lp cva
TRANSCRIPT
Laporan Pendahuluan
Gagal Ginjal (Cronic Kidney Disease)
1. Pengertian
Gagal ginjal akut adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan
ginjal sehat sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia progresif
disertai kenaikan ureum dan kreatinin darah (Imam Parsoedi A dan Ag. Soewito :Ilmu
Penyakit dalam Jilid II;91 )
Gagal ginjal akut ( GGA ) adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik yang
ditandai dengan pengurangan tiba-tiba glomerular filtration rate (GFR) dan perubahan
kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan eksresi air yang cukup untuk
keseimbangan dalam tubuh. Atau sindroma klinis akibat kerusakan metabolik atau
patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta
terjadinya azotemia. (Davidson 1984).
Gagal ginjal akut adalah penurunan laju filtrasi glomerulus secara tiba-tiba, sering
kali dengan oliguri, peningkatan kadar urea dan kreatinin darah, serta asidosis metabolic
dan hiperkalemia.(D.Thomson1992:91)
2. Klasifikasi
2.1 Gagal Ginjal Akut
Penggolongan GGA : RIFLE System
Kriteria Laju Filtrasi Glomerulus Kriteria Jumlah UrinRisk
Injury
Failure
Loss
ESRD
Peningkatan serum kreatinin 1.5 kali
Peningkatan serum kreatinin 2 kali
Peningkatan serum kreatinin 3 kali atau kreatinin 355 μmol/l bila ada peningkatan secara mendadak > 44 μmol/l
Gagal ginjal akut persisten; kerusakan total fungsi ginjal selama lebih dari 4 minggu
Gagal ginjal terminal lebih dari 3 minggu
< 0.5 mL/kg/jam selama 6 jam
< 0.5 mL/kg/jam selama 12 jam
< 0.5 mL/kg/jam selama 24 jam atau anuria selama 12 jam
2.2 Gagal Ginjal Kronik
Stage Gbran kerusakan ginjal GFR (ml/min/1,73 m2)
1. Normal atau elevated GFR ≥ 90
2. Mild decrease in GFR 60-89
3. Moderate decrease in GFR 30-59
4. Severe decrease in GFR 15-29
5. Requires dialysis ≤ 15
3. Etiologi
a) Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
b) Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
c) Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
d) Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
e) Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
f) Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbale
g) Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
h) Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
4 Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami penderita secara
akut antara lain :
1. Bengkak mata, kaki
2. Nyeri pinggang hebat (kolik)
3. kencing sakit, sedikit kadang timbul merah/darah bahkan sering kencing
4. Demam
5.. Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit, Sel Darah Putih / Lekosit, Bakteri.
6. Berkurangnya rasa, terutama di tangan atau kaki
7. Perubahan mental atau suasana hati
8. Kejang
9. Tremor tangan
10. Mual, muntah
11. Haluaran urine sedikit, Mengandung darah
12. Peningkatan BUN dan kreatinin
13. Anemia
14. Hiperkalemia
15. Asidosis metabolic
16. Udema
17. Anoreksia,nause,vomitus
18. Turgor kulit jelek,gatal-gatal pada kulit.
5. Patofisiologi.
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat
diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan
semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth,
2001 : 1448). Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium
yaitu:
a.Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN)
normal dan penderita asimtomatik.
b. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration
Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai
meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi
kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
c. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration
rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada
tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat
mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814).
6. Pragnosa
1. Prognosis penyakit ginjal kronik
Prognosis dari penyakit ginjal kronik, tergantung pada seberapa cepat upaya
deteksi dan penanganan dini, serta penyakit penyebab.
1. Semakin dini upaya deteksi dan penanganannya, hasilnya akan lebih baik.
2. Beberapa jenis kondisi/penyakit, akan tetap progresif. Misalnya: dampak diabetes
pada ginjal dapat dibuat berjalan lebih lambat dengan upaya kendali diabetes. Pada
kebanyakan kasus, penyakit ginjal kronik progresif bisa menjadi gagal ginjal kronik.
Kematian pada penyakit ginjal kronik tertinggi adalah karena komplikasi jantung,
dapat terjadi sebelum maupun sesudah gagal ginjal.
2. Prognosis gagal ginjal
Menurut kepustakaan, di Amerika kematian pasien dialisis tertinggi 6 bulan
pertama paska dialisis, 35% nya bisa bertahan lebih dari 5 tahun, bila disertai diabetes
lebih kecil lagi yaitu 25%. Pasien gagal ginjal tanpa upaya dialisis akan berakhir dengan
kematian. Penyebab kematian pada gagal ginjal kronik, terbesar adalah karena
komplikasi jantung (45%), akibat infeksi (15%), komplikasi uremia pada otak (6%), dan
keganasan (4%).
Jadi, penting sekali, mencegah orang sehat menjadi penderita penyakit ginjal
kronik. Mencegah penderita penyakit ginjal kronik, menjadi penderita gagal ginjal
kronik, dan Mencegah kematian pada penderita gagal ginjal kronik. Prognosis NTA
sampai sekarang masih dianggap kurang baik, sebab kematian terbesar adalah terjadinya
komplikasi infeksi.
7. Komplikasi
a) infeksi
b) asidosis metabolic
c) hiperkalemia
d) uremia
e) hipertensi
f) payah jantung
g) kejang uremik
h) perdarahan
8. Pemeriksaan Penunjang
a. CT-Scan
Akan dapat menemukan daerah yang kepadatannya menurun, digunakan untuk
membedakan adanya perdarahan infark, iskemia, hematom, odema.
b. Angiografi
Gunakan mencari penyumbatan darah dan menentukan penyebab stroke
c. Position Scanning
Untuk memberikan gambaran metabolisme cerebral
d. Pungsi Lumbal
Menunjukkan adanya tekanan normal
e. EEG
Untuk melihat area yang spesifik dari lesi otak
f. Ultra Sonografi
Mengidentifikasi penyakit arterio vena, arterio sklerosis
g. Sinar - X Tengkorak
Klasifikasi partial penyakit arterio vena, arterio sklerosis
h. Teknik Doppler
Untuk mengetahui arteri sklerosis yang rusak
9. Penatalaksanaan
a) Empat tujuan pengobatan, menyelamatkan jiwa, membatasi kerusakan otak,
mengurangi ketergantungan dan deformitas, mencegah terjadinya penyakit.
b) Pertahankan agar jalan nafas selalu bebas, pemberian cairan elektrolit dan
kalori adekuat, hindari ulcus decubitus
c) Larutan urea hipertonik 1 - 1,5 9 /Kg, IV
d) Rehabilitasi dan latihan termasuk fisioterapi, tetapi pekerjaan dan terapi biara
e) Obat dari koagulan
f) Tirah baring dan penurunan rangsangan eksternal
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth, 1996, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Jilid 2, EGC,
Jakarta
www. Us. Elsevierhealth.com, 2004, Nursing Diagnosis: for guide to Palnning care,
fifth Edition
Waspadji. A, Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan)
Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC