luka bakar nic noc
DESCRIPTION
askep teoriTRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN LUKA BAKAR
APLIKASI NANDA, NIC, NOC
Oleh:
Kelompok 2
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA MITRA HUSADA KEDIRI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
2015
A. Pengertian
Luka bakar adalah kelainan kulit yang disebabkan agent thermal, listrik, atau
radioaktif (Wong.2004)
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jarinan yang disebabkan oleh
kontak dengan sumber panas, api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi
(Moenadjat. 2001)
Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh panas (Thermal),
Kimia, Elektrik, dan Radiasi (Suriyadi. 1987)
B. Kritria Keparahan Luka Bakar
1. Luka bakar minor
a. Luka bakar dengan ketebalan parsial < 10% area permukaan tubuh
b.Luka bakar ketebalan penuh < 2% (Body Surface Area /BSA)
2. Luka bakar sedang
a. Luka bakar dengan ketebalan parsial 15 – 25 % BSA
b. Luka bakar dengan ketebalan penuh < 10%, kecuali anak kecil, da
luka bakar area kritis, waja, tangan, kaki dan genetalia
3. Luka mayor dan Kritis
a. Komplikasi dengan cedera saluran napas
b. Ketebalan parsial 25% atau lebih, wajah, tangan, kaki dan
genetalia
c. Ketebalan penuh 10% BSA pada anak < 2 tahun
d. Luka bakar listrik
e. Luka bakar kimia yang dalam
f. Luka bakar dengan fraktur jaringan lunak
g. Luka bakar dengan komplikasi : DM, Epilepsi, Gangguan
jantung, Ginjal.
C. Klasifikasi Luka Bakar
1. Luka bakar derajat I
a. Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis
b. Kulit kering, hiperemik, berupa eritem
c. Tidak dijumpai bulae
d. Nyeri karena ujung syaraf sensori teriritasi
e. Penyembuhan spontan 5 – 10 hari
2. Luka bakar derajat II
a. Kerusakan epidermis dan dermis
b. Bilae (+)
c. Nyeri
d. Dasar Ika merah dan pucat
Luka bakar derajat II terbagi lagi menjadi :
a. Derajat II dangkal (Superfisial)
1) Superfisial dari dermis
2) Follkel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh
3) Penyembuhan spontan
b. Derajat II dalam
1) Hampir seluruh dermis
2) Folikel dan kelenjar masih utuh
3) Penyembuhan lebih lama
3. Luka bakar derajat III
a. Kerusakan seluruh dermis / lapisan lebih dalam
b. Folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan
c. Bulae (-)
d. Kulit yang terbakar warna abu-abu dan pucat
e. Eskar (Koagulasi protein pada epidermis)
f. Rasa nyeri hilang sensasi
g. Penyembuhan rambut
D. Zona Kerusakan Jaringan
1. Zona Koagulasi
Daerah yang langsung rusak (Koagulasi protein) Karena Panas
2. Zona Statis
Diluar zona koagulasi, kerusakan endotel, pembuluh darah, leuko dan trombosit
3. Zona Hiperemia
Diluar zona statis (Reaksi Vasokonstriksi)
E. Kategori Penderita Luka Bakar. (Moenadjat. 2001)
1. Luka bakar berat/Kritis
a. Derajat 2-3 >40%
b. Derajat III, Muka, tangan, kaki dan genetalia
c. Ada trauma pada saluran Napas
d. Luka bakar dengan Listrik
e. Disertai dengan trauma lain
2.Luka bakar sedang
a. Derajat II : 15-40%
b. Derajat III: <10 %
3. Luka bakar ringan
a. Luka bakar derajat II < 15%
b. Derajat III < 2%
Kategori ini untuk kepentingan Prognosis
Rule of Nine untuk anak 4 – 9 tahun :
1. Kepala 13%
2. Leher 2%
3. Genetalia 1%
4. Tangan kiri dan kanan bagian atas : 2 ½% / 2 ½%
5. Tangan kiri dan kanan bagian bawah 3%/ 3%
6. Kaki ki dan ka 3 ½%
F. Patofisiologi
Cedera termal menimbulkan luka terbuka karena kulit yang rusak. Setelah
luka bakar, perfusi kulit menurun karena cairan merembes dari ruang
intravaskuler ke ruang interstisial karena permeabilitas kapiler meningkat. Cedera
