lapsusku hil (bedah)
DESCRIPTION
Hernia Inguinalis LateralisTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hernia merupakan salah satu penyakit dibagian bedah yang pada umumnya
sering menimbulkan masalah dan pada umumnya memerlukan tindakan operasi.
Dari hasil penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar 10% yang
menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya pada pria. Hernia adalah
pembukaan atau kelemahan dalam struktur otot dinding perut. Penyakit ini
menyebabkan penonjolan dari dinding perut. Hal ini lebih terlihat ketika otot-otot
perut dikencangkan, sehingga meningkatkan tekanan dalam perut. Setiap
kegiatan yang meningkatkan tekanan intra-abdomen dapat memperburuk
penyakit hernia; contoh kegiatan tersebut mengangkat, batuk, atau bahkan
berusaha untuk buang air besar.
Hernia dapat terjadi akibat kelainnan kongenital maupun didapat. Pada anak-
anak atau bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang sempurnanya procesus
vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Pada
orang dewasa adanya faktor pencetus terjadinya hernia antara lain kegemukan,
beban berat, batuk- batuk kronik, asites, riwayat keluarga, dan lain-lain.Lokasi
yang paling umum untuk penyakit hernia adalah lipat paha (inguinal) sehingga
ada jenis penyakit hernia yang disebut dengan hernia inguinal.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu tindakan konservatif dan
operatif. Peengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyanggah atau penunjang untuk memepertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Sedangkan prinsip dasar operasi hernia pada anak adalah
herniotomi.
1
I.2 RUMUSAN MASALAH
I.2.1 Bagaimana etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan hernia?
I.3 TUJUAN
I.3.1 Mengetahui etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan hernia.
I.4 MANFAAT
I.4.1 Menambah wawasan mengenai penyakit bedah khususnya hernia.
I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit bedah.
2
BAB II
STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. S
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Pagelaran
Status perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 25 Mei 2011
No. Reg : 285121
B. ANAMNESA
1. Keluhan utama : benjolan di lipatan paha bagian kiri
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan benjolan di lipatan
paha bagian kiri sejak ± 5 bulan yang lalu. Benjolan tersebut hilang
timbul. Biasanya benjolan muncul jika pasien batuk, mengejan, berjalan
jauh, mengangkat beban yang berat serta menghilang bila istirahat atau
berbaring. Pasien menyangkal adanya benjolan pada kantong buah zakar.
Benjolan tidak terasa sakit, tidak merah, dan tidak terasa tegang, hanya
kadang-kadang terasa kemeng bila dipakai berjalan jauh. Pasien tidak
pernah mengeluh mual muntah semenjak muncul benjolan sampai
sekarang ini. Pasien tidak mengeluhkan adanya perubahan dalam BAB,
BAB tidak berdarah dan tidak pernah keluar benjolan dari dubur. Pasien
tidak mengeluhkan adanya gangguan BAK, pada saat BAK pasien selalu
merasa tuntas dan tidak merasa nyeri.
3
3. Riwayat penyakit dahulu
- Sakit dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu
- hipertensi (-), DM (-), alergi (-)
4. Riwayat penyakit keluarga
- riwayat keluarga dengan penyakit serupa (-)
- hipertensi (-), DM (-, alergi (-)
5. Riwayat kebiasaan
- Pasien suka merokok
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. keadaan umum : cukup, kompos mentis
2. vital sign
tensi : 130/80 mmHg
nadi : 72x/mnt
RR : 25x/mnt
suhu : 370
Kepala
Bentuk : normocephali
Rambut : warna putih, distribusi tidak merata.
Mata
Sklera Ikterik : -/-
Conjuctiva Anemis : -/-
Telinga
Bentuk : normotia
Secret : -/-
Hidung
Tidak ada deviasi septum
Sekret : -/-
Mulut dan tenggorokan
Bibir : tidak kering dan tidak cyanosis
4
Tonsil : T1/T1
Pharing : tidak hiperemi
Leher
Trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB
Paru
Suara nafas vesikuler, ronchi +/+, wheezing -/-
Jantung
Auskultasi: Bunyi jantung reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : abdomen datar, asimetri pada region inguinal (+) benjolan di
lipatan paha kiri (+)
Palpasi : supel, tidak ada defence muskular
Perkusi : timpani.
