lp hil

18
LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. SOEWANDHI SURABAYA Oleh : Edwin Reza Kusuma Nim : 143.0020

Upload: toto909

Post on 26-Dec-2015

320 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

TRANSCRIPT

Page 1: LP HIL

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Dr. M. SOEWANDHI SURABAYA

Oleh : Edwin Reza Kusuma

Nim : 143.0020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TA. 2014/2015

Page 2: LP HIL

LEMBAR PENGESAHAN

PASIEN DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Dr. M. SOEWANDHI SURABAYA

Oleh : Edwin Reza Kusuma

Nim : 143.0020

Mengetahui Surabaya, 2014

Penguji Pendidikan Penguji Lahan

Page 3: LP HIL

Pasien Dengan Post Operasi Hernia Inguinalis Lateralis Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. M. Soewandhi Surabaya

1. Pengertian

Istilah hernia berasal dari bahasa Yunani “ERNOS” yang berarti penonjolan Hernia adalah prostrusi dari organ melalui lubang defektif yang didapat atau kongenital pada dinding rongga yang secara normal berisi organ. Dengan kata lain hernia adalah merupakan tonjolan keluar sebagian rongga perut yang keluar melalui daerah yang lemah pada dinding rongga perut dimana rongga tersebut seharusnya berada dalam keadaan normal tertutup. Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus/lateralis menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui anulus inguinalis externa/medialis (Mansjoer A,dkk 2000).

Jenis Hernia :

1. Menurut lokasi / fotografinya : hernia Inguinalis, hernia umbikalis, hernia fermoralis.2. Menurut isinya : Hernia usus halus, hernia omentum.3. Menurut terlihat atau tidaknya bila terlihat disebut hernia exsternal misalnya hernia

inguinalis, hernia scrotalis dan sebagainya sedangkan bila tidak terlihat dari luar disebut hernia intrna, contohnya hernia diapagma, hernia foramen winslow, hernia akturaforia.

4. Menurut kasusnya : hernia kogenital, hernia traumatika, hernia insisional.5. Menurut keadaannya : bila isi hernia dapat dimasukan kembali. Hernia ireponbilis bila

tidak dapat dimasukan kembali. Hernia inkoserata bila tidak dimasukan kembali dan ada gangguan jalannya isi usus.

2. Anatomi Dan Fisiologi

Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni musculus rectus abdominis, musculus, obliqus abdominis internus, musculus transversus abdominis. Kanalis inguinalis timbul akibat descensus testiculorum, dimana testis tidak menembus dinding perut melainkan mendorong dinding ventral perut ke depan. Saluran ini berjalan dari kranio-lateral ke medio-kaudal, sejajar ligamentum inguinalis, panjangnya : + 4 cm. (Brunner & Suddarth, 2000)

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yag merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus transversus abdominis di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum. Kanal ini dibatasi oleh anulus eksternus. Atap ialah aponeurosis muskulus ablikus eksternus dan didasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma serta sensitibilitas kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit, tungkai atas bagian proksimedial (Martini, H 2001).

Page 4: LP HIL

Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversal yang kuat yang menutupi triganum hasselbaeh yang umumnya hampir tidak berotot sehingga adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis (Martini, H 2001)

3. Patofisiologi

Aktivitas mengangkat benda berat, batuk kronis, dan mengejan pada saat defekasi dapat memacu meningkatnya tekanan intraabdominal yang menyebabkan defek pada dinding otot ligament inguinal akan melemah sehingga akan terjadi penonjolan isi perut pada daerah lateral pembuluh epigastrika inferior fenikulus spermatikus. Hal ini yang menyebabkan terjadinya hernia. Mengangkat berat juga menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cedera traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada disertai dengan kelemahan otot, maka individu akan mengalami hernia. Bila isi kantung hernia dapat dipindahkan ke rongga abdomen dengan manipulasi, hernia disebut redusibel

Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungandengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi padastrangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontineu, daerah benjolan menjadi merah (Syamsuhidajat 2004).

Page 5: LP HIL

4. Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat. Pada bayi dan anak, hernia inguinalis lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, kelemahan otot dinding perut karena usia (Sjamsuhidayat, 2004). Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan intraabdominal adalah kehamilan, obesitas, peningkatan berat badan, dan tumor. Selain itu, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan mengejan pada saat miksi, misalnya hipertrofi prostat dapat pula meningkatkan tekanan intra abdomen yang bisa menyebabkan hernia (Mansjoer, 2002).

