelumnya.
Jika perbedaan cukup signifikan, auditor kemudian mencari informasi penyebab terjadinya
perubahan biaya tersebut.
6. Bukti dan spesialis
Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus
dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Contohnya adalah pengacara, insyinyur sipil,
geologist, penilai (appraiser)
Berbagai contoh tipe masalah yang kemungkinan menurut pertimbangan auditor memerlukan
pekerjaan spesialis meliputi, namun tidak terbatas pada hal-hal berikut ini:
Penilaian (misalnya karya seni, obat-obatan khusus, dan restricted securities)
Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang tersedia atau
kondisi (misalnya, cadangan mineral atau tumpukan bahan baku yang ada di gudang)
Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode khusus
(misalnya beberapa perhitungan akturial)
Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya, pengaruh
potensial suatu kontrak atau dokumen hukum lainnya, atau hak atas properti.
PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus
diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor
meliputi:
Inspeksi. Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau
kondisi fisik sesuatu. Dengan melakukan inspeksi terhadap sebuah dokumen, auditor
akan dapat menentukan keaslian dokumen tersebut
Konfirmasi. Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor
memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas.
Permintaan keterangan. Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang
dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari
prosedur ini adalah bukti lisan dan dokumenter.
Penelusuran. Dalam melaksanakan prosedur audit ini, auditor melakukan penelusuran
informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen,
dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi.
Pemeriksaan bukti pendukung. Pemeriksaan dokumen pendukung (vouching)
merupakan proses audit yang meliputi:
- Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau
data keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya.
- Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.
Penghitungan (counting). Prosedur audit ini meliputi: (1) penghitungan fisik
terhadap sumber daya berwujud besaran persediaan di tangan yaitu digunakan untuk
mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang ada di tangan dan (2) pertanggungjawaban
semua formulir bernomor urut acak yang digunakan untuk mengevaluasi bukti
dokumenter yang medukung kelengkapan catatan akuntansi.
Scanning. Scanning merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan, dan
daftar untuk mendeteksi unsure-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan
penyelidikan lebih medalam.
Perlaksanaan ulang (reperforming). Prosedur audit ini merupakan pengulangan
aktivitas yang dilaksanakan oleh klien. Umumnya pelaksanaan ulang diterapkan pada
penghitungan dan rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh klien.
Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques).
Bilamana catatan akuntansi klien diselenggarakan dalam media elektroni, auditor
perlu menggunakan teknik tersebut dalam menggunakan berbagai prosedur audit
tersebut. Teknik ini memberikan panduan bagi auditor tentang penggunaan komputer
dalam audit di lingkungan sistem informasi komputer.
SITUASI AUDIT YANG MENGANDUNG RESIKO BESAR
Seorang auditor harus waspada jika menghadapi situasi audit yang mengandung resiko
besar seperti contoh berikut ini.
Pengendalian intern yang lemah
Kondisi keuangan yang tidak sehat
Manajemen yang tidak dapat dipercaya
Penggantian auditor
Perubahan tarif atau peraturan pajak atas laba
Usaha yang bersifat spekulatif
Transaksi perusahaan yang kompleks
KEPUTUSAN YANG HARUS DIAMBIL OLEH AUDITOR BERKAITAN
DENGAN BUKTI AUDIT
Dalam proses pengumpulan bukti audit , auditor melakukan empat pengambilan
keputusan yang saling berkaitan, yaitu:
1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan. Untuk mengumpulkan bukti audit,
auditor menggunakan prosedur audit. Contoh prosedur audit disajikan berikut ini.
Hitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi
uang kas tersebut sampai dengan saat penyetoran ke bank
Mintalah cut-off statement dari bank kira-kira untuk jangka waktu dua
minggu setelah tanggal neraca
Lakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik sediaan yang
diselenggarakan oleh klien
2. Penentuan besarnya sampel. Jika prosedur audit telah ditetapkan, auditor dapat
menentukan besarnya sampel yang berbeda dari satu unsur dengan unsur yang lain
dalam populasi yang sedang diperiksa. Keputusan mengenai banyak unsur yang
diuji harus diambil oleh auditor untuk setiap prosedur audit.
3. Penentuan unsur tertentu yang dipilih sebagai anggota sampel. Setelah besarnya
sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus memutuskan
unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel yang harus diperiksa.
4. Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit. Karena audit
terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka tertentu, biasanya 1 tahun, maka
auditor dapat mulai mengumpulkan bukti audit segera setelah awal tahun. Dan
karena audit biasanya baru dapat diselesaikan beberapa minggu atau bulan setelah
tanggal neraca, maka prosedur audit dapat digunakan pada awal tahun yang
diaudit, akhir tahun yang diaudit, atau beberapa minggu atau bulan setelah tanggal
neraca.
Resiko dalam pengauditan
Resiko audit didefinisikan sebagai probabilita dikeluarkannya pendapat yang tidak
tepat terhadap laporan keuangan oleh karena adanya kesalahan yang materil yang tidak dapat
dikemukaan oleh pemeriksaan.
Definisi ini juga dapat diperluas sehingga mencakup kemungkinan – kemungkinan :
- Pemberian laporan tanpa pendapat (disclaimer opinion)
- Pendapat setuju dengan pengecualian (qualified opinion)
- Pendapat tidak setuju (adverse opinion)
Ada dua komponen resiko yang dapat mengakibatkan pemberian pendapat-pendapat
yang tidak tepat, yakni :
1. Kemungkinan terjadinya kesalahan materil dalam proses akuntansi
2. Kemungkinan tidak diketemukannya kesalahan materil tersebut dalam pemeriksaan.
Kesimpulan
Berdasarkna keputusan penting yang harus dibuat oleh auditor berkenaan dengan sifat,
saat, serta luasnya prosedur audit maupun penetapan staf audit. Selain itu, auditor harus dapat
menetapkan tujuan audit spesifik dari asersi laporan keuangan, karena setiap tujuan audit
biasanya memerlukan bukti dan prosedur audit yang berbeda. Keprofesionalan auditor dalam
pengambilan keputusan didasarkan pada cara pengambilan keputusannya.
Di Era sekarang banyak perusahaan yang menyimpan laporannya menggunakan media
modern yang dapat membantu dalam proses audit dan mendukung bukti audit. Mereview
pengaruh pemrosesan data elektronik pada pertimbangan profesional dalam kaitannya dengan
perencanaan serta pengumpulan bukti audit. Sehingga bukti audit sangat diperlukan dalam
proses pengauditan dan sebagai bukti pendukung.
Referensi
Jusup, Haryono. Auditing. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (YKPN)
Simamora, Henry. 2002. Auditing 1. Yogyakarta : UPP AMP YKPN
Nasution, M. Utama. 2004. Resiko Audit. Fakultas Ekonomi USU
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1197/1/akuntansi-utama2.pdf