case report bedah hil pria

43
CASE REPORT HERNIA INGUINALIS LATERALIS Disusun oleh : Pria Dinda Tri 1102011210 Pembimbing : Dr. Hadiyana suryadi, sp.B Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah 1

Upload: pria-dinda-tri

Post on 12-Jan-2016

277 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

RSUD dr. Slamet Garut

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report Bedah Hil pria

CASE REPORT

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Disusun oleh :

Pria Dinda Tri

1102011210

Pembimbing :

Dr. Hadiyana suryadi, sp.B

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu BedahRumah Sakit Umum dr. Slamet Garut

Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

1

Page 2: Case Report Bedah Hil pria

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. J

Umur : 38 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Sudah menikah

Agama : Islam

Suku Bangsa : Sunda

Pekerjaan : Peternak

Alamat : Bumbulang

No. Catatan Medis : 7575xx

Tanggal Masuk : 2015

ANAMNESIS : dilakukan dengan Autoanamnesis

Keluhan Utama

Benjolan yang hilang timbul di lipat paha kiri semenjak 4 tahun smrs

Riwayat penyakit sekarang

Tn. J, 38 tahun, datang ke poli RSU dr. Slamet dengan keluhan terdapat benjolan

yang hilang timbul di lipat paha kanan sejak 4 tahun SMRS. Keluhan dirasakan

muncul setelah pasien mengangkat domba miliknya, setelah itu benjolan muncul

saat pasien sedang berdiri. Dan menghilang saat pasien sedang berbaring.

Benjolan berwarna sama dengan kulit sekitar, tidak nyeri tekan, dan dapat di

kembalikan ke posisi semula dengan menggunakan jari pasien. Demam disangkal,

mual dan muntah (-), nyeri abdomen (-), kembung (-), BAB dan BAK dalam batas

normal, pasien dapat kentut. Pasien mengaku adalah seorang peternak dan sering

melakukan aktivitas berat seperti mengangkat binatang ternak dombanya.

Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat penyakit jantung disangkal

- Riwayat penyakit paru disangkal

- Riwayat penyakit saluran pencernaan disangkal

2

Page 3: Case Report Bedah Hil pria

- Riwayat pembedahan disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama.

I. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda-tanda Vital

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

o TD : 100/70 mmHg

o Nadi : 80 x/menit

o Respirasi : 16 x/menit

o Suhu : 36,5°C

Status Generalis

Kepala : Normocephal

Mata : CA (-/-), SI (-/-) pupil bulat isokor, refleks pupil +/+

Hidung : discharge (-/-) deviasi septum (-/-)

Telinga : bentuk normal, otorea (-/-)

Mulut : mukosa hiperemis (-), lidah kotor (-), bibir kering (-)

Lidah : lidah berwarna merah, tidak ada coated tongue

Leher : trakea di tengah, pembesaran KGB (-)

Thorak : Bentuk dan Gerak simetris

Cor

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga 5 linea mid clavicula

sinistra

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : BJ I – II murni reguler, murmur (-), Gallop (-)

Pulmo

Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis

3

Page 4: Case Report Bedah Hil pria

Palpasi : Fremitus vokal dan taktil pada hemithoraks kanan dan

kiri simetris, tidak teraba massa dan tidak ada nyeri

tekan.

Perkusi : Sonor pada hemithoraks kanan dan kiri

Auskultasi : VBS (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi : tampak datar simetris

Palpasi : NT/NL -/-, hepar dan lien tidak teraba membesar,

Ballotement -/-, nyeri ketok CVA -/-

Perkusi : Timpani diseluruh lapang abdomen

Auskultasi : BU (+) normal

Punggung : CVA : Nyeri tekan -/-, Nyeri ketok-/-

Genitalia : rectal touche tidak dilakukan

Ekstremitas

Atas : Edema (-/-), Sianosis (-/-), akral hangat

Bawah : Edema (-/-), Sianosis (-/-), akral hangat

Status lokalis daerah Inguinal

Inspeksi :

- Terlihat benjolan bentuk lonjong di daerah inguinalis sinistra dengan diameter +/-

7 cm

- Saat pasien dibaringkan dan mengangkat kaki benjolan dapat masuk sendiri

- Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya

- Saat posisi berdiri dan pasien disuruh mengejan terlihat benjolan di regio

inguinalis sinistra

Palpasi :

- Teraba benjolan, bentuk bulat lonjong, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)

- Benjolan dapat di dorong masuk dengan dengan jari telunjuk dalam posisi

berbaring

4

Page 5: Case Report Bedah Hil pria

Pemeriksaan khusus :

Manuver valsava : penderita disuruh mengedan impuls berada diujung jari -> hernia

inguinalis lateralis.

