ltm pemicu 2 kimia analitik
DESCRIPTION
(Metode AAS)TRANSCRIPT
LTM 3 KIMIA ANALITIK
Pemicu 2, Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)
Nama : Aditha Oktariany
NPM : 1406531662
Kel.ompok / Prodi : 2 / Teknik Kimia
Topik Materi : Metode Analisis dan Alat dari AAS
Outline
Prinsip Dasar dan Kerja dari Metode AAS
Alat – Alat yang Digunakan dalam AAS
Metode – Metode dalam AAS
Pembahasan :
1. Atomic Absorption Spectrophotometry
Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) atau Spektrofotometer Serapan Atom
adalah suatu metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang
berdasarkan pada penyerapan (absorpsi) radiasi oleh atom-atom bebas unsur tersebut.
Sekitar 67 unsur telah dapat ditentukan dengan cara AAS.
Prinsip dasar dari AAS yaitu penguraian molekul menjadi atom (atomisasi) dengan
batuan energi dari api atau listrik. Sinar yang digunakan bersifat monokromatis dan
mempunyai panjang gelombang (λ) tertentu. Suatu atom unsur X hanya bisa menyerap
sinar yang panjang gelombangnya sesuai dengan unsur X tersebut. Artinya, sifat menyerap
sinar ini merupakan sifat yang khas (spesifik) bagi unsur X tersebut. Misal : atom Cu
menyerap sinar dengan λ = 589,0 nm sedangkan atom Pb menyerap sinar dengan λ =
217,0 nm. Dengan menyerap sinar yang khas, atom tersebut tereksitasi (elektron terluar
dari atomnya tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi). Sinar yang tidak diserap oleh
atom akan diteruskan dan dipancarkan pada detektor, kemudian diubah menjadi sinyal
yang terukur.
Hubungan antara serapan yang dialami oleh sinar dengan konsentrasi analit dalam
larutan standar bisa dipergunakan untuk menganalisa larutan sampel yang tidak diketahui,
yaitu dengan mengukur serapan yang diakibatkan oleh larutan sampel tersebut terhadap
sinar yang sama. Biasanya terdapat hubungan yang linier antara serapan (A) dengan
konsentrasi (c) dalam larutan yang diukur dan koefisien absorbansi (ε).
Dasar pengukuran atau yang mendasari alat AAS ini adalah Hukum Lambert-
Beer : A = ε b C
Dimana A = intensitas cahaya b = ketebalan medium
ε = koefisien penyerapan molekuler C = konsentrasi analit
Gambar 1. How Does Spectrophotometer Work ?Sumber : youtube.com/BioNetwork
Gambar 2. What is Transmittance and Absorbance?Sumber : youtube.com/BioNetwork
2. Alat – Alat dalam AAS
Lampu Katoda (Sumber Radiasi)
Lampu katoda atau sumber radiasi berfungsi untuk meradiasikan sinar ke sampel yang
telah diatomisasi. Sumber radiasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Line sources
Line source mengeksitasi analit lalu mengemisi pada spektrumnya sendiri. Line source
yang banyak dipakai adalah Hollow cathode lamps dan electrodeless discharge lamps.
b. Continuum source
Continuum sources memiliki radiasi yang memancar luas melebihi rentang suatu
panjang gelombang tertentu. Deuterium lamps dan halogen lamps adalah continuum
sources yang sering digunakan. Sedangkan jenis lampu katoda dibedakan menjadi dua
jenis yaitu Lampu Katoda Monologam (Digunakan untuk mengukur 1 unsur) dan
Lampu Katoda Multilogam (Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus,
hanya saja harganya lebih mahal).
Atomizer
Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem pengabut), spray chamber dan burner (apabila
atomisasi dengan nyala).
• Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butir-butir kabut dengan
ukuran partikel 15 – 20 µm) dengan cara menarik larutan melalui kapiler (akibat efek
dari aliran udara) dengan pengisapan gas bahan bakar dan oksidan, disemprotkan ke
ruang pengabut. Partikel-partikel kabut yang halus kemudian bersama-sama aliran
campuran gas bahan bakar, masuk ke dalam nyala, sedangkan titik kabut yang besar
dialirkan melalui saluran pembuangan.
• Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran yang homogen antara gas oksidan,
bahan bakar dan aerosol yang mengandung analit sebelum memasuki burner.