paru juga dapat terjadi karena iritasi asap, uap, atau ritasi lain. Pada luka bakar
mayor, curah jantung menurun dan aliran darah ke hati, ginjal dan saluran
gastrointestinal juga menurun. Anak dengan luka bakar berat berada dalam
keadaan hipermetabolik, mengkonsumsi oksigen dan kalori dengan cepat.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Kegawatan Klien Luka
Penatalaksanaan kegawatan klien luka bakar yang berat atau luas harus
dilakukan secara cepat, dan tepat, prinsip-prinsipnya antara lain:
a. Pengkajian riwayat klien
Riwayat terjadinya misal di ruangan tertutup / inhalasi asap, sering ditemukan
gangguan pernafasan umum, gejala distress pernafasan dapat terjadi beberapa
jam kemudian
b. Memperkirakan total luas permukaan tubuh yang terkena luka bakar
c. Support pernafasan
1) Keracunan karbon monoksida (CO)
Tanda : hipoksia, gelisah dan terlihat bingung beberapa jam setelah kejadian
beri O2 100% dan monitor keadaan klien secara ketat.
2) Obstruksi jalan nafas bagian atas
Observasi adanya suara serak, meningkatnya batuk dan ketidakmampuan
mengeluarkan sekret. Intubasi endotrakeal untuk profilaktik umum di
lakukan. Perawatan suportif : suction, pemberian analgetika
3) Obstruksi jalan nafas bagian bawah
Tanda dan gejala antara lain : Sianosis, distress pernafasan berat, hipoksia
serebral berat.
Penatalaksanaan : Oksigenasi per intravena saat pertama kali, bronkodilator
perintravena, monitoring hasil AGD. Antibiotik digunakan jika terjadi
infeksi.
4) Luka bakar full thickness (dalam) yang melingkar pada dada, karena
eskar yang kaku dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan dada.
d. Resusitasi cairan
Segera setelah terjadi luka bakar, sejumlah besar cairan isotonis berpindah ke
ruang non fungsional / interstisiil dan adanya perpindahan cairan tersebut
harus di gantikan agar tidak terjadi syok. Umumnya terjadi jika luas LB lebih
dari 15%.
Resusitasi cairan modifikasi formula untuk anak-anak :
1) 2 CC x BB (Kg) x % LB = acc
2) Kebutuhan Faali :
< 1 th = BB x 100 cc
1 – 3 th = BB x 75 cc = b cc
3 – 5 th = BB x 50 cc
3) Kebutuhan Total
8 Jam I = ½ (a + b) cc
16 Jam II = ½ (a + b) cc
4) Kriteria adekuatnya resusitasi
Volume urine 20 – 30 ml / jam untuk usia > 2 th
Volume urine 10 – 20 ml / jam untuk usia < 2 th
e. Penanggulangan nyeri
Untuk mengurangi nyeri dapat digunakan obat analgesik secara intravena
dalam dosis kecil. Pemberian obat secara IM kurang efektif karena sering tidak
terobsorbsi sempurna.
f. Pemasangan Naso Grastrik Tube
Pada klien dengan luka bakar lebih dari 20 % sering mengalami ileus paralitik,
untuk itu perlu pemasangan NGT
2. Prinsip Perawatan luka bakar di Bangsal
a. Penderita LB yang memerlukan perawatan di RS :
1) Derajat II lebih dari 15%
2) Pada Daerah tangan, kaki, wajah dan perineum
3) Derajat III lebih dari 2%
4) Dengan komplikasi penyakit lain
5) Pada nakan, derajat II lebih dari 15% atau setiap
derajat III
6) Yang disertai trauma inhalasi.
b. Prosedur Prawatan LB di RS bertujuan untuk
1) Memperbaiki keadaan umum pasien
2) Mencegah agar luka bakar tidak mendalam
ataupun terjadi infeksi
3) Restorasi kulit
4) Memenuhi kebutuhan dasar pasien
5) Mengidari terjadinya komplikasi
6) mempertahankan fungsi psikologis dan social
pasien
7) Mengurangi rasa nyeri
c. Prosedur Perawatan antara lain :
1) Hidrotherapi
Memandikan pasien dengan menggunakan “turn
tank” atau dimandikan biasa. Cairan : bethadine
2% atau savlon 10%, dengan air bersih / steril.