Genitalia :

- Penis : orifisium uretra eksterna tidak sempit, deformitas (-)

- Scrotum : massa (+), tanda-tanda radang (-)

Resume

Tn. J, 38 tahun, datang ke poli RSU dr. Slamet dengan keluhan terdapat benjolan

yang hilang timbul di lipat paha kanan sejak 4 tahun SMRS. Keluhan dirasakan

muncul setelah pasien mengangkat domba miliknya, setelah itu benjolan muncul saat

pasien sedang berdiri. Dan menghilang saat pasien sedang berbaring. Benjolan

berwarna sama dengan kulit sekitar, tidak nyeri tekan, dan dapat di kembalikan ke

posisi semula dengan menggunakan jari pasien. Demam disangkal, mual dan muntah

(-), nyeri abdomen (-), kembung (-), BAB dan BAK dalam batas normal, pasien dapat

kentut. Pasien mengaku adalah seorang peternak dan sering melakukan aktivitas berat

seperti mengangkat binatang ternak dombanya.

Pemeriksaan fisik : TD 110/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, Respirasi 18 x/menit, Suhu

36,5°C. Status lokalisata : Terlihat benjolan bentuk lonjong di daerah inguinalis

sinistra dengan diameter +/- 7 cm. Saat pasien dibaringkan benjolan dapat masuk

sendiri. Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya. Posisi berdiri dan pasien disuruh

mengejan terlihat benjolan di regio inguinalis dextra. Teraba benjolan, bentuk

lonjong, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-). Benjolan dapat di dorong masuk dengan

dengan jari telunjuk dalam posisi berbaring.

II. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

2. Rotgen

1. LAB : (2 Agustus 2015)

5

Page 6: Case Report Bedah Hil pria

Hematologi :

Darah rutin

- Hemoglobin 15,6 gr/Dl (N 13-18 gr/dL)

- Hematokrit 48 % (N 40 – 52 %)

- Lekosit 10.520 / mm3 (3.800 – 10.600)

- Trombosit 207.000 / mm3 (150.000 – 400.000)

- Eritrosit 5,46 juta/mm3 (3,5 – 6,5)

Kimia klinik

- AST (SGOT) 45 U/L

- ALT (SGPT) 59 U/L

- Ureum 23 mg/Dl (15 – 50)

- Kreatinin 1.0 mg/Dl (0,7 – 1,2)

- Glukosa darah sewaktu 103 mg/dL ( < 140)

- Asam urat 6,2 mg/dl

2. Rontgen thorsk

Dilakukan pada

• Cor tidak membesar

• Sinus dan diafragma normal

6

Page 7: Case Report Bedah Hil pria

• Pulmo : hilus kanan dan kiri normal, corakan bronkovaskular bertambah, tidak

tampak bercak lunak,

Kesan :

• Tidak tampak tb paru

• Tidak tampak kardiomegali

Rencana terapi :

Operatif : hernioraphy tension free with mesh

FOLLOW UP DOKTER

Tanggal / Jam Catatan Instruksi

3-08-15 KU : CM

Kel : Pasien mengeluh benjolan

pada lipat paha kiri hilang timbul

TD : 100 / 70

N : 80 x/mnt

R : 16 x/menit

S : Afebris

Status lokalis

a/r Inguinalis sinistra terdapat

benjolan, NT (-)

Rencana : Hernioraphy

tension free with mesh

Pre op :

- Puasa s/d 6 jam preop

- Pasang kateter folley

sebelum hernioraphy

4-08-2015

POD I

KU : CM

Kel : nyeri di tempat operasi,

nyeri saat BAK

TD : 110 / 70 mmhg

N : 76 x/mnt

R : 20 x/menit

S : 36,2 C

Post op :

Obs tnrs/jam dalam 24

jam

RL : 20 gtt/m

Cefotaxime 2 x 1 gram iv

Ranitidin 2 x 1 amp iv

Ketorolac 2 x 1 amp iv

GV POD II

Tidak puasa

Diet bebas

7

Page 8: Case Report Bedah Hil pria

AFF kateter POD I

Mobilisasi duduk setelah

24 jam

5-08-2015

POD II

KU : CM

Kel : nyeri luka operasi

TD : 110/80 mmhg

N : 80 x/mnt

R : 18 x/menit

S : 36 C

Ceftriaxon 2 x 1

As mefenamat 3 x 500mg

Ranitidin 2 x 1

BLPL

LAPORAN OPERASI

Operator : dr. Hadiyana, sp.B

Asisten I : dr. Iyan

Perawat instrumen : Afif s.kep

Diagnosa prabedah : HIL sin reponible

Indikasi operasi : Tutup defek

Diagnosa pasca bedah : sesuai

Jenis operasi : hernioraphy tension free with mesh

Kategori operasi : besar

Desinfeksi kulit dengan : povidone iodine

Laporan operasi lengkap :

