lp anemia

18
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS ANEMIA

Upload: andy-neon

Post on 26-Sep-2015

21 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

andy neon

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN KASUS ANEMIA

ANEMIA

1. PENGERTIAN

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan / atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb 149 g/dl dan Ht < 41% pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada wanita (Arief Mansyoer, 1999 : Hal 547)

2. TIPE-TIPE ANEMIA (Arief Mansyoer Hal : 548)

2.1 ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI

Kebutuhan Fe dalam makanan sekitar 20 mg/hari, dari jumlah ini haanya kira-kira 2 mg yang diserap.

2.1.1 Etiologi

Umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilotomiasis). Infestasi pada cacing tambang pada seseorang dengan makanan yang bak tidak akan menimbulkan anemia. Bila disertai malnutrisi, baru akan terjadi anemia. Penyebab lain dari anemia defisiensi adalah :

Diet yang tidak mencukupi

Absorbsi yang menurun

Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, laktasi

Perdarhaan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah

Hemoglubunuria

Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosederosis paru

2.1.2 Manifestasi Klinis

Selain gejala-gejala yang umum anemia defisiensi Fe yang berat akan mengakibatkan peruahan kulit dan mukosa yang progresif. Seperti lidah yang halus, kellosis dan sebagainya, didapatkan tanda-tanda malnutrisi.

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang

Penurunan Fe

Feritin serum kurang 30 mg/ dl

Total iron Binding capacity (TIBC) serum meningkat

Saturasi transferin kurang 15%

MCV tahap awal normal

2.1.4 Penatalaksanaan

1. Mengatasi penyebab perdarahan kronik misalnya pada ankelostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai

2. Pemberian preparat Fe :

Ferosulfat 3x325 mg secara oral dalam keadaan perut kosong, dapat dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikkan bertahap, pada pasien yang tidak kuat, dapat diberikan bersama makanan.

Feroglukonat 3x200mg secara oral sehabis makan, bila terdapat intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat diberikan secara parenteral dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB) untuk tiap 9% penurunan kadar Hb di bawah normal.

Irondekstran mengandun Fe 50 mg/ml, diberikan secara IM mula-mula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan. Dapat pula diberikan IV. Mula-mula 0,5 me sebagai dosis percobaan. Bila dalam 3-5 menit tidak menimbulkan reaksi, boleh diberikan 250-500 mg.

2.2 ANEMIA PADA PENYAKIT KRONI K

Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial siderosis. Anemia pada penyakit kronik merupakan jenis anemia terbanyak kedua setelah defisiensi yang dapat ditemukan pada orang dewasa di Amerika Serikat.

2.2.1 Etiologi

Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi, seperti infeksi ginjal, pan (bronkrektasis, abses, empiema, dll).

Inflamasi kronik, seperti artritis, rheumatoid.

Neoplasma, seperti limfoma malignum, dan nekrosis jaringan.

2.2.2 Manifestasi Klinis

Hematokrit biasanya berkisaar antara 25-30%, biasanya normositik dan normokrom.

Pemeriksaan tulang biasanya normal, kadang-kadang ditemukan hipoplasia eritropoeisis dan defek dalam hemoglobunisasi. Yang sangat karakteristik adalah berkurangnya sideroblas dalam sumsum tulang, sedangkan defisit besi dalam sistem retikulo endotelial (RES) normal atau berubah)

2.2.3 Penatalaksanaan

Terapi terutama ditujukan pada penyakit dasarnya.

Pada anemia yang mengancam nyawanya dapat diberikan transfusi daerah merah (Palked red cell). Pengobatan dengan suplementasi besi, tidak diindikasikan, kecuali untuk mengatasi anemia pada artritis reumatoid. Pemberian kobalt dan eritropoeltisi dikatakan dapat memperbaiki anemia pada penyakit kronik.

2.3 ANEMIA PERNISIOSA

Kekurangan Vit. B12 bisa disebabkann oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Kekurangan Vit. B12 akibat faktor intrinsik terjadi karena gangguan absorbsi vit. Yang merupakan peny. Herediter autoimun, sehingga pada pasien mungkin dijumpai penyakit-penyakit autoimun lainnya. Kekurangan Vit. B12 karena faktor-faktor intrinsik ini tidak dijumpai di Indonesia. Yang lebihsering dijumpai di Indonesia adalah penyebab intrinsik karena kekurangan masukan Vit. B12 dengan gejala-gejala yang tidak berat.