Suhu : 38°C. Tujuan : Mengangkat obat-obat
topikal, memberi kenyamanan dan kesegaran,
debridement, merangsang peredaran darah,
mencegah komplikasi lain pada kulit.
2) Pengobatan
Pengobatan disesuaikan dengan lokasi LB, luas
dan dalamnya luka, fasilitas RS serta respon klien
terhadap terapi :
Exposure
Setelah klien dimandikan kemudian diolesi
obat topikal dan dibiarkan terbuka. (biasanya
LB di muka, leher, perineum, Daerah dada
yang luas / luka bakar masal). Metode ini
harus disertai alat steril dan ruang isolasi.
Open Methode
LB yang telah diolesi obat topical ditutup
(radle bed)
Close Methode
LB yang telah diolesi obat topikal di tutup
kassa steril, pencucian dan pemberian obat
topikal dilakukan sehari sekali sampai 3 x
sehari.
Obat-obatan topical yang dapat digunakan:
a). Silver Sulvadiazine (Silvadine Ceram)
Tidak menyebabkan ketidak seimbangan
elektrolit dan asam basa juga tidak
mempengaruhi fungsi ginjal, tidak
menimbulkan panas / nyeri, bersifat
melembekkan eskar sehingga mudah
dilakukan ROM Exercise
b) Mefenide Acetate (Sulfamylon
Acetace Cream)
Mencegah luka menjadi sepsis efek : bisa
menimbulkan asidosis metabolik, dan nyeri
saat dioleskan
c) Povidon Iodine (bethadine)
Tidak memerlukan isolasi ketat dan sedikit
menimbulkan nyeri
d) Povidon Iodine (betadhine)
Dapat mencegah sepsis, efektif terhadap
mikroorganisme gram negatif dan positif,
jamur, protozoa, candida albicans dan virus,
punya kecenderungan memebentuk kerak,
sakit saat diberikan dan mengganggu ROM
exercise.
3) Penerapan isolasi dan tehnik antiseptic
4) Posisi terapetik dan mobilisasi
Karena seringnya perawatan yang lama sehingga
pasien cenderung inaktif. Untuk itu perlu
mobilisasi, latihan ROM serta pemberian posisi
yang terapeutik.
5) Terapi Oksigenasi dan Nebulisasi
Pada LB yang berat atau terbakarnya paru-paru
(menghisap asap panas) diberika terapi oksigen,
terapi nebulisasi (ventolin atau bisolvon :
Aquabidest = 1 : 2) dan chest fisiotherapi
6) Perawatan kusus pada Daerah tertentu:
a). Tangan
Dimaksudkan agar jari tidak lengket satu sama lain dan
fungsi persendian tetap optimal
b). Kaki
Pemberian fiksasi / spalk jangka lama untuk mencegah
rotasi external, internal ataupun drop foot. Untuk
mencegah edema kaki di naikkan lebih tinggi dari posisi
jantung. c)Leher
Posisi hiperextensi dan latihan pergerakan leher
dilakukan untuk mencegah kontraktur
d) Mata
Diperlukan konsultasi ahli mata, biasanya mendapat
zalf / tetas mata untuk mencegah infeksi.
e)Telinga
Perawatan harus tetap dan teliti untuk mencegah
kerusakan yang lebih serius atau kerusakan tulang
rawan. Pada saat tidur, pengurangan bantal tidak
dianjurkan.
f) Perineum
Pemasangan katetar agar daerah perineum kering dan
bersih untuk mencegah infeksi
7) Pemberian Nutrisi yang adequate
8) Penanganan psikososial
Kegawatan psikologis dapat terjadi 2 – 8 minggu
dimana kemungkinan kematian sudah terlewati.
