asuhan keperawatan aplikasi nanda, noc, nic:...

Download Asuhan Keperawatan Aplikasi NANDA, NOC, NIC: …asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2016/06/manajemen-peminatan...Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan juga sering ditemukan petugas

If you can't read please download the document

Upload: trinhkien

Post on 05-Mar-2018

271 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

Asuhan Keperawatan Aplikasi NANDA, NOC, NIC: MANAJEMEN PEMINATAN ANAK

Asuhan Keperawatan Aplikasi NANDA, NOC, NIC

MANAJEMEN PEMINATAN ANAK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanankesehatan yang menyelenggarakan sarana pelayanan kesehatan perorangan secarakeseluruhan yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawatdarurat. Keselamatanpasien merupakan suatu variabel untuk mengukur dan mengevaluasi fasilitaspelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Sejakmalpraktik menggema di seluruh belahan bumi melalui berbagai media baik cetak,maupun elektronik hingga ke jurnal-jurnal ilmiah ternama, dunia kesehatan mulaimenaruh kepedulian yang tinggi terhadap isu keselamatan pasien (Nursalam,2011).

TheAmerican Hospital Asosiation (AHA) Board of Trustees mengidentifikasikanbahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient safety) merupakan sebuahprioritas strategik. Mereka juga menetapkan capaian-capaian peningkatan yangterukur untuk medication safety sebagai target utamanya. Tahun 2000,Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam TO ERR IS HUMAN, Building a SaferHealth System melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap di rumahsakit ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse Event).Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World Alliancefor Patient Safety, program bersama dengan berbagai negara untukmeningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit. Pada tahun 2004, WHO mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit diberbagai negara ; Amerika, Inggris, Denmark dan Australia, ditemukan KTD denganrentang 3,2-16,6%. Data-data tersebut menjadikan pemicu berbagai negara untuksegera melakukan penelitian dan pengembangan sistim keselamatan pasien.

Di Indonesia,telah dikeluarkan pula Kepmenkes nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang PedomanAudit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainyapelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error danmemberikan keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh PerhimpunanRumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) yang berinisiatif melakukanpertemuan dan mengajak semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatiankeselamatan pasien di rumah sakit. Mempertimbangkan betapa pentingnyamisi rumah sakit untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaikterhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk berusaha mengurangi medicalerror sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, makadikembangkan system Patient Safety yang dirancang mampu menjawabpermasalahan yang ada.

Programkeselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian yangtidak diharapkan atau KTD yang sering terjadi pada pasien selama dirawat dirumah sakit. KTD bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain beban kerjaperawat yang tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan saranakurang tepat dan lain sebagainya (Nursalam, 2011). Tujuan dilakukannya kegiatanPatient Safety di rumah sakit adalah untuk menciptakan budaya keselamatan pasiendi rumah sakit,meningkatkanakuntabilitas rumah sakit,menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi risiko. Banyaknya jenis obat,jenis pemeriksaan dan prosedur,serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakityang cukupbesar,merupakanhalyang potensialbagi terjadinya kesalahan medis(medical errors). Kesalahanyang terjadidalamproses asuhanmedis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien,bisa berupa Kejadian Tidak Diharapkan / KTD(Kemenkes, 2012).

Berdasarkanstudi pendahuluan yang dilakukan oleh mahasiswa praktik profesi peminatan keperawatananak pada tanggal 11-13 Agustus 2014 di ruang KronisIRNA Kebidanan-Anak RSUP Dr. M. Djamil terkait dengan 6 sasaran patient safety didapatkanbelum optimalnya penerapan patient safetyoleh tenaga keperawatan di ruang tersebut. Dari hasil observasi, didapatkanbahwa perawat belum optimal dalam penerapan identifikasi pasien secara benar sebelummelakukan tindakan medis maupun tindakan keperawatan kepada pasien. Hal initerlihat dari observasi yang dilakukan terhadap 5 perawat, didapatkan hanya 2perawat yang melakukan identifikasi pasien sesuai SPO , yang pada saat itu akanmemberikan transfusi darah pada pasien. Selain itu pada saat overan, perawat diruangan tersebut belum melaksanakannya sesuai dengan teknik komunikasi SBAR.Pada saat dilakukan wawancara dengan ketua tim dan perawat pelaksana tentangpenerapan komunikasi SBAR di ruangan kronis, mereka mengatakan komunikasi SBARsulit dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama sedangkan beban kerja yangcukup tinggi yang tinggi yang tidak seimbang dengan jumlah tenaga keperawatandi ruang tersebut. Kemudian hasil observasi yang dilakukan terkait denganpenerapan SPO 12 benar dan 5 momentcuci tangan, didapatkan 2 dari 5 orang perawat belum memberikan obat menurutSPO 12 benar pemberian obat diantaranya benar pendidikan kesehatan untukpasien, dokumentasi, hak pasien untuk menolak, pengkajian penilaian efek dariobat, evaluasi hasil penilaian dari efek obat terhadap pasien, reaksi terhadapmakanan dan obat lain, dan 3 orang perawat belum sepenuhnya menerapkan 5 moment cuci tangan dan penerapan 5langkah cuci tangan. Selain itu masih ada 3 pasien baru yang belum dilakukan Assesment resiko pasien jatuh dalamwaktu 4 jam dari pasien baru masuk dan pelaksanaan pengurangan risiko pasienjatuh masih belum optimal dilakukan.

Berdasarkanwawancara yang dilakukan dengan 7 keluarga pasien, didapatkan 2 dari 7 pasiendan keluarga mengeluh bahwa perawat tidak menjelaskan pemberian obat dan tidakmelihat respon pasien setelah obat diberikan. Salah satu dampak yangdigambarkan oleh kondisi ini adalah adanya satu pasien yang alergi terhadap obatyang diberikan oleh perawat.

Untuk memecahkanmasalah tersebut maka diperlukan pertemuan dalam bentuk lokakarya mini denganmengundang kepala IRNA Kebidanan Anak, kepala ruangan KronisAnak RSUP Dr.M.Djamil beserta staf,pembimbing klinik dan pembimbing akademik.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi masalah danpenyelesaian masalah (problem solving) yangberkaitan dengan patient safety di Ruang KronisIRNAKebidanan-Anak RSUP DR. M. Djamil Padang

2. Tujuan Khusus

Secara individu / kelompok mahasiswadapat menunjukan kemampuan:

a)Mengidentifikasi masalah keperawatan yangberkaitan dengan patient safety yang ada di Ruang KronisIRNAKebidanan-AnakRSUP Dr.M.Djamil

b)Menentukan rumusan masalah yangberkaitan dengan patient safety

c)Ditentukannya prioritas masalah yang berkaitandengan patient safety diRuang Kronis IRNA Kebidanan-Anak RSUP Dr. M. Djamil

d) Mengidentifikasialternatif pemecahan masalah yang berkaitan dengan patient safety di Ruang Kronis IRNA Kebidanan-AnakRSUP Dr. M. Djamil

e)Membuat planningof action untuk pemecahan masalah yang berkaitan dengan patient safety di Ruang Kronis IRNA Anak dan Kebidanan RSUPDr. M. Djamil

f)Bekerja sama dalam pelaksanaan planning of action yang telah disepakati bersama dalam pemecahan masalah yangberkaitan dengan patient safety diRuang Kronis IRNA Anak dan Kebidanan RSUP Dr. M.Djamil

C. Manfaat Penulisan

1.Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi petugaskesehatan mengenai pentingnya pelaksanaan patient safety, sehingga dapat mengaplikasikan prosedurpatient safety sesuai standar yangtelah ada. Dengan demikian mutu pelayanan rumah sakit dapat ditingkatkan.

2.Bagi Mahasiswa Praktek Profesi Ners

Untuk menambah pengetahuan mahasiswapraktek profesi Ners mengenai patientsafety sehingga dapat menerapkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepadapasien.

BABII

ANALISASITUASI RUANGAN

A.Winshield Survey

Hasil winshieldsurvey di ruangan KronisIRNA Kebidanan-AnakRSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 11-13 Agustus 2014 terhadap prosesmanajemen pelayanan keperawatan dan menajemen asuhan keperawatan adalah dalam halpenerapan 6 sasaran patientsafety.Patient safety merupakan suatuvariabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yangberdampak terhadap pelayanan kesehatan (Nursalam, 2011).

Adapuntujuan patient safety secara internasional (International Patient Safety Goals, 2012) adalah:

1)Identify patients correctly(Mengidentifikasi pasien secara benar)

Berdasarkanpengamatan di Ruang Kronis IRNA Kebidanan-Anak RSUP DR. M. Djamil Padang daritanggal 11-13 Agustus 2014 didapatkan bahwa untuk gelang identitas pasien baruada 2 warna gelang, yaitu gelang pink untuk wanita dan biru untuk laki-laki.Sedangkan untuk gelang merah, kuning, ungu, abu-abu, dan putih belum adatersedia di Rumah sakit karena dalam proses pencetakan. Dan sebelum melakukantindakan tindakan seperti memberikan obat, memberikan darah atau produkdarah, mengambil spesimen darah, diberikan perawatan/ prosedur lainnya, perawatdi ruang kronis masih terdapat beberapa petugas yang belum mengidentifikasi pasien secarabenar.