Auskultasi : bising usus (+) normal
Genetalis
Benjolan buah zakah (-)
3. Status lokalis
Regio Inguinalis Sinistra
Inspeksi : Benjolan lipat paha kiri , warna serupa dengan kulit,
tidak ada tanda radang.
Palpasi : teraba massa berjalan memanjang pada kanalis ingunalis
tapi tindak mencapai skrotum, konsistensi lunak,
permukaan rata, mobile, tidak nyeri tekan, terpisah dari
testis. Finger test teraba pada ujung jari, Thumb tes
benjolan tidak keluar
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap
Laboratorium darah
Hemoglobin 13,2 g/dl
Lekosit 5340 sel/cmm
5
Trombosit 281.000 sel/cmm
Hematokrit 38,9 %
Gula darah sewaktu 96 mg/dl
SGOT 21
SGPT 13
Ureum 33
Kreatinin 0,52
E. RESUME
Tn.P, 65 tahun, datang dengan keluhan benjolan di lipat bagian kiri
sejak ± 5 bulan yang lalu. Benjolan tersebut hilang timbul namun tidak sakit.
Biasanya benjolan muncul jika pasien batuk, mengejan, berjalan jauh,
mengangkat beban yang berat serta menghilang bila istirahat atau berbaring
Benjolan tidak terasa sakit, tidak merah, dan tidak terasa tegang. Pasien juga
tidak mengeluhkan adanya mual dan muntah.
Dari pemeriksaan generalis: rhonki : +/+. Pada inspeksi regio
inguinalis tampak asimetri, Inspeksi regioingunalis sinistra tampak benjolan
pada lipat paha kiri , warna serupa dengan kulit, tidak ada tanda radang.
Palpasi teraba massa berjalan memanjang pada kanalis ingunalis tapi tindak
mencapai skrotum, konsistensi lunak, permukaan rata, mobile, tidak ada nyeri
tekan, terpisah dari testis. Finger test teraba pada ujung jari, Thumb tes
benjolan tidak keluar
F. DIAGNOSA
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra
G. PENATALAKSANAAN
Herniotomi
Hernioraphy
BAB III
6
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
3.2 Anatomi Dinding Perut
Anatomi dari dinding perut dari luar ke dalam terdiri dari :
1. Kutis
2. lemak subkutis
3. fasia skarpa
4. muskulus obligus eksterna
5. muskulus obligus abdominis interna
6. muskulus abdominis tranversal
7. fasia transversalis
8. lemak peritoneal
9. peritoneum.
7
Gambar. Anatomi abdomen
b. Regio inguinalis
b.1. Kanalis inguinalis
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus
yang merupakan bagian yang terbuka dari fasia tranversus abdominis. Di medial
bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis
eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m. Obligus eksternus. Atapnya ialah
aponeurosis m.oblikus eksternus dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale.
Kanal berisi tali sperma pada lelaki, ligamentum rotundum pada perempuan.
Gambar. Kanalis inguinalis
b.2. Kanalis femoralis
Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna
vasorum, dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat vena safena magna bermuara
di dalam v.femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan
tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal
oleh pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineal (ligamentum cooper), sebelah
8
Ket :2. Anulus Femoralis
lateral oleh sarung vena femoralis, dan sebelah medial oleh ligamentum lakunare
Gimbernati. Hernia femoalis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari
ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkaserasi
hernia femoralis.
3.3 Definisi Hernia
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia
(Syamsyuhidayat, 2004).
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan
hernia dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya, misalnya
diafragma, inguinal, umbilikal, femoral (Syamsyuhidayat, 2004).
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat
keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika
berbaring atau didorong masuk ke perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan
isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri
ataupun tanda sumbatan usus. Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia
strangulata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi
gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis, hernia inkarserata lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan
gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Pada keadaan
9
Ket :2. Anulus Femoralis
sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai,
dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis
(Syamsyuhidayat, 2004).