DO : ditemukan 1 buah kantung hernia kosong

TO :

1. Dialkukan tindakan a dan antiseptik pada lapang operasi

2. Lapang operasi di persempit dengan duk steril

3. Dilakukan insisi +/- 2 cm diatas lig inguinais sinsitra

4. Insisi ke dalam hingga fasia tranversalis

5. Fascia trenversalis dibuka dilakukan identifiaksi spermaticodrd dan nervus

illeo inguinale

6. Dilakukan identifikasi kantung hernia ke arah anteromedial

8

Page 9: Case Report Bedah Hil pria

7. Spermaticord di fiksasi dengan kateter

8. Kantong hernia di buka dan tampak DO

9. Dilakukan bridging untuk memisahkan kantung hernia proximal dan distal

10. Kantung hernia proximal dilakukan penjahitan purstring dan dilanjutkan

dengan fiksasi ke proximal

11. Dilakukan pemasangan mesh 10x5cm dengan benang silk 2.0

12. Luka operasi ditutup lapis demi lapis

13. Perdarahan di control dan dirawat

14. Luka dirawat

15. Operasi selesai

Instruksi pasca bedah :

1. Observasi : KU, Nadi, Respirasi, Pendarahan/ jam dalam 24 jam

2. IUFD RL 20 gtt/menit dalam 24 jam

3. Cefotaxime 2 x 1 gram iv

4. Ranitidin inj 2 x 1 iv

5. Ketorolac inj 2 x 1 amp iv

6. GV POD II

7. Tidak puasa

8. Diet bebas

9. Mobilisasi duduk 24 jam

III. DIAGNOSIS BANDING

Hidrokel

Varikokel

IV. DIAGNOSIS KERJA

Hernia inguinalis lateralis sinistra reponible

V. PENATALAKSANAAN

Hernioraphy tension free with mesh

9

Page 10: Case Report Bedah Hil pria

VI. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad malam

10

Page 11: Case Report Bedah Hil pria

HERNIA INGIUNALIS LATERALIS

1.    ANATOMI 

Secara umum hernia merupakan penonjolan (protrusi) isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.

Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan hernia dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya, umpamanya diafragma, inguinal, umbilical, femoral.

Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat jeluar masuk. Keluar jika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika tidur atau didorong masuk perut. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri ataupun tanda sumbatan usus.

Hernia disebut hernia inkarserata atau strangulate bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, sering terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata.

Hernia eksternal merupakan protrusi abnormal organ intra-abdominal melewati defek fascia pada dinding abdominal. Hernia yang sering terjadi adalah inguinal, femoral, umbilical, dan paraumbilikal.

Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus (organ) dari kavum peritoneal ke dalam canalis inguinalis.

Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.

11

Page 12: Case Report Bedah Hil pria

 

Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.

Hernia yang timbul di atas lipatan abdominokrural adalah hernia inguinalis dan yang timbul di bawah lipatan adalah hernia femoralis. Kanalis inguinalis merupakan saluran oblik yang melewati bagian bawah dinding abdomen anterior. Saluran ini memungkinkan struktur-struktur yang melewati menuju ke dan dari testis ke abdomen pada pria. Pada wanita, saluran ini dilewati oleh ligamen rotundum uteri, dari uterus ke labium majus. Selain itu, saluran ini dilewati nervus Ilioinguinalis pada kedua jenis kelamin.

Panjang kanalis inguinalis pada dewasa adalah sekitar 4 cm, terbentuk dari annulus inguinalis profundus/interna sampai annulus inguinali superfisialis/eksterna. Kanalis inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas ligamen inguinalis. Pada neonatus, annulus inguinalis interna terletak hampir tepat posterior terhadap annulus inguinalis eksterna sehingga kanalis inguinalis pada usia ini sangat pendek. Kemudian, annulus interna bergerak ke arah lateral akibat pertumbuhan.

