ltm pemicu 4 kimia analitik
DESCRIPTION
etrtTRANSCRIPT
LTM PEMICU 4 KIMIA ANALITIK
Nama : Nurania Saubryani
NPM : 1306392866
Pemicu : -Persamaan Young-Laplace
-Konsentrasi kelebihan permukaan(surface excess)
-Energi bebas permukaan, adsorpsi positif, adsorpsi negative
-Persamaan Langmuir dan Freundlich
-Pembuatan Sabun dan prosesnya
-Bahan kimia yang terdapat dalam Detergen
A. Menentukan tegangan permukaan (persamaan Young-Laplace)
Penentuan tegangan permukaan dengan menggunakan metode kenaikan kapiler melibatkan
permukaan lengkung dengan sudut kontak tidak sama dengan nol. Kenaikan cairan pada pipa kapiler
dapat diasumsikan sebagai terjadinya lapisan tipis film cairan yang teradsorpsi pada dinding kapiler.
Untuk mengurangi daerah permukaan yang terkena udara, cairan akan naik pada pipa. Kesetimbangan
akan tercapai bila energi bebas mencapai nilai minimum.
Gambar 1. Kenaikan dan penurunan cairan dalam kapiler
Anggap terdapat cairan berjari - jari r dan tekanan P pada kesetimbangan dalam pipa kapiler.
Adanya tegangan permukaan menyebabkan cairan mengkerut menjadi r – dr dan tekanan uap bertambah
menjadi P + ΔP. Besarnya penambahan tekanan (ΔP) harus sebanding dengan perubahan luas permukaan.
Bila cairan dianggap berbentuk bola (spheric), maka
ΔP=dA
=8π rdr
Karena perubahan luas permukaan (dA) akan sebanding dengan perubahan volume (dV),
dV =4 πr2 dr
maka kerja yang dilakukan adalah
w=Δ PdV
=ΔP . 4 πr2 dr
Nilai kerja (w) harus sebanding dengan perubahan tegangan permukaan
ΔP . 4πr 2dr=γ . 8π rdr
ΔP=2 γr
PERSAMAAN YOUNG-LAPLACE
P¿−Pout=2r
Dimana : P¿ = Tekanan cairan pada permukaan Cekung
Pout= Tekanan cairan pada permukaan cembung
r = jari – jari cairan dalam pipa kapiler
= tegangan permukaan(surface tension)
Untuk menentukan nilai r digunakan persamaan
r=r pipa
cosθ
pln−ρout=2 γ cosθ
r pipa
Adanya tekanan atmosfer mendorong cairan dalam pipa ke atas sampai perbedaan tekanan cairan pada
permukaan cekung dan permukaan cembung dapat diimbangi oleh tekanan hidrostatik akibat kenaikan
cairan setinggi h pada pipa(P=ρ gh).
2 γ cosθr pipa
=hg (ρln−ρout )
Jika ρ ln adalah rapat massa cairan dan ρout adalah rapat massa uap, makaρout « ρ ln . Sehingga
persamaan (10) menjadi
2 γ cosθr pipa
=hg (ρln−ρout )
γ=hg ρ ln r pipa
2 cosθ
B. Konsentrasi Kelebihan Permukaan
Untuk sistem dua fasa dua komponen, persamaan isoterm adsorpsi Gibbs dapat dinyatakan sebagai
dγ=−Γ s dμs dμs =RTlnc
dγ=−RT Γ sdcc
∫γ 0
γ 1
dγ=−RT Γs∫c 0
c 1dcc
γ|γ 0
γ 1
=−RT Γ s ln c|c 0c1
Γ s=− γ 1−γ 0RT ( ln c1− ln c0 )
Dimana : Γ s = konsentrasi kelebihan permukaan
= tegangan permukaan pada komponen awal
γ 1 = tegangan permukaan pada komponen awal
c 0 = konsentrasi γ pada komponen awal
c 1 = konsentrasi γ pada komponen akhir
C. Energi bebas permukaan, adsorpsi positif, adsorpsi negative
Tinjau suatu sistem dimana terdapat tetesan cairan sebanyak dn mol (dari fasa ruahnya) dengan jari –
jari r di atas permukaan. Tekanan uap normal cairan adalah P0 dan tekanan uap tetesan adalah P. Karena
G−G0=nRT ln PP0
, maka perubahan energi bebas Gibbs untuk sistem di atas dapat dinyatakan
sebagai
dG=dnRT ln PP0
Perubahan energi bebas juga dapat ditentukan dari perubahan energi permukaan cairan yang terjadi akibat
kenaikan area permukaan karena penambahan sejumlah dn mol senyawa dengan massa molar M.