5. Tanda Dan GejalaBeberapa pasien mengatakan hernia adalah turun berok, burut, atau klingsir, atau

mengatakan adanya benjolan di selangkangan atau kemaluan.Benjolan bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan jika menangis sambil mengejan, atau mengangkat beban yang berat dan bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali. Bila telah terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri. Keadaan umum pasien biasanya terlihat baik, saat benjolan tidakNampak dan saat pasien disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah tampak benjolan, harus diperiksa apakah benjolan tersebut dapat dimasukkan kembali atau tidak. Pasien diminta berbaring bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominal, lalu skrotum diangkat perlahan-lahan.

Diagnosa pasti hernia pada umumnya sudah dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis yang teliti. Keadaan cincin hernia juga perlu diperiksa. Melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari tuberkulum pubikum. Ikuti fasikulus spermatikus sampai ke annulus inguinalis internus. Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejan dan merasakan apakah ada massa yang menyentuhjari tangan. Bila massa tersebut menyentuh ujung jari maka itu dinamakan hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka diagnosisnya adalah hernia inguinalis medialis (Mansjoer, 2002).

`6. Penetalaksanaan Dan Terapi

Penatalaksanaan medicalHernia yang tidak terstrangulata atau inkarserata dapat secara mekanis berkurang.

Suatu penyokong dapat digunakan untuk mempertahankan hernia berkurang. Penyokong ini adalah bantalan yang diikatkan ditempatnya dengan sabuk. Bantalan ditempatkan di atas hernia setelah hernia dikurangi dan dibiarkan ditempatnya untuk mencegah hernia dari kekambuhan. Klien harus secara cermat memperhatikan kulit di bawah penyokong untuk memanifestasikan kerusakan ( Ester, 2002).

Page 6: LP HIL

Penatalaksanaan bedahPengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang

rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomy, 14 hernioplastik, dan herniorafi. Pada herniotomy, dilakukan pembebasankantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik, dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis ( Sjamsuhidayat, 2004).

Herniorafi dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di atas area yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perineal, kantung hernia dibuang dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Laparoscopic Extraperitoneal (LEP) herniorafi merupakan tehknik terbaru yang angka keberhasilannya lebih tinggi dengan meminimalisasi kekambuhan, nyeri, dan periode recovery post operasi lebih pendek (Black, 2006).

7. Concept Map

8. Standar Prosedur Operasional (SPO)

Page 7: LP HIL

Standar Prosedur Operasional vena pungsi

Alat dan Bahan :

1. 1 buah bak instrument berisi : 1 buah spuilt disposable ukuran 3 – 10 cc

2. Botol / tabung untuk menampung darah

3. Kapas alkohol

4. Tourniquet

5. Gunting lister (atas bengkok tujuannya agar tidak merusak jaringan)

6. Perlak kecil

7. Bengkok

8. Handscon (bersih)

9. Plester (hepafic)

10. EDTA powder (sebagai antikoagulan gunanya agar darah tidak membeku)

Langkah-langkah

1. Mencuci tangan dan gunakan handscon

2. Komunikasi terapeutik

3. Tutup privasi

4. Prosedur

a. Pasang perlak dibawah lengan pasien.

b. Pasang tourniquet.

c. Cari pembuluh vena.

d. Lokasi penusukan didesinfeksi dengan kapas alcohol 70% dengan cara berputar

dari dalam ke luar.

e. Ambil spuilt dengan ukuran 3,5 cc (sesuai jumlah darah yang diambil).

f. Pegang spuit dengan tangan kanan, kencangkan jarumnya dan dorong penghisap

sampai ke ujung depan.

g. Lakukan penusukan pada vena dengan jarum spuit menghadap keatas dengan

sudut 30° sampai 45° terhadap kulit.

h. Penghisap spuit ditarik pelan–pelan sampai didapatkan volume darah yang

diinginkan, mintalah klien untuk membuka kepalan tangannya.

i. Letakkan kapas alcohol 70% diatas jarum, cabut jarum dengan menekan kapas

menggunakan tangan kiri pada bekas tusukan selama beberapa menit.

j. Tutup spuilt dengan teknik satu tangan kanan dan bereskan peralatan.