Annulus inguinalis interna adalah suatu lubang berbentuk oval pada fascia transversalis, terletak sekitar 3 cm di atas ligamentum inguinalis, pertengahan antara

12

Page 13: Case Report Bedah Hil pria

SIAS dan symphisis pubis. Di sebelah medial annulus interna terdapat av. epigastrika inferior. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica interna pada pria atau pembungkus bagian dalam ligamen rotundum rotundum uteri pada wanita.Annulus inguinalis externa merupakan defek berbentuk segitiga (Hesselbach’s triangle) pada aponeurosis m. obliquus externus abdominis dan dasarnya dibentuk oleh crista pubica. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica externa. Batas lateral adalah arteri epigastrika inferior, batas medial adalah m. rectus abdominis bagian lateral, dan batas inferior adalah ligamen inguinalis.Kanalis inguinalis dibentuk atas dinding anterior, posterior, superior, dan inferior. Dinding anterior dibentuk oleh aponeurosis m. obliquus eksternus abdominis yang diperkuat pada 1/3 lateral oleh serabut-serabut m. obliquus internus abdominis. Seluruh panjang dinding posterior kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat cojoint tendon di 1/3 medial. Cojoint tendon adalah gabungan tendon insersi m. obliquus internus abdominisdan m. transversus abdominis yang melekat pada crista pubica dan linea pectinea. Dasar atau dinding inferior kanalis inguinalis dibentuk oleh ligamentum inguinalis, sedangkan atapnya dibentuk oleh m. obliquus internus abdominis dan m.transversus abdominis.

Gambar 1. Hesselbach’s triangle

Hernia inguinalis dapat langsung (direk) dan dapat pula tidak langsung (indirek). Kantong dari hernia inguinalis indirek berjalan melalui anulus inguinalis profunda, lateral terhadap pembuluh epigastrika inferior, dan akhirnya kearah skrotum. Kantong dari hernia inguinalis direk menonjol secara langsung melalui dasar kanalis inguinalis, medial terhadap pembuluh epigastrika inferior, dan jarang turun kearah skrotum. Hernia femoralis hampir selalu terlihat  sebagai massa yang irredusibel, meskipun kantongnya makin kososng, karena lemak dam kelenjar limfe dari kanalis femoralis melingkari kantong. Kelenjar limfe tunggal yang membesar dapat meniru hernia femoralis dengan sangat cepat.

13

Page 14: Case Report Bedah Hil pria

Kantong hernia indirek sebenarnya adalah suatu proses vaginalis yang berdilatasi secara persisten. Hernia ini berjalan melalui anulus inguinalis profunda dan mengikuti selubungnya ke skrotum. Pada anulus profunda, kantong mengisi sisi anterolateral dari korda. Lemak properitoneal sering kali berkaitan dengan kantong indirek dan dikenal sebagai lipoma dari korda, meskipun lemak tersebut bukan tumor.

Organ-organ retroperitoneal seperti misalnya kolon sigmoid, sekum dan ureter dapat tergelincir ke dalam kantong indirek. Dalam kantong itu, organ-organ tersebut menjadi bagian dari dinding kantong dan rentan terhadap cedera selama perbaikan.

Kantong hernia inguinalis direk berasal dari dasar kanalis inguinalis, yaitu segitiga Hesselbach; menonjol secara langsung dan kantong hernia ini tidak mengandung aponeurosis otot obliqus eksternus. Hanya pada keadaan yang jarang, hernia ini sedemikian besarnya sehingga mendesak keluar melalui anulus superfisialis dan turun ke dalam skrotum. Kandung kemih sering menjadi komponen kosong dari kantong hernia direk.

Kantong hernia femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu defek pada sisi medial sarung femoralis (femoral sheath). Kanalis femoralis berisi satu atau dua kelenjar limfe, yang tersebar disebut dengan Cloquet. Nodus-nodus ini didesak keluar dari kanalis femoralis oleh suatu penonjolan peritoneal dan seringkali membentuk massa yang dapat dipalpasi.

                                    Gambar 2. Canalis Inguinalis 

Tadi sudah disebutkan secara definisi Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Berasal dari bahasa latin herniae, yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan

14

Page 15: Case Report Bedah Hil pria

ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.

Hernia terdiri atas :

1. cincin2. kantong3. isi hernia

Gambar 3. Kantung Hernia

 3. EPIDEMOLOGI

Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah. Selain yang disebutkan di depan

15

Page 16: Case Report Bedah Hil pria

orang yang memiliki peluang yang besar menggalami hernia yaitu orang – orang yang perah mengalami operasi.

4. ETIOLOGI

Hernia terjadi karena dinding otot yang melemah atau membran yang secara normal menjaga organ tubuh pada tempatnya melemah atau mengendur. Hernia kebanyakkan diterita oleh orang yang berusia lanjut, karena pada usia lanjut otot – otot mulai melemah dan mengendur sehingga peluangnya sangat besar untuk terjadi hernia. Pada wanita sebagian besar hernia diakibatkan karena obesitas ( berat badan yang berlebih ). Hal lain yang dapat mengakibatkan hernia antara lain :

1. Mengangkat barang yang terlalu berat2. Batuk3. Penyakit kronik paru – paru4. Akibat sering mengejan pada saat buang air besar5. Gangguan metabolisme pada jaringan ikat6. Asites (penumpukan cairan abnormal di dalam rongga perut)7. Diare atau kejang perut8. Kehamilan9. Aktifitas fisik yang berlebihan10. Bawaan lahir (kongenital)

Hal – hal diatas merupakan beberapa contoh penyebab terjadinya hernia yang perlu diwaspadai

 

5. KLASIFIKASI

Secara umum hernia terbagi atas dua jenis , yaitu :

1. Hernia Internal

Hernia yang terjadi di dalam tubuh penderita sehingga tidak dapat dilihat dengan mata. Contohnya hernia diaphragmatica.

