lp gout.docx
DESCRIPTION
xxqaTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT ARTRITIS GOUT
1. DEFINISI
Penyakit Gout adalah penyakit akibat gangguan metabolism purin yang ditandai dengan
hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang-ulang. (Arif Muttaqin, 2008).
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri
pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki
bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam urat yang
menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005;407).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek genetic
pada metabolism purin atau hiperuricemia. (Brunner & Suddarth. 2001;1810).
Jadi, Gout atau sering disebut “asam urat” adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh
tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang
menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi. (Kesimpulan Kelompok).
2. ETIOLOGI
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan kristal
asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam pembentukan purin
dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
» Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat
berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
» Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan
ginjal yang akan menyebabkan :
- Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
- Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat seperti :
aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan
etambutol.
1
KLASIFIKASI GOUT DI BAGI 2 YAITU:
Gout primer Merupkan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih atau
akibat penurunan eksresi asam urat. Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di
tubulus distal ginjal yang sehat. Penyabab tidak diketahui.
Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana penyakit
lain, seperti leukemia.Kurang asam urat melalui ginjal. Gout sekunder renal disebabkan
oleh karena kerusakan ginjal, misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.
JENIS-JENIS GOUT DIANTARANYA ADALAH:
Artritis Gout Akut
Serangan timbul secara tiba-tiba pada malam hari selama 2-10 hari. Pada penyakit ini
ditemukan panas, kemerahan, nyeri, kekeringan pada kulit akibat pelebaran vena pada
sendi yang kemudian menjadi normal bila klien beristirahat. Kadang timbul anoreksia,
pireksia, dan malaise yang menyertai gejala di atas.
Gout Tofus Kronis
Gout tofus kronis terjadi karena remisi yang tidak sempurna dari penyakit. Pada fase ini,
frekuensi serangan makin meningkat, nyeri sendi makin sering terasa, ada pembengkakan
yang ireguler, serta sedikit deformitas. Ukuran tofus mula-mula kecil dan lunak yang
kemudian menjadi keras dan dapat sebesar 7 cm. bila terjadi ulserasi, akan terlihat cairan
putih (menyerupai kapur) dengan konsistensi seperti pasta gigi. Tofus terdiri atas
monosodium urat yang mengandung sedikit kolesterol, kalsium, dan oksalat.
Gout Atipik
Gambaran klinis poli-artikular adalah sbb :
- Bila tangan terkena, akan terjadi arthritis kronis yang gambaran klinis dan
radiologisnya menyerupai arthritis rheumatoid, tetapi disertai adanya sejumlah nodul
akibat pembentukan tofus.
- Efusi lutut. Biasanya ada riwayat bengkak pada ibu jari kaki, namun kadang klien tidak
menyadarinya. Cairan sendi akan terlihat keruh dan mengandung Kristal urat.
- Gout pada jaringan lunak. Dapat disertai tendinitis Achillis atau bursitis olekranon
dan dapat pula ditemukan pada tennis elbow. Kadang tofus dapat terjadi pada
kornea, jantung, lidah, bronkus, dan pleura.
2
3. MANIFESTASI KLINIS
TANDA DAN GEJALA
¤ Nyeri tulang sendi
¤ Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi
¤ Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
¤ Peningkatan suhu tubuh.
GANGGUAN AKUT :
Nyeri hebat
Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
Sakit kepala
Demam.
GANGGUAN KRONIS :
Serangan akut
Hiperurisemia yang tidak diobati
Terdapat nyeri dan pegal
Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi (penumpukan monosodium urat
dalam jaringan).
3
3. PATOFISIOLOGI
4
Genetik Sekresi Asam Urat < Produksi Asam Urat >
Gangguan Metabolisme Purin
GOUT
Hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang-ulang
Penimbunan Kristal urat monohidrat monosodium
Penimbunan asam urat di korteks dan reaksi inflamasi pada ginjal
Penimbunan Kristal pada membrane sinovia dan tulang rawan artikular
Terjadi hialinisasi dan fibrosis pada glomerulus
Erosi tulang rawan, proliferasi sinovia dan pembentukan panus
Pielonefritis, sklerosis arteriolar, atau nefritis kronis
Degenerasi tulang rawan sendi
Terbentuk batu asam urat, gagal ginjal kronis, hipertensi dan sklerosis
Terbentuk tofus serta fibrosis dan ankilosis pada tulang
1. Nyeri 2. Hambatan mobilitas fisik
4. AnsietasPerubahan bentuk tubuh
pada tulang dan sendi
3. Gangguan konsep diri, citra diri
4. PENATALAKSANAAN
Tujuan : untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan berulang, dan
pencegahan komplikasi.