Identifikasi Masalah: Belum optimalnya penerapanidentifikasi pasien sesuai SPO

2)Improve effective communication(Meningkatkan komunikasi yang efektif)

Komunikasiyang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan dapat dipahami penerima,mengurangi kesalahan dan menghasilkan perbaikan keselamatan pasien. Berdasarkanhasil pengamatan, didapatkan bahwa pelaksanaan komunikasi perawat dengan pasiensudah baik.

Komunikasiperawat dengan perawat saat overan dinasbelum maksimal. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada 2 shift dinas (shift malam ke shift pagi dan shiftpagi ke shift sore), overan yang dilakukan belum sesuai dengan komunikasi SBAR.Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasiSBAR (Situation,Background, Assessment, Recommendation). Komunikasi SBARadalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalammenyampaikan kondisi pasien, metode komunikasi ini digunakan pada saat perawatmelakukan handover ke pasien (Cemy, 2013). Teknik komunikasi SBAR terdiridari S: Situation (nama, umur,tanggal masuk, hari rawatan, diagnosa medik, dan masalah keperawatan, B : Background (keluhan utama, intervensiyang telah dilakukan, respon pasien, pemasangan alat intensif dan obat/infus),A: Assesment (hasil pengkajian pasienterkini, tanda-tanda vital, pain score, tingkat kesadaran, risiko jatuh, statusnutrisi, eliminasi, hasil investigasi yang abnormal, informasi klinik yangmendukung), R : Recommendation(rekomendasi NCP yang perlu dilanjutkan termasuk discharge planning, edukasipasien atau keluarga).

Namun,diruang kronis penerapan SBAR belum sepenuhnya terlaksana. Hal initerlihat pada saat overan perawat hanya menyebutkan nama pasien, diagnosa medikdan rencana tindakan yang akan dilakukan kepada pasien. Sedangkan indikator-indikatorSBAR yang lain tidak dijalankan. Dan dilihat dari pendokumentasian, di ruangkronis masih belum tersedia format baku pengisian laporan dengan teknik SBAR.

Identifikasimasalah: Belum optimalnya komunikasi dalam overan berdasarkan SBAR

3) Improvethe safety of high-allert medications(Meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko tinggi)

Hasilwinshield survey yang dilakukan diruang Kronis IRNA Kebidanan-Anak RSUP DR. M. Djamil Padang daritanggal 11-13 Agustus 2014 didapatkan data melalui observasi yaitu obat- obatanyang dimiliki ruangan disimpan di dalam sebuah rak-rak obat yang diletakkan disebuah lemari. Untuk obat dalam kemasan ampul/vial ditempatkan pada satu bagianrak obat. Rak rak obat tersebut diberilabel dengan plester . Nama obat ditulis menggunakan spidol berwarna hitam.Cairan elektrolit konsentrat juga di simpan di lemari yang sama lebih besar dantertutup. Untuk cairan infus seperti natrium clorida 0,9%, ringer lactat sertadextrose 5% diletakkan di lemari yang sama tetapi tidak diberi label.Obat-obatan yang dimiliki setiap pasien berada di lemari obat.

Berdasarkanhasil wawancara terhadap 9 orang perawat di ruangan Kronis IRNA Kebidanan-Anak, didapatkan 6 orang perawat belum terpapartentang prinsip 12 benar pemberian obat,diantaranya benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benarrute (cara pemberian), benar dokumentasi, benar pendidikan kesehatan, hak klien untuk menolak,benar pengkajian, benar evaluasi, benar reaksi terhadap makanan, dan benarreaksi dengan obat lain.

Daripengamatan yang ditemukan dilapangan, beberapa pasien mengeluh tidakmendapatkan penjelasan tentang pemberian obat, salah satu diantaranya adakeluarga pasien yang menyatakan ketidak tahuannya tentang obat dan fungsi obatyang diberikan serta keluarga merasa tidak mendapatkan haknya menerimapendidikan kesehatan tentang medikasi.

Pada dokumentasi ditemukansebagian besar (75%)perawat tidak mendokumentasikanpemberian obat seperti siapanama perawat dan tanda tangan perawat yang memberikan, ataupun keluargayang menyetujui pemberian obat tersebut.

Identifikasi masalah : Belum optimalnyapenerapan pemberian obat dengan prinsip 12 benar di ruang Kronis IRNA KebidananAnak

4) Reducethe risk of health care-associated infections(mengurangi risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)

Berdasarkan hasil pengamatandidapatkan seluruhpetugas yang ada di ruangKronis Anak IRNAKebidanan Anak RSUP DR M Djamil Padang telah mencuci tangan setelah melakukantindakan invasif,tindakan yang berhubungan dengan cairan pasien, transfer pasien ke ruangantetapi perawat jarang melaksanakan cuci tangan sebelum tindakan ke pasien.Penggunaan sabun cuci tangan danprotap cuci tangan yang ditetapkan oleh RSUP M. Djamil telahtersedia di washtafel. Namun,berdasarkan pengamatan, didapatkan sebagian besar (99,88%) petugas masih ada yang belum menerapkan 6 langkah cuci tangan.

Selainitu, berdasarkan hasil pengamatan juga sering ditemukan petugas yang tidakmenggunakan perlindungan universal seperti tidak menggunakan handscoen sebelummelakukan tindakan invasif seperti melakukan pemasangan infus dan injeksi obatIV (Intravena).

Identifikasi Masalah: Belum optimalnya penerapan penguranganrisiko infeksi diruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

5) Reducethe risk of patient harm from falls(mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh)

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan lebih dari separoh(53%) pasien tidak ada dilakukan penilaian dengan asessment resiko jatuh dalam waktu 4 jam dari pasien masuk RS. Danpenilaian asessment ulang resiko padapasien yang beresiko tinggi jatuh dan pasien yang mengalami perubahan kondisibelum terlaksana dengan baik, dimana sebaiknya penilaian assessment ulang tersebut dilakukan 2x sehari, saat transferpasien, adanya perubahan kondisi pasien, dan adanya kondisi jatuh pada pasien. Diruang kronik anak juga belum ada pemberian label pada masing- masing pasienberdasarkan tingkat resiko jatuhnya.

Identifikasimasalah : Belumoptimalnya penerapan petugas dalam Assesmentdan pengurangan resiko pasien jatuh

Rumusan Masalah

a.Belum optimalnya penerapan identifikasipasien sesuai SPO di ruang kronis IRNA Kebidanan Anak

b.Belum optimalnya pelaksanaan komunikasidalam overan berdasarkan teknik komunikasi SBAR di ruang Kronis IRNA KebidananAnak

c.Belum optimalnya penerapan pemberianobat dengan prinsip 12 benar di ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

d.Belum optimalnya penerapan penguranganrisiko infeksi diruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

e.Belumoptimalnya penerapan petugas dalam Assesmentdan pengurangan resiko pasien jatuh

B.Validasi Data

No

Masalah

Kuesioner

Observasi

Doku-mentasi

Ka-ru

Ka-tim

PA

Ka-ru

Ka-tim

PA

1.

Belum optimalnya penerapan identifikasi pasien sesuai SPO di ruang kronis IRNA Kebidanan Anak

2.

Belum optimalnya pelaksanaan komunikasi dalam overan berdasarkan teknik komunikasi SBAR di ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

3.

Belum optimalnya penerapan pemberian obat dengan prinsip 12 benar di ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

4.

Belum optimalnya penerapan pengurangan risiko infeksi diruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

5

Belum optimalnya penerapan petugas dalam Assesment dan pengurangan resiko pasien jatuh

HASILVALIDASI DATA

A. Belum optimalnya penerapan identifikasi pasiensesuai SPO di ruang kronis IRNA Kebidanan Anak

Diagram 1 DistribusiFrekuensi Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Prosedur/ Tindakan YangMemerlukan Identifikasi Pasien di Ruang Kronis IRNA Anak Kebidanan RSUP Dr. M Djamil Padang

Dari diagram di atas diketahui bahwa seluruh (100%) perawat mengetahuitindakan/ prosedur yang memerlukan identifikasi pasien.

Diagram2 Distribusi Frekuensi tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Macam-Macam Gelang Pasien diRuangan Kronis IRNA Anak Kebidanan RSUP Dr. M Djamil Padang

Dari diagram di atas diketahui bahwa seluruh (100%) perawat mengetahuitindakan/ prosedur yang memerlukan identifikasi pasien.

Diagram3 Distribusi Frekuensi Observasi terhadap Perawat dalam penerapanidentifikasi pasien sesuai SPO di ruangan KronisIRNA Anak Kebidanan RSUP Dr. M Djamil Padang.