2. Hernia Eksternal

Hernia yang dapat dilihat oleh mata dikarenakan benjolan hernia menembus keluar sehingga dapat dilihat oleh mata.

Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :

1. Hernia bawaan (kongenital)2. Hernia kongenital sempurna

16

Page 17: Case Report Bedah Hil pria

Karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.

1. Hernia kongenital tak sempurna

Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tetapi ia mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intra abdominal.

1. Hernia yang didapat (akuisita)

Berdasarkan letaknya, hernia dibagi menjadi :

1. Hernia diafragma yaitu menonjolnya organ perut kedalam rongga dada melalui lubang pada diafragma (sekat yang membatasi rongga dada dan rongga perut).

2. Hernia inguinal3. Hernia umbilical yaitu benjolan yang masuk melalui cincin umbilikus (pusar)4. Hernia femoral yaitu benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis.

Menurut sifatnya, hernia dapat disebut :

1. Hernia reponibel; bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

2. Hernia ireponibel; bila isi kantong hernia tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.

3. Hernia inkarserata atau hernia strangulata; bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali kedalam rongga perut. Akibatnya  terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.

Menurut letak, hernia berupa hernia inguinalis, femoralis dan yang jarang termasuk hernia spieghelian, obsturator, umbilikalis serta diafragmatika.

Hernia Inguinalis

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anamoli kongenital atau karena sebab yang didapat. Hernia inguinalis timbul paling sering pada pria dan lebih sering pada sisi kanan dibandingkan pada sisi kiri. Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme  yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus obdominis yang menutup annulus inguinalis internus ketika bekontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat menutupi trigonum Hasselbach yang umunya hampir tidak berotot. Faktor paling

17

Page 18: Case Report Bedah Hil pria

kausal yaitu adanya proses vaginalis (kantong hernia ) yang terbuka, peninggian tekanan didalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.

Gambar 5. Hernia Inguinalis

DIAGNOSIS

Gejala dan tanda hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri,batuk, bersin , atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. keluhan nyeri jarang dijumpai ; kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.

Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung  pada isi hernia. Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis latelaris muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya , pada palpasi mungkin teraba usus ,omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking  , pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat

18

Page 19: Case Report Bedah Hil pria

direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi , pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus,pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia , berarti hernia ingunalis letelaris, dan kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya,berarti hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi perempuan, yang teraba seperti sebuah massa padat biasanya terdiri atas ovarium.

Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau , jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial  dan adanya hubungan ke cranial melalui annulus eksternus.

Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya.

Hernia inguinalis di bagi lagi, yaitu :

1. Hernia inguinalis medialis

Hernia inguinalis direk ini hamper selalu disebabkan oleh factor peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach. Oleh karena itu , hernia ini umumnya terjadi bilateral,khususnya pada lelaki tua.Hernia ini jarang , bahkan hampir tidak pernah , mengalami inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kandung kemih. Kadang dtemukan defek kecil di m.oblikus internus abdominis, pada segala usia, dengan cincin yang kaku dan tajam yang sering   menyebabkan strangulasi. Hernia ini banyak diderita oleh penduduk di Afrika.

Gambar 6. hernia inguinalis direk

19

Page 20: Case Report Bedah Hil pria

1. Hernia inguinalis lateralisHernia ini disebut latelaris karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis; berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga Hessebach dan dsebut sebagai hernia direk.Pada pemeriksaan herna leteralis , akan tampak tonjolan berbentuk lonjong sedangkan hernia medial berbentuk tonjolan bulat. Pada bayi dan anak , hernia latelaris disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum. Hernia geser dapat terjadi di sebelah kanan atau kiri. Hernia yang di kanan biasanya berisi sekum dan sebagian kolon asendens, sedangkan yang di kiri berisi sebagian kolon desendens.

Gambar 7. Hernia inguinalis indirek.

5. GAMBARAN KLINIS

Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu mengedan , batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak , adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua . Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah , banyak menangis , dan kadang-kadang perut kembung , harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulate.

