ppt pemicu 2 kimia analitik

37
Teknologi Bioproses Kelompok 11 Ayu Gayatri (1306447663) Dyah Paramawidya (1306447846) Famila Anindia Putri (1306404790) Fakhri Rafiki (1306447751) Syafira Andyah Putri (1306371022)

Upload: famila-anindia-putri

Post on 18-Jan-2016

54 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ppt pemicu 2 kimia analitik

TRANSCRIPT

Page 1: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Teknologi BioprosesKelompok 11

Ayu Gayatri (1306447663)Dyah Paramawidya (1306447846)Famila Anindia Putri (1306404790)Fakhri Rafiki (1306447751)Syafira Andyah Putri (1306371022)

Page 2: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Topik 2kasus penambahan aditif formalin pada bakso

Bakso merupakan makanan yang sudah populer dan sangat digemari para remaja di Indonesia. Kepopuleran ini karena bakso memiliki berbagai variasi yang dapat memenuhi selera dan daya beli masyarakat. Bakso sapi merupakan salah satu jenis bakso yang menyertakan daging sapi sebagai bahan bakunya. Rasa daging sapi inilah yang paling digemari diantara jenis bakso lainnya. Selain itu keragaman cara penyajian, rasa, harga jual menyebabkan pembeli mudah memilih bakso yang sesuai dengan selera. Selama penerimaan konsumen pada bakso dinilai dari karakterisyik yang sesuai dengan selera mereka. Selera ini tentu saja tiidak selalu memperhatikan standar gizi makanan. Kepuasan yang dicapai konsumen ini didasarkan pada karakteristik fisik seperti rasa, aroma, tekstur, dan warna. Hal ini akan mendorong produsen berusaha untuk memenuhi tingkatan kepuasan konsumen dengan berbagai cara.

Perkembangan teknologi pada saat ini memicu penggunaan bahan tambahan seperti perasa, pewarna, dan bahkan bahan pengawet. Pengetahuan yang terbatas dari pedagang sering menyebabkan adanya pemakaian bahan pengawet yang tidak diperbolehkan seperti boraks dan formalin dengan takaran yang melebihi nilai ambang batas (Yohana & Asmara 1989). Namun, demikian sesuai dengan memperhatikan nilai gizi dan zat aditif yang ditambahan pada makanan. Hal ini mendorong banyak peneliti untuk meneliti ada tidaknya hubungan antara nilai gizi dengan tingkat penerimaan konsumen. Nilai gizi yang biasanya diteliti adalah kadar air, lemak, dan protein sedang kadar bahan aditif yang akan diteliti adalah fosfat dan formalin

Page 3: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Nomer 1Mengapa banyak pedagang bakso yang menggunakan bahan-bahan aditif tersebut untuk produk makanan mereka?

Baksonya satu Pak, gak pakai cabe yaa.

Gak pakai Boraks juga. .

Page 4: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

1. Lebih Kenyal dan Lebih digemari

Page 5: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

2. Sebagai Bahan Pengawet

Page 6: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

3. Memperbaiki mutu bakso.

Terima kasih, Bakso dan

Nasi Gorengnya

enak.

Page 7: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

4. Persaingan Dagang

Page 8: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Nomer 2

Dapatkah anda menjelaskan efek berbahaya daro penggunaan formalin dan fosfat dalam makanan bakso bagi kesehatan?

Page 9: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Formalin (Formaldehyde solution) adalah suatu larutan yang tidak berwarna, berbau tajam yang mengandung lebih kurang 37 % formaldehit dalam air, biasanya ditambahkan mineral 10-15 % sebagai pengawet.

Page 10: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Kegunaan Formalin

Pembunuh kuman, sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian.

Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

cermin kaca dan bahan peledak. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk

pengeras lapisan gelatin dan kertas. Bahan untuk pembuatan produk parfum. Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku. Bahan untuk insulasi busa. Pencegah korosi untuk sumur minyak dan Bahan perekat

untuk produk kayu lapis (plywood). Pengawet mayat Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Page 11: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Dampak Formalin pada Tubuh Manusia

Akut  (efek pada kesehatan manusia terlihat langsung)

Bila terhirup: terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung , luka pada saluran pernafasan seperti radang paru dan pembengkakan paru

Bila terkena kulit: tmbul perubahan warna, yakni kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar.

Bila terkena mata: menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata.

Bila tertelan: maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare.

Page 12: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Kronik  (setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang).

Kerusakan pada neuropsikologis: meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang.  Gangguan haid dan kemandulan pada perempuan.  Kanker pada hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak.

Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung.

Jika terkena mata, yang paling berbahaya adalah terjadinya radang selaput mata, dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata.

Page 13: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

1. Kulit: kulit kemerahan, kulit speerti terbakar, alergi kulit.2. Mata: iritatif, mata merah, berair, kebutaan.3. Hidung: mimisan.4. Saluran pernafasan : sesak nafas suara seraj, batuk kronis, sakit tenggorokan.5. Saluran pencernaan : iritatif lambung, mual muntah, mulas.6. Hati: kerusakan hati.7. Paru-paru: radang paru.8. Saraf: sakit kepala, lemas, susah tidur, sukar konsentrasi.9. Ginjal: kerusakan ginjal.10. Organ reproduksi: kerusakan testis, gangguan menstruasi, infertilitas sekunder.

Page 14: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Dampak Fosfat pada Tubuh Manusia

Konsumsi fosfat dalam makanan yang berlebih dapat menyebabkan dampak yang kurang baik pada tubuh manusia dalam jangka panjang yaitu kerusakan ginjal dan osteoporosis.

Pada jangka pendek, yang dapat terjadi adalah mual, kram perut, tanda-tanda kerusakan pada hati dan ginjal.

Page 15: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Nomer 3

Bila anda termasuk dalam anggota tim yang meneliti tentang kadar formalin dalam daging bakso dan anda menggunakan spektrofotometri UV-Vis, rancangan penelitian apa yang akan anda lakukan ?

Page 16: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

1. Menyiapkan bahan kimia yang digunakan. Aquades larutan baku formalin 37% (Merck) fenilhidrazin hidroklorida (Merck) kalium ferrisianida (Merck) asam klorida pekat (Merck) ammonium asetat (Merck) asetil aseton (Merck) asam asetat glasial (Mallinckrodt) hidrogen peroksida (Merck) natrium hidroksida (Mallinckrodt)

2. Membuat atau menyiapkan sampel spektrum uji.

3. Persiapan alat yang akan digunakan yaitu spektrofotometer UV-Vis (Model 220-20 Double Beam Spectrofotometer) timbangan analitik (Acculab) penangas air (Lab-Line) oven (Heraeus) sentrifugator (Labofuge) lemari pendingin alat-alat gelas seperti kuvet

Page 17: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

4. Menentukan sampel spektrum campuran, dengan menggunakan pereaksi Nash.Pereaksi Nash dibuat dari campuran asetil aseton, asam asetat glasial, dan amonium asetat yang diencerkan dengan aquades (Nash, 1953).

5. Penentuan panjang gelombang maksimum untuk analisis formalin secara spektrofotometri menggunakan pereaksi Nash. Spektrum serapan untuk memperoleh panjang gelombang maksimum dibuat dari larutan formaldehida yang dicampurkan dengan pereaksi Nash. Panjang gelombang maksimum berdasarkan literature, 412 nm.

6. Mengatur monokromator pada panjang gelombang tersebut.

7. Menyalakan cahaya pada sampel pelarut murni atau blangko (aquades) bersamaan dengan sampel larutan uji yang berbeda baik yang telah diketahui maupun yang belum diketahui konsentrasinya

Page 18: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

8. Mengkalibrasi blangko yang telah dimasukkan dengan menentukkan panjang gelombang pada spektrofotometer UV-VIS, selanjutnya menarik tuas yang ada untuk menentukkan nilai absorbansi dari beberapa macam sampel uji.