9. Asuhan Keperawatan (Pengkajian - Intervensi)

Page 8: LP HIL

Pengkajian merupakan dasar utama dan yang penting didalam melakukan asuhan keperawatan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit ataupun selama pasien dirawat di rumah sakit. 1. Pengkajian demografi sangat berekaitan dengan masalah kesehatan klien dengan hernia

inguinalis meliputi :a. Umur

Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Untuk hernia inguinalis lateralis, insiden tertinggi pada anak muda. Insiden tinggi pula terjadi pada klien dengan usia 50 – 60 tahun dan berangsur-angsur menurun pada kelompok lansia (Black, 2006).

b. Jenis kelaminLaki-laki lebih banyak menderita hernia inguinalis lateral daripada perempuan. Hal ini disebabkan pada laki - laki saat perkembangan janin terjadi penurunan testis dari rongga perut. Sehingga jika saluran testis ini tidak menutup dengan sempurna, maka akan menjadi jalan lewatnya hernia inguinalis (Oswari, 2005)

c. PekerjaanPekerjaan mengangkat berat dalam jangka waktu yang lama dapat melemahkan dinding perut (Oswari, 2005). Aktivitas mengejan dan sering mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama bisa memicu timbulnya hernia.

.2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utamaKeluhan utama klien post herniotomi adalah merasakan nyeri daerah operasi diarea inguinal.

b. Riwayat kesehatan dahuluLatar belakang kehidupan klien sebelum masuk rumah sakit yang menjadi faktor predisposisi seperti riwayat bekerja mengangkat benda-benda berat, riwayat penyakit menular dan atau penyakit keturunan, serta riwayat operasi sebelumnya pada daerah abdomen atau operasi hernia yang pernah dialami klien sebelumnya.

c. Riwayat kesehatan sekarangDimulai sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul, keadaan apa yang memperberat dan memperingan keluhan pada pasien hernia inguinalis.

3. Pemeriksaaan fisika. Keadaan umum

Keadaan klien dengan hernia biasanya mengalami kelemahan, dan periksa status gizinya serta tingkat kesadaran composmentis.

b. Tanda-tanda vitalPada pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan vital sign. Biasanya pada pasien dengan post herniotomy terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan suhu dan demam, pernapasan cepat dan dangkal.

c. Inspeksi

Page 9: LP HIL

Pada kondisi post operasi luka tertutup balutan steril untuk mencegah masuknya mikroorganisme yang bisa menyebabkan infeksi. Tanda infeksi perlu diperhatikan seperti ada lesi/ kemerahan pada luka insisi.Pada hernia inguinalis tampak adanya benjolan di lipat paha. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan, batuk, mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali ( Sjamsuhidayat, 2004).

d. Perubahan pola fungsi1) Sirkulasi

Gejala : riwayat masalah jantung, gagal jantung kongestif (GJK), edema pulmonal, penyakit vaskular perifer, atau stasis vaskular (peningkatan risiko pembentukan trombus).

2) PernapasanGejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

3) Integritas egoGejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis, faktor-faktor stress multiple, misalnya finansial, hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan/ peka rangsang, stimulasi simpatis.

4) Makanan / cairanGejala: insufisiensi pankreas/ diabetes mellitus (DM), (predisposisi untuk /ketoasidosis), malnutrisi (termasuk obesitas), membran mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa hipoglikemia pra operasi).

5) Aktivitas atau istirahatTanda : mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan matras untuk tidur, penurunan rentang gerak, tidak mampu melakukan aktivitasseperti biasa, atrofi otot, gangguan dalam berjalan.

6) KeamananGejala : alergi terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi imun (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan), Riwayat transfusi darah/ reaksi transfusi.

7) NeurosensoriGejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan tangan atau kaki, penurunan reflek tendon dalam, nyeri tekan atau nyeri abdomen.Tanda : munculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

8) KenyamananGejala: nyeri seperti di tusuk-tusuk, fleksi pada kaki, keterbatasan mobilisasi.