Penambahan ini menyebabkan kenaikan volume sebesar M dn/ρ yang besarnya sebanding dengan
perubahan jari – jari tetesan berluas 4πr2 sebanyak dr.
Mρ
dn=4 πr2 dr
dr= M4 πr2 ρ
dn
Perubahan energi permukaan nilainya sama dengan tegangan permukaan dikalikan perubahan
daerah permukan yang merupakan hasil dari perubahan jari – jari tetesan.
dG=γ dA=γ 8 π rdr
Substitusi dr dengan menggunakan persamaan (5.17) menghasilkan
dG=γ 8 πr M4 πr2 ρ
dn
dG=2 γMρr
dn
Dengan menggabungkan persamaan , didapat :
dnRT ln PP0
=2 γMρr
dn
ln PP0
= 2 γMρ rRT
Karena M/ρ adalah volume molar (Vm), maka persamaan menjadi :
ln PP0=
2 γV m
rRT
Persamaan (5.23) disebut sebagai persamaan Kelvin. Menurut persamaan ini, tetesan berjari – jari kecil
akan memiliki tekanan uap yang besar
Termodinamika Permukaan
Untuk mempelajari sifat – sifat terodinamika dari permukaan, terdapat dua pendekatan yang
berlaku. Menurut Gibbs (1878), daerah antar muka dapat dianggap sebagai permukaan dua dimensi
dengan V = 0 tetapi sifat – sifat termodinamikanya ≠ 0. Sedangkan Guggenheim (1940) menyatakan
bahwa daerah antar muka merupakan daerah tiga dimensi dengan volume dan sifat – sifat termodinamika
≠ 0. Tinjauan termodinamika permukaan lebih sering menggunakan pendekatan Gibbs.
Pada pendekatan Gibbs, daerah antar muka diasumsikan sebagai daerah planar dan dilambangkan
dengan superscript σ.
α α
β β
daerah antar muka
Gambar 2. Pendekatan termodinamika Gibbs
Daerah antar muka Gibbs mempunyai ketebalan nol sehingga volumenya adalah nol (Vσ = 0).