Tingkah laku yang sering muncul : ketakutan, rasa
bersalah / menyesal, rasa marah baik kepada diri sendiri
/ orang lain, tidak kooperatif, sangat peka dan emosi
labil. Juga gejala seperti anoreksia, insomnia,
hipersensitif bahkan mimpi buruk. Support keluarga
dan orang sekitar sangat penting
H. Komplikasi
1. Distres pernafasan2. Gagal ginjal3. Kontraktor4. Sepsis
I. Pengkajian
Yang perlu dikaji pada anak dengan luka bakar adalah :
1. Status penafasan
2. Luas cidera luka bakar
3. Bukti cedera penyerta
4. Observasi bukti distres pernapasan
5. Kebutuhan akan obat analgetik
6. Berat badan
7. Tingkat kesadaran
8. Riwayat cidera
9. Bantu dalam prosedur diagnostik dan pengujian
Luas luka bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan
nama rule of nine atau rule of wallace yaitu:
1. Kepala dan leher : 9%
2. Lengan masing-masing 9% : 18%
3. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4. Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5. Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
J. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan
mekanisme pengaturan
2. Nyeri akut berhubungan agent injury fisik (Trauma Luka Bakar)
3. Kerusakan Mobilitas Fisik b/d keengganan untuk memulai gerak
4. Gangguan Pola Tidur b/d tidak adekuatnya tidur yang sehat
5. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan cedera termal
Rencana Keperawatan
NoDiagnosa
KeperawatanTujuan Intervensi
1. Kekurangan volume
cairan b.d kegagalan
mekanisme
pengaturan
Batasan
karakteristik :
- Penurunan urine
out-put
- Peningkatan
konsen-trasi urine
- Penurunan sirkulasi
kapiler (akibat keru-
sakan vaskularisasi
pe-rifer)
- Keseimbangan
cairan setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
…. x 24 jam pasien
- Mempertahankan
urine output > 1300
ml/hr
- Mempertahankan
turgor kulit elastis,
mambran mukosa
dan lidah, orientasi
pada orang, tempat
dan waktu
- Menjelaskan cara
Manajemen Cairan
a. A. Monitor adanya factor-faktor yang
menyebabkan defisit volume cairan
(kesulitan mempertahankan intake oral)
b. Monitor total intake dan output cairan
setiap 8 jam atau setiap jam pada pasien
yang tidak stabil)
c. Monitor kecenderungan dalam output
cairan selama 3 hari termasuk semua
rute intake dan output dan catatan warna
dan berat jenis urine.
d. Monitor setiap hari BB yang tiba-tiba
terutama menurunan urine output atau
kehilangan cairan aktif
- Nadi meningkat, te-
kanan darah
menurun, volume /
tekanan nadi
menurun
- Haus
- Kehilangan berat
ba-dan mendadak
- Hmt meningkat
pengukuran yang
dapat dilakukan
untuk mencegah
kehilangan volume
cairan.
Manajemen Hipovolemi
a. Monitor tanda vital klien dengan
definisit volume cairan setiap 15 menit –
1 jam pada klien yang tidak stabil,
observasi penurunan TD (Hipetensi)
tachicardi, penurunan volume nadi serta
peningkatan/ penurunan temperatur
tubuh.
b. Monitor turgor kulit, haus, lidah dan
mambran mukosa yang kering, kesulitan
berbicara, kulit kering, kelelahan dan
kesadaran klien
c. Kesediaan air segar dan cairan oral
untuk klien
d. Pertahankan ketepatan cairan IVFD
dengan hati-hati
e. Kaji pengetahuan pasien dan keluarga
tentang proses penyakit dan komplikasi
dari penurunan volume cairan
f. Ajarkan pada keluarga tentang
pengukuran intake dan output cairan.