Dari diagram di atas diketahui lebih dari separuh (56%)perawat tidak melakukan identifikasi pasien sesuai SPO

B.Belumoptimalnya pelaksanaan komunikasi dalam overan berdasarkan teknik komunikasiSBAR di ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

1. ObservasiOveran SBAR

Diagram 4 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Situation(Nama) di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang

Dari diagram di atas diketahui nilaifrekuensi observasi terhadap Katim tentang Overan SBAR di Ruang Kronis IRNAKebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang, didapatkan sebanyak 100% Katim menyebutkan nama pasien saatoveran.

Diagram 5 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Situation(Umur) di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang

Dari diagram di atas diketahui nilaifrekuensi observasi terhadap Katim tentang Overan SBAR di Ruang Kronis IRNAKebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang didapatkan sebanyak 100%, Katim tidak menyebutkan umur pasien saatoveran.

Diagram 6 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Situation(Tanggal Masuk) di Bougenville Ambun Pagi RSUP Dr. M Djamil Padang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.Sebanyak 100% Katim tidak menyebutkantanggal masuk pasien saat overan.

Diagram 7 Distribusi Frekuensi Observasi Terhadap Katim Tentang OveranSBAR Berdasarkan Situation (HariRawatan) di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.Sebanyak 100% Katim tidak menyebutkan hari rawatan pasien saat overan.

Diagram 8 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Situation(Diagnosa Medis) di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.Sebagian besar 67% Katim menyebutkan diagnosa medis pasien saat overan.

Diagram 9 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan SituationMasalah Keperawatan di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M DjamilPadang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.Sebagian besar 67% Katim ada menyebutkan masalah keperawatan pasien saatoveran.

Diagram 10 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Background(Keluhan Utama) di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang. Sebagianbesar 67 % Katim menyebutkankeluhan utama pasien saat overan.

Diagram 11 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Background(Intervensi yang telah dilakukan) di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUPDr. M Djamil Padang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.Sebesar 100% Katim menyebutkan intervensi yang telah dilakukan kepada pasiensaat overan.

Diagram 12 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Background(Respon Pasien) di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.Sebagian besar 67% Katim ada menyebutkan respon pasien saat overan.

Diagram 13 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Background(Pemasangan alat intensif dan obat/infus) di Ruang Kronis IRNA Kebidanan AnakRSUP DR.M Djamil Padang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.Sebagian besar 67% Katim tidak adamenyebutkan pemasangan alat intensif dan obat/infus pasien saat overan.

Diagram 14 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Assesment(Hasil Pengkajian Pasien) di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M DjamilPadang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.Sebagian besar 67% Katim ada menyebutkan hasil pengkajian pasien saat ini.

Diagram 15 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Assesment(Tanda Vital) di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.Sebesar 100% Katim tidak menyebutkan tanda vital pasien saat overan.

Diagram 16 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Assesment(Pain Score) di Ruang Kronis IRNAKebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.Sebagian besar 67% Katim tidak ada menyebutkan skala nyeri pasien saat overan.

Diagram 17 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Assesment(Tingkat Kesadaran) di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M DjamilPadang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.Sebagian besar 67% Katim tidak ada menyebutkan tingkat kesadaran pasien saatoveran.

Diagram 18 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Assesment(Resiko Jatuh) di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.Sebesar 100% Katim tidak menyebutkan resiko jatuh pasien baru masuk saatoveran.

Diagram 19 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Assesment(Status Nutrisi) di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.Sebesar 67% Katim ada menyebutkan status nutrisi pasien saat overan.

Diagram 20 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Assesment(Eliminasi) di Ruang KronisIRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M DjamilPadang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.Sebesar 67% tidak menyebutkan eliminasi pasien saat overan.

Diagram 21 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Assesment(Hasil investigasi yang abnormal) di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUPDr. M Djamil Padang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.Sebesar 67% Katim tidak adamenyebutkan hasil investigasi yang abnormal pasien saat overan.

Diagram 22 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Assesment(Informasi klinik lain yang mendukung) di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUPDr. M Djamil Padang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.Sebesar 67% tidak menyebutkan informasi klinik lain yang mendukung pasien saatoveran.

Diagram 23 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Recommendation(Rekomendasi NCP yang perlu dilanjutkan termasuk discharge planning) di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. MDjamil Padang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.Sebesar 100% Katim ada menyebutkan rekomendasi NCP pasien saat overan.

Diagram 24 Distribusi Frekuensi Observasi TerhadapKatim Tentang Overan SBAR Berdasarkan Recommendation(Edukasi pasien atau keluarga) di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. MDjamil Padang

Daridiagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi terhadap Katim tentangOveran SBAR di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.Sebesar 67% Katim ada menyebutkan edukasi pasien atau keluarga saat overan.

Diagram25 Distribusi Frekuensi SikapPerawat Tentang Pelaksanaan Overan Dalam Komunikasi SBAR di Ruang Kronis IRNA KebidananAnak RSUP Dr. M Djamil Padang

Dari diagram diatas diketahui bahwa sebagiankecil (33%) perawat kurangsetuju tentang pelaksanaanoveran dalam komunikasi sbar di ruang kronis irna kebidanananak rsup dr. m djamil padang.

C. Belum optimalnya pemberian obatdengan prinsip 12 benar

Diagram26 Distribusi Frekuensi HasilObservasi tindakan mencuci tangansebelum menyiapkan obat di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. DjamilPadang

Daridiagram diatas hasil observasi terhadap tindakan mencuci tangan sebelummenyiapkan obat di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. DjamilPadang didapatkan data sebanyak 50 % tidak mencuci tangan sebelum menyiapkanobat.

Diagram27 Distribusi Frekuensi Hasil Observasi tindakan mengenali pasien melalui gelangidentitas sebelum pemberian obat diRuang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUPDr. M. Djamil Padang

Daridiagram diatas hasil observasi terhadap tindakan mencuci tangan sebelummenyiapkan obat di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. DjamilPadang didapatkan data sebanyak 75% tidak mengenali pasien melalui gelangidentitas sebelum pemberian obat.

Diagram28 Distribusi Frekuensi Hasil Observasi menjelaskan prosedur pemberian obat di RuangKronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang

Daridiagram diatas hasil observasi terhadap tindakan mencuci tangan sebelummenyiapkan obat di Ruang Kronis IRNA KebidananAnak RSUP Dr. M. Djamil Padang didapatkan data sebanyak 71,4 % tidak mencucitangan sebelum menyiapkan obat.

Diagram29 Distribusi Frekuensi Hasil Observasimemberikan informasi (Penkes) tentang obat yang diberikan di RuangKronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang

Daridiagram diatas hasil observasi terhadap tindakan mencuci tangan sebelummenyiapkan obat di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. DjamilPadang didapatkan data sebanyak 75% yang tidak memberikan informasi (penkes)tentang obat yang diberikan.

Diagram30 Distribusi Frekuensi Hasil Observasi mendampingi pasien sampai obat bekerjadi RuangKronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang

Daridiagram diatas hasil observasi terhadap tindakan mencuci tangan sebelummenyiapkan obat di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang didapatkan data sebanyak 83% tidakmendampingi pasien sampai obat bekerja.

Diagram31 Distribusi Frekuensi Hasil Observasi tindakan melakukan teknik aspektik diRuang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUPDr. M. Djamil Padang

Daridiagram diatas hasil observasi terhadap tindakan mencuci tangan sebelummenyiapkan obat di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang didapatkan data sebanyak 63% melakukantindakan aseptik .

Diagram32 Distribusi Frekuensi Hasil Observasi tindakan tidak menggunakan kembali jarumsuntik yang sama di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. DjamilPadang

Daridiagram diatas hasil observasi terhadap tindakan mencuci tangan sebelummenyiapkan obat di Ruang Kronis IRNA KebidananAnak RSUP Dr. M. Djamil Padang didapatkan data sebanyak 63% yang menggunakanjarum suntik yang sama.

Diagram33 Distribusi Frekuensi Hasil Observasi tindakan meminta nama dan tanda tanganpasien/keluarga (pada lembar daftar obat) diRuang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUPDr. M. Djamil Padang

Daridiagram diatas hasil observasi terhadap tindakan mencuci tangan sebelummenyiapkan obat di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang didapatkan data sebanyak 100% tidakmeminta nama dan tanda tangan pasien/keluarga (pada lembar daftar obat).

Diagram34 Distribusi Frekuensi HasilObservasi tindakan menulis tanggal,waktu dan inisial perawat di label diRuang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUPDr. M. Djamil Padang

Daridiagram diatas hasil observasi terhadap tindakan mencuci tangan sebelummenyiapkan obat di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padangdidapatkan data sebanyak 100% tidak menulis tanggal, waktu dan inisial perawatdi label.

Diagram 35Distribusi Frekuensi HasilObservasi tindakan mencatat: obat yangdiberikan, dosis, waktu, rute, waktu dan tanggal pemberian dan nama dan tandatangan perawat di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. DjamilPadang

Daridiagram diatas hasil observasi terhadap tindakan mencuci tangan sebelummenyiapkan obat di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang didapatkan data sebanyak 75% tidakmencatat obat yang diberikan, dosis, waktu, rute, waktu dan tanggal pemberiandan nama dan tanda tangan perawat

Diagram36 Distribusi Frekuensi Hasil Observasi tindakan mencatat kefektifan dan reksipemberian obat di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. DjamilPadang

Daridiagram diatas hasil observasi terhadap tindakan mencuci tangan sebelummenyiapkan obat di Ruang Kronis IRNA Anak Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padangdidapatkan data sebanyak 88 % tidak mencatat keefektifan obat.