Total volume untuk sistem Gibbs adalah
V = Vα + Vβ
Energi dalam fasa α pada sistem Gibbs dinyatakan sebagai
Uα = (U ruah
α
V ruahα )V α
Indeks ”ruah” menyatakan fasa α yang berada pada sistem sesungguhnya. Nilai U ruahα
/ V ruahα
disebut
sebagai energi per unit volume (energy density) dalam fasa ruah α. Dengan cara yang sama, maka nilai Uβ
dapat ditentukan. Total energi dalam pada sistem Gibbs dinyatakan sebagai
U = Uα + Uβ + Uσ atau Uσ = U + Uα – Uβ Nilai entropi sistem dihitung dengan cara
yang sama, yaitu
Sα = ( Sruah
α
V ruahα )V α
, Sβ = ( Sruah
β
V ruahβ )V β
, Sσ = S + Sα – Sβ
Jumlah komponen sistem ditentukan dengan cara
niα=ci
αV α, ni
β=ciβ V β
ni=niα+ni
β+niσ
atau niσ=ni−ni
α−niβ
Menurut Hk. I Termodinamika, pada sistem terbuka yang melibatkan 2 fasa
dU = TdS – PdV + γdA + ∑
iμ i dni
Sistem sesungguhnya Sistem permodelan Gibbs
daerah antar muka Gibbs
Pada daerah antar muka dimana Vσ = 0
dUσ = TdSσ + γdAσ + ∑
iμ i dni
σ
Bila sistem diubah dari keadaaan 1 ke keadaan 2 dengan P, T, dan c, tetap maka
∫1
2
dUσ=T∫1
2
dSσ+γ∫1
2
dA+∑i
μ i∫1
2
dniσ
Indeks 1 menyatakan kondisi dengan nilai yang mendekati nol dan dapat dieliminasi sehingga persamaan
5.9 menjadi
Uσ=TSσ+γA+∑i
μi n iσ
Diferensial total untuk persamaan adalah
dU σ=TdSσ+Sσ dT +γ dA+ Ad γ+∑i
μ i dniσ+∑
ini
σ dμi
Dengan menggabungkan persamaan 5.31 dan 5.34 didapat persamaan
Sσ dT + Ad γ +∑i
niσ dμi=0
Pada temperatur tetap,
Ad γ=−∑i
niσ dμi
Ungkapan di atas disebut persamaan isoterm adsorpsi Gibbs.
Bila nilai konsentrasi permukaan (Γ iσ
) dinyatakan sebagai
Γ iσ=ni
σ / A
maka persamaan isoterm adsorpsi Gibbs menjadi
dγ=−∑i
Γ iσ dμi
Aplikasi paling umum dari isoterm adsorpsi Gibbs adalah pada sistem dua fasa dimana konsentrasi
komponen 1 dan i pada fasa β jauh lebih kecil daripada fasa α, c1β
<< c1α
, c iβ
<< c iα
. Contoh aplikasi ini
meliputi :
a) Sistem cair – uap dengan tekanan uap rendah atau sedang, dimana konsentrasi fasa uap jauh lebih
rendah daripada konsentrasi fasa cairnya.
b) Sistem cair – cair dimana pelarut 1 dan zat terlarut i pada fasa α tidak terlarut pada fasa β.
c) Sistem padat – cair dimana pelarut 1 dan zat terlarut i pada fasa cair tidak terlarut pada fasa padat
(prinsip ini sangat penting dalam elektrokimia).
Untuk sistem – sistem tersebut, berlaku persamaan
Γi (1)=n1
s
A ( nis
n1s −
ni ,bulkα
n1 ,bulkα )
dimana Γi(1) adalah adsorpsi relatif komponen i terhadap komponen 1 (pelarut), nis
dan n1s
adalah jumlah
mol senyawa i dan 1 di daerah antar fasa pada sistem sesungguhnya, ni , bulkα
dan n1 , bulkα
adalah jumlah mol
senyawa i dan 1 pada fasa ruah α dalam sistem sesungguhnya.
a) Bila nilai Γi(1) dari zat terlarut i positif, maka komponen i teradsorpsi positif pada daerah antar
muka.
b) Bila nilai Γi(1) dari zat terlarut i negatif, maka komponen i teradsorpsi negatif pada daerah antar
muka.
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan senyawa pada daerah antar muka dibandingkan dengan jumlah
senyawa tersebut di daerah fasa ruahnya.