2. Nyeri akut b.d agent
injury fisik (luka
bakam)
- Menyatakan nyeri
secara verbal atau
non verbal
- Menunjukkan
kerusakan
- Perilaku untuk
mengurangi nyeri
NOC Label :
- Kontrol nyeri
- Tungkat nyeri
- Tingkat
kenyamanan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
Manajemen Nyeri
1. Kaji lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, atau factor pencetus
nyeri
2. Pastikan pasien menerima analgetik
yang sesuai
3. Kaji efek nyeri yang dialami terhadap
kualitas hidup (tidur, aktifitas, mood
serta hubungan dengan orang lain)
4. Evaluasi pengalaman nyeri
- Tingkah laku
expresif (gelisah,
merintih, menangis,
iritabel, mengeluh)
……. X 24 jam
1. Pasien bisa
mengidentifikasi
perubahan tingkat,
intensitas dan durasi
nyari
2. Pasien dapat
menggambarkan cara
mengatasi nyeri
3. Pasien melaporkan
bahwa cara
mengatasi nyeri
dapat menurunkan
nyeri ketingkat yang
berarti
4. Pasien mampu
menggambarkan
metode non
farmakologi yang
dapat digunakan
untuk mengonrol
nyeri
1. Pasien bisa
mengidentifikasi
sebelumnya, termasuk riwayat individu
dan keluarga yang pernah mengalami
nyeri kronik.
5. Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab dan durasi nyeri berlangsung
dan antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur tindakan.
6. Kontrol factor lingkungan, seperti
temperatur, cahaya dan suara bising
7. Kurangi factor pencetus yang
meningkatkan nyeri, takut, kelelahan,
dan kurang pengetahuan
8. Ajakan tehnik nonformakologik untuk
mengurangi nyeri
9. Berikan informasi kepada pasien dan
keluarga untiuk meningkatkan
pengetahuan tentang nyeri yang dialami
- Pengelolaan Analgetik
1. Tentukan analgetik berdasarkan tipe
nyeri (Kolaborasi)
2. Monitor tanda vital sebelum dan
setelah pemberian analgetik
3. Kaji keefektifan analgetik dan
frekuensi yang teratur setelah pemberian
obat-obatan
4. Observasi tanda dan gejala efek
samping obat seperti depresi pernafasan,
mual-muntah, mulut kering, konstipasi.
No Diagnosa
Keperawata
NOC NIC
n
3. Kerusakan
mobilitas fisik
b.d
keengganan
untuk
memulai
gerak
Batasan
Karakteristik :
-
Keterbatasan
ROM
-
Keterbatasan
kemampuan
melakukan
ketrampilan
motorik kasar
- Gerakan
lambat
NOC Label :
- Pergerakan
tulang/sendi aktif
- Tingkat mobilitas
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama ……. X 24 jam
Pasien mampu
1. Meningkatkan
aktifitas fisik
2. Mengungkapkan
perasaan peningkatan
kekuatan dan
kemampuan gerak
3. Mendemonstrasikan
penggunaan peralatan
adaptif (Misalnya kursi
roda) untuk
meningkatkan
penggerakan
Terapi Exercise : ambulance
1. Lakukan latihan gerak untuk
meningkatkan mobilitas
2. Berikan analgetik sebelum aktivitas yang
menimbulkan nyeri (Terpai fisik) agar anal
lebih muda untuk bekerja sama dengan
bergerak.
3. Dorongan partisipasi dalam aktifitas
hidup sehari-hari dan memainkan aktifitas
untuk menyisipkan latihan-latihan kedalam
kejadian yang menyenangkan
4. Gunakan losion pada area yang
mengalami penyembuhan dan mesase area
tersebut sebelum latihan untuk melunakan
jaringan dan meningkatkan relaksasi
4. Gangguan pola tidur
b.d tidak
adequatnya tidur
yang sehat
Batasan
karakteristik :
- Terbangun dalam
waktu lama
- Terbangun lebih
NOC Label :
- Tidur
- Istirahat
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama ……. X 24 jam
- Frekuensi terbangun
saat malam hari
- Peningkatan Tidur
1. Kaji pola tidur klien dan kebiasaan
kepercayaan pada waktu tidur dan
memasukkan dalam perencanaan perawata
2. Tentukan tingkat kecemasan klien
3. Observasi pengobatan klien, diet dan
intake kaffein
4. Pelihara ketenangan lingkungan
5. Untuk kestabilan hospitalisasi klien, buat
awal
- Tidur tidak puas
- Tiga kali atau
lebih terbangun di
malam hari
- Jml tidur kurang
dari kebutuhan
sesuai umur
berkurang
- Klien mengatakan
dapat tidur
dan ikuti jadual tidur
6. Anjurkan klien untuk menghindari kopi
dan makanan atau minuman yang
mengandung kafein dan hindari makanan
yang tinggi protein atau tinggi lemak
sebelum tidur
7. Tanyakan kebiasaan tidur klien bebarapa
minggu ini.