• Burner merupakan sistem tepat terjadi atomisasi yaitu pengubahan kabut/uap garam
unsur yang akan dianalisis menjadi atom-atom normal dalam nyala.
Monokromator dan Slit (Alat Optik)
Monokromator berfungsi untuk memilah radiasi yang akan masuk ke detektor, sehingga
detektor akan hanya mengukur radiasi resonansi yang sudah mengalami absorbsi.
Adapun radiasi bukan resonansi (biasanya berbentuk pita-pita lebar) tidak diukur oleh
detektor. Monokromator memiliki sistem elektronik lainnya yang disebut modulator.
Modulator berfungsi membantu menghindarkan gangguan oleh radiasi lain (disebut
interferensi) yang terikutkan dalam detektor.
Detektor
Detektor berfungsi untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan dan telah diubah
menjadi energy listrik oleh fotomultiplier. Hasil pengukuran detector dilakukan
penguatan dan dicatat oleh alat pencatat yang berupa printer dan pengamat angka yang
akan ditampilkan pada monitor ( Readout )
Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen.
Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20000K, dan ada juga tabung gas yang
berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30000K.
regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan
dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan
regulator. Merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung.
Lainnya
Pembuangan gas dan udara kotor (Ducting hasil pembakaran) dan Pipa saluran gas
3. Metode – Metode dalam AAS
Metode dalam AAS dibagi berdasarkan proses atomisasinya, ada 2 jenis atomisasi yaitu Atomisasi dengan Nyala Api dan Atomisasi tanpa Nyala Api
a. Atomisasi dengan Nyala
Pada atomisasi dengan nyala, suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada suhu ± 1700 ºC atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan dilakukan atomisasi dengan cara memasukan cairan tersebut ke dalam nyala campuran gas bakar. Campuran gas yang paling umum digunakan adalah Udara : C2H2 (suhu nyala 1900 – 2000 ºC), N2O : C2H2 (suhu nyala 2700 – 3000 ºC), Udara : propana (suhu nyala 1700 – 1900 ºC).
Banyaknya atom dalam nyala tergantung pada suhu nyala cara ini dapat digunakan untuk mendeteksi unsur-unsur yang relatif mudah diatomkan seperti Na, K, Li, Rb, Cs, Cd, Cu, Pb, Ag, Zn. Sedangkan jika menggunakan nyala nitrous oksida-asetilen, unsur yang dapat dideteksi adalah Al, B, Mo, Si, Ti, V dan W.
b. Atomisasi Tanpa nyala
Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan mengalirkan energi listrik pada batang karbon (CRA – Carbon Rod Atomizer) atau tabung karbon (GTA – Graphite Tube Atomizer) yang mempunyai 2 elektroda.
Sampel dimasukan ke dalam CRA atau GTA. Arus listrik dialirkan sehingga batang atau tabung menjadi panas (suhu naik menjadi tinggi) dan unsur yang dianalisa akan teratomisasi. Suhu dapat diatur hingga 3000 ºC. Pemanasan larutan sampel melalui tiga tahapan yaitu :
Tahap pengeringan (drying) untuk menguapkan pelarut Pengabuan (ashing), suhu furnace dinaikkan bertahap sampai terjadi dekomposisi dan
penguapan senyawa organik yang ada dalam sampel sehingga diperoleh garam atau oksida logam
Pengatoman (atomization)
Atomisasi tanpa nyala dapat mendeteksi logam-logam tungsten (logam berat berwarna kelabu kehitam-hitamanan, keras dang getas) seperti Hf, Nd, Ho, La, Lu Os, Br, Re, Sc, Ta, U, W, Y dan Zr.
Daftar Pustaka :
Mendham, J et all. 2000. Vogel’s Text Book of Quantitatif Chemical Analysis 6th Edition. England : Pearson Education Limited
L. Ebon, A. Fisher and S. J. Hill. 1998. An Introduction to Analytical Atomic Spectrometry, Ed. E. H. Evans, Wiley. New York
Kenkel,John. 2003. “Analytical Chemistry For Technicians,Third Edition”. Florida :
CRC Press Publishing.
Dina Evita. Makalah Atomic Absorption Spectrophotometry. (online) Tersedia di :
https://www.academia.edu/9870079/Makalah_Atomic_Absorption_Spectrophotometry
(diakses 25 Oktober 2015)