D. Persamaan Langmuir dan Freundlich
Isoterm Adsorpsi Langmuir
Pada tahun 1918, Langmuir menurunkan teori isoterm adsorpsi dengan menggunakan model
sederhana berupa padatan yang mengadsorpsi gas pada permukaannya. Pendekatan Langmuir meliputi
lima asumsi mutlak, yaitu :
1. Gas yang teradsorpsi berkelakuan ideal dalam fasa uap
2. Gas yang teradsorpsi dibatasi sampai lapisan monolayer
3. Permukaan adsorbat homogen, artinya afinitas setiap kedudukan ikatan untuk molekul gas sama
lapisan adsorbat monolayer
adsorben
4. Tidak ada antaraksi lateral antar molekul adsorbat
5. Molekul gas yang teradsorpsi terlokalisasi, artinya mereka tidak bergerak pada permukaan
Gambar 3. Pendekatan isoterm adsorpsi Langmuir
Pada kesetimbangan, laju adsorpsi dan desorpsi gas adalah sama. Bila θ menyatakan fraksi yang
ditempati oleh adsorbat dan P menyatakan tekanan gas yang teradsorpsi, maka
k1θ=k 2 P (1−θ )
dengan k1 dan k2 masing – masing merupakan tetapan laju adsorpsi dan desorpsi. Jika didefinisikan a =
k1 / k2, maka
θ= P(a+P )
Pada adsorpsi monolayer, jumlah gas yang teradsorpsi pada tekanan P (y) dan jumlah gas yang diperlukan
untuk membentuk lapisan monolayer dihubungkan dengan θ melalui persamaan
θ= yym
y=ym Pa+P
Teori isoterm adsorpsi Langmuir berlaku untuk adsorpsi kimia, dimana reaksi yang terjadi adalah spesifik
dan umumnya membentuk lapisan monolayer.
Isoterm Adsorpsi Freundlich
Adsorpsi zat terlarut (dari suatu larutan) pada padatan adsorben merupakan hal yang penting.
Aplikasi penggunaan prinsip ini antara lain penghilangan warna larutan (decolorizing) dengan
menggunakan batu apung (charcoal?) dan proses pemisahan dengan menggunakan teknik kromatografi.
Pendekatan isoterm adsorpsi yang cukup memuaskan dijelaskan oleh H. Freundlich. Menurut
Freundlich, jika y adalah berat zat terlarut per gram adsorben dan c adalah konsentrasi zat terlarut dalam
larutan, maka
y = k c1/n
log y= log k+ 1n
logc
dimana k dan n adalah konstanta empiris. Jika persamaan (5.53) diaplikasikan untuk gas, maka y adalah
jumlah gas yang teradsorpsi dan c digantikan dengan tekanan gas. Plot log y terhadap log c atau log P
menghasilkan kurva linier. Dengan menggunakan kurva tersebut, maka nilai k dan n dapat ditentukan.
Gambar 4. Plot isoterm Freundlich untuk adsorpsi H2 pada tungsten (suhu 400oC)
E. Pembuatan Sabun dan prosesnya yang berhubungan dengan Tegangan Permukaan,
Surfaktan, dan Misel
Reaksi pembuatan sabun merupakan reaksi asam lemak dengan larutan alkali biasa disebut dengan
safonifikasi. Larutan alkali yang biasanya digunakan pada sabun keras adalah natrium hidroksida dan
alkali yang biasanya digunakan pada sabun lunak adalah kalium hidroksida.Dua tahap yang penting
dalam pembuatan sabun yaitu saponifikasi lemak netral dan penetralan asam lemak
Saponifikasi Lemak Netral, lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun
adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol.
Masing–masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara
C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh.
Pada pembuatan sabun, bahan dasar yang biasa digunakan adalahC12 - C18. Jika kurang daru C12 maka
dapat menimbulkan iritasi pada kulit, jika lebih dari C20 maka kurang larut sehingga sulit menghasilkan
busa.
Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan NaOH/KOH
membebaskan gliserol.
Trigliserida + 3NaOH → 3RCOONa + gliserin
Pengeringan Sabun, sabun yang diperoleh dari reaksi saponifikasi (sabun murni), dikeringkan
dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabun dikurangi dari 30 –35% pada sabun murni
menjadi 8 – 18% pada sabun butiran atau lempengan.