9) Penyuluhan / PembelajaranGejala: penggunaan antikoagulasi, steroid, antibiotik, antihipertensi, kardiotonik glikosid, antidisritmia, bronkodilator, diuretik, dekongestan, analgesik, antiinflamasi,antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alkohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

Page 10: LP HIL

10) Pemeriksaan penunjanga) Darah lengkap : peningkatan darah lengkap adalah indikasi indikasi dari

proses inflamasi, penurunan darah lengkap dapat mengarah pada proses-proses viral (membutuhkan evaluasi karena sistem imun mungkin tidak berfungsi).

b) Elektrolit : ketidakseimbangan akan mengganggu fungsiorgan, misalnya penurunan kalium akan mempengaruhi kontraktilitas otot jantung, mengarah kepada penurunan curah jantung.

c) Urinalisis : Munculnya sel darah merah atau bakteri yang mengindikasikan infeksi.

d) Gas Darah Arteri : mengevaluasi status pernafasan terakhir.e) Elektrokardiografi (EKG) : penemuan akan sesuatu yang

tidak normal membutuhkan prioritas perhatian untuk memberikan

Page 11: LP HIL

No. Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional1 Gangguan volume cairan berhubungan

dengan kehilangan cairansekunder akibat perdarahan dan menurunnya intake

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jamkeseimbangan kebutuhan cairan dapat dipertahankan dengankriteria hasil : Keseimbangan cairan menjadi adekuat,ditunjukkan dengan tanda-tanda vital stabil, turgor kulitnormal, membran mukosa lembab dan pengeluaran urin yang sesuai.

1. Ukur dan catat intake dan output dan tinjau ulang catatan intra operasi.

2. Pantau tanda-tanda vital.3. Catat munculnya mual dan

muntah.

1. dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan atau kebutuhan penggantian.

2. hipertensi, takhikardi, peningkatan pernafasan, mengidentifikasi kekurangan cairan.

3. mual selama 12-24 jam post operasi umumnyadihubungkan dengan anestesi. Mual berlebihan lebihdari 3 hari mungkin dihubungkan dengan pilihan narkotik pengontrol sakit atau terapi obat lain.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri)

berhubungan dengan proses inflamasi.

Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang setelah perawatan 2X24 jam

dengan kriteria hasil :

Skala nyeri 0-1,

Klien tampak rileks.

1. Observasi tanda-tanda vital.

2. Kaji skala nyeri

3. Ajarkan teknik relaksasi nafas

dalam.

4. Beri posisi tidur yang

nyaman.

5. Kolaborasi untuk pemberian

terapi analgetik.

1. Identifikasi dini komplikasi nyeri.2. Menentukan tingkat nyeri 1- 10,

untuk menentukan tindakan yang tepat.

3. Untuk mengurangi rasa nyeri.4. Untuk meningkatkan rasa nyaman5. Mengurangi nyeri.

3. Resiko infeksi masuknya Tujuan : tidak terjadi 1. Observasi tanda-tanda vital 1. peningkatan nilai tanda-tanda vital

Page 12: LP HIL

mikroorganisme berhubungan dengan adanya luka operasi pada daerah inguinal

infeksi setelah dilakukan perawatan 2X24 jam.

kriteria hasil : Luka operasi sembuh dengan baik, tanda-tanda vital dalam batas normal

2. Kaji daerah operasi terhadap

pembengkakan dan

pengeluaran pus.

3. Menjaga kebersihan di sekitar

luka operasi

4. Kolaborasi untuk pemberian

terapi antibiotik.

merupakan indikatordini proses infeksi.

2. Merupakanindikasi adanya tanda-tanda infeksi.

3. mencegah kontaminasi silang oleh penyebaran organisme infeksius.

4. membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi.

Page 13: LP HIL

10. DAFTAR PUSTAKA

1. Barbara Engram, (1995), Perawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta

2. Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi

2; EGC. Jakarta.

3. Carpennito L.J (1997), Nursing Diagnosis, JB. Lippincot, New York4. Guyton, (1991), Fisiologi Manusia, EGC, Jakarta 5. Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis Pendekatam Holistik, Penerbit EGC, Jakarta.

6. Kluwer Wolter dkk 2011. Kapita Selekta Penyakit, Jakarta, EGC.

7. Lestari 2011. Kamus Keperawatan, Jakarta, Buana Press.

8. Myers Ehren 2009. Keterampilan Klinis Untuk Perawat, Jakarta, EGC

9. Price Sylvia A ( 1993) , Patofisiologi, Penerbit EGC, Jakarta10. Tabrani, (1998), Agenda Gawat Darurat Jilid 2, Penerbit Alumni Bandung