hil lapsus gianyar

22
BAB 1 PENDAHULUAN Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran, maka penemuan penyakit dan penanganannya juga semakin berkembang. Salah satu penyakit yang sering ditemukan di masyarakat adalah hernia. Untuk dapat menangani kasus hernia secara tepat diperlukan pemahaman dari penyakit hernia itu sendiri. Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri dari tiga bagian, yaitu cincin, kantung dan isi hernia. Hernia inguinalis lateralis (HIL) adalah suatu penonjolan dinding perut yang terjadi di daerah inguinal di sebelah lateral pembuluh epigastrika inferior. Hernia jenis ini disebut juga indirect hernia atau hernia tidak langsung karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis. Hampir 75 % dari hernia terjadi di daerah pangkal paha/groin hernia (inguinalis lateralis, inguinalis medialis dan femoral). Hernia inguinalis lateralis dapat dijumpai pada setiap usia. Insiden HIL bertambah seiring peningkatan umur. Hampir seluruh tipe hernia inguinal pada anak-anak adalah tipe indirek. Pada orang dewasa insiden groin hernia 12 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan pada perempuan Insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 sampai 2 %. Kemungkinan terjadi pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25 % dan bilateral 15 %. Penyebab hernia masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi tidak diragukan melibatkan banyak faktor predisposisi. 1

Upload: pandejuniarta

Post on 22-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hil Lapsus Gianyar

BAB 1

PENDAHULUAN

Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran,

maka penemuan penyakit dan penanganannya juga semakin berkembang. Salah satu penyakit

yang sering ditemukan di masyarakat adalah hernia. Untuk dapat menangani kasus hernia

secara tepat diperlukan pemahaman dari penyakit hernia itu sendiri. Hernia merupakan

protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga

bersangkutan. Hernia terdiri dari tiga bagian, yaitu cincin, kantung dan isi hernia. Hernia

inguinalis lateralis (HIL) adalah suatu penonjolan dinding perut yang terjadi di daerah

inguinal di sebelah lateral pembuluh epigastrika inferior. Hernia jenis ini disebut juga indirect

hernia atau hernia tidak langsung karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu anulus

dan kanalis inguinalis.

Hampir 75 % dari hernia terjadi di daerah pangkal paha/groin hernia (inguinalis

lateralis, inguinalis medialis dan femoral). Hernia inguinalis lateralis dapat dijumpai pada

setiap usia. Insiden HIL bertambah seiring peningkatan umur. Hampir seluruh tipe hernia

inguinal pada anak-anak adalah tipe indirek. Pada orang dewasa insiden groin hernia 12 kali

lebih banyak pada laki-laki dibandingkan pada perempuan Insiden hernia inguinalis pada bayi

dan anak antara 1 sampai 2 %. Kemungkinan terjadi pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25 %

dan bilateral 15 %.

Penyebab hernia masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi tidak diragukan

melibatkan banyak faktor predisposisi. Berdasarkan terjadinya, dibagi atas hernia

kongenital/bawaan dan hernia yang didapat. Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia

reponibel, hernia irreponibel, hernia inkarserata dan hernia strangulata. Hampir semua hernia

harus diterapi dengan operasi. Dari pembagian hernia tersebut dapat diketahui rencana operasi

yang akan dilakukan elektif ataukah emergency.

Untuk dapat menangani kasus hernia secara tepat perlu pemahaman dari hernia

tersebut. Penanganan yang cepat dan tepat dapat mengurangi komplikasi inkarserasi atau

strangulasi lebih berat yang akan mencegah prognosis yang lebih buruk.