Pada inspeksi diperhatikan  keadaan asimetri pada kedua lipat paha, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring .Pasien di minta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan

20

Page 21: Case Report Bedah Hil pria

dalam keadaan ada benjlan hernia , diraba konsistensinya, dan dicoba  mendorong apakah benjolan dapat direposisi . Setelah benjolan  tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak , kadang cincin hernia dapat diraba berupa anulus ingunalis yang melebar.

Pada hernia insipien tonjolan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari di dalam kanalis inguinalis dan tidak menonjol  keluar. Pada bayi dan anak-anak kadang tidak terlihat adanya benjolan pada waktu menangis , batuk, atau mengedan. Dalam hal ini perlu dilakukan palpasi tali sperma dengan membandingkan yang kiri dan yang kanan; kadang didapatkan anda sarung tangan sutera.

6. PENATALAKSANAAN

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melalukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.

Reposisi ini tidak silakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan sedikit  tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.

Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur di bawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ni disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.

Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tdak pernah menyembuhkan sehingga  harus dipakai seumur hidup. Namun, cara yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplkasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah testis.

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan . Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplastik.

21

Page 22: Case Report Bedah Hil pria

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dbebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit- ikat setinggi mungkin lalu di potong.

Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus ingunalis internus dan memperkuat dnding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal brbagai metode hernioplastik, seperti memperkecil annulus ingunalis internus dengan jahitn terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, menjahtkan pertemuan m.transversus internus abdominis dan m.oblikus  internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale Poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, m.tranversus abdominis. M.oblikus internus abdominus ke ligamentum Cooper pada metode Mc vay.

Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama dipublikasi, dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha dengan cara mengaproksimasi muskulus transversus abdominis, dan fasia transversalis dengan traktus iliopubik dan ligamentum inguinale. Teknik dapat diterapkan baik pada hernia direk maupun indirek.

Herniotomi dan Herniorafi menurut Bassini

1. Pasien tidur dalam posisi terlentang. Dilakukan antisepsis pada daerah sekitar lipat paha sesisi hernia.2. Lakukan anastesi lokal menurut Brown dengan novokain 1% pada tempat-tempat berikut:

1. Suntikan intrakutan sampai membenjol pada tempat kira-kira dua jari medial sias.2. Anestesia blok pada n ilioinguinal dengan cara menusukan jarum suntik pada daerah medial SIAS tersebut, tegak lurus tulang ileum sedalam-dalamnya sampai menyentuh tulang lalu ujung jarum ditarik sedikit dan dipindahkan kekanan dan kekiri sambil disemprotkan zat anestesik secukupnya.3. Tanpa mencabut jarum, anestesi diteruskan membujur kearah femoral sepanjang 5 cm dengan suntikan subkutan infiltrasi sebanyak 5 ml.4. Arah jarum kemudian dipindahkan ke median mendatar, suntikan secara subkutan sejauh 5  cm.5. Suntikan subkutan infiltrasi ke arah simfisis pubis sebanyak 5-10 ml.6. Suntikan di bawah fasia sebanyak 5-10 ml lalu jarum diangkat dari kulit.7. Suntikan infrakutan sampai membenjol diatas tuberkulum pubikum.8. Lalu suntikan subkutan infiltrasi pada daerah tuberkulum pubikum ke arah lateral sampai bertemu dengan bekas suntikan yang ke arah femoral.9. Pindahan ke arah kranial dan suntikan subkutan infiltrasi sampai     bertemu bekas suntikan yang dilakukan pada poin d.

