lp stroke

36
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA STROKE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDAK I YOGYAKARTA Disusun Oleh: ARISYANUDIN PRASTYO 321500 2

Upload: aris-prastyo

Post on 08-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan pendahuluan stroke

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN PADA KELUARGA

DENGAN ANGGOTA KELUARGA STROKE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDAK I YOGYAKARTA

Disusun Oleh:

ARISYANUDIN PRASTYO3215002PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2015

LEMBAR PENGESAHAN

Yogyakarta, Mei 2015MahasiswaPembimbing KlinikPembimbing Akademik

( )( )( )

I. TEORI KELUARGAA. Definisi

Friedman (2010) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan invidu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Suprajitno, 2004). Pakar konseling keluarga dari Yogyakarta, Sayekti (1994) menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. Menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pengembangan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, suami-istri dan anaknya, ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah seseorang yang mempunyai ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan peran masing-masing serta keterikatan emosional.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Muttaqin (2008), keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut INC (2001), lima hal penting yang ada pada definisi keluarga:

1. Keluarga adalah suatu sistem atau unit.

2. Komitmen dan keterikatan antar anggota keluarga yang meliputi kewajiban di masa yang akan datang.

3. Fungsi keluarga dalam pemberian keperawatan meliputi perlindungan pemberian nutrisi dan sosialisasi untuk seluruh anggota keluarga.

4. Anggota-anggota keluarga mungkin memilki hubungan dan tinggal bersama atau mungkin juga tidak ada hubungan dan tinggal terpisah.

5. Keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin juga tidak.

B. Macam-macam tipe keluarga

Fredman dalam Ali (2010) membagi tipe keluarga seperti berikut:

1. Keluarga Tradisional

a. Nuclear family (keluarga inti)

Terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak keluarga lainnya.

b. Extended family (keluarga besar)

Satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama lain.

c. Single parent family

Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepadanya (misalnya ayah dengan anaknya atau ibu dengan anaknya).

d. Nuclear dyed

Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak tinggal dalam satu rumah yang sama.

e. Blended family

Satu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu.

f. Tree generation family

Keluarga yang terdiri dari 3 generasi, yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.g. Single adult living alone.

Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.

h. Middle age atau elderly couple

Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya.

2. Keluarga Non Tradisional

a. Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah, hidup serumah.

b. Orang tua (ayah ibu), yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.

c. Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis, hidup dalam satu rumah tangga.

C. Fungsi dan peran keluarga

1. Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Ali (2009) yaitu:

a. Fungsi afektif adalah sebagai fungsi kekuatan keluarga. Di dalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung, dan saling menghargai antar anggota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.

c. Fungsi reoproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambahkan sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya, yaitu; sandang, pangan, dan papan.

e. Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya maslah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

2. Peran keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Keluarga membagi peran secara merata kepada anggota keluarga menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem. Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga menurut Ali (2009) adalah sebagai berikut:

a. Peran ayah, ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, dan pemberi rasa aman. Sebagai kepala keluarga dan sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peran ibu, mempunyai peran untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung, dan sebagai salah satu kelompok peran sosialnya serta sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peran anak, anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, sosial,dan spiritual.

3. Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap I. Pasangan Baru (keluarga baru)

1) Membina hubungan intim yang memuaskan

2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial

3) Mendiskusikan rencana memiliki anak

b. Tahap II. Keluarga Child Bearing (kelahiran anak 1)

1) Persiapan menjadi orang tuaAdaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan seksual dan kegiatan. 2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan c. Tahap III. Keluarga dengan anak pra-sekolah

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.

2) Membantu anak untuk bersosialisasi

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, semenara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi.

4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).

5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

7) Kegiatan dan waktu untuk stimlasi tumbuh kembang anak.

d. Tahap IV. Keluarga dengan anak sekolah

1) Membantu sosialisasi anak: tetangga, sekolah dan lingkungan.

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan keluarga.

e. Tahap V. Keluarga dengan anak remaja

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.