1

Page 2: Hil Lapsus Gianyar

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah

dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri dari tiga bagian, yaitu cincin, kantung dan isi

hernia. Hernia inguinalis lateralis (HIL) adalah suatu penonjolan dinding perut yang terjadi di

daerah inguinal disebelah lateral pembuluh epigastrika inferior. Hernia jenis ini disebut juga

indirect hernia atau hernia tidak langsung karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu

anulus dan kanalis inguinalis. Hal ini untuk membedakannya dengan hernia direk atau

medialis yang langsung menonjol pada trigonum Hesselbach. Cincin atau tempat masuknya

hernia jenis ini adalah melalui anulus inguinalis profundus (internus) menelusuri kanalis

inguinalis dan keluar melalui anulus inguinalis superfisial (externus). Apabila penonjolan

cukup panjang hernia ini dapat mengikuti funikulus spermaticus sehingga dapat masuk ke

scrotum dan disebut hernia scrotalis.

2.2 Epidemiologi

Hampir 75 % dari hernia terjadi di daerah sekitar lipat paha/groin hernia (inguinalis

lateralis, inguinalis medialis dan femoral). Hernia indirek lebih banyak daripada hernia direk

yaitu 2:1, dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit. Hernia sisi

kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan pria:wanita pada hernia indirek

adalah 7:1.

Hernia inguinalis lateralis dapat dijumpai pada setiap usia. Insiden HIL bertambah

seiring peningkatan umur. Hampir seluruh tipe hernia inguinal pada anak-anak adalah tipe

indirek. Pada orang dewasa insiden groin hernia 12 kali lebih banyak pada laki-laki

dibandingkan pada perempuan dengan angka 70 per 10.000 pada umur 45-64 dan meningkat

menjadi 150 pada umur di atas 75 tahun (McIntosh et al, 2000). Prevalensi laki-laki lebih

banyak dibandingkan perempuan. Insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1

sampai 2 %. Kemungkinan terjadi pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25 % dan bilateral 15 %.

2

Page 3: Hil Lapsus Gianyar

2.3 Etiologi

Secara umum hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau sebab

yang didapat. Pada orang yang sehat terdapat tiga mekanisme yang dapat mencegah hal ini,

yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, struktur musculus oblique internus abdominis

yang menutup anulus inguinalis ketika berkontraksi dan adanya fascia transversa yang kuat

yang mampu menutup trigonum Hesselbach yang umumnya tidak berotot. Gangguan dari

ketiga mekanisme ini menyebabkan terjadinya hernia.

Hal penting dalam patofisiologi terjadinya HIL adalah proses terbentuknya cincin

hernia. Pada HIL cincin hernia dibentuk oleh anulus internus. Faktor-faktor yang

menyebabkan terbukanya anulus berperan dalam terjadinya defek. Faktor yang dipandang

berperan sebagai kausal adalah prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan intra

abdominal, dan kelemahan dinding perut karena usia. Dalam keadaan relaksasi otot dinding

perut bagian yang membatasi anulus internus juga ikut kendur dan kanalis inguinalis berjalan

lebih vertikal. Hal ini mempermudah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan

dinding otot perut ini dapat terjadi akibat kerusakan nervus ilioinguinalis dan nervus

iliofemoralis misalnya setelah appendiktomi.

Pada anak-anak cincin dari HIL terbentuk dari procesus vaginalis peritoneum yang

tetap terbuka pada saat penurunan testis ke scrotum. Apabila terjadi peningkatan tekanan

intraabdomen, maka isi abdomen akan masuk ke diverticulum peritoneum yang telah kosong

sebelumnya. HIL yang telah memasuki anulus inguinalis ini jika tidak ditangani akan terus

menyebabkan dilatasi pada anulus dan mendorong serta membuat tipis inguinal floor,

akhirnya akan menyebabkan peritoneum menojol ke sisi lainnya dari arteri epigastrika dan

menyebabkan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis secara bersamaan pada satu

sisi, yang disebut Hernia Pantaloon.

Pada wanita, HIL dapat terjadi karena peningkatan tekanan intra abdomen (misalnya

karena kehamilan, obesitas, dan asites). Jika HIL terjadi melalui ligamentum rotundum maka

disebut hernia gubernaculum dan apabila mencapai labium mayor hernia ini disebut hernia

labialis.