2.3.1 Manifestasi Klinis

Adanya anoreksia, diare, dispepsia, lidah yang licin, pucat dan agak ikterik, terjadi gangguan neurologis, parastesis, gangguan keseimbangan dan pada kasus yang berat terjadi perubahan fungsi serebral, dimensia, dan perubahan neuropsikoklapik lainnya.

2.3.2 Pemeriksaan Penunjang

Sel darah merah besar-besar (makrositik), MCV ( 100 fmol/L. Neutrofil hypersegmentasi. Gambaran sumsum tulang megaloblastik. Sering ditemukan dengan gastritis atrofi (dalam jangka waktu lama dikaitkan dengan peningkatan resiko karsinoma gaster), sehingga menyebabkan aktorhidria, kadar Vit. B12 serum kurang dari 100 pg/ml.

2.3.3 Penatalaksanaan

Pemberian Vit. B12 1000 mg/hari IM selama 5-7 hari, 1 kali tiap bulan.

2.4 ANEMIA DEFISIENSI ASAM FOLAT

Asam folat terdapat dalam daging, susu, dan daun-daun yang hijau. Umumnya berhubungan dengan malnutrisi. Penurunan absorbsi asam folat jarang ditemukan karena absorbsi terjadi di saluran cerna juga berhubungan dengan sirosis hepatis, karena terdapat penurunan cadangan asam folat.

2.4.1 Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda pada anemia defisiensi asam folat sama dengan anemia defisiensi Vit. B12 yaitu anemia megaloblastik dan perubahan megaloblastik pada mukosa, mungkin dapat ditemukan gejala-gejala neurologis, seperti gangguan kepribadian dan hilangnya daya ingat.

2.4.2 Pemeriksaan Penunjang

Gambaran darah seperti anemia pernisiosa, tetapi kadar Vit. B12 serum normal dan asam folat serum rendah, biasanya kurang dari 3 mg/ml. Yang dapat memastikan diagnosis adalah kadar folat sel darah merah kurang dari 150 mg/ml.

2.4.3 Penalaksanaan

Meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat dilakukan pula dengan pemberian / suplementasi asam folat oral 1 mg / hari.

2.5 ANEMIA KARENA PERDARAHAN

Anemia karena perdarahan terbagi atas :

1. Perdarahan Akut

Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.

Penatalaksanaan :

Mengatasi perdarahan

Mengatasi renjatan dengan transfusi darah atau pemberian cairan perinfus.

2. Perdarahan Kronik

Pengeluaran darah biasanya sedikit-sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebabb yang sering antara lain ulkue peptikum, menometoragi, perdarahan saluran cerna karena pemakaian analgesik dan epistaksis. Di Indonesia sering karena infestasi cacing tambang.

Pemeriksaan Laboratorium :

Gambaran anemia sesuai dengan anemia defisiensi Fe. Perdarahan pada saluran cerna akan memberi hasil positif pada tes benzidin dari tinja.

Penatalaksanaan :

Mengobati sebab perdarahan

Pemakaian preparat Fe, atau terus-menerus. Anemia terjadi hanya bila sumsum tulang telah tidak mampu mengatasinya karena usia sel darah merah sangat pendek, atau bila kemampuannya terganggu oleh sebab lain.

2.5.1 Etiologi

Etiologi anemia hemolitik dibagi sebagai berikut :

1. Intrinsik

Kelainan membran, seperti sferositosis herediter, hemoglobinurea nokturnal paroksimal.

Kelainan glikolisis, seperti defisiensi piruvat kirase

Kelainan enzim, seperti defisiensi glukosa G fosfohidrogenase (GGPD)

Hemoglobinopati, seperti anemia sel sabit, methomoglobinemia.

2. Ekstrinsik

Gangguan sistem imun, seperti pada penyakit autoimun, penyakit limfo proliferatif, keracunan obat.

Mikroangiopati, seperti pada purpura trombotik trombositopenik, koagulasi intravaskular deseminata (KID)

Infeksi, seperti akibat plasmodium, klostridium, borrelia.