ಃ� Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral), Colchicine 1,0-3,0
mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazone, Indomethacin.
ಃ� Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
ಃ� Kompres dingin
ಃ� Diet rendah purin
ಃ� Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
ಃ� Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal asam urat oleh
netrofil sampai nyeri berkurang.
ಃ� Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
ಃ� Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk mencegah
serangan.
ಃ� Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan ekskresi asam urat dan
menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada pasien dengan gagal ginjal).
ಃ� Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan probenezid 0,5
g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau
menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2 kali/hari.
5. KOMPLIKASI
ಃ� Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan tofi yang
menyebabkan degenerasi sendi.
ಃ� Hipertensi dan albuminuria.
ಃ� Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.
6. PENCEGAHAN
೨ Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu : Jeroan (jantung, hati,
lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring, Kacang-kacangan, Bayam, Udang, Daun
melinjo.
೨ Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat yang
kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan tetap memperhatikan
jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar
asam urat karena adanya badan keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat
melalui urine.
5
೨ Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik
dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran
asam urat melalui urine.
೨ Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam
urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam jumlah yang
tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa.
೨ Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang
digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak
sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.
೨ Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang
mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon, blewah,
nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain
juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan
yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai
kandungan lemak yang tinggi.
೨ Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang
mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi alkohol.
Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan
menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.
5. PROSES KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengumpulan data klien, baik subjektif ataupun objektif meliputi anamnesis riwayat penyakit,
pengkajian, pengkajian psikososial, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.
1. Anamnesis
Identitas, meliputi nama, jenis kelamin (lebih sering pada pria daripada wanita), usia
(terutama pada usia 30-40 tahun), alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi kesehatan, golongan darah, nomor
regristrasi, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
Pada umumnya keluhan utama pada kasus gout adalah nyeri pada sendi
metatarsofalangeal ibu jari kaki kemudian serangan bersifat poli-artikular. Gout
biasanya mengenai satu atau beberapa sendi. Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST.
Provoking Insident: Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah gangguan
metabolisme purin yang ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut
berulang.
6
Quality of Pain: Nyeri yang dirasakan bersifat menusuk.
Region, Radiation, Relief: Nyeri pada sendi metatarsofalangeal ibu jari kaki.
Severity (Scale) of Pain: Nyeri yang dirasakan antara skala 1-3 pada rentang pengukuran
0-4. Tidak ada hubungan antara beratnya nyeri dan luas kerusakan yan terlihat pada
pemeriksaan radiologi.
Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam
hari atau siang hari.
Riwayat penyakit sekarang. Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan
dan secara umum mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang.
Penting ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesik, aloperinol
Riwayat penyakit dahulu. Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya gout (mis., penyakit gagal ginjal kronis, leukimia,
hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernahkah klien
dirawat dengan masalah yang sama. Kaji adanya pemakaian alkohol yang berlebihan,
penggunaan obat diuretik.
Riwayat penyakit keluarga. Kaji adakah keluarga dari generasi terdahulu yang
mempunyai keluhan sama dengan klien karena klien gout dipengaruhi faktor genetik.
Ada produksi.sekresi asam urat berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
Riwayat psikososial. Kaji respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat. Respons yang didapat meliputi adanya
kecemasan individu dengan rentang variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan
berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat
respons nyeri, dan ketidaktahuan akan program pengobatan dan prognosis penyakit
dan peningkatan asam urat pada sirkulasi. Adanya perubahan peran dalam keluarga
akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respons terhadap
konsep diri yang maladaftif.
2. Pemeriksaan fisik.
Dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum dan pemeriksaan umum dan pemeriksaan
setempat.