Sikap

Diagram37 Distribusi Frekuensi Hasil kuesioner tentang 12 benar prinsippemberian obat di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. DjamilPadang

Daridiagram diatas hasil observasi terhadap tindakan mencuci tangan sebelummenyiapkan obat di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang didapatkan data sebanyak 67% tidakmengetahui tentang 12 benar prinsip pemberian obat

Diagram38 Distribusi Frekuensi HasilObservasi tindakan mencuci tangansebelum menyiapkan obat di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. DjamilPadang

Daridiagram diatas hasil observasi terhadap tindakan mencuci tangan sebelummenyiapkan obat di Ruang Kronis IRNA Anak Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padangdidapatkan data sebanyak 100% mengetahui tentang pendokumentasian pemberianobat

D. Pengurangan resiko infeksi

Observasipelaksanaan cuci tangan dengan teknik 6 langkah

Diagram 39Distribusi Frekuensi Observasi Perawat Cuci Tangan dengan Langkah 1 untukPengurangan Resiko Infeksi diruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang

Dari diagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi perawat cuci tangandengan langkah ke 1 untuk pengurangan resiko sebagian sebesar (89%), sedangkan yang tidak sebagian kecil (11%)diruangan Kronis IRNA KebidananAnak RSUP Dr. M.Djamil Padang

Diagram 40Distribusi Frekuensi Observasi Perawat Cuci Tangan dengan Langkah 2 untukPengurangan Resiko Infeksi diruangan Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang

Dari diagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi perawat cuci tangandengan langkah ke 2 untuk pengurangan resiko infeksi lebih dari separoh(67%), sedangkan yang tidak sebagian kecil(33%)di ruangan Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Diagram41 Distribusi Frekuensi ObservasiPerawat Cuci Tangan dengan Langkah 3 untuk Pengurangan Resiko Infeksi diruangan Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.

Dari diagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi perawat cuci tangandengan langkah ke 3 untuk pengurangan resiko infeksi sebagian besar 78%, sedangkan yang tidak sebesar 22% di ruangan Kronis IRNAAnakKebidananRSUP Dr. M. Djamil Padang

Diagram42 Distribusi Frekuensi ObservasiPerawat Cuci Tangan dengan Langkah 4 untukPengurangan Resiko Infeksi di ruanganKronis IRNA Anak Kebidanan RSUP Dr. M Djamil Padang.

Dari diagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi perawat cuci tangandengan langkah ke 4 untuk pengurangan resiko infeksi sebagian kecil(44%), sedangkan yang tidak lebih dari separoh (56%)diruanganKronis IRNA AnakKebidananRSUP Dr. M. Djamil Padang.

Diagram43 Distribusi Frekuensi ObservasiCuci Tangan Perawat Langkah 5 untukPengurangan Resiko Infeksi di ruangan KronisIRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.

Dari diagram di atasdiketahuinilaifrekuensi observasi perawat cuci tangan dengan langkah ke 5 untukpengurangan resiko infeksiadalah sebagiankecil(33%), sedangkan yang tidak lebihdariseparoh(67%)di ruanganKronis IRNA Anak KebidananRSUP Dr. M. Djamil Padang

Diagram44 Distribusi Frekuensi ObservasiCuci Tangan Perawat Langkah 6 untukPengurangan Resiko Infeksi di ruangan KronisIRNA Anak Kebidanan RSUP Dr. M Djamil Padang.

Dari diagram di atas diketahui nilai frekuensi observasi perawat cuci tangandengan langkah ke 6 untuk pengurangan resiko infeksi sebagian kecil 33%, sedangkan yang tidak lebih dari separoh (67%) di ruanganKronis IRNA AnakKebidananRSUP Dr. M. Djamil Padang

Sikap perawat dalam 5 moment cuci tangan

Diagram45 Sikap Perawat Tentangpelaksanaan 5momencucitangan di ruangan KronisIRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.

Dari diagram diatas diketahui seluruh perawat (100%) mempunyai sikap positif terhadap pelaksanaan 5 momencucitangandiruangan Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.

E.Assesment Pasien Resiko Jatuh

Diagram46 Distribusi Frekuensi Observasi ResikoJatuh Berdasarkan Assesment PasienBaru di Ruang Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.

Daridiagram di atas diketahui observasiresiko jatuh berdasarkan Assesment Pasien Baru adalah lebih dariseparoh (53%)di Ruang Anak-Kebidanan RSUPDr. M Djamil Padang tidakada dilakukan.

Diagram47 Distribusi Frekuensi Tingkat Resiko Jatuh Pasien di Ruang Kebidanan Anak RSUPDr. M Djamil Padang.

Dari diagram di atas diketahui lebih dariseparoh pasien (52%)memiliki tingkat resiko tinggi jatuh di Ruang Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.

C.RumusanMasalah

No.

Masalah

Data

1

Belum optimalnya penerapan identifikasi pasien sesuai SPO di ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

Dari hasil observasi, didapatkan data :

56% perawat belum optimal dalam penerapan identifikasi pasien sesuai SPOSarana dan prasarana belum memadai seperti hanya ada 2 warna gelang yang tersedia diruangan kronis anak belum tersedianya poster-poster untuk mengingatkan untuk melakukan identifikasi pasien.

4. Kurang optimalnya pengarahan dan pengawasan yang dilakukan oleh kepala ruangan dalam penerapan identifikasi pasien sesuai SPO

2.

Belum optimalnya pelaksanaan komunikasi dalam overan berdasarkan teknik komunikasi SBAR di ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

Dari 3 kali observasi pada saat overan, didapatkan data :

Situation, sebanyak

100% Katim tidak menyebutkan umur pasien saat overan

100% tidak menyebutkan tanggal masuk pasien saat overan

100% tidak ada menyebutkan hari rawatan pasien

Background, sebanyak:

67% tidak ada menyebutkan pemasangan alat intensif dan obat atau infuse

Assesment, sebanyak:

100% tidak ada menyebutkan tanda vital pasien

67% tidak ada menyebutkan skala nyeri (diagnose nyeri)

67% tidak ada menyebutkan tingkat kesadaran pasien

100% tidak ada menyebutkan resiko jatuh

67% tidak ada melaporkan status nutrisi

67% tidak ada menyebutkan eliminasi pasien

67% tidak ada menyebutkan hasil investigsi yang abnormal

67% tidak menyebutkan informasi klinik lain yang mendukung

Angket :

(33 %) perawat kurang setuju tentang pelaksanaan overan dalam komunikasi sbar di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.

3

Belum optimalnya penerapan pemberian obat dengan prinsip 12 benar di ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

Observasi

1. Sarana dan prasarana belum memadai seperti tersedianya bak 1 instrumen injeksi di ruang kronis anak

2. 6 dari 9 perawat (67%) belum mengetahui tentang prinsip 12 benar pemberian obat

3. Sebagian besar (75%) perawat belum mengisi dokumentasi pemberian obat

4. Kurangnya koordinasi antar tenaga kesehatan (perawat, dokter dan farmasi) di ruangan dalam pemberian obat

4

Belum optimalnya pencegahan dalam mengurangi resiko infeksi dengan cuci tangan 6 langkah pada pasien di ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

Observasi

1. Lebih dari separoh (56%) perawat tidak cuci tangan dengan langkah ke 4 untuk pengurangan resiko infeksi di ruangan Kronis IRNA Anak KebidananRSUP Dr. M. Djamil Padang

2. Lebih dari separoh (67%) perawat tidak cuci tangan dengan langkah ke 5 di ruanganKronis IRNA Anak KebidananRSUP Dr. M. Djamil Padang

3. Lebih dari separoh (67%) perawat tidak cuci tangan dengan langkah ke 6 di ruangan Kronis IRNA Anak Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang

5

Belum optimalnya petugas dalam Assesment dan pengurangan resiko pasien jatuh di ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

Observasi

1. Lebih dari separoh (53%) pasien yang dilakukan penilaian dengan asessment resiko jatuh dalam waktu 4 jam dari pasien masuk RS.di ruangan Kronis IRNA Anak KebidananRSUP Dr. M. Djamil Padang

2. Lebih dari separoh (52%) pasien memiliki resiko tinggi jatuh di ruangan Kronis IRNA Anak Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.

3. Blanko Assesment risiko pasien jatuh tidak diisi karena beban kerja perawat tidak sesuai dengan jumlah perawat yang dinas.

4. Beban kerja perawat tidak sesuai dengan jumlah perawat yang dinas sehingga perawat lebih banyak berfokus pada rekomendasi medis seperti fokus pada orderan dokter.

5. Belum adanya poster tentang pasien safety di ruangan.

D. Prioritas Masalah (SWOT)

a.Belum optimalnyapenerapan identifikasi pasien sesuai SPO diruang kronik IRNA Kebidanan Anak

S (Kekuatan)

W (Kelemahan)

1. Telah di launching program 6 sasaran patient safety di ruangan yang telah disosialisasikan oleh direktur RSUP Dr.M. Djamil Padang.