2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga3) Mempetahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua 4) Hindari perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan

5) Perubahan system dan perauran untuk tumbuh kembang keluarga.

f. Tahap VI. Keluarga dengan anak dewasa

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2) Mempetahankan keintiman pasangan 3) Membantu orang tuan suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tanggag. Tahap VII. Keluarga usia pertengahan

1) Mempertahankan kesehatan

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak3) Meningkatkan keakraban pasangan

h. Tahap VIII. Keluarga usia lanjut

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan 3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat 4) Melakukan live review

4. Nilai-nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap, dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.

a. Individualism

Sosialisasi antar keluarga dengan orang lain, anggota keluarga yang paling kuatlah yang dapat memimpin keluarga, dan sifat dari individualistis tiap orang yang berbeda-beda.

b. Materialism

Materi merupakan landasan utama dalam sebuah keluarga, materi merupakan landasan kekuatan sebuah keluarga. Materi juga merupakan simbol dari kekuasaan dan sebagai angka ukur bahwa sebuah keluarga dapat mendapatkan pandangan lebih disebuah komunitas.

c. Etika Pekerjaan

Banyak orang mengatakan tidak bekerja, maka tidak makan, namun seorang yang dibilang workaholics atau orang yang terlalu sibuk bekerja dapat menjadi suatu kendala di dalam komunitas.

d. Pendidikan

Pendidikan terlihat nyata pada kalangan menengah ke atas. Demografis, sosial-ekonomi merupakan faktor yang meningkatkan jumlah anak-anak putus sekolah. Semakin tinggi seseorang dalam menempuh pendidikan semakin dihargai oleh komunitas.

II. TEORI STROKEA. Definisi

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal, dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer dkk, 2010).

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak Penyakit atau keadaan yang menyebabkan atau memperparah stroke disebut dengan faktor resiko stroke, antara lain hipertensi, penyakmit jantung, diabetes mellitus, hiperlipidemia. Keadaan yang dapat menyebabkan stroke adalah usia lanjut, obesitas, merokok, kurang olah raga, jenis kelamin (pria), suku bangsa (negro/spanyol) (Corwin, 2005).

Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak. (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke atau penyakit serebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak (Price & Wilson, 2006) .Stroke/penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak (Doenges, 2000).B. Klasifikasi

1. Berdasarkan manifestasi klinik

a. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA). Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.

b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND). Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lamadari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.

c. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation). Gejala neurologik makin lama makin berat.

d. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke). Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.

2. Berdasarkan Kausal:

a. Stroke Trombotik. Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.

b. Stroke Emboli/Non Trombotik. Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

C. Etiologi

1. Infark otak (80 %)

a. Emboli

1) Emboli Kardiogenik ( Fibrilasi atrium dan aritmia lain, Trombus mural dan ventrikel kiri, penyakit katup mitral atau aorta, Endokarditis)

2) Emboli paradoksial

3) Emboli arkus aorta

b. Aterotrombotik (penyakit pembuluh darah sedang-besar)

1) Penyakit ekstra kranial ( Arteri karotis interna, Arteri vertebralis).

2) Penyakit intra kranial ( Arteri karotis interna, arteri serebri interna, arteri basilaris, Lakuner)

2. Perdarahan intra serebral (15 %)

a. Hipertensi

b. Malformasi arteri-vena

c. Angiopati amiloid

3. Perdarahan sub arakhnoid (5 %)

4. Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan)

a. Trombus sinus dura

b. Deseksi arteri karotis atau vertebralis

c. Vaskulitis sistem syaraf pusat

d. Penyakit oklusi arteri besar intra cranial yang progresif

e. Migren

f. Kondisi hiperkoagulasi

g. Penyalahgunaan obat

h. Kelainan hematologi (Anemia sel sabit, Polisistemia, leukemia)

i. Miksoma atrium (Mansjoer dkk, 2003).

D. Beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu :

1. Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin (pria), ras, riwayat keluarga, riwayat TIA atau stroke, riwayat jantung koroner, fibrilasi atrium, dan hetero zigot.