9. Membentuk plot data grafik konsentrasi terhadap absorbansi dan dengan menggunakan metode regresi linier didapat fungsi garis lurus yang membentuk y=mx+ c

10. Mengggunakan persama garis tersebut untuk mencari konsentrasi (fornalin) sampel uji. Nilai absorbansi dari eksperimen dimasukkan sebagai nilai y dan persamaan diselesaikan hingga mendapatkan nilai x sebagai konsentrasi sampel uji

Page 19: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Nomer 4

Bagaimana anda melakukan analisis kuantitatif suatu senyawa dengan menggunakan metoda spektrometri UV-Vis? Berikan suatu contoh pengolahan data spektroskopi UV-Vis untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam cuplikan?

Page 20: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Spektrometri UV-Visible

Page 21: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Contoh Kasus

Mencari konsentrasi klorofil dalam daun

Persiapan sampel dengan menghancurkan daun dan mencampurkannya dengan air

Menyiapkan sampel klorofil murni dan sampel air murni

Page 22: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

1. Panjang GelombangMonokromator

Tujuan: menentukan panjang gelombang yang hanya berkorespondensi pada klorofil

1. Menaruh sampel klorofil murni dalam air untuk mendapatkan grafik absorbansi tiap panjang gelombang

2. Menaruh sampel daun dalam air untuk mendapatkan grafik absorbansi tiap panjang gelombang

3. Membandingkan puncak absorbansi panjang gelombang dan mengambil puncak yang hanya terdapat pada grafik klorofil

Page 23: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Contoh Grafik AbsorbansiPanjang Gelombang Cahaya

Gambar 1. Contoh grafik absorbansi panjang gelombang cahaya

Page 24: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

2. Nilai absorbansi oleh pelarut

Tujuan: menghilangkan faktor absorbansi oleh pelarut (air) dalam sampel

1. Menaruh sampel pelarut murni (sebagai reference cell) untuk mendapatkan nilai absorbansi cahaya

2. Mencatat nilai abosrbansi cahaya dan mengurangi setiap nilai absorbansi cahaya pada sampel dengan nilai tersebutMis.: Nilai absorbansi reference cell: 0,2

Page 25: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

3. Nilai absorbansi oleh sampel

Tujuan: membuat grafik nilai absorbansi dari sampel yang konsentrasinya diketahui

1. Menaruh sampel daun dalam air dengan konsentrasi klorofil yang sudah diketahui dan mendapatkan nilai absorbansi

2. Menaruh sampel yang konsentrasinya belum diketahui dan mendapatkan nilai absorbansi

3. Nilai absorbansi yang didapatkan dikurangi dengan nilai absorbansi reference cell dan disusun dalam tabel

4. Menyusun grafik dari tabel tersebut

Page 26: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Konsentrasi (ppm)

Absorbansi

2,0 0,68-0,2 = 0,48

4,5 1,28-0,2 = 1,08

6,0 1,64-0,2 = 1,44

x 1,40-0,2 = 1,20

1 2 3 4 5 6 70

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

Absorbansi Cahaya

Absorbansi

Tabel 1. Nilai konsentrasi terhadap absorbansi

Gambar 2. Grafik absorbansi terhadap konsentrasi

Page 27: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

4. Persamaan garis absorbansi

Tujuan: menemukan konsentrasi sampel yang tidak diketahui

1. Menggunakan regresi linear atau program Microsoft Excel untuk menemukan fungsi/persamaan garis

2. Memasukkan nilai absorbansi (sebagai nilai y) pada persamaan garis

3. Mendapatkan nilai konsentrasi sampel (sebagai nilai x)

Page 28: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

1 2 3 4 5 6 70

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

f(x) = 0.24 x

Absorbansi Cahaya

AbsorbansiLinear (Ab-sorbansi)

Persamaan y = 0,24 x

Nilai absorbansi sampel:1,20 = 0,24 xx = 1,20/0,24 = 5,0 ppm

Gambar 2. Grafik absorbansi terhadap konsentrasi dengan nilai regresi linier

Page 29: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Nomer 5

Bagaimana anda menyakinkan teman-teman dalam tim bahwa penggunaan spektrofotometer UV-Vis dalam menentukan kadar formalin ini sudah tepat? Jelaskan lebih rinci mengenai metode ini

Page 30: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Mengadakan Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis bertujuan untuk memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai untuk peruntukannya. Validasi metode dilakukan untuk menjamin reprodusibilitas hasil.