2. Seluruh (100%) perawat sudah mengetahui tentang warna gelang identifikasi pasien

3. Seluruh(100%) perawat sudah mengetahui tindakan/prosedur yang memerlukan identifikasi pasien

1. Perawat pelaksana kurang maksimal dalam melakukan identifikasi pasien sesuai SPO

2. Hanya 44% perawat yang melakukan identifikasi pasien sesuai SPO

3. Sarana dan prasarana belum memadai seperti hanya ada 2 warna gelang yang tersedia diruangan kronis anak dan belum tersedianya poster-poster untuk mengingatkan untuk melakukan identifikasi pasien.

5. Kurang optimalnya pengarahan dan pengawasan yang dilakukan oleh kepala ruangan dalam penerapan identifikasi pasien sesuai SPO

O (Peluang)

T (Ancaman)

1. Adanya mahasiswa FKEP yang sedang praktek profesi peminatan keperawatan anak

2. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa FKEP dengan perawat ruangan.

3. Adanya motivasi dari kepala ruangan kepada perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan penerapan identifikasi pasien

1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang profesional.

2. Adanya UU perlindungan Konsumen (UU No 8 tahun 1999) yang menyebabkan konsumen lebih kritis dan berani dalam mengkritisi pelayanan keperawatan

2.Belum optimalnya pelaksanaan komunikasidalam overan berdasarkan teknik komunikasi SBAR di ruang Kronis IRNA KebidananAnak

S (Kekuatan)

W (Kelemahan)

1. Telah dilanching program 6 sasaran patieny safety oleh direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang

2. Tersedianya log book isi 100 untuk laporan shift dinas yang terletak di nurse station dan laporan shift dinas diisi oleh katim pershift dapat di baca oleh semua petugas.

3. Tersedianya druglist yang berisi terapi dan vital sign yang berada di setiap bed klien

4. Adanya arahan oleh kepala ruangan dalam menerapkan komunikasi yang efektif pada katim dan perawat pelaksana.

5. Adanya sikap perawat yang setuju tentang pelaksanaan komunikasi SBAR dalam overan sebanyak 67 %

1. Perawat belum optimal dalam mengaplikasikan pelaksanaan overan dengan metode SBAR

2. Kurangnya fungsi controlling yang dilakukan oleh kepala ruangan dalam penerapan komunikasi SBAR pada bawahannya.

3. Tidak tersedianya format baku pengisian buku laporan dengan menggunakan metode SBAR

4. Sebanyak 33 % perawat kurang setuju tentang pelaksanaan komunikasi SBAR dalam overan

O (Peluang)

T (Ancaman)

1. Rumah sakit M.Djamil merupakan rumah sakit rujukan wilayah Sumatra bagian tengah

2. Salah satu misi rumah sakit yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan prima, berdaya saing, namun masih terjangkau oleh semua lapisan masyarakat

3. Adanya mahasiswa praktek profesi di ruang kronis IRNA Kebidanan Anak

4. Adanya akreditasi rumah sakit tipe A dan JCI 2014

5. Adanya motivasi dari kepala ruangan kepada perawat untuk meningkatkan komunikasi yang efektif

6. Tersedianya SPO teknik komunikasi berdasarkan SBAR

1. Meningkatkan kemungkinan kesalahan dalam penerimaan informasi

2. Meningkatkan kemungkinan kesalahan dalam pemberian intervensi kepada klien

3.Belum optimalnya petugas dalam pemberianobat dengan prinsip 12 benar di ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

S (Kekuatan)

W (Kelemahan)

1. Adanya arahan dilakukan oleh kepala ruangan kepada katim dan perawat pelaksana.

1. Sarana dan prasarana belum memadai seperti tersedianya bak 1 instrumen injeksi di ruang kronis anak

2. 6 dari 9 perawat (67%) belum mengetahui tentang prinsip 12 benar pemberian obat

3. Sebagian besar (75%) perawat belum mengisi dokumentasi pemberian obat

4. Kurangnya koordinasi antar tenaga kesehatan (perawat, dokter dan farmasi) di ruangan dalam pemberian obat

O (Peluang)

T (Ancaman)

1. Adanya mahasiswa FKEP yang sedang praktek profesi peminatan keperawatan anak

2. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa FKEP dengan perawat ruangan

3. Adanya motivasi dari kepala ruangan kepada perawat untuk meningkatkan pemberian obat dengan prinsip 6 benar

1. Pelayanan keperawatan yang diberikan tidak optimal.

2. Tuntutan dari masyarakat akan pelayanan yang maksimal.

3. Adanya UU perlindungan Konsumen (UU No 8 th 1999) yang menyebabkan konsumen lebih kritis dan berani dalam mengkritisi pelayanan keperawatan.

4.Belum optimalnya pencegahan dalam mengurangiresiko infeksi dengancuci tangan 6 langkah pada pasien di ruangKronis IRNA Kebidanan Anak

S (Kekuatan)

W (Kelemahan)

1. Perawat diruang Kronis IRNA Kebidanan Anak memilki pengetahuan tentang tindakan pengurangan infeksi

2. Semua perawat (100%) memiliki sikap yang positif terhadap pelaksanaan pengurangan infeksi dan kewaspadaan universal

3. Tersedianya washtafle

4. Tersedianya sabun cuci tangan di washtafle

5. Tersedianya SPO cuci tangan

6. Tersedianya poster 6 langkah cuci tangan

7. Arahan dari Karu untuk menerapkan 6 langkah cuci tangan

1. Sebagian besar (99,88%) perawat belum optimal dalam menerapkan 6 langkah cuci tangan

2. Belum terpakainya sarana dan prasarana yang optimal

3. Kurangnya jumlah wastafel yang tersedia di ruangan

4. Hanya satu tersedia handrub di ruang kronis

O (Peluang)

T (Ancaman)

1. Adanya pemahaman pada setiap perawat akan pentingnya pengurangan risiko infeksi dan penggunaan kewaspadaan universal

2. Adanya ketersediaan fasilitas dari rumah sakit untuk penerapan kewaspadaan universal

3. Adanya mahasiswa FKEP yang sedang praktek profesi peminatan keperawatan anak.

4. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa FKEP dengan perawat ruangan.

5. Adanya motivasi dari kepala ruangan kepada perawat untuk meningkatkan pengendalian infeksi dan kewaspadaan universal

6. Tersedianya Poster 6 Langkah Cuci Tangan

1. Adanya penularan penyakit dari pasien ke petugas atau sesame pasien

2. Kejadian infeksi nosocomial semakin meningkat

3. Mutu pelayanan semakin menurun

4. Semakin lamanya jumlah hari rawatan pasien di rumah sakit

5.Belum optimalnya petugas dalam Assesment dan pengurangan resiko pasienjatuh di ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

S (Kekuatan)

W (Kelemahan)

1. Perawat diruang kronis telah terpapar dengan sosialisasi yang terus dilakukan oleh kepala ruangan pada katim dan perawat pelaksana.

2. Adanya blangko Assesment resiko pasien jatuh (skala humty dumpty) yang telah tersedia.

3. Adanya arahan oleh kepala ruangan dalam menerapkan komunikasi yang efektif pada katim dan perawat pelaksana.

1. Blanko Assesment risiko pasien jatuh tidak diisi karena beban kerja perawat tidak sesuai dengan jumlah perawat yang dinas.

2. Beban kerja perawat tidak sesuai dengan jumlah perawat yang dinas sehingga perawat lebih banyak berfokus pada rekomendasi medis seperti fokus pada orderan dokter.

3. Lebih dari separoh pasien (52%) yang beresiko tinggi jatuh.

4. Lebih dari separoh (53%) pasien tidak ada dilakukan penilaian dengan asessment resiko jatuh dalam waktu 4 jam dari pasien masuk RS di ruangan Kronis IRNA Anak KebidananRSUP Dr. M. Djamil Padang

5. Belum adanya poster tentang pasien safety di ruangan.

O (Peluang)

T (Ancaman)

1. Adanya mahasiswa FKEP yang sedang praktek profesi peminatan keperawatan anak.

2. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa FKEP dengan perawat ruangan.

3. Adanya motivasi dari kepala ruangan kepada perawat untuk melakukan Assesment resiko pasien jatuh.

4. Tersedianya blangko Assesment resiko pasien jatuh (skala humty dumpty) yang telah tersedia.

1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang profesional.