Gambar 4. Bagian-bagian Hernia2
1. Kantong hernia: pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis; 2. Isi
hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia. Pada
hernia abdominalis berupa usus; 3. Locus Minoris Resistence (LMR); 4. Cincin
hernia: Merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui kantong hernia;
5. Leher hernia: Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong
hernia.
3.4 Klasifikasi Hernia Berdasarkan Arah Herniasi
Secara umum hernia diklasifikasikan menjadi:
1. Hernia eksterna, yaitu jenis hernia dimana kantong hernia menonjol
secara keseluruhan (komplit) melewati dinding abdomen seperti hernia
inguinal (direk dan indirek), hernia umbilicus, hernia femoral dan hernia
epigastrika. Hernia eksterna antara lain :
10
a. Hernia Inguinalis Medialis dan Lateralis
b. Hernia Femoralis
c. Hernia Umbilicus : hernia kongenital pada umbilikus yang di tutup
peritoneum dan kulit
d. Hernia Epigastrica : hernia yang menonjol melalui defek di linea alba
kranial dari umbilicus
e. Hernia Lumbalis : hernia yang menempati dinding abdomen pada
bagian lateral
f. Hernia Obturatoria
g. Hernia Semilunaris
h. Hernia Perinealis
i. Hernia Ischiadica
Gambar 5. Beberapa Contoh Hernia Eksterna
2. Hernia interna adalah hernia yang kantongnya berada didalam rongga
abdomen seperti hernia diafragma baik yang kongenital maupun yang
11
didapat. Bila isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya cavum
thorax, cavum abdomen. Contoh hernia interna adalah :
a. Hernia Epiploici Winslowi : Herniasi viscera abdomen melalui
foramen omentale
b. Hernia Bursa Omentalis
c. Hernia Mesenterica
d. Hernia Retroperitonealis
e. Hernia Diafragmatic
3. Hernia reponibel (reducible hernia), yaitu apabila isi hernia dapat keluar
masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika
berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus.
4. Hernia ireponibel (inkarserata), yaitu apabila kantong hernia tidak dapat
kebali ke abdomen. Ini biasanya disebabkan oleh perlengkatan isi kantong
pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta,
merupakan jenis hernia ireponibel yang sudah mengalami obstruksi tetapi
belum ada gangguan vaskularisasi.
5. Hernia strangulasi adalah hernia yang sudah mengalami gangguan
vaskularisasi (Ompusunggu dan Agus, 2001).
3.5 Hernia Inguinalis
Hernia yang paling sering terjadi (sekitar 75% dari hernia abdominalis)
adalah hernia inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi: hernia inguinalis
indirek (lateralis), Hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada pria daripada
wanita, sementara hernia femoralis lebih sering terjadi pada wanita (Mulyana,
2000).
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena keluar
dari peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epoigastrika inferior, kemudian hernia masuk dalam kanalis inguinalis
dan jika cukup panjang menonjol keluar dari annulus eksternus (Ompusunggu
dan Agus, 2001).
12
Gambar 6. Hernia Inguinalis
Hernia inguinalis direk menonjol langsung kedepan melalui segitiga
Hasselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale dibagian inferior,
pembuluh epigastrika inferior di lateral dan tepi otot rektus dibagian medial.
Dasar segitiga haselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat
aponeurosis m transverses abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna
sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah (Syamsyuhidayat, 2004).
Pada hernia inguinalis direk/medial hampir selalu disebabkan oleh faktor
peninggian tekanan intraabdominal kronik dan kelemahan otot dinding di
trigonum Hasselbach. Oleh karena itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral,
khususnya pada lelaki tua. Hernia ini jarang bahkan hampir tidak pernah,
mengalami inkarserata dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia geser yang
mengandung sebagian dinding kandung kemih. Kadang ditemukan defek kecil di
m.obliqus internus abdominis, pada segala usia, dengan cincin yang kaku dan
tajam yang sering menyebabkan strangulasi (Syamsyuhidayat, 2004).
13
Gambar 7 Trigonum Hasselbach
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab
yang didapat. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah prosesus vaginalis
yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot
dinding perut karena usia. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik
seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai
hernia inguinalis (Syamsyuhidayat, 2004).