Hipersplenisme

Luka bakar.

2.5.2 Manifestasi Klinis

Tanda-tanda hemolisis antara lain ikterus dan splenomegali

2.5.3 Pemeriksaan Penunjang

Terjadi penurunan kadar Ht, retikulosetosis, peninggian bilirubin indirek dalam darah dan peningkatan bilirubin total sampai dengan 4 mg/dl, peninggian urobilinogen urin dan eritropoeisis hiperaktif dalam sumsum tulang.

2.5.4 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya.bila karena reaksi toksik-imunologik yang didapat diberikan adalah kortikosteroid (prednison, prednisolon). Kalau perlu dilakukan splenektomi. Apabila keduanya tidak berhasil, dapat diberikan obat-obat sitostati, seperti klorambusil dan siklofosfanud.

2.6 ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN

Anemia hemolitik autoimun (Autoimmune Hemolytic Anemia, AIHA), merupakan kelainan darah yang didapat, dimana autoantibodi IgG yang dibentuk terikat pada membran sel darah merah (SDM), antibodi ini umumnya berhadapan langsung dengan komponen dasar dari sistem Rh dan sebenarnya dapat terlihat paad SDM semua orang.

Klasifikasi

1. Warna-antibody immunohemolytic anemia

Idiopatik > 50% kasus

Limfoma : leukemia limfositik kronik, limfoma non hodgkin dan hodgkin

Lupus eritematosus sistemik (LES) dan penyakit kolagen vaskular lainnya.

Obat-obatan

Type ( metildopa (autoantibody pada antigen Rh)

Type penisilin (hapten stabil)

Type Kulnidin (hapter tak stabil)

Pasca infeksi virus

Tumor-tumor lainnya (jarang)

2. Cold Antibody Immunohemolytic Anemia

Penyakit Cold agglutinin

Akut : Injeksi mikoplasma, infeksi mononukleosis

Kronik : idiopatik, limfoma

Paroxysmal cold hemoglobinuria

2.7 ANEMIA APLASTIK

Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah

2.7.1 Etiologi

Penyebabnya biasanya kongenital (jarang), idiopatik (kemungkinan autoimun, LES, kemoterapi, radioterapi, toxin, seperti benzen, tolven, insektisid, obat-obat seperti koramphenicol, sufonamid, analgesik (prazolon), antipilektik (hidantoin), kirakrin, dan sulfonilurea, pasca hepatitis, kehamilan dan hemoglobinuria paroksismal nokturnal.

2.7.2 Manifestasi Klinis

Pasien tampak pucat, lemah, mungkin timbul demam, purpura dan perdarahan.

2.7.3 Pemeriksaan Penunjang

Terdapat panditopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak

2.7.4 Penatalaksanaan

Transfusi darah

Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibodi

Kortikosteroid

Androgen

Immunossupresif, dan transplantasi sumsum tulang.

LANDASAN ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

1. Biodata

Menyerang pada semua golongan umur pada perempuan yang termasuk kelompok usia subur, nilai ini 10% lebih rendah dari pada laki-laki

2. Keluhan utama

Kelemahan, keletihan.

3. RPS

Klien mengalami lemah, letih, malaise, kehilangan produktivitas, penurunan semangat kerja.

4. RPD

Perdarahan, malnutrisi, obat-obatan, infeksi, luka bakar, gangguan sistem imun, HM, sirosis hepatis, hemoglobinuria.

5. RPK

- Adakah dari anggota keluarga yang memungkinkan ada yang pernah atau sedang menderita penyakit yang sama.