2. Adanya pasien yang berisiko tinggi jatuh.

3. Adanya UU perlindungan Konsumen (UU No 8 tahun 1999) yang menyebabkan konsumen lebih kritis dan berani dalam mengkritisi pelayanan keperawatan

C.PrioritasMasalah

Penentuan urutan masalah yang menjadi prioritas dilakukanpenghitungan dengan pembobotan pada setiap masalah yang ditemukan. Prosesmemprioritaskan masalah akan dilakukan dengan pembobotan yang memperhatikanaspek sebagai berikut :

Magnitude (M) : kecenderungan dan seringnya kejadian masalahSeverity (S) : besarnya kerugian yang ditimbulkanManageable (Mn) : bisa dipecahkanNursing consern (Nc) : melibatkan perhatian dan pertimbangan perawatAffordability (Af) : ketersediaan sumber daya

Aspek-aspek di atas dapat diukur dengan cara yaitu :

1.Magnitude/prevalensi masalah yaitu apabila masalahtersebut lebih banyak ditemukan (prevalensinya tinggi)

2.Severity/akibat yang ditimbulkan yaitu apabila akibatyang ditimbulkan suatu masalah lebih serius

3.Manageable/bisa dipecahkan yaitu apabila masalah yang adadiyakini dapat terpecahkan (menemukan jalan keluar)

4.Nursing consern/keterlibatan perawat yaitu jika masalahtersebut akan selalu melibatkan dan memerlukan pertimbangan perawat

5.Affordability/ketersediaan sumber daya yaitu adanyasumber daya yang mencakup dana, sarana dan tenaga yang diperlukan untukmenyelesaikan suatu masalah

Dengan rentang nilai 1 5 yaitu 5 = sangat penting, 4 =penting, 3 = cukup penting, 2 = kurang penting, 1 = sangat kurang penting.Dimana yang menjadi prioritas adalah masalah dengan jumlah nilai/skor palingbesar. Skor akhir dirumuskan dengan cara : M x S x Mn x Nc x Af (Rita, 2014)

Tabel 1

PrioritasMasalah Manajemen Keperawatan Di Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2014

No

Masalah

M

S

Mn

Nc

Af

Skor

Prioritas

1

Belum optimalnya penerapan identifikasi pasien sesuai SPO di ruang kronis IRNA Kebidanan Anak

3

4

3

5

4

720

II

2

Belum optimalnya pelaksanaan komunikasi dalam overan berdasarkan teknik komunikasi SBAR di ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

4

3

3

4

4

576

III

3

Belum optimalnya penerapan pemberian obat dengan prinsip 12 benar di ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

4

5

4

4

3

960

I

4

Belum optimalnya penerapan pengurangan risiko infeksi diruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

3

4

3

2

4

288

V

5

Belum optimalnya penerapan petugas dalam Assesment dan pengurangan resiko pasien jatuh diruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

3

4

3

3

4

432

IV

DaftarPrioritas Masalah

1.Belumoptimalnya penerapan pemberian obat dengan prinsip 12 benar di ruang KronisIRNA Kebidanan Anak

2.Belumoptimalnya penerapan identifikasi pasien sesuai SPO di ruang kronis IRNAKebidanan Anak

3.Belum optimalnya pelaksanaan komunikasidalam overan berdasarkan teknik komunikasi SBAR di ruang Kronis IRNA KebidananAnak

4.Belumoptimalnya penerapan petugas dalam Assesmentdan pengurangan resiko pasien jatuh diruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

5.Belum optimalnya penerapan penguranganrisiko infeksi diruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

F.AlternatifPemecahan Masalah (FISH BONE / RCA)

1.Belumoptimalnya penerapan pemberian obat dengan prinsip 12 benar di ruang KronisIRNA Kebidanan Anak

2.

MAN (PERAWAT)

Belum optimalnya penerapanidentifikasi pasien sesuai SPOdi ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

Ketidakseimbangan jumlah perawat dengan pasien sehingga saat mengidentifikasi pasien perawat melakukannya secara singkat

METHOD

MARKET

MACHINE

6.

197

AlternatifPemecahan Masalah (Fish Bone/RCA)

Kurang optimalnya pengisian asuhan keperawatan pada status pasien

3.Belumoptimalnya penerapan petugas dalam Assesmentdan pengurangan resiko pasien jatuh diruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

Poster-poster untuk mengingatkan perawat untuk melakukan cuci tangan dengan 5 moment masih kurang

5. Belum optimalnya penerapan pengurangan risikoinfeksi diruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

- Belum optimalnya perawat dalam mengaplikasikan 6 langkah cuci tangan karena hanya 1 wastafel yang tersedia di ruangan dan hanya ada 1 handrub yang tersedia di ruangan kronis

Sebagian besar (75%) perawat tidak menerapkan langkah ke 6 dari 6 langkah cuci tangan

- Sebagian besar (99,88%) perawat belum optimal dalam menerapkan 6 langkah cuci tangan

Perawat kurang melakukan cuci tangan pada saat sebelum ke pasien karena jarak ke wastafel jauh dan antri

89% keluarga tidak mengetahui tentang cuci tangan dengan 6 langkah, karena belum adanya sosialisasi pada keluarga pasien

62% perawat tidak mengganti handscoen saat menyentuh pasien yang satu ke pasien yang lain, karena penyediaan handskoen yang terbatas

G.POA (Planning OfAction)

No

Masalah Kesehatan

Rencana Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Waktu

Tempat

Penanggung Jawab

1..

Belum optimalnya penerapan pemberian obat dengan prinsip 12 benar di ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

a. Pembuatan form dokumentasi pemberian obat

b. Pemberian materi tentang pemberian obat dengan prinsip 12 benar

c. Poster-poster untuk mengingatkan perawat agar dapat mengoptimalkan prinsip pemberian obat dengan prinsip 12 benar

d. Roleplay tentang pemberian obat dengan prinsip 12 benar

a. Tersedia format dokumentasi pemberian obat

b. Terbentuknya poster pemberian obat dengan prinsip 6 benar untuk mengingatkan perawat dalam menerapkan pemberian obat dengan prinsip 12 benar

perawat

disesuaikan

Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

Mahasiswa F Kep: Rahmiati DS

Perawat Ruangan:

2.

Belum optimalnya penerapan identifikasi pasien sesuai SPO di ruang kronis IRNA Kebidanan Anak

a. Roleplay tentang identifikasi pasien

a. Pembuatan poster cara pelaksanaan identifikasi pasien

b. Pemberian nomor bed pasien dengan di cat

Perawat mampu mengaplikasikan identifikasi pasien dengan benar

perawat

disesuaikan

Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

Mahasiswa F kep : Maila Andra Santi

3.

Belum optimalnya pelaksanaan komunikasi dalam overan berdasarkan teknik komunikasi SBAR di ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

a. Pengadaan pre dan post confrence

b. Pelaksanaan role play tentang overan dengan komunikasi yang efektif

c. Pembuatan form dokumentasi dengan metode SBAR

d. Mengevaluasi pelaksanaan timbang terima, pre-post conference yang benar

Meningkatkan keefektifan pelaksanaan komunikasi dalam overan berdasarkan teknik komunikasi SBAR

Perawat

Disesuaikan

Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

Mahasiswa F kep: Sri Mardhiah Putri

4.

Belum optimalnya penerapan petugas dalam Assesment dan pengurangan resiko pasien jatuh diruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

a. Membuat label tingkat resiko jatuh

b. Pembuatan Poster tentang pentingnya Assesment risiko pasien jatuh

Mempermudah petugas di ruangan dalam mengidentifikasi tingkat resiko jatuh pasien dan menghindari terjadinya kejadian pasien jatuh

Perawat

Disesuaikan

Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

Mahasiswa F Kep : Reftika Edelwis

5

Belum optimalnya penerapan pengurangan risiko infeksi diruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

a. Role play tentang cara pengurangan infeksi (6 cuci tangan yang benar) dan menerapkan 5 moment cuci tangan

b. Membatasi jumlah pengunjung untuk mengururangi risiko infeksi

c. Pendidikan kesehatan tentang cuci tangan 6 langkah pada keluarga pasien

Meningkatkan keefektifan petugas dalam mengurangi resiko infeksi dan penggunaan kewaspadaan universal

Perawat

Disesuaikan

Ruang Kronis IRNA Kebidanan Anak

Mahasiswa F Kep : Wiwike Yanti Elfisa

DAFTAR PUSTAKA

Andry, M. M. (2011).Keselamatan PasienVersi Standar Internasional IPSG (International PatientSafety Goal).Yogyakarta

American Association for theAdvancement of Science et al. (1999). Proceedings ofrEnhancing PatientSafety and Reducing Errors ini Health Care. Illinois: National PatientSafety Foundation.

Alimul,A. A. (2006). Kebutuhan dasar manusiaaplikasi konsep dan keperawatan. Jakarta: salemba Medika

Arwanidan Heru Supriyanto. (2010). Manajemenbangsal keperawatan. Jakarta: EGC

Gillies,DA. (1994). Manajemen keperawatan suatupendekatan. Edisi 2. Terjemahan illinois:WB Saunders Company

Nursalam.(2011). Konsep dan penerapan metodologiPenelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Rita,Nova. (2013). Laporan residensikepemimpinan dan menejemen keperawatan di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam. Padang:Universitas Andalas

KUESIONER

EVALUASIAPLIKASI KESELAMATAN PASIEN DI RUANG KRONISIRNA KEBIDANAN ANAK RSUPDR. M. DJAMIL PADANG

No.Kode :

Petunjuk pengisian:

1. Bacalah setiap item pertanyaan dan alternatif jawaban dengan seksama

2. Check list () jawaban yang dianggap benar di kolom sebelah kiri jawaban

3. Jawaban boleh lebih dari 1

4. Mohon periksa kembali setiap jawaban yang telah dibuat

5. Kuesioner yang telah diisi lengkap mohon dikembalikan kepada peneliti

I.IdentitasResponden

Nama Inisial :...................................................................................