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis antara
lain:
1. Kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis,
2. Prosesus vaginalis yang terbuka, baik kongenital maupun didapat,
3. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat,
konstipasi, dan asites,
4. Kelemahan otot dinding perut karena usia,
5. Hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau
penyakit sistemik (Ompusunggu dan Agus, 2001).
Pada neonatus kurang lebih 90 % prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangka
pada bayi umur satu tahun sekitar 30 % prosesus vaginalis belum tertutup. Akan
tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. tidak sampai 10 %
anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari separuh
populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral, tetapi
insiden hernia tidak melebihi 20 %. Umumnya disimpulkan adanya prosesus
vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi
14
diperlukan faktor lain, seperti anulus inguinalis yang cukup besar
(Syamsyuhidayat, 2004).
Pada orang sehat ada 3 mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis yaitu:
kanalis inguinalis yang berjalan miring
adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup annulus
inguinalis internus ketika berkontraksi
adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach
yang umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada ketiga mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus
internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan
kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut
berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis
tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis
dan iliofemoralis setelah apendektomi. Jika kantong hernia inguinalis lateralis
mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis Hernia ini harus dibedakan dari
hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai
pegangan untuk membedakannya. (Cory dkk, 2006).
3.6 Gambaran Klinis dan Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang
setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai kalau ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau periumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul kalau terjadi inkaserata karena ileus
atau strangulasi karena nekrosis atau gangren. Pada bayi dan anak-anak, adanya
benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika
15
hernia mengganggu anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis, dan kadang
kadang perut kembung,harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulate
(Syamsyuhidayat, 2004).
Pada inspeksi, perhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat
paha,skrotum, atau labia dalam posisi berbaring dan berdiri.pasien diminta
mengedan atau batuk,sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat
dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia,diraba
konsistensinya,dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat di reposisi
(Syamsyuhidayat, 2004).
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada saat
inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateral muncul
sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas medial
bawah. Kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus
sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua
permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi pada
umumnya tanda ini susah ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ,
tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum maupun ovarium.
Dengan jari telunjuk atau dengan jari kelingking, pada anak dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan cara mendorong isi hernia dengan menekan kulit
skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah hernia ini
dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari
masuk berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung
jari menyentu hernia berarti hernia inguinalis lateralis, dan bagian sisi jari yang
menyentuhnya adalah hernia inguinalis medial (Syamsyuhidayat, 2004).
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika
tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial
dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.
3.7 Jenis hernia yang lain-lain
1. Hernia umbilikalis
Umbilikus adalah tempat umum terjadinya herniasi. Hernia umblikalis lebih
sering terjadi pada wanita, kegemukan dengan kehamilan berulang-ulang
16
merupakan prekusor umum. Asites sering mengekserbasi masalah ini. Strangulasi
kolon dan omentum umum terjadi. Ruptura sering terjadi pada sirosis asitik
kronik, suatu kasus dimana diperlukan segera dekompresi portal atau pintas
nevus peritoneal secara darurat.
Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara spontan tanpa terapi
khusus jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm atau kurang. Perbaikan
diindikasikan pada bayi dengan defek hernia yang diameternya lebih besar dari
2,0 cm dan dalam semua anak dengan hernia umbilikalis yang masih ada pada
usia 3-4 tahun. Perbaikan klasik untuk hernia umbilikalis adalah hernioplasti
Mayo. Operasi terdiri dari imbrikasi vest-over-pants dari segmen aponeurosis
superior dan inferior. Hernia umbilikalis lebih besar, lebih suka ditangani dengan
protesis.
2. Hernia paraumbilikalis.
Hernia para umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah
di tepi kranial umblikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara
spontan jarang terjadi sehingga dibutuhkan operasi koreksi.
3. Hernia ventralis
Kebanyakan hernia ventralis disebabkan oleh insisi pada tubuh yang
sebelumnya tidak sembuh secara tepat atau terpisah karena tegangan abnormal.