7
B1 (Breathing). Inspeksi: Bila tidak melibatkan sistem pernapasan, biasanya
ditemukan kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak napas, tidak ada penggunaan
otot bantu pernapasan. Palpasi: Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Perkusi:
Suara resonan pada seluruh lapang paru. Auskultasi: Suara napas hilang/melemah
pada sisi yang sakit, biasanya didapatkan suara ronki atau mengi.
B2 (Blood). Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat dingin
dan pusing karena nyeri. Suara S1 dan S2 tunggal.
B3 (Brain). Kesadaran biasanya kompos mentis
- Kepala dan wajah : Ada sianosis.
- Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva anemis pada
kasus efusi pleura hemoragi kronis.
- Leher : Biasanya JVP dalam batas normal.
B4 (Bladder). Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan
pada sistem perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami komplikasi keginjal
berupa pielonefritis, batu asam urat, dan gagal ginjal kronis yang akan menimbulkan
perubahan fungsi pada sistem ini.
B5 (Bowel). Kebutuhan eliminasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi tetap
perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses. Selain itu, perlu dikaji
frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine. Klien biasanya mual, mengalami
nyeri lambung, dan tidak nafsu makan, terutama klien yang memakai obat analgesik
dan antihiperurisemia.
B6 (Bone). Pada pengkajian ini ditemukan:
- Look. Keluhan nyeri sendi yang merupakan keluhan utama yang mendorong
klien mencari pertolongan (meskipun mengkin sebelumnya sendi sudah kaku
dan berubah bentuknya). Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit
berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang menimbulkan
nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain. Deformitas sendi pergelangan
kaki secara perlahan membesar.
- Feel. Ada nyeri tekan pada sendi kaki yang membengkak.
- Move. Hambatan gerakan sendi biasanya semakin bertambah berat.
3. Pemeriksaan diagnostik.
Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan yang berarti dan mungkin
terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus lebih lanjut, terlihat erosi tulang seperti
8
lubang-lubang kecil (pinch out). Pada foto polos tulang dapat terlihat kalsifikasi tendon
dan ligament dari sendi yang berdekatan terutama pada pembungkus sendi bahu,
arthritis erosive menyebabkan hilangnya ruang sendi dengan atau tanpa sedikit sklerosis
dan pembentukan osteofit. Pemeriksaan biokimia darah biasanya normal, kecuali pada
klien dengan hiperkalsemia atau hiperpospatenia. Pada pemeriksaan cairan sendi dapat
ditemukan peningkatan leukosit polimorfonuklear.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah keperawatan utama pada klien gout adalah sebagai berikut
1. Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan kristal pada membrane sinovia, tulang
rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus.
2. Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot, pada gerakan,
dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan, proloferasi sinovia, dan
pembentukan panus.
3. Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk kaki dan terbenuknya tofus.
4. Perubahan pola tidur b.d nyeri.
C. RENCANA DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Sasaran utama bagi pasien mencakupi pemulihan rasa nyeri serta gangguan rasa nyaman,
pemulihan keadaan mudah lelah, peningkatan moblitas, pemeliharaan perawatan mandiri,
perbaikan citra tubuh, dan tidak adanya komlikasi.
DK I : Nyeri sendi yang berhubungan dengan peradangan sendi, penimbunan kristal pada membran sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, profilerasi sinovia, dan pembentukan panus.
Tujuan perawatan: Nyeri berkurang, hilang, atau teratasi.
9
Kriteria Hasi : - Klien melaporkan penurunan nyeri,
- menunjukan perilaku yang lebih relaks,
- memperagakan keterampilan reduksi nyeri.
- Skala nyeri 1-0 atau teratasi.
Intervensi Rasional
MANDIRIKaji lokasi, intensitas, dan tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri ke daerah yang baru. Kaji nyeri dengan skala 0-4.
Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus.
Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non-invasif.
Ajarkan relaksasi: tekhnik terkait ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intesitas nyeri.
Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung.
Hindarkan klien meminum alkohol, kafein, dan obat diuretik.
KOLABORASIKolaborasi dengan tim medis untuk pemberian alopurinol.
nyeri merupakan respons subjektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat cedera.
nyeri dipengaruhi oleh kecemasan dan peradangan pada sendi.
pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan non-farmakologi lain menunjukan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri.
mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal yang menyenangkan.
pengetahuan tersebut membantu mengurangi nyeri dan dapat membantu meningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.
pemakaian alcohol, caffeine, dan obat-obat diuretic menambah peningkatan kadar asam urat dalam serum.
alopurinol menghambat biosintesis asam urat sehingga menurunkan kadar asam urat serum.