Netralisasi Asam Lemak, reaksi asam basa antara asam-asam lemak dengan alkali untuk
menghasilkan sabun berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.
O O|| ||
2R – C – OH + NaOH ----------> 2 R – C – ONa + H2Ocaustic soda sabun (keras)
O O|| ||
R – C – OH + KOH ----------> 2R – C – OK + H2Ocaustic potash sabun (lunak)
kemudian sabun dialirkan ke mixer dimana sabun tersebut disirkulasi kembali hingga netralisasi selesai.
Penyelesaian proses netralisasi ditentukan oleh suatu pengukuran potensial elektrik (mV) alkalinitas.
Sabun murni kemudian dikeringkan dengan vakum spray dryer untuk menghasilkan sabun butiran yang
siap untuk diolah menjadi sabun batangan.
Penyempurnaan Sabun, dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan
dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya ke dalam
mixer (amalgamator). Campuran sabun ini kemudian
diteruskan untuk digiling untuk mengolah campuran tersebut
menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut
kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat
pemotong dengan mata pisau memotong sabun tersebut
menjadi potongan-potongan terpisah yang dicetak melalui
proses penekanan menjadi sabun batangan sesuai dengan
ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan,
pengemasan, dan penyusunan sabun batangan tersebut
merupakan tahap akhir penyelesaian Gambar 5. Contoh Proses Pembuatan Sabun
Opaque dari Minyak Jarak
pembuatan sabun.
Konsep sabun dapat membersihkan,minyak merupakan senyawa non polar, sehingga tidak dapat
dibersihkan oleh air yang merupakan senyawa polar. Sabun mempunyai bagian polar dan non polar hal
ini memperlihatkan bahwa sabun termasuk senyawa surfaktan. Hampir pada seluruh panjangnya (atau
ekornya)strukturnya tepat sama dengan molekul-molekul minyak bagian ini merupakan bagian non
polar yang merupakan rantai alkil yang panjang, tetapi pada salah satu ujung yang lain (atau kepalanya)
ada sepasang atom yang bermuatan sedemikian sehingga hanya senang bergabung dengan molekul-
molekul air (hidrofil), bagian polar ini merupakan ion –COO- , dan kepala inilah yang membuat seluruh
molekul sabun menyatu dengan air dan membuatnya larut. Ketika berada di dalam air, bila sekelompok
molekul sabun bertemu dengan partikel kotoran berminyak, ekor dari molekul sabun (lipofilik) akan
mengikatkan diri dengan molekul minyak, sedangkan kepala dari molekul minyak membuat molekul
sabun tetap menyatu dengan air, sehingga minyak tertarik ke dalam air, selanjutnya partikel kotoran
yang semula disandera oleh minyak dapat bebas mengalir dengan air. Minyak yang telah bercampur
dengan air tidak benar-benar larut dan hasil campuran ini dinamakan koloid. Jenis koloid cair-cair
dinamakan emulsi. Emulsi didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari dua fasa cairan yang
tidak saling melarut, dimana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk globula-globula cairan lainnya.
Cairan yang terpecah menjadi globula-globula dinamakan fase terdispersi, sedangkan cairan yang
mengelilingi globula-globula dinamakan fase kontinu.Dalam emulsi, sabun membentuk misel-misel
(lingkaran). Molekul-molekul sabun yang mengikat air di bagian kepala menghadap keluar dan minyak
serta kotoran tertarik oleh ekor sehingga terperangkap di tengah lingkaran. Misel-misel membuat larutan
sabun menjadi keruh, ketika misel-misel berbenturan, kotoran yang berat jatuh ke dasar wadah.Di dalam
molekul sabun (surfaktan), salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. Bila gugus polarnya yang
lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh air
dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah
menyebar dan menjadi fase kontinu. Demikian pula sebaliknya, bila gugus non polarnya lebih dominan,
maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan
air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan
menjadi fase kontinu.