3

Page 4: Hil Lapsus Gianyar

Tabel 1. Hal Yang Dianggap Sebagai Penyebab Hernia

Batuk

PPOK

Obesitas

Mengedan

Konstipasi

Gangguan prostat

Kehamilan

Berat badan lahir <1500>

Riwayat hernia dalam keluarga

Manuver valsava

Ascites

Gangguan jaringan ikat congenital

Gangguan sintesis kollagen

Insisi di dinding abdomen sebelumnya

Aneurisma arteri

Merokok

Angkat beban

2.4 Diagnosis

a. Gejala dan keluhan

Hampir seluruh hernia biasanya tidak menimbulkan gejala, sampai pasien menyadari bahwa

terdapat massa atau benjolan pada daerah inguinalnya. Gejala dan tanda klinis tergantung dari

keadaan isi hernia. Pada hernia reponibilis keluhan satu-satunya adalah benjolan di pelipatan

paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah

berbaring. Artinya isi masih dapat keluar masuk cincin hernia. Keluhan nyeri jarang dijumpai,

kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral

karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke kantung hernia.

Beberapa pasien dengan HIL mengeluh adanya sensasi tertarik (dragging sensation) dan

radiasi nyerinya sampai ke skrotum. Ketika hernia mulai membesar maka pasien mulai

4

Page 5: Hil Lapsus Gianyar

merasa tidak nyaman dan sedikit nyeri. Nyeri yang disertai mual dan muntah baru timbul

kalau terjadi inkaserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.

b.Pemeriksaan fisik

Tanda klinis pada pemeriksaan fisik hernia tergantung dari isi hernia, apakah masih

dapat hilang timbul atau tidak. Pasien harus dievaluasi dalam keadaan berdiri dan berbaring

serta saat batuk atau mengedan untuk melihat benjolan yang dikeluhkan. Pada inspeksi saat

pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio

inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Terlihat benjolan memanjang yang

mengikuti arah dan struktur dari kanalis inguinalis. Hal yang perlu dievaluasi adalah ukuran

hernia, dan apakah hernia terjadi di kedua sisi atau satu sisi saja.

Pada auskultasi didapatkan adanya impuls dan bising usus pada massa. Hal ini dapat

terjadi apabila isi dari hernia berupa penonjolan usus. Perabaan merupakan pemeriksaan yang

penting dalam mendiagnosis hernia. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada

funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi

gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya

tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi

mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari

kelingking pada anak (finger test), dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit

skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi

atau tidak. Apabila hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus

eksternus, pasien diminta mengedan untuk meningkatkan tekanan intraabdominal. Kalau

ujung jari menyentuh hernia, artinya hernia tersebut berada di dalam kanalis inguinalis berarti

benjolan itu adalah hernia inguinalis lateralis. Apabila sisi jari yang menyentuh hernia berarti

hernia tersebut berada diluar kanalis kemungkinan hernia tersebut adalah hernia inguinalis

medialis.

Pemeriksaan lainnya adalah palpasi kedua ibu jari (thumbs test). Pasien diminta

berdiri kemudian pemeriksa meletakkan kedua ibu jari pada anulus internus untuk

memberikan tekanan sehingga anulus internus tertutup. Kemudian minta pasien mengedan,

apabila muncul benjolan berarti defek tidak terjadi di anulus internus jadi kemungkinan

benjolan itu berupa hernia inguinalis medialis. Selain itu dapat dilakukan three finger test

(Ziemann’s test) dengan cara meletakkan tiga jari yaitu jari kedua ketiga dan keempat

masing-masing di anulus internus, trigonum Hesselbach dan canalis femoralis, kemudian

minta pasien mengedan. Apabila benjolan terasa pada jari 2 maka benjolan itu adalah HIL, di

jari 3 HIM dan di jari 4 adalah hernia femoralis.

5

Page 6: Hil Lapsus Gianyar

Pemeriksaan colok dubur dapat dilakukan apabila kita curiga ada penyakit lain yang

dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal dan memicu terjadinya hernia yang

berulang. Misalnya hiperplasia prostat atau adanya massa yang menyebabkan konstipasi.