Spektrofotometri UV-Vis merupakan metode yang sudah umum digunakan. Sehingga yang dilakukan adalah verifikasi

Metode Spektrofotometri sering dilakukan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu mempunyai sensitifitas yang tinggi, cara pengerjaan sederhana, cepat dan biaya relatif murah (Mulja&Syahrani, 1989).

Page 31: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Tahapan Verifikasi Spektrofotometri UV-Vis untuk Menentukan Kadar Formalin

Selektifitas Linieritas

Batas Kuantitasi

dan Batas Deteksi

Presisi Akurasi

Page 32: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Selektivitas

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel.

Selektivitas metode ditentukan dengan membandingkan hasil analisis sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya atau pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa penambahan bahan-bahan tadi.

Jika cemaran dan hasil urai tidak dapat diidentifikasi atau tidak dapat diperoleh, maka selektivitas dapat ditunjukkan dengan cara menganalisis sampel yang mengandung cemaran atau hasil uji urai dengan metode yang hendak diuji lalu dibandingkan dengan metode lain untuk pengujian kemurnian seperti kromatografi, analisis kelarutan fase, dan Differential Scanning Calorimetry.

Derajat kesesuaian kedua hasil analisis tersebut merupakan ukuran selektivitas

Page 33: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Liniearitas

Linearitas adalah kemampuan metode analisis memberikan respon proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel.

Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasi analit. Perlakuan matematik dalam pengujian linearitas adalah melalui persamaan garis lurus dengan metode kuadrat terkecil antara hasil analisis terhadap konsentrasi analit.

Suatu metode analisis dapat diterima ketika linearitasnya sesuai dengan hukum Lambert-Beer

Page 34: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Batas Kuantisasi dan Batas Deteksi Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit

dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko.

Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

Pada penentuan kadar formalin yang dapat dianalisis secara kuantitatif lebih besar atau sama dengan 0,0192 ppm yang mempunyai kesalahan atau selektifitas yang dapat diterima.

Page 35: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Presisi (Keseksamaan)

Precision adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen.

Presicion diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi). Precision dapat dinyatakan sebagai repeatability (keterulangan) atau reproducibility (ketertiruan).

Presisi memenuhi syarat ketika Koefisien Variasi (KV)≤2%

Page 36: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Akurasi

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Akurasi dapat ditentukan melalui metode penambahan baku (standard addition method).

Dalam metode adisi (penambahan baku), sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa (pure analit/standar) ditambahkan ke dalam sampel, dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (hasil yang diharapkan).

Recovery dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya. Persyaratan akurasi untuk sampel biologis adalah 80-120% (Carr&Wahlich, 1990).

Page 37: Ppt Pemicu 2 Kimia Analitik

Daftar pustaka

Riyadi, Wahyu. 2009. Validasi Metode Analisis.http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/kimia_analisis/validasi-metode-analisis/ (diakses 10 November 2014)

Sudjarwo, Poedjiarti S, Pramitasari A.R. 2013. Validasi Spektrofotometri Visible Untuk Penentuan Kadar Formalin dalam Daging Ayam. journal.unair.ac.id/filerPDF/bikf3e3a9eb070full.pdf (Diakses 13 November 2014)

Varese, R., Varese, M. 1996. Methyl Ester Biodiesel: Opportunity or Necessity. INFORM, Vol 7, No.8. ITB. 2001. Study on the Assessment of Fuel Consumption in Indonesia on 2002. Final Report. Institut Teknologi Bandung.