Cacat ini memungkinkan penonjolan suatu hernia dan operasi umumnya
direkomendasikan.. Jika cacat ini berukuran kecil atau sedang , maka tindakan ini
relatf jelas dan memuaskan tetapi apabila hernia ventralsinya besar dan fasianya
jelek, merupakan prognosa yang jelek pada hernia ventralis. Pada umumnya
tindakan yang dilakukan adalah operasi dengan memobilisasi jaringan denga
cermat dan untuk mencapai penutupan langsung primer jika mungkin. Kadang-
kadang penggunaan kasa protesis seperti kasa marlex atau fasia lata
diindikasikan.
4. Hernia epigastrika
17
Hernia yang keluar melalui defek di linea alba di antara umbilikus dan
prosesus xipoideus. Isi hernia berupa penonjolan jaringan lemak preperitoneal
dengan atau tanpa kantong peritoneum.
5. Hernia lumbalis
Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua buah trigonum
masing-masing trigonum kostolumbal superiorn (Grinfelt) berbentuk segitiga
terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior atau trigonum iliolumbalis (Petit)
berbentuk segitiga. Trigonum Grijfelt di batasi di kranial oleh iga XII, di anterior
oleh tepi bebas m. Obligus internus abdominis, sedangkan tutupnya m.
Latisimussdorsi. Trigonum petit dibatasi di kaudal oleh krista iliaka, di anterior
oleh tepi bebas m.obligus eksternus abdominis, dan posterior oleh tepi bebas m.
Latisimuss dorsi. Dasar segitiga ini adalah m. Oblikus internus abdominis dan
tutupnya adalah fasia superfisialis. Hernia pada kedua trigonum ini jarang
dijumpai. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan di pinggang di tepi
bawah tulang rusuk XII atau di tepi kranial panggul dorsal. Diagnosis di tegakkan
dengan memeriksa pintu hernia. Diagnosis banding adalah hematoma, abses
dingin atau tumor jaringan lunak. Pengelolaan terdiri dari atas herniotomi dan
hernioplasti. Pada hernioplasti dilakukan juga penutupan defek.
6. Hernia Littre
Hernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia yang mengandung
divertikulum meckel. Hernia Littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding
usus.
7. Hernia Speighel
Hernia Spieghel adalah hernia interstial dengan atau tanpa isinya melalui fasia
Spieghel. Hernia ini sangat jarang dijumpai. Biasanya dijumpai pada usia 40-70
tahun, tanpa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Biasanya terjadi
dikanan dan jarang bilateral. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukan benjolan di
sebelah Mc burney bagian kanan maupun sebelah kiri pada tepi lateral m. Rektus
Abdominis. Isi hernia dapat terdiri dari usus, omentum atau ovarium. Sebagai
pemeriksaan penunjang dapat dilakukan ultrasonografi. Pengelolaan terdiri atas
herniotomi dan hernioplastik dengan menutup defek pada m.tranversus
18
abdominis dan m.abdominis internus. Hernia yang besar sangat membutuhkan
suatu protesis.
8. Hernia obturatoria
Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatoria. Dapat
berlangsung dalam empat tahap. Mula-mula tonjolan lemak retroperitoneum
masuk ke dalam kanalis obturatorius, disusul oleh tonjolan peritoneum parietal.
Kantong hernia ini mungkin diisi oleh lekuk usus yang dapat mengalami
inkaserasi parsial, sering secara Richter atau total.
Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya keluhan nyeri seperti ditusuk-
tusuk dan parestesia di daerah panggul, lutut, dan bagian medial paha akibat
penekanan pada n. Obturatorius (tanda howship Romberg) yang patognomonik.
Pada colok dubur atau pemeriksaan vaginal dapat ditemukan tonjolan hernia yang
nyeri yang merupakan tanda (Hoeship Romberg). Pengelolaan bedah dengan
pendekatan transperitoneal atau preperitoneal.
9. Hernia perinealis
Hernia perineal merupakan penonjolan hernia pada perineum melalui defek
dasar panggul dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara, atau
sekunder setelah operasi melalui perineum seperti prostaktomi atau reseksi
rektum secara abdominoperineal.