2.5 Diagnosis Banding

Nyeri pada daerah pangkal paha akibat keluhan muskuloskeletal cukup sulit dibedakan

dengan hernia. Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan manuver

yang dapat meningkatkan tekanan intraabdomen, apabila tidak dirasakan adanya benjolan

maka herniografi dengan foto rontgen setelah injeksi kontras intraperitoneum dapat

membantu diagnosis. Herniasi dari porperitoneal fat melewati kanalis inguinalis menuju

spermatic cord sering dimisinterpretasikan sebagai kantung hernia. Hernia inguinalis harus

dapat dibedakan dengan hidrocele dari spermatic cord, limpadenopati atau groin abscess,

varicocele, dan hematom residual setelah terjadinya trauma atau perdarahan spontan akibat

pasien meminum antikoagulan. Undesensus testis harus disadari dengan perabaan pada

skrotum. Adanya impuls, bising usus pada massa dan kegagalan transiluminasi adalah

indikasi bahwa massa yang tidak dapat direposisi pada groin area tersebut adalah hernia.

2.6 Penatalaksanaan

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga

(truss) atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Seorang ahli

bedah meresepkan penggunaan truss hanya jika pasien menolak untuk operasi dan ada

kontraindikasi operasi yang absolut. Penggunaan truss haruslah tepat ukuran untuk

menyediakan kompresi eksternal yang cukup, di atas dinding abdomen yang mengalami

defek. Penggunaannya pun harus dihentikan malam sebelum tidur dan harus digunakan

kembali sebelum bangun tidur.

Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulasi, kecuali pada pasien

anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk

corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan

perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkaserasi lebih sering terjadi

pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering terjadi dan sebaliknya gangguan

vitalitas isi hernia jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh

cincin hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak

dengan sedatif dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan

6

Page 7: Hil Lapsus Gianyar

untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu enam jam

harus dilakukan operasi segera.

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia inguinalis.

Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Pada prinsipnya operasi terdiri dari

herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai

ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian

direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin, lalu dipotong. Pada hernioplastik

dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang

kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam mencegah terjadinya residif

dibandingkan dengan herniotomi.

Ada berbagai macam teknik operasi pada hernia inguinalis, yaitu :

1. Marcy repair adalah suatu teknik operasi yang menggunakan teknik ligasi kuat pada

kantung hernia pada bayi dan anak-anak dan dikombinasikan dengan penguatan pada

anulus internus.

2. Bassini repair adalah suatu teknik yang paling banyak digunakan yaitu

merekontruksi dasar lipat paha dengan memperkecil anulus inguinalis internus

dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia tranversa dan menjahitkan

pertemuan m.tranversa internus abdominis dan m.oblikus internus abdominis yang

dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale (Pouparty) dan

membiarkan funiculus spermaticus pada posisi anatomisnya di bawah aponeurosis

external oblique.

3. Halsted repair adalah suatu teknik yang mirip dengan Bassini tetapi meletakkan

eksternal oblique di bawah cord.

4. McVay repair adalah suatu teknik yang efektif untuk hernia femoralis tetapi

memerlukan insisi rilex untuk menurunkan tekanan. Caranya dengan menjahitkan

fascia tranversa, m.tranversus abdominis, m.oblikus internus abdominis ke

ligamentum Cooper.

5. Shouldice repair tidak digunakan secara luas lagi karena dilaporkan memiliki angka

rekurensi yang cukup tinggi dan tekniknya cukup sulit yaitu membagi transversalis

fascia kemudian menutup ligamentum poupart.

Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik herniotomi

Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Untuk mengatasi

masalah ini, pada tahun delapan puluhan dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan.

7

Page 8: Hil Lapsus Gianyar

Pada teknik itu digunakan prostesis mesh untuk memperkuat fasia tranversalis yang

membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke inguinal.

Pada hernia kongenital yang faktor penyebabnya adalah prosesus vaginalis yang tidak

menutup hanya dilakukan herniotomi karena anulus inguinalis internus cukup elastis dan

dinding belakang kanalis cukup kuat. Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak

dilakukan dalam satu tahap. Mengingat kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak,

kadang dianjurkan eksplorasi kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis

sinistra.