Umur :...................................................................................

Pendidikan :...................................................................................

Jenis Kelamin :...................................................................................

Jabatan/Unit :...................................................................................

Lama Bekerja :...................................................................................

II. Identifikasi Pasien

1.Sebutkan tindakan /prosedur yangmembutuhkan Identifikasi pasien ..............................................................................

2.Sebutkan macam-macam gelangpasien..............................................

LEMBAR OBSERVASI IDENTIFIKASI PASIEN

No.

Kategori

Ya

Tidak

Ket

1.

a. Meminta pasien untuk menyebutkan nama lengkap dan nama ibu kandungnya.

b. Periksa dan bandingkan data pada gelang pengenal dengan rekam medis. Jika data yang diperoleh sama, lakukan prosedur/ berikan obat.

c. Jika terdapat 2 pasien di ruangan rawat inap dangan nama yang sama, periksa ulang identitas dengan melihat alamat rumahnya.

LEMBAR OBSERVASI

A.Sikap

Petunjuk pengisian:

Beri tanda check list () pada pernyataan menurutpilihan anda.

No

Pernyataan

YA

TIDAK

KET

1

Prinsip enam benar pemberian obat penting diterapkan untuk menghindari kesalahan pemberian obat

2

Mengecek identitas pasien (gelang identitas atau papan nama pasien) akan menambah beban kerja perawat

3

Patient safety (keselamatan pasien), terutama medication safety (keamanan pengobatan) perlu disosialisasikan

4

Pengkajian cukup dilakukan saat pasien baru masuk rawat inap saja

5

Pendokumentasian dilakukan segera setelah obat diberikan

6

Sebelum memberikan obat, label obat dicek sebanyak 3 kali

7

Obat baru diletakkan di belakang atau di bawah tempat penyimpanan obat

8

Bila obat dalam bentuk cairan, tetap diberikan walaupun terjadi perubahan warna

9

Untuk obat oral, pasien perlu ditunggui sampai obat benar-benar diminum

10

Mengecek tanggal kadaluarsa bukanlah tugas perawat

11

Pendidikan kesehatan tentang pengobatan diberikan pada pasien bila pasien bertanya saja

12

Jarum suntik bekas perlu dibuang ke tempat khusus

13

Pasien memiliki hak untuk mengajukan penolakan terhadap pengobatan yang diterima

14

Jika ada keraguan, dosis obat harus dihitung ulang dan diperiksa oleh perawat lain

15

Evaluasi pemberian obat cukup dipantau saat perawat ganti shift (overan) saja

B.Tindakan

Petunjuk pengisian:

Beri tanda checklist () pada tindakan yang Anda lakukan. Apakah Anda melakukan prosedur dibawah ini?

Keterangan :

Ya (Dilakukan)

Tidak (Tidak dilakukan)

Kegiatan

Ya

Tidak

Persiapan (11)

1. Mencuci tangan sebelum menyiapkan obat.

2. Mengecek profil pasien (usia, kehamilan, kebiasaan merokok/minuman beralkohol, penyakit hati atau ginjal, psikososial) dan status alergi.

3. Mengecek permintaan obat melalui pemberi order (catatan dokter) dan/atau daftar obat.

4. Mengetahui alasan kenapa pasien mendapatkan obat.

5. Mengecek label obat sebanyak 3x:

- Melihat kemasan obat.

- Membaca permintaan obat dan membandingkan dengan kemasan sebelum dituang.

- Mengembalikan kemasan setelah obat dituang ke lemari obat.

6. Mengecek tanggal obat diorder dan tanggal akhir pemberian (seperti: antibiotik).

7. Mengecek tanggal kadaluarsa obat.

8. Mengecek ulang perhitungan dosis obat oleh perawat lain (jika dibutuhkan sesuai kebijakan).

9. Memeriksa dosis obat yang perlu diwaspadai (potensi bahaya/toxic) oleh perawat lain/petugas farmasi.

10. Menuang tablet atau kapsul ke dalam kom obat. Untuk 1dosis tunggal, kemasan dibuka di samping tempat tidur pasien setelah memeriksa identitas pasien.

11. Mencairkan/mengencerkan/menggerus obat yang dapat mengiritasi mukosa lambung (seperti: potassium, aspirin) atau berikan bersama makanan.

Pemberian Obat (19)

1. Memberikan obat yang hanya Anda siapkan. Jangan memberikan obat yang disiapkan oleh petugas lain.

2. Mengenali pasien melalui gelang identitas atau foto identitas atau papan nama pasien.

3. Menjelaskan prosedur pemberian obat.

4. Memberikan informasi (pendidikan kesehatan) tentang obat yang diberikan.

5. Mengkaji ketepatan posisi pasien, tergantung rute/cara pemberian obat.

6. Menilai kemampuan menelan pasien atau cek kepatenan slang NGT dan mengirigasi slang dengan air sebelum dan setelah pemberian obat.

7. Mendampingi pasien sampai obat bekerja, contohnya: obat oral (Tetap bersama pasien sampai obat oral telah diminum. Bila ada indikasi penundaan, kembali ke ruangan pasien di waktu yang tepat, jangan pernah meninggalkan obat di meja pasien atau menitipkan pada pasien/keluarga pasien).

8. Melakukan teknik aseptik, terutama rute parenteral.

9. Memberikan cairan intra muskuler tidak lebih dari 2,5 atau 3ml di satu tempat. Pemberian subkutan pada bayi (infan) tidak lebih dari 1ml.

10. Tidak menggunakan kembali jarum (suntik) yang sama.

11. Ketika memberikan obat untuk sekelompok pasien, memberikan obat terakhir kepada pasien yang membutuhkan bantuan khusus.

12. Meminta nama dan tanda tangan pasien/keluarga (pada lembar daftar obat).

13. Jarum dan spuit dibuang ke tempat khusus.

14. Pembuangan obat adalah tergantung kebijakan institusi dan hukum setempat. Contohnya, pembuangan obat ke washtafel atau kamar mandi, tidak di tempat sampah.

15. Ketepatan penyimpanan (beberapa perlu tempat pendingin/suhu tertentu).

16. Menulis tanggal dan waktu dibuka dan inisial Anda di label.

17. Menyimpan narkotik di laci atau lemari yang terkunci. Lemari obat harus selalu dikunci ketika tidak digunakan.

18. Mengunci untuk laci atau lemari obat narkotik harus disimpan oleh perawat dan tidak dibiarkan di laci atau lemari saja.

19. Menghindari kontaminasi terhadap kulit dan terhirup partikel yang menyebabkan alergi bagi yang sensitif.

Pelaporan (7)

1. Melaporkan langsung kesalahan obat ke pemberi resep dan/atau manajer keperawatan.

2. Melengkapi laporan kejadian.

3. Mencatat: obat yang diberikan, dosis, waktu, rute, waktu dan tanggal pemberian dan nama dan tanda tangan Anda.

4. Mencatat segera obat setelah diberikan, terutama dosis sekali pemberian.

5. Mencatat keefektifan dan reaksi pemberian obat.

6. Melaporkan ke petugas dan catat obat yang ditolak dengan alasan penolakan (lampirkan form penolakan).

Diadopsi dari Kee,Hayes & McCuistion (2009) dengan perubahan seperlunya disesuaikan denganprinsip sepuluh benar pemberian obat.

LEMBAR OBSERVASI CUCI TANGAN

No.

Kategori

Ya

Tidak

Ket

1.

Mencuci tangan dengan langkah 6 benar

a. Ratakan sabun/handscrub dengan kedua telapak tangan dengan memutar berlawanan arah jarum jam

b. Telapak tangan di atas punggung tangan kiri, gosok punggung tangan dan sela-sela jari kiri, gerakan maju mundur dan selanjutnya

c. Kedua telapak tangan saling berhadapan dan jari-jari saling menyilang, gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari dari bagian pangkal jari ke arah luar (ujung)

d. Kedua tangan saling menggenggam, jari-jari saling mengunci, punggung jari tangan satu pada telapak tangan lainnya saling menggosok

e. Telapak tangan kanan menggenggam ibu jari kiri, gosok secara memutar ibu jari kiri dan sela ibu jari dan telunjuk mnggunakan ibu jari dan telapak tangan kanan, lakukan sebaliknya

f. Gosokkan secara memutar ujung jari tangan kanan diatas telapak tangan kiri, posisi jari dalam keadaan rapat, lakukan sebaliknya

LEMBAR OBSERVASI OVERAN SBAR

No

Pelaksanaan

Observasi 1

Observasi 2

Observasi 3

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

1.