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tanpak dan
teraba benjolan diperieneum yang mudah keluar masuk dan jarang mengalami
inkaserasi. Pintu hernia dapat diraba secara bimanual dengan pemeriksaan
rektovaginal. Dalam keadaan ragu-ragu dapat dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi. Biasanya pendekatan operatif dengan transperitoneal, perineal
atau kombinasi abdomino dan perineal.
10. Hernia pantalon
Hernia pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dengan
hernia inguinalis medial pada satu sisi. Kedua kantong hernia dipisahkan oleh
vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana. Keadaan ini
ditemukan kira-kira 15% dari hernia inguinalis. Diagnosis umum sukar
ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan biasanya sering ditemukan setelah
19
dilakukan operasi. Pengelolaan seperti biasanya pada hernia inginalis, herniotomi
dan hernioplasti.
3.8 Pemeriksaan Hernia
Inspeksi Daerah Inguinal dan Femoral
Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus,
atau sebagian daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari
semua hernia ditemukan di daerah inguinal. Biasanya impuls hernia lebih jelas
dilihat daripada diraba.
Pasien disuruh memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan.
Lakukan inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya
benjolan mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan hernia. Jika
terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan
impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama
batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu (Swartz,
1995).
Pemeriksaan Hernia Inguinalis
Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakan jari pemeriksa di
dalam skrotum di atas testis kiri dan menekan kulit skrotum ke dalam. Harus
ada kulit skrotum yang cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal
eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku menghadap ke luar dan bantal jari
ke dalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien
untuk sokongan yang lebih baik.
Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika di lateral
masuk ke dalam kanalis inguinalis sejajar dengan ligamentum inguinalis dan
digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan
lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan
dimasuki oleh jari tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam
kanalis inguinalis, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan
batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang
menyentuh ujung atau bantal jari penderita. Jika ada hernia, suruh pasien
20
berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat direduksi
dengan tekanan yang lembut dan terus-menerus pada massa itu. Jika
pemeriksaan hernia dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini tidak akan
menimbulkan nyeri.
Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari
telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka
memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari
telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah kedua teknik ini dan
lihatlah cara mana yang anda rasakan lebih nyaman.
Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu
hernia inguinal indirek mungkin ada di dalam skrotum. Auskultasi massa itu
dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus di dalam skrotum,
suatu tanda yang berguna untuk menegakkan diagnosis hernia inguinal indirek
(Swartz, 1995)
Transluminasi Massa Skrotum
Jika anda menemukan massa skrotum, lakukanlah transluminasi. Di dalam
suatu ruang yang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran
skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat
ditembus sinar. Transmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan
rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel atau spermatokel
(Swartz, 1995)
3.9 Komplikasi
Komplikasi hernia tergatung kepada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat bertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel, ini dapat
terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri dari omentum, organ
ekstraperitoneal, disini tidak ada keluhan kecuali ada benjolan. Dapat pula isi
hernia terjepit oleh cincin hernia yang akan menimbulkan hernia strangulata.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau
struktur didalam hernia dan terjadi transudasi kedalam kantong hernia.
Timbulnya udem akan menambah jepitan pada cincin hernia sehingga perfusi
21
jaringan makin terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan
terisi transudat yang bersifat serosanguinis. Kalau isi hernia terdiri dari usus
maka akan terjadi perforasi yang akhirnya akan menimbulkan abses lokal, fistel
dan peritonitis jika ada hubungan dengan rongga perut.
Gambaran klinis pada hernia inkaserata yang mengandung usus yang dimulai
dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basah. Bila terjadi strangulasi akan menyebabkan gangguan
vaskularisasi dan akan terjadilah ganggern. Hernia strangulata adalah keadaan
emergensi yang perlu tindakan operatif secepatnya.
3.10 Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulasilata
kecuali pada anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang
tetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserata lebih sering terjadi
pada umur dibawah 2 tahun. Reposisi spontan lebih sering dan gangguan
vitalitas isi hernia jarang terjadi dibanding orang dewasa. Hal ini disebabkan
oleh cincin hernia yg lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan
menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan kompres es di atas hernia. Jika
berhasil dilakukan operasi hari berikutnya, jika bila tidak berhasil dalam
waktu enam jam dilakukan operasi segera.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup. Namun cara ini sebaiknya tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan
komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah
yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Cara ini pada anak-
anak dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang
mengandung pembuluh darah testis (Syamsyuhidayat, 2004).