22

Page 23: Case Report Bedah Hil pria

10. Setelah diyakini anestesi berhasil, dilakukan sayatan sepanjang 10 cm terbawah diantara kedua benjolan (poin a dan poin g) memotong kutis dan subkutis.11. Fasia dibersihkan lalu disayat, segera tampak aponeurosis m. Oblikus abdominis eksternus dengan krural medial dan lateral yang merupakan cincin luar kanalis inguinalis. Belah aponeurosis m. Abdominis oblikus eksternus hingga anulus inguinalis ikut terbelah.12. Kemudian funikulus spermatikus yang diselubungi m. Kremaster dicari dan dibebaskan. Bebaskan pula ligamentum inguinale yang tebal dan mengkilat di lateralnya dan conjoined area  (karena conjoined tendon hanya terdapat 5 % populasi) di sebelah medial.13. Funikulus spermatikus dipreparasikan lalu ditarik dengan kasa steril yang dilingkarkan mengelilinginya ke arah lateral. Nervous ileoinguinal yang telah dibebaskan juga diamankan ke lateral. Kantong hernia dicari dengan bantuan dua buah pinset anatomis yang dicubitkan pada lapisan jaringan yang meliputinya, lalu digunting dengan hati-hati dan dibebaskan lapis demi lapis sampai akhirnya tammpak lapisan yang berwarna biru abu-abu dan kuat. Ini berarti kita telah mencapai prosesus vaginalis peritonei yang merupakan pembungkus kantong hernia.14. Kantong hernia kemudian dibuka 3-4 cm untuk melihat isinya. Kemudian kantong hernia dibebaskan secara melingkar penuh dengan arah melintang pada sumbunya dari jaringan sekitarnya, yaitu m. Kremaster dan semua jaringan ikat dan vaskuler yang meliputinya. Tindakan ini harus dilakukan scara hati-hati untuk menghindari pendarahan. Lalu dimasukan satu jari ke dalam kantong hernia dan dipegang dengan perantaraan sebuah kasa steril, lalu dengan tangan yang lain dibebasan lapisan jaringan yang meliputinya dengan kasa steril pula. Jari yang memegang kantong digeserkan sedikit demi sedikit mengikuti arah jari yang membebaskan kantong tersebut dari luar. Arah pembebasan harus sedemikian rupa sehingga dari medial ke lateral dapat bertemu dalam jarak yang terpendek. Setelah berhasil, maka dinding kantong hernia dipegang dengan beberapa klem, kemudian dinding kantong tersebut dibebaskan lagi dari jaringan yang meliputinya sejauh mungkin ke proksimal sampai dapat ditemukan lapisan lemak preperitoneal. Kantong hernia dijepit pada batas ini, lalu distalnya dipotong melintang dengan gunting. Kemudian dilakukan herniorafi menurut Bassini (Bassini plasty) sebagai berikut: setelah fasia tranversa dibelah:

1. Bassini I: Jahitkan dengan benang besar dan kuat dan dengan jarum yang ujungnya seperti paku, tuberkulum pubikum ke fasia trasversa, dan fasia transversa lagi kemudian ke conjoined tendon pada tepi terdekat m. Rektus abdominis.

2. b.    Bassini II: Jahitkan dengan jarum biasa dan benang yang sama, ligamentum inguinale, fasia transversa, dan conjoined tendon diantara tempat jahitan Bassini I dan III.

3.  Bassini III: Seperti di atas letak di lateral dari Bassini II bila masih dilonggar dapat dilanjutkan IV, V dst.

23

Page 24: Case Report Bedah Hil pria

4. Ikatan Bassini dipersiapkan semua dulu, baru disimpulkan dengan erat satu persatu.

5. Pada ikatan Bassini III harus sedemikian erat tapi masih cukup longgar bagi funikulus spermatikus, yaitu bila di ujung jari masih bisa dimasukkan dengan mudah diantara anulus inguinalis interna dengan jahitan Bassini III. Lalu funikulus spermatikus n. Illioinguinal dan lain-lainnya dikembalikkan ke tempatnya.

6. Perdarahan dirawat dan dinding perut kemudian ditutup lapis demi lapis.7. Fasia dijahit dengan sutra, subkuts dengan catgut, dan kutis dengan sutra.8. Luka operasi dibersihkan dan ditutup dengan kassa steril.

Gambar 8. Herniorafi

Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang di jait. Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun 80an dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan. Pada teknik itu digunakan prostesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke inguinal.

Pada hernia kongenital pada bayi dan anak-anak yang factor penyebabnya adalah prosesis vaginalis yang tidak menutup hanya dilakukan herniotomi karena annulus inguinalis internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat.

24

Page 25: Case Report Bedah Hil pria

Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu tahap. Mengingat kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak, kadang dianjurkan eksplorasi kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis sinistra. Hernia bilateral pada orang yang dewasa, dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap, kecuali jika ada kontraindikasi.

Kadang ditemuakan insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan hernia inguinalis dengan hernia inguinalis medialis besar yang biasanya bilateral. Dalam hal ini, diperlukan hernioplastik yang dilakukan secara cermat dan teliti. Tidak satu pun teknik yang dapat menjamin bahwa tidak akn terjadi residif. Yang penting diperhatikan ialah mencegah terjadinya tegangan pada jahitan dan kerusakan pada jaringan. Umumnya dibutuhkan plastik dengan bahan prostesis mesh misalnya.

Terjadinya residif lebih banyak dipengaruhi oleh teknik reparasi dibandingkan dengan faktor konstitusi. Pada hernia ingunalis lateralis penyebab residif yang paling serng ialah penutupan anulus inguinalis internus yang tidak memadai, diantaranya karena diseksi kantong yang kurang sempurna, adanya lipoma preperitoneal, atau kantung hernia tidak ditemukan. Pada hernia inguinalis medialis penyebab residif umumnya karena tegangan yang berlebihan pada jahitan plastik atau kekurangan lain dalam teknik.