8. Anjurkan klien untuk mengembangkan
kebiasaan sebelum tidur misalnya : aktifitas
yang tenang, membaca, nonton TV)
9. Kenalkan kebutuhan tidur seseorang
dimana normalnya selama 8 jam
10. Hindari jam alarm yang jauh dari tempat
tidur
5 Kerusakan
integritas kulit b.d
cedera termal
- Kerusakan lapisan
kulit
NOC Label :
- Integritas jaringan
Kulit baik/utuh
- Penyembuhan luka
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama ……. X 24 jam,
klien dibantu keluarga
mampu
1. Menunjukkan adanya
integritas permukaan
kulit
2. Melaporkan adanya
perubahan sensasi atau
nyeri pada tempat
Perawatan Kulit :
Pengobatan tipikal
1. Implemetasikan rencana pengobatan yang
diresepkan untuk pengobatan topical pada
tempat kulit yang mengalami kerusakan
2. Pilih pengobatan topical yang akan
mempertahankan lingkungan penyembuhan
luka basah dan keseimbangan dengan
kebutuhan pengabsobsi eksudat.
3. Ajarkan klien menggunakan obat topical
yang sesuai dengan luka dan lokasinya
Perawatan Luka
1. Kaji tempat / lokasi kerusakan kulit dan
tentukan penyebab.
2. Monitor lokasi kerusakan kulit paling
terjadinya kerusakan
kulit
3. Mendemonstrasikan
pemahaman tentang
rencana penyembuhan
kulit dan pencegahan
kembali luka
4. Mendeskripsikan
tindakan melindungi
dan penyembuhan kulit
serta perawatan lesi
kulit
sedikit sekali sehari untuk perubahan
warna, kemerahan, pembekakan, hangat,
nyeri atau tanda-tanda infeksi lain.
Tentukan apakah pasien mengalami
perubahan dalam sensasi nyeri.
3. Monitor cara perawatan kulit klien, catat
jenis sabun atau bahan pembersih lain yang
digunakan, suhu air yang digunakan dalam
membersihkan kulit
4. Jangan memposisikan pasien pada lokasi
kulit yang mengalami kerusakan jika sesuai
dengan tujuan manajemen pasien secara
keseluruhan, rubah dan posisikan pasien
paling sedikit 2 jam. Pindahkan pasien
dengan perawatan pada perlindungan
terhadap efek yang merugikan dari
kekuatan mekanik eksternal seperti
tekanan, gesekan dan teriris.
5. Hindari melakukan masase di sekitar
kulit dan sekeliling Daerah Bone
Prominance
6. Ajarkan klien mengkaji kulit dan luka
serta memonitor tanda dan gejala infeksi,
komplikasi dan penyembuhan luka.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mahasiswa PSKI-B KF-UGM. 2002. Terjemahan Diagnosis Keperawatan.
Dalam NANDA 2001-2002. Definisi dan Klasifikasi
2. Suriadi dan Yuliani. 1987. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan.
Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Sagung Seto, Jakarta.
3. Medika. 2003. Jurnal Kedokteran dan Farmasi.
4. Medika. 2003. Jurnal Kedokteran dan Farmasi.
5. Moenadjat. 2001. Luka bakar. Edisi kedua. FK-UI, Jakarta.
6. Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.
7. Kumpulan Kuliah Keperawatan Anak tahun 2002.