2. Yang dapat diubah

a. Hipertensi. Dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah cerebral.

b. Aneurisma pembuluh darah cerebral. Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu dapat menimbulkan perdarahan.

c. Kelainan jantung / penyakit jantung. Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah.

d. Diabetes mellitus (DM). Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yaitu terjadinya peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah serebral.

e. Polocitemia. Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun.

f. Peningkatan kolesterol (lipid total). Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari lemak.

g. Obesitas. Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.

h. Perokok. Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis.i. Kurang aktivitas fisik. Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.E. Manifestasi klinis 1) Kehilangan motorik: disfungsi motorik yang paling umum adalah hemiparese (kelemahan salah satu sisi tubuh) atau hemiplegia (paralisis salah satu sisi).2) Lumpuh pada salah satu sisi wajah Bells Palsy.3) Tonus otot lemah atau kaku.4) Gangguan sensori: menurun atau hilangnya rasa.5) Gangguan lapang pandang Homonimus Hemianopsia.6) Kehilangan komunikasi: gangguan bahasa dan komunikasi (Disatria: kesulitan dalam membentuk kata; afasia atau disfasia: bicara defeksif/kehilangan bicara; dan apraksia: ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya).7) Gangguan persepsi: ketidakmampuan menginterpretasikan sensasi.8) Gangguan status mental9) Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis yang ditandai dengan perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi F. Patofisiologi dan Pathway G. Komplikasi Komplikasi lanjut terjadi setelah fase akut stroke terlampaui. Komplikasi umum terjadi akibat tindakan rehabilitasi yang kurang memadai. Berbagai komplikasi lanjut stroke akibat imobilisasi adalah sbb:

1. Ulkus dekubitus. Merupakan komplikasi iatrogenik yang dapat dihindari dengan prosedur rehabilitasi yang baik.

2. Kontraktur dan nyeri bahu. Shoulder hand syndrome terjadi pada 27% pasien stroke.

3. Penekanan saraf peroneus dapat menyebabkan drop foot. Selain itu dapat terjadi kompresi saraf ulnar dan kompresi saraf femoral.

4. Osteopenia dan osteoporosis. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya densitas mineral pada tulang. Keadaan ini dapat disebabkan oleh imobilisasi dan kurangnya paparan terhadap sinar matahari.

5. Depresi dan efek psikologis lain. Hal ini mungkin karena kepribadian penderita atau karena umur tua. 25% menderita depresi mayor pada fase akut dan 31% menderita depresi pada 3 bulan paska stroke. Depresi harus ditengarai sebagai penyebab pemulihan yang tidak wajar, tidak kooperatif saat rehabilitasi dan keadaan emosi yang tidak stabil. Keadaan ini lebih sering pada hemiparesis kiri.

6. Inkontinensia alvi dan konstipasi. Umumnya penyebabnya adalah imobilitas, kekurangan cairan dan intake makanan serta pemberian obat

7. Komplikasi muskuloskeletal: Spastisitas dan kontraktur(umumnya sesuai pola hemiplegi), nyeri bahu (umumnya di sisi yang lemah), bengkak dan tungkai dingin (lebih sering pada kaki), jatuh dan fraktur.H. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis didasarkan atas hasil:

1. Penemuan Klinis

a. Anamnesis

Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang mendadak.Tanpa trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke.b. Pemeriksaan Fisik

Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko sepertihipertensi, kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya.

2. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium

a. Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantudiagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada faseakut, memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark.

b. Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkangambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila scan tak jelas,membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.

c. Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali dapatmembantu membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahanintraserebral (PIS) maupun perdarahan subarakhnoid (PSA).

d. EEG dapat membantu dalam menentukan lokasi

e. Pungsi Lumbal. Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.

f. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.

g. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.

h. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal ( Doenges, 2000 ).3. Pemeriksaan lain-lain

Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darahrutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlugambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit, Doppler,Elektrokardiografi (EKG).I. Penatalaksanaan medis

Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah

1) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil2) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan oksigen sesuai kebutuhan3) Tanda-tanda vital diusahakan stabil4) Bed rest5) Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia6) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit7) Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi8) Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik9) Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat meningkatkan TIK10) Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT11) Penatalaksanaan spesifik berupa: Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan, obat hemoragik Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan pembedahan, menurunkan TIK yang tinggiJ. Proses keperawatan

1. Pengkajian

a. Data umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:

1) Nama KK

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan KK

4) Pendidikan KK

5) Komposisi KK dan genogram

6) Tipe keluarga

7) Suku bangsa

8) Agama

9) Status ekonomi keluarga

10) Aktivitas rekreasi keluarga

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

3) Riwayat kesehatan keluarga saat ini

4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

c. Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Denah rumah

3) Karakteristik tetangga dan komunitas RT

4) Mobilitas dan geogafis keluarga

5) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

6) Sistem pendukung keluarga

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

2) Struktur kekuatan keluarga

3) Struktur peran

4) Nilai dan norma keluarga

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

2) Fungsi sosialisasi

3) Fungsi perawatan kesehatan

4) Fungsi reproduksi

5) Fungsi ekonomif. Stres dan koping keluarga

1) Stressor jangka pendek dan panjang

2) Kemampuan keluarga berespon tehadap situasi atau stressor

3) Strategi koping yang digunakan

g. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum dan pemeriksaan head to toeK. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut brhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan: intoleran aktivitasc. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan: perubahan persepsid. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan cerebralL. Intervensi Keperawatan

NoDx KeperawatanTujuan (NOC)Intervensi (NIC)

1Nyeri akut brhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x pertemuan, keluarga dan klien dapat:

1. Pain Control

a. Keluarga dan klien mengenal faktor-faktor penyebab

b. Keluarga dan klien mengenal onset nyeri

c. Keluarga dan klien tahu tindakan pertolongan non farmakologi

d. Keluarga dan klien melaporkan gejala-gejala nyeri kepada tim kesehatan.

e. Nyeri terkontrol

2. Tingkat nyeri

a. Melaporkan nyeri

b. Frekuensi nyeri

c. Lamanya episode nyeri

d. Ekspresi nyeri; wajah

e. Perubahan respirasi rate

f. Perubahan tekanan darah

g. Kehilangan nafsu makanPain Management

1. Kaji keluhan nyeri, lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, dan beratnya nyeri.

2. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.

3. Pantau penggunaan bantal.

4. Dorong klien untuk sering mengubah posisi.

5. Bantu klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur.

6. Bantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.

7. Observasi respon ketidaknyamanan secara verbal dan non verbal.

8. Pastikan pasien menerima perawatan analgetik dengan tepat.

9. Gunakan strategi komunikasi yang efektif untuk mengetahui respon penerimaan pasien terhadap nyeri.

10. Evaluasi keefektifan penggunaan kontrol nyeri

11. Monitor perubahan nyeri baik aktual maupun potensial.

12. Sediakan lingkungan yang nyaman.

13. Ajarkan penggunaan tehnik relaksasi sebelum atau sesudah nyeri berlangsung

14. Tingkatkan istirahat yang adekuat untuk meringankan nyeri.

2Hambatan mobilitas fisik

Definisi: keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah.

Berhubungan dengan: intoleran aktivitas, ansietas, gangguan kognitif, kontraktur, nyeri, dan lain-lain.

Batasan karakteristik: dispnea setelah beraktivitas, pergerakan gemetar, keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik kasar dan motorik halus, tremor akibat pergerakan, dan lain-lain.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil: Klien meningkat dalam aktivitas fisik

Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)

1. Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan

2. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera4. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan

5. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.

6. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.7. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi8. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan9. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan

3Hambatan komunikasi verbal

Definisi: penurunan, kelambatan, atau ketiadaan kemampuan untuk menerima, memproses, mengirim, dan atau menggunakan sistem simbol.