F. Bahan Kimia yang terdapat dalam Detergen
Bahan kimia yang terdapat dalam detergen adalah surfaktan, builder, filler, air dan bahan tambahan.
Surfaktan merupakansenyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul
surfaktan apa saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu rantai hidrokarbon atau lebih) dan satu
ujung hidrofobik. Porsi hidrokarbon dari suatu molekul surfaktan harus mengandung 12 atom karbon
atau lebih agar efektif.
Molekul-molekul dan ion-ion yang diadsorbsi pada antar muka dinamakan surface aktive agent atau
surfaktan. Nama lainnya adalah ampifil, yang menunjukkan bahwa molekul atau ion tersebut mempunyai
affinitas tertentu terhadap baik solven polar maupun non polar. Tergantung dari jumlah dan sifat dari
gugus-gugus polar dan non polar yang ada padanya, amfifil dapat bersifat hidrofilik (suka air), lipofilik
(suka minyak).Jenis-jenis dari surfaktan adalah
a. Surfaktan Anionik
Surfaktan anionik merupakan surfaktan dengan bagian aktif pada permukaannya
mengandung muatan negatif. Contoh dari jenis surfaktan anionik adalah Linier Alkil Benzene
Sulfonat (LAS), Alkohol Sulfat (AS), Alkohol Eter Sulfat (AES), Alpha Olefin Sulfonat (AOS).
b. Surfaktan Kationik
Surfaktan ini merupakan surfaktan dengan bagian aktif pada permukaannya mengandung
muatan positif. Surfaktan ini terionisasi dalam air serta bagian aktif pada permukaannya adalah
bagian kationnya. Contoh jenis surfaktan ini adalah ammonium kuarterner.
c. Surfaktan Nonionic
Surfaktan yang tidak terionisasi di dalam air adalah surfaktan nonionik yaitu surfaktan
dengan bagian aktif permukaanya tidak mengandung muatan apapun, contohnya: alkohol etoksilat,
polioksietilen (R-OCH2CH).
d. Surfaktan Ampoterik
Surfaktan ini dapat bersifat sebagai non ionik, kationik, dan anionik di dalam larutan, jadi
surfaktan ini mengandung muatan negatif maupun muatan positip pada bagian aktif pada
permukaannya. Contohnya: Sulfobetain (RN+(CH3)2CH2CH2SO3-.
Builder adalah suatu bahan yang dapat menambah kerja dari bahan penurun tegangan
permukaan dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air. Builders digunakan untuk
melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral-mineral yang terlarut, sehingga surfaktan dapat
berkonsentrasi pada fungsi utamanya.Builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang
tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan
Gambar 6. Molekul Surfaktan
mensuspensikan kotoran yang telah lepas.Dalam pembuatan detergen, builder sering ditambahkan
dengan maksud menambah kekuatan daya cuci dan mencegah mengendapnya kembali kotoran-
kotoran yang terdapat pada pakaian yang akan dicuci.
Filler (Pengisi / Pengental) berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku.
Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume. Selain digunakan
sebagai pembantu proses, bahan pengisi ini juga berfungsi meningkatkan kekuatan ionik dalam larutan
pencuci. Pada umumnya sebagai bahan pengisi digunakan Sodium Sulfat (Na2SO4).
Bahan tambahan (additives) digunakan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya
pewangi, pemutih, pelembut, pewarna, dan lain sebagainya. Bahan ini tidak berhubungan langsung
dengan daya cuci detergen, bahan ini ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.
Air, kualitas air yang digunakan adalah air yang dapat di minum yang berarti air yang bebas
kandungan air dari bakteri berbahaya dan ketidakmurnian kimiawi. Air ini harus jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak mengandung bahan tersuspensi atau kekeruhan. Kadar air
menunjukkan banyaknya terdapat dalam suatu bahan, kadar air maksimum sebesar 15%.