22
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip
dasar operasi hernia adalah terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong
(Syamsyuhidayat, 2004).
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti
lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan
dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti
memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan
memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus
internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan
nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode
Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis,
m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay.
Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian
bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup
defek
Kelemahan teknik Bassini dan tehnik lain yang berupa variasi teknik
herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot
yang dijahit Untuk mengatasi masalah ini dipopulerkan pendekatan operasi
bebas regangan. Pada teknik ini digunakan protesis mesh untuk memperkuat
fasia transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa
menjahitkan otot-otot ke inguinal.
23
Terjadinya residif lebih banyak dipengaruhi oleh teknik reparasi
dibandingkan dengan faktor konstitusi. Pada hernia inguinalis lateralis
penyebab residif yang paling sering adalah penutupan anulus inguinalis yang
tidak memadai diantaranya karena diseksi kantong yang kurang sempurna,
adanya lipoma preperitoneal atau kantong hernia tidak ditemukan. Pada
hernia inguinalis medialis penyebab residif umumnya karena tegangan yang
berlebihan pada jahitan plastik atau kekurangan lain dalam teknik.
(Syamsyuhidayat, 2004).
3.11 Pencegahan
Kelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang tidak dapat
dicegah, namun langkah-langkah berikut ini dapat mengurangi tekanan
pada otot-otot dan jaringan abdomen:
Menjaga berat badan ideal. Jika anda merasa kelebihan berat badan,
konsultasikan dengan dokter mengenai program latihan dan diet yang
sesuai.
Konsumsi makanan berserat tinggi. Buah-buahan segar, sayur-sayuran
dan gandum baik untuk kesehatan. Makanan-makanan tersebut kaya akan
serat yang dapat mencegah konstipasi.
Mengangkat benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari
mengangkat benda berat. Jika harus mengangkat benda berat, biasakan
untuk selalu menekuk lutut dan jangan membungkuk dengan bertumpu
pada pinggang.
Berhenti merokok. Selain meningkatkan resiko terhadap penyakit-
penyakit serius seperti kanker dan penyakit jantung, merokok seringkali
menyebabkan batuk kronik yang dapat menyebabkan hernia inguinalis.
24
BAB IV
KESIMPULAN
Tn.P, 65 tahun, datang dengan benjolan di lipat bagian kiri sejak ± 5 bulan
yang lalu. Benjolan tersebut hilang timbul namun tidak sakit. Biasanya benjolan
muncul jika pasien batuk, mengejan, berjalan jauh, mengangkat beban yang berat
serta menghilang bila istirahat atau berbaring Benjolan tidak terasa sakit, tidak
merah, dan tidak terasa tegang. Pasien juga tidak mengeluhkan adanya mual dan
muntah.
Dari pemeriksaan generalis: rhonki : +/+. Pada inspeksi regio inguinalis
tampak asimetri, Inspeksi regioingunalis sinistra terdapat enjolan lipat paha kiri ,
warna serupa dengan kulit, tidak ada tanda radang. Palpasi teraba massa berjalan
memanjang pada kanalis ingunalis tapi tindak mencapai skrotum, konsistensi
lunak, permukaan rata, mobile, tidak nyeri tekan, terpisah dari testis. Finger test
teraba pada ujung jari, Thumb tes benjolan tidak keluar
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta :
EGC, 2004. pp. 519-37
2. Mulyana S. Hernia inguinalis. http://medlinux.blogspot.com . Diakses
tanggal 5 Juni 2012
3. Dorland, Kamus Kedokteran, edisi 26, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 1996
4. Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Alih Bahasa : Lukmanto P,
Maulany R.F, Tambajong J. Jakarta : EGC, 1995. pp. 276-8
5. Ompusunggu M dr.SpB, Agus D dr.SpB. Pedoman Diagnosa Terapi
RSUD AW Syahrani Ed.V. SMF Penyakit Bedah.200
6. Grace A Pierce and Neil R Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi
ke-tiga. EMS: Jakarta
26