6. Riwayat Psiko, Sosio, Spiritual

6.1 Psiko : Klien cemas dengan keadaannya : depresi, gelisah

6.2 Sosial : Kurangnya kemampuan untuk melakukan hubungan dengan orang lain.

6.3 Spiritual : Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengetahuan.

7. ADL

7.1 Pola Nutrisi : Mual, muntah, anorexia, dispepsia, penurunan BB

7.2 Pola Eliminasi : Diare, Konstipasi, HM, penurunan produksi urin

7.3 Pola Aktivitas : Penurunan semangat untuk bekerja

7.4 Pola Istirahat : Kebutuhan untukt idur dan istirahat lebih banyak.

7.5 Pola Personal Hygiene : Kurang bertenaga, tidak rapi.

8. Pemeriksaan

8.1 Umum : Apatis, lesu, kurang tertarik pada sekitarnya, kelemahan.

8.2 Pemeriksaan Fisik

Rambut :Kering, mudah rontok

Mata:Konjungtiva pucat, sklera putih

Bibir :Pucat, kering, stomatitis

Hidung:Espistaksis

Thorax:Takhipnea, Takikardia murmur sistolik

Abdomen:Distensi abdomen

Extermitas:Penurunan kekuatan, pucat pada kulit

8.3 Pemeriksaan Penunjang

LED(, Eritrosit(, Hb(II. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Marilyn E, Dongoes, 1999 hal 573)

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengaliran oksigen / nutrien sel

2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan / keletihan.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan / absorbsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal.

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan Hb

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi

III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Dx. I

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengaliran oksigen atau nutriensel

Tujuan :

TTV tetap stabil, tidak ada perdarahan

Membran mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik

Kriteria Hasil:Menunjukkan perfusi adequat, ex : tanda vital sakit, membran mukosa warna merah muda.

Intervensi :

Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit / membran mukosa, dasar kuku

R/ Memberikan informasi tentang derajat / keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi

Kaji untuk respoon verbal terlambat mudah terangsang, gangguan memori, bingung.

R/ Dapat mengidentifikasi gangguan serebral karena hipoxia atau def. Vit. B12

Berikan O2 sesuai indikasi

R/ Meminimalkan transport O2 ke jaringan.

2. Dx. II

Intoleren aktifitas berhubungan dengan kelemahan

Tujuan : Klien dapat meningaktkan aktifitas secara bertahap sampai tingkat sebelum sakit.

Kriteria Hasil:Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas / latihan

Intervensi :

Kaji kelemahan otot

R/ Menunjukkan perubahan neurologi karena defisiensi vit. B12 mempengaruhi kelemahan pasien / resiko cidera

Berikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila diindikasikan

R/ Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan O2 tubuh

Berikan bantuan dalam aktivitas / ambulasi bila perlu, memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin.

3. Dx. III

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau absobsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah yang normal.

Tujuan :

Klien menunjukkan peningkatan berat badan atau BB stabil

Klien dapat menunjukkan perubahan pola hidup untuk meningkatkan BB yang sesuai

Kriteria Hasil:Menunjukkan peningkatan BB

Intervensi :

Kaji riwayat makan

R/ Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.

Observasi dan catat masukan makanan pasien

R/ Mengatasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan

Berikan indikasi sedikit dan frekuensi sering dan atau makan di antara waktu makan.

R/ Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster

Konsul pada ahli gizi

R/ Membantu dalam membuat rencana untuk membantu kebutuhan individu.

4. Dx. IV

Resiko tinggi inveksi berhubungan dengan penurunan Hb

Tujuan :

Klien dapat mengidentifikasi perilaku untuk mencegah infeksi

Meningakatkan penyembuhan luka, bebas eritema dan demam

Kriteria Hasil:Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi.

Intervensi :

Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan pasien

R/ Mencegah konstaminasi silang / kolonisasi bakterial

Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur perawatan

R/ Menurunkan resiko kolonisasi / infeksi bakteri.

Tingkatkan masukan cairan adequat

R/ Membantu dalam pengenceran sekret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh.

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik

R/ Pengobatan infeksi lokal.

IV. IMPLEMENTASI

Melaksanakan implementasi sesuai dengan rencana keperawatan.

V. EVALUASI

Adapun hasil yang diharapkan dari pasien adalah :

a. Kadar Hb normal (< 14 gram % pada laki-laki, < 12 gram % pada wanita)

b. Peningkatan BB

c. Isrtirahat tidur yang cukup

d. Pasien bisa mengkonsumsi obat-obatan untuk mememnuhi kebutuhan Fe

e. Pasein bisa merawat dirinya

f. Pengetahuan klien dan keluarga adikuat

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansyoer (1999), Kapite Selekta Kedokteran, FKUI, Jakarta.

Marilynn E, Dongoes (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.