DK II: Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, nyeri pada gerakan, dan kekakuan pada sendi besar atau pada jari tangan.
Tujuan perawatan : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengfan kemampuannya.
Kriteria hasil : - klien ikut program latihan,
10
- tidak mengalami kontraktur sendi,
- kekuatan otot bertambah,
- klien menunjukkan peningkatan mobilitas, dan
- mempertahankan koordinasi optimal.
INTERVENSI RASIONALBantu klien melakukan latihan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi.
Pantau kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktifitas.
KOLABORASIKolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk melatih fisik klien
Untuk memperhatikan fleksibilitas sendi sesuai kemampuan
Untuk mendeteksi perkembangan klien
Kemampuan mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi
DK III: Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi
Tujuan perawatan : citra diri klien meningkat
Kriteria hasil : - klien mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang
terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi,
- mampu menyatakan penerimaan diri,
- mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan
cara yang akurat tanpa merasa harga dirinya negatif.
INTERVENSI RASIONALMANDIRIKaji perubahan persepsi dan hubungannya dengan derajat ketidak mampuan.
Anjurkan klien mengekspresikan perasaan termasuk sikap bermusuhan dan marah
Ingatkan kembali tentang realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat
Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan
Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemulihan intervensi
Menunjukkan penerimaan, membantu klien untuk mengenal, dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut
Membantu klien melihat bahwa perawat menerima kedua bagian sebagai keseluruhan tubuh. Mengizinkaan klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.
Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
11
DK IV : Perubahan Pola Tidur b/d Nyeri.Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur.
INTERVENSI RASIONAL
Tentukan kebiasaan tidurnya dan perubahan saat tidur.
Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru.
Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage.
Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi ; rendahkan tempat tidur jika memungkinkan.
Kolaborasi dalam pemberian obat sedative, hipnotik sesuai dengan indikasi.
· Mengkaji pola tidurnya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
· Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang Membantu menginduksi tidur
· Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, memberikan kenyamanan pagar tempat untuk membantu mengubah posisi.
· Tidur tanpa gangguan lebih menim- bulkan rasa segar, dan pasien mungkin tidak mampu untuk kembali ke tempat tidur bila terbangun.
Di berikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat.
DK V: Defisiensi pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentangpenatalaksanaan perawatan di rumah.
Tujuan perawatan : klien dan keluarga memahami cara perawat di rumah
Kriteria hasil : - klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, - rencana pengobatan, - dan gejala kemajuan penyakit - mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan.
INTERVENSI RASIONALKaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan di rumah.
Menjadi data dasar bagi perawat untuk menjelaskan sesuai pengetahuan klien dan dapat menghindari pembicaraan yang tidak perlu karena klien dan keluarga sudah mengetahuinya.
12
Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek samping
Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri dan mobilitas
Beri dukungan psikologisb agar klien menjalankan apa yang sudah disepakati
Memberi pengetahuan dasar tentang obat-obatan yang akan digunakan sehingga dapat mengurangi dampak komplikasi dan efek samping obat
Membantu klien dan keluarga dalam penatalaksanaan perawatan klien osteoartritis
Meningkatkan kemauan klien dan keluarga tentangpentingnya perawatan rumah.
D. EVALUASI
Hasil akhir yang diharapkan dalam asuhan keperawatan klien osteoritis adalah sebagai berikut.
1. Nyeri berkurang atau terjadi pebaikan tingkat kenyamanan
2. Keletihan berkurang
3. Meningkatnya kualitas istirahat dan tidur
4. Meningkatkan atau mempertahankan tingkat mobilitas
5. Mempertahankan aktifitas perawatan mandiri
6. Mengalami perbaikan citra dirI
7. Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi
8. Tidak mengalami komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed.6 ; Cet.1 ; Jil.II.
Jakarta : EGC.
Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Cet. 1.
Jakarta : EGC.
http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/01/asam-urat.html
http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/patofisiologi-gout-arthritis/
13