Teknik komunikasi SBAR

a. Situasion

Nama

Umur

Tgl masuk

Hari rawatan

Diagnosa medis

Masalah keperawatan

b. Background

Keluhan utama

Intervensi yang telah dilakukan

Respon pasien

Pemasangan alat intensif dan obat/ infus

c. Asssesment

Hasil pengkajian pasien terkini

Tanda vital

Pain score

Tingkat kesadaran

Resiko jatuh

Status nutrisi

Eliminasi

Hasil investigasi yang abnormal

Informasi klinik lain yang mendukung

d. Recommendation

Rekomendasi NCP yang perlu dilanjutkan termasuk discharge planning

Edukasi pasien atau keluarga

LEMBAR OBSERVASI ASSESSMEN PASIENBARU

No

Nama Pasien

Jam Masuk

Jam Assesment Awal

Ada

Tidak ada

LEMBAR OBSERVASI ASSESSMENT PASIEN RESIKO JATUH

No

Nama pasien

Kategori

resiko jatuh

Asessment Harian

Asssesment 2 x

Saat transfer

Perubahan kondisi

Kejadian jatuh

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

SIKAP

No

Pernyataan

Sangat Setuju

Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

1

Saya mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien

2

Sebelum melakukan prosedur aseptic saya mencuci tangan

3

Mencuci tangan Setelah kontak dengan pasien merupakan hal yang penting

4

Setelah kontak dengan lingkungan pasien sangat penting mencuci tangan.

5

Saya mencuci tangan Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien

Diposting oleh

Rizki Kurniadi

HariJuni 13, 2016

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru

Posting Lama

Beranda

Langganan:Posting Komentar (Atom)

PROFIL SAYA

Rizki Kurniadi

Lihat profil lengkapku

Entri Populer

MACAM-MACAM SUARA NAFAS

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FEBRIS

ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM PADA An. R DI MELATI 2 INSKA RSUP DR. SARDJITO

DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA DALAM 9 POLA KEBUTUHAN KESEHATAN DASAR MANUSIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. SR DENGAN POST PARTUM DI RUANG DDS RSUP DR SARDJITO JOGJAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA DENGAN NANDA, NOC, NIC

ASUHAN KEPERAWATAN POST OP SECTIO CAESARIA TERHADAP NY. S DI POLI KEBIDANAN RSU BANYUMAS JAWA TENGAH APLIKASI NANDA, NOC, NIC

ASUHAN KEPERAWATAN STROKE DENGAN NANDA, NOC, NIC

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA HALUSINASI PENDENGARAN

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE

Arsip Blog

18

(193)

April

(25)

19 Apr

(3)

15 Apr

(3)

11 Apr

(2)

10 Apr

(1)

08 Apr

(2)

07 Apr

(1)

06 Apr

(3)

05 Apr

(10)

Maret

(105)

30 Mar

(1)

29 Mar

(19)

27 Mar

(1)

26 Mar

(1)

24 Mar

(3)

23 Mar

(5)

22 Mar

(10)

20 Mar

(2)

16 Mar

(1)

15 Mar

(19)

14 Mar

(7)

13 Mar

(8)

12 Mar

(7)

09 Mar

(1)

08 Mar

(7)

07 Mar

(3)

06 Mar

(2)

05 Mar

(5)

04 Mar

(1)

01 Mar

(2)

Februari

(63)

28 Feb

(4)

23 Feb

(1)

22 Feb

(5)

17 Feb

(1)

16 Feb

(1)

15 Feb

(11)

14 Feb

(2)

11 Feb

(7)

10 Feb

(14)

09 Feb

(17)

17

(208)

Februari

(60)

17 Feb

(2)

16 Feb

(14)

02 Feb

(16)

01 Feb

(28)

Januari

(148)

31 Jan

(20)

30 Jan

(23)

27 Jan

(13)

26 Jan

(92)

16

(432)

Agustus

(28)

09 Agu

(14)

03 Agu

(10)

01 Agu

(4)

Juli

(200)

28 Jul

(10)

23 Jul

(18)

22 Jul

(8)

21 Jul

(38)

20 Jul

(5)

19 Jul

(15)

18 Jul

(47)

17 Jul

(9)

16 Jul

(6)

15 Jul

(9)

14 Jul

(10)

13 Jul

(16)

12 Jul

(9)

Juni

(204)

25 Jun

(13)

24 Jun

(3)

23 Jun

(32)

22 Jun

(27)

20 Jun

(10)

19 Jun

(16)

14 Jun

(5)

13 Jun

(39)LAPORAN HASIL PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG ANEMIA ...PENYULUHAN "RUMAH SEHAT"ANALISA DATA, RENPRA, DAN POA KEPERAWATAN KOMUNITA...Asuhan Keperawatan Isolasi SosialTINJAUAN TEORITIS GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL: Menari...SATUAN ACARA PENGAJARAN TIMBANG TERIMARencana Strategi Ronde Keperawatan Diit Pasca Ope...RENCANA STRATEGI RONDE KEPERAWATAN Teknik Rela...LOKAKARYA MINI II PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN KEPERA...SATUAN ACARA PENYULUHAN DESIMINASI PENDOKUMENTASI...LAPORAN IMPLEMENTASI Pengenalan Asuhan Keperawata...POA (Planning of Action) di ruang HCU AnakLEMBAR KUESIONER MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANGAN...LEMBAR KUESIONER MANAJEMEN PEMINATAN KEPERAWATAN ...MANAJEMEN PEMINATAN ANAKAplikasi NANDA, NOC Dan NIC Dalam Asuhan Keperawat...BAGIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH FORMAT PENGKAJIA...FORMAT PENGKAJIAN GORDONRENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGAPROSES KEPERAWATAN KELUARGASEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN pada NY. L denga...FORMAT PENGKAJIAN NEONATUSDESIMINASI ILMU : Pemberian Kompres Dingin untuk P...LAPORAN KASUS STEMI DI RUANGAN CVCUTELAAH JURNAL KEPERAWATANSTRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATANFORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA KELUA...PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWAATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENCEGAHAN LUKA PADA...DESIMINASI PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATANAsuhan Keperawatan Haemorrhagic Disease of The New...PRE PLANNING KAJIAN AWAL PENERAPAN TIMBANG TER...PRAKTIK PROFESI MANAJEMENPRIORITAS, ALTERNATIF MASALAH DAN PLAN OF ACTION M...PRE PLANNING MMK III RW VII KELURAHAN PISANG KE...PRE PLANNING MUSYAWARAH MASYARAKAT KELURAHAN RW V...PRE PLANNING MMK I PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN KO...Winshield SurveyPEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA KESEHATAN (POKJAKES) R...

11 Jun

(43)

09 Jun

(10)

08 Jun

(6)

12

(1422)

Desember

(76)

19 Des

(2)

16 Des

(7)

15 Des

(7)

14 Des

(11)

13 Des

(14)

10 Des

(25)

07 Des

(10)

November

(51)

24 Nov

(1)

22 Nov

(12)

21 Nov

(8)

20 Nov

(30)

Oktober

(50)

20 Okt

(10)

19 Okt

(3)

09 Okt

(17)

07 Okt

(4)

06 Okt

(2)

05 Okt

(8)

04 Okt

(3)

03 Okt

(3)

September

(6)

24 Sep

(1)

20 Sep

(5)

Juni

(26)

20 Jun

(6)

12 Jun

(13)

10 Jun

(1)

09 Jun

(3)

01 Jun

(3)

Mei

(88)

30 Mei

(10)

29 Mei

(14)

26 Mei

(16)

23 Mei

(5)

22 Mei

(35)

19 Mei

(3)

15 Mei

(4)

04 Mei

(1)

April

(39)

28 Apr

(2)

14 Apr

(6)

08 Apr

(1)

07 Apr

(8)

04 Apr

(8)

01 Apr

(14)

Maret

(695)

31 Mar

(16)

30 Mar

(19)

29 Mar

(15)

28 Mar

(3)

27 Mar

(63)

26 Mar

(6)

25 Mar

(6)

24 Mar

(14)

22 Mar

(11)

21 Mar

(55)

20 Mar

(20)

18 Mar

(16)

17 Mar

(39)

16 Mar

(12)

15 Mar

(31)

14 Mar

(13)

12 Mar

(9)

10 Mar

(22)

09 Mar

(56)

08 Mar

(36)

07 Mar

(77)

04 Mar

(34)

03 Mar

(50)

02 Mar

(43)

01 Mar

(29)

Februari

(358)

29 Feb

(13)

28 Feb

(72)

27 Feb

(43)

26 Feb

(23)

25 Feb

(22)

22 Feb

(16)

21 Feb

(45)

18 Feb

(15)

17 Feb

(11)

16 Feb

(51)

13 Feb

(13)

12 Feb

(34)

Januari

(33)

31 Jan

(3)

30 Jan

(2)

29 Jan

(16)

28 Jan

(9)

27 Jan

(3)

11

(62)

Desember

(62)

18 Des

(28)

17 Des

(27)

16 Des

(5)

15 Des

(2)

free backlinks creator for your blog or site

Rank & Link

Tema Sederhana. Gambar tema oleh luoman. Diberdayakan oleh Blogger.