Berhubungan dengan: perubahan persepsi, perubahan sistem saraf pusat, defek anatomis, tumor otak, penurunan sirkulasi ke otak, hambatan fisik, kondisi psikologis, kendala psikologis, kelemahan sistem muskuloskeletal, dan lain-lain.

Batasan karakteristik: tidak dapat bicara, kesulitan mengekspresikan pikiran secara verbal (misalnya afasia, disfasia, apraksia), kesulitan menyusun kata-kata (misalnya disatria), dispnea, pelo, sulit bicara, dan lain-lain.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, hambatan komunikasi verbal pasien berkurang, dengan kriteria hasil:

Pasien dapat berbicara dengan kata-kata yang jelas

Pasien tidak pelo

Pasien dapat berkomunikasi dengan baik1. Bantu keluarga dalam memahami pembicaraan pasien.

2. Bicara pada pasien dengan lambat dan dengan suara yang jelas

3. Dengarkan pasien dengan baik.

4. Gunakan kata dan kalimat yang singkat

5. Instruksikan pasien dan keluarga untuk menggunakan bantuan bicara

6. Berikan reinforcement positif kepada pasien

7. Anjurkan pasien untuk mengulangi pembicaraanya jika belum jelas

8. Gunakan interpreter jika perlu.

4Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral

Definisi: resiko penurunan sirkulasi jaringan otak.

Faktor resiko: emboli, trauma kepala, hipertensi, efek samping terkait terapi, koagulopati, tumor otak, dan lain-lainSetelah dilakukan asuhan selama 3x24jam ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral teratasi dengan kriteria hasil:

Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan

Tidak ada ortostatikhipertensi Komunikasi jelas Menunjukkan konsentrasi dan orientasi Pupil seimbang dan reaktif Bebas dari aktivitas kejang Tidak mengalami nyeri kepala

1. Monitor TTV

2. Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan dan reaksi

3. Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri kepala4. Monitor level kebingungan dan orientasi5. Monitor tonus otot pergerakan 6. Monitor tekanan intrkranial dan respon nerologis7. Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus8. Monitor status cairan9. Pertahankan parameter hemodinamik

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga, Jakarta: EGC

Doenges, M. E. et al. (2002) Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Perencanaan Pendokumentasaian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.Friedman, Marlyn M, Vicky R.B, Elaine G.J (2010). Keperawatan Keluarga. Teori dan Praktek. Jakarta: EGC.Mansjoer, A. (2002) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aeusculapius.

Mosby. (2004). Nursing Interventions Classification (NIC). Amerika: Elsevier.

Mosby. (2006). Nursing Outcome Classification (NOC). Amerika: Elsevier.

Muttaqin, A. (2010). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda Internasional. (2012) Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Sarwono, S.W., Meinarno, E.A. (2010). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba

Humanika.

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik, Jakarta: EGC

Valentina, L. B. (2007) Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan Dan Management Edisi 2. Jakarta: EGC

Hambatan komunikasi verbal

Gangguan pergerakan tubuh PTIK

Perfusi jaringan turun

Hambatan mobilitas fisik

Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

Lobus parietalis (sulit menyusun kata)

Lobus temporalis (rangsangan bicara terganggu)

Lobus frontalis (hambatan gerak/lumpuh)

Kerusakan integritas kulit

Hemisfer kiri shock (kolaps sirkulasi vaskuler)

Pembuluh darah tersumbat

Kenaikan TIK

Penurunan fungsi motorik

Oklusi pembuluh darah

Defisit perawatan diri

Pecah/bekuan darah

Kolesterol dan lemak meningkat di pembuluh darah

Penumpukan nikotin di pembuluh darah

Aliran darah ke otak tersumbat

Aliran darah terganggu

Elastisitas pembuluh darah menurun

Tahanan perifer meningkat

Arteriosklerosis (penyempitan pembuluh darah)

Hipertensi/hipotensi

Etiologi

(makanan, merokok, hipertensi, lanjut usia

2