lp anemia

28

Click here to load reader

Upload: sugeng-winoto

Post on 06-Aug-2015

193 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

Oleh:

XXXXXXXXXX

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012

Page 2: LP ANEMIA

ANEMIA

1. PENGERTIAN

a. Anemia berarti kekurangan sel darah merah dapat disebabkan oleh hilangnya

darah terlalu cepatatau kerena terlalu lambatnya produksi sel darah merah

(Guyton, 1997:538)

b. Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen

darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk

pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas

pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999:569 ).

c. Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,

kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml

darah (Price, 2006:256).

d. Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar HB atau

hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan

merupakan pencerminan keadaan sutu penyakit atau gangguan fungsi tubuh.

(Smeltzer, 2002:935 ) .

e. Anemia ialah keadaan dimana massa eritrosit dan/atau massa hemoglobin yang

beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi

jaringan tubuh. (Bakta, 2003:12)

f. Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan

kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).

2. PENYEBAB

Penyebab dari anemia antara lain :

a. Gangguan produksi sel darah merah, yang dapat terjadi karena:

Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia

Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient

Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu

Inflitrasi sum-sum tulang

b. Kehilangan darah

Akut karena perdarahan

Kronis karena perdarahan

Hemofilia (defisiensi faktor pembekuan darah)

Page 3: LP ANEMIA

c. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) yang dapat terjadi karena

Faktor bawaan misalnya kekurangan enzim G6PD

Faktor yang didapat, yaitu bahan yang dapat merusak eritrosit

d. Bahan baku untuk membentuk eritrosit tidak ada

Ini merupakan penyebab tersering dari anemia dimana terjadi kekurangan zat gizi

yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam

folat.

3. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai

sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf)

yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus), pica, serta

perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas

pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara

mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau

muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah

munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa

menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika

anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.

(Price ,2000:256-264).

AREA MANIFESTASI KLINIS

Keadaan umum Pucat , penurunan kesadaran, keletihan berat , kelemahan,

nyeri kepala, demam,

dipsnea, vertigo, sensitive terhadap

dingin, BB turun.

Kulit Jaundice (anemia hemolitik), warna kulit

pucat, sianosis, kulit kering, kuku rapuh,

koylonychia, clubbing finger, CRT > 2

detik, elastisitas kulit munurun,

perdarahan kulit atau mukosa (anemia aplastik)

Mata Penglihatan kabur, jaundice sclera,

konjungtiva pucat.

Telinga Vertigo, tinnitus

Page 4: LP ANEMIA

Mulut Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis,

perdarahan gusi, atrofi papil lidah,

glossitis, lidah merah (anemia deficiency

asam folat)

Paru-paru Dipsneu, takipnea, dan orthopnea

Kardiovaskuler Takikardia, lesu, cepat lelah, palpitasi,

sesak waktu kerja, angina pectoris dan

bunyi jantung murmur, hipotensi,

kardiomegali, gagal jantung

Gastointestinal Anoreksia, mual-muntah, hepatospleenomegali (pada

anemia hemolitik)

Muskuloskeletal Nyeri pinggang, sendi

System persarafan Sakit kepala, pusing, tinnitus, mata

berkunang-kunang, kelemahan otot,

irritable, lesu perasaan dingin pada

ekstremitas.

(Bakta, 2003:15)

4. PATOFISIOLOGI

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau

kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang

dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan

akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui

perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat

akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah

normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan

destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam

sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa.

Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan

masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)

segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1

mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. (Smeltzer &

Bare. 2002 : 935).

Page 5: LP ANEMIA

5. KLASIFIKASI

Klasifikasi anemia menurut faktor morfologi :

a. Anemia hipokromik mikrositer : MCV < 80 fl dan MCH < 27 pg

Sel darah merah memiliki ukuran sel yang kecil dan pewarnaan yang berkurang

atau kadar hemoglobin yang kurang (penurunan MCV dan penurunan MCH)

1) Anemia defisiensi besi

2) Thalasemia major

3) Anemia akibat penyakit kronik

4) Anemia sideroblastik

b. Anemia normokromik normositer : MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg

Sel darah merah memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung jumlah

hemoglobin dalam batas normal.