Kadang ditemukan insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan hernia

inguinalis medialis besar yang biasanya bilateral. Dalam hal ini, diperlukan hernioplastik

yang dilakukan secara cermat dan teliti. Tidak satupun teknik yang dapat menjamin bahwa

tidak akan terjdi residif. Yang penting diperhatikan adalah mencegah terjadinya tegangan

pada jahitan dan kerusakan pada jaringan. Umumnya diperlukan plastik dengan bahan

prostesis mesh misalnya.

Terjadinya residif lebih banyak dipengaruhi oleh teknik reparasi dibandingkan

dengan faktor konstitusi. Pada hernia inguinalis lateralis penyebab residif yang paling sering

ialah penutupan anulus inguinalis yang tidak memadai, diantaranya karena diseksi kantong

yang kurang sempurna, adanya lipoma preperitoneal, atau kantung hernia tidak ditemukan.

Pada hernia inguinalis medialis penyebab residif umumnya karena tegangan yang berlebihan

pada jahitan plastik atau kekurangan lain dalam teknik. Perlu dilakukan pemantauan pre dan

post operasi pada pasien untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Kondisi umum dan

penyakit penyerta haruslah diidentifikasi untuk keberhasilan dari penatalaksanaan pasien

dengan hernia.

2.7 Komplikasi dan Prognosis

Komplikasi hernia dapat terjadi karena jenis hernia itu sendiri maupun dari teknik operasi

yang kurang baik. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel, ini

dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ

ekstraperitoneal, atau merupakan hernia akreta. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial

seperti pada penderita hernia Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih

kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial.

Jarang terjadi inkarserasi retrograde, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantong

hernia dan satu segmen lainnya, berada dalam rongga peritoneum seperti huruf W.

8

Page 9: Hil Lapsus Gianyar

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Terjadi

bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke

dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin

bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis

dan kantong hernia akan terisi transudat berupa cairan serosenguinus. Kalau isi hernia adalah

usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau

peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.

Gambaran klinis hernia inkaserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran

obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila telah

terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan

gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri menetap

karena rangsangan peritoneal. Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat

dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai

tanda peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat, perlu

mendapat pertolongan segera.

Komplikasi akibat operasi adalah infeksi pada luka sayatan operasi akibat perawatan

yang kurang baik. Infeksi pada luka operasi erat kaitannya dengan angka rekurensi.

Dengan keadaan umum pasien dan teknik operasi yang baik, prognosis penderita

hernia umumnya baik. Rekurensi dapat terjadi akibat teknik operasi yang kurang baik dan

adanya penyakit yang mendasari. Angka rekurensi operasi HIL pada orang dewasa 0,6-3%

walaupun insidennya mungkin lebih dari 5-10%.

9

Page 10: Hil Lapsus Gianyar

BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Wayan Windi

No. CM : 21.91.42

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 55 tahun

Alamat : Br. Medahan Kemenuh Gianyar

Pendidikan : Tidak tamat SD

Pekerjaan : Buruh

Status : Sudah menikah

Agama : Hindu

Suku : Bali

Kewarganegaraan : Indonesia

Masuk RS : 30 Maret 2009

3.2 Anamnesis

Keluhan Utama : benjolan di lipatan paha kiri

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dalam keadaan sadar, mengeluh timbul benjolan pada lipatan paha kiri yang

dirasakan sejak lima tahun yang lalu. Awalnya benjolan dirasakan hilang timbul, pada tempat

yang sama, tetapi semakin membesar sejak satu tahun terakhir, dan benjolan tidak bisa masuk

sendiri, harus dibantu dengan tangan. Benjolan tidak nyeri dan biasanya muncul saat pasien

berdiri, batuk, dan mengedan. Benjolan dirasakan menghilang jika pasien dalam posisi

berbaring. Makan dan minum pasien baik. Keluhan mual, muntah, perubahan pola BAB dan

BAK juga tidak ada.

Riwayat Penyakit Sebelumnya

Keluhan ini baru pertama kali dirasakan pasien. Riwayat sakit batuk lama disangkal pasien.