Pada operasi hernia secara laparoskopi diletakkan prostesis mesh di bawah peritoneum pada dnding perut.

Teknik operasi

Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik herniorraphy dapat

diklompokkan dalam 4 kategori utama :

o Kelompok 1: Open Anterior Repair

Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice)

melibatkan pembukaan aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan

membebaskan funikulus spermatikus. fascia transversalis kemudian dibuka,

dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia

biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.

Teknik Bassini

Komponen utama dari teknik bassini adalah

25

Page 26: Case Report Bedah Hil pria

· Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis

ingunalis hingga ke cincin ekternal

· Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia

indirect sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk

mencari hernia direct.

· Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia

transversalis)

· Melakukan ligasi kantung hernia seproksimal mungkin

· Rekonstuksi didinding posterior dengan menjahit fascia tranfersalis, otot

transversalis abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum

inguinalis lateral.

Gambar 10. McVay open anterior

repair.

Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekontruksi,

tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia

disekitarnya dan memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis, kelemahannya

yaitu tegangan yang tejadi akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan

26

Page 27: Case Report Bedah Hil pria

nyeri juga dapat terjadi neckosis otot yang akan menyebakan jahitan terlepas

dan mengakibatkan kekambuhan

o Kelompok 2: Open Posterior Repair

Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan

membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan

masuk ke properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian

kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior

adakah rekonrtuksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering

digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan

parut dari operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan

anastesi regional atau anastesi umum.

o kelompok 3: Tension-Free Repair With Mesh

Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow ) menggunakan

pendekatan awal yang sama degan teknik open anterior. Akan tetapi tidak

menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek , tetapi menempatkan

sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki

defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan disekitar fascia

gambar 6. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan

dilaporkan kurang dari 1 persen.

27

Page 28: Case Report Bedah Hil pria

Gambar 11. Open mesh repair

Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang penggunaan

implant prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan. Akan

tetapi pengalaman yang luas dengan mesh hernia telah mulai menghilangkan

anggapan ini, dan teknik ini terus populer.Teknik ini dapat dilakukan dengan

anastesi local, regional atau general.

o Kelompok 4: Laparoscopic

Operasi hernia Laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir,

tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini,

hernia diperbaiki dengan menempatkanpotongan mesh yang besar di region

inguinal diatas peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi

usus halus dan pembentuka fistel karena paparan usus terhadap mesh.

Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies dilakukan

menggunakan salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP)

atau total extraperitoneal (TEP) . pendekatan TAPP dilakukan dengan

meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum abdomendan memperbaiki

region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan

kemudian ditutupi dengan peritoneum.sedangkan pendekatan TAPP adalah

prosedur laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavum

28

Page 29: Case Report Bedah Hil pria

peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa

cidera selama operasi.

Gambar 12. Laparoscopic mesh repair

Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh is hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia reponibel ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal (hernia geser)

Disini tidak timbul kejala klinis kecuali benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi strangulata yang menimbulkan gejala obtruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi inkarserasi retrograde, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantong hernia dan satu segmen lainya berada dalam rongga peritoneum

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia dan transsudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringn terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi

29

Page 30: Case Report Bedah Hil pria

transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perporasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rogga perut.

Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila terjadi stranggulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal.

Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukan kembali disertai nyeri tekan dan, tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena itu, perlu mendapat pertolongan segera.

Tabel 3. Komplikasi dari Open dan Laparoscopic Hernia Repair

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada keadaan umum penderita, penanganan sejak dini serta

ketepatan penanganan. Akan tetapi pada umumnya prognosis baik karena

30

Page 31: Case Report Bedah Hil pria

kekambuhan setelah operasi jarang terjadi kecuali pada hernia berulang atau hernia

yang besar

- Quo ad Vitam : ad bonam

- Quo ad fungsionam : ad bonam

31

Page 32: Case Report Bedah Hil pria

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat.R & Wim de jong. Buku ajar ilmu bedah. Edisi revisi. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC, 1997. h523-538

2. Sari DK, Mirzanie H, Leksana, Slamet AW. Chirurgica (re-package edition). Jakarta: Tosca Enterprise. 2005. Bab-IV. h1-7.

3. Grace PA, Borley NR. At a glance: ilmu bedah. Ed. III. Jakarta: Erlangga. 2002. h118-119.

4. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhini WI, Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. III jilid 2. Jakarta: Media Aescupalis. 2000. h313-317

5. Sabiston. Buku ajar bedah (Essentials of surgery). Bagian 2, cetakan I : Jakarta, penerbit buku kedokteran EGC. 1994.

6. Suwardi, ref bedah Hernia dan penangannya , cirebon, 2010.

32