1) Anemia pasca perdarahan akut

2) Anemia aplastik

3) Anemia hemolitik didapat

4) Anemia akibat penyakit kronik

5) Anemia pada gagal ginjal kronik

6) Anemia pada sindrom mielodisplastik

7) Anemia leukemia akut

c. Anemia normokromik makrositer : MCV > 95 fl

Sel darah merah memiliki ukuran yang ukuran yang lebih besar dari pada normal

tetapi tetapi kandungan hemoglobin dalam batas normal (MCH meningkat dan

MCV normal).

1) Bentuk megaloblastik

Anemia defisiensi asam folat

Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa

2) Bentuk non-megaloblastik

Anemia pada penyakit hati kronik

Anemia pada hipotiroidisme

Anemia pada sindrom mielodisplastik

Klasifikasi anemia menurut faktor etiologi :

a. Anemia karena produksi eritrosit menurun

1) Kekurangan bahan unuk eritrosit (anemia defisiensi besi, dan anemia deisiensi

asam folat/ anemia megaloblastik)

Page 6: LP ANEMIA

2) Gangguan utilisasi besi (anemia akibat penyakit kronik, anemia sideroblastik)

3) Kerusakan jaringan sumsum tulang (atrofi dengan penggantian oleh jaringan

lemak:anemia aplastik/hiplastik, penggantian oleh jaringan

fibrotic/tumor:anemia leukoeritoblastik/mielopstik)

4) Fungsi sumsum tulang kurang baik karena tidak diketahui. (anemia

diserotropoetik, anemia pada sindrom mielodiplastik)

b. Kehilangan eritrosit dari tubuh.

1) Anemia pasca perdarahan akut.

2) Anemia pasca perdarahan kronik

c. Peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh (hemolisis)

1) Faktor ekstrakorpuskuler

Antibody terhadap eritrosit: (Autoantibodi-AIHA, isoantibodi-HDN)

Hipersplenisme

Pemaparan terhadap bahan kimia

Akibat infeksi

Kerusakan mekanik

2) Factor intrakorpuskuler

Gangguan membrane (hereditary spherocytosis, hereditary elliptocytosis)

Gangguan enzim (defisiensi piruvat kinase, defisiensi G6PD)

Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati structural, thalasemia)

(Bakta, 2003:15,16)

Anemia yang terjadi akibat menurunnya produksi SDM antara lain :

Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan keadaan hipokromik

(konsentrasi Hb kurang), mikrositik yang disebabkan oleh suplai besi kurang dalam

tubuh. kurangnya besi berpengaruh dalam pembentukan Hb sehingga

konsentrasinya dalam SDM berkurang, hal ini akan mengakibatkan tidak

adekuatnya pengangkutan oksigen keseluruh jaringan tubuh. Pada keadaan normal

kebutuhan besi orang dewasa adalah 2- 4 gm. Pada laki-laki kebutuhan besi adalah

50 mg/kgBB dan pada wanita 35 mg/kgBB ( Lawrence M Tierney, 2003) dan

hamper 2/3 terdapat dalam Hb. Absorbsi besi terjadi dilambung, duodenum dan

jejunum bagian atas adanya erosi esofagitis, gaster, ulser duodenum, kanker dan

adenoma kolon akan mempengaruhi absobsi besi.

Page 7: LP ANEMIA

Anemia megaloblastik

Anemia yang disebabkan karena rusaknya sintesis DNA yang mengakibatkan

tidak sempurnanya SDM. Keadaan ini disebabkan karena defisiensi vitamin B12

dan asam folat.karakteristik SDM ini adalah adanya megaloblas abnormal,

Prematur dengan fungsi yang tidak normal dan dihancurkan semasa dalam sumsum

tulang sehingga terjadinya eritropoeisis dengan masa hidup eritrosit yang lebih

pendek.yang akan mengakibatkan leucopenia, trombositopenia .

Anemia defisiensi vitamin B12

Merupakan gangguan autoimun karena tidak adanya faktor intrinsik yang

diproduksi di sel parietal lambung sehingga terjadi gangguan absobsi vitamin B12 .

Anemia defisiesi asam folat

Kebutuhan folat sangat kecil biasanya terjadi pada orang yang kurang makan

sayuran dan buah-buahan, gangguan pada pencernaan, alkolik dapat meningkatkan

kebutuhan folat, wanita hamil, masa pertumbuhan. Defisiensi asam folat juga dapat

mengakibatkan sindrom malabsorbsi.

Anemia aplastik

Terjadi akibat ketidak sanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel

darah. Kegagalan tersebut disebabkan oleh kerusakan primer atau