Riwayat pengobatan sebelumnya dan alergi terhadap suatu jenis obat juga disangkal pasien.

Riwayat Keluarga

Menurut pengakuan pasien, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan serupa.

10

Page 11: Hil Lapsus Gianyar

Riwayat Sosial

Pasien adalah seorang buruh dan memiliki riwayat sering mengangkat berat. Riwayat

merokok dan minum alkohol disangkal oleh pasien.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Status Present

KU : baik

Kesadaran : compos mentis ~ GCS E4V5M6

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 88x/menit, regular

Frekuensi Nafas : 20x/menit

Status General

Mata : anemia -/- , ikterus -/-

THT : kesan tenang

Thorax

Inspeksi : gerak nafas simetris, retraksi otot nafas (-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

Perkusi : sonor

Auskultasi : Co : S1S2 tgl, reg, murmur (-)

Po : ves +/+ , rh -/-, wh -/-

Abdomen

Inspeksi : distensi (-), benjolan (+) di regio inguinal kiri

Auskultasi : BU (+) normal

Palpasi : nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani

Ekstermitas : edema (-)

Status Lokalis

Regio ingunalis sinistra

Terdapat benjolan, hilang timbul (hilang saat pasien berbaring, dan muncul

saat pasien berdiri serta mengedan), dapat dimasukkan kembali dengan

bantuan, hiperemis (-).

Finger test (+)

Tes transiluminasi (-)

Pemeriksaan Rectal Toucher :

11

Page 12: Hil Lapsus Gianyar

- Tonus sfingter ani eksterna normal

- Mukosa licin

- Prostat teraba membesar grade I

- Hand schoen : feses (+) , darah (–)

3.4 Pemeriksaan Penunjang:

Usulan pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah lengkap yang meliputi hematologi rutin,

faal hemostasis (BT/CT), LFT (SGOT, SGPT), RFT (BUN, SC), elektrolit (Na, K) dan kadar

gula darah.

3.5 Diagnosis Banding

Hernia inguinalis lateralis sinistra

Hernia inguinalis medialis sinistra

Hidrokel

3.6 Diagnosis Pasti

Hernia inguinalis lateralis sinistra reponibilis

3.7 Penatalaksanaan

a. KIE pasien dan keluarga

Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dialami pasien

secara menyeluruh mulai dari faktor resiko, klinis, komplikasi, penatalaksanaan hingga

kekambuhan yang dapat terjadi.

Penatalaksanaan yang dipilih pada pasien adalah tindakan bedah elektif. Tindakan ini

tentunya sudah didahului oleh informed consent, artinya tindakan bedah yang akan dilakukan

sudah mendapat persetujuan dari pasien setelah mendapat penjelasan medis yang menyeluruh.

Untuk memperoleh keberhasilan yang optimal maka tindakan bedah sebaiknya

disertai kontrol terhadap faktor-faktor yang dapat memicu kekambuhan hernia khususnya

keadaan yang dapat meningkatkan tekanan intraabdominal seperti pekerjaan mengangkat

beban berat, batuk kronis, mengejan saat defekasi dan miksi.

b Tindakan operatif

Tindakan operasi (31 Maret 2009) yang dilakukan pada pasien adalah herniotomi disertai

pemasangan mesh.

12

Page 13: Hil Lapsus Gianyar

3.8 Komplikasi:

- Hernia inkarserata

- Hernia strangulata

- Ileus obstruksi

- Peritonitis

3.9 Prognosis: baik

13

Page 14: Hil Lapsus Gianyar

DAFTAR PUSTAKA

Samsuhidajat R, de Jong W ; “Buku Ajar Ilmu Bedah”,edisi 2:2004, Jakarta : EGC.

Lawrence W, May, Gerard M Dohery; “Current Surgical Diagnosis and Treatment”,eleventh

edition; Page ;649-654.

McIntosh A, Hutchinson A, Roberts A, Wither H , “Evidence Based Management of Groin

Hernia in Primary Care-a systematic review”, 17 : 442-447 Oxford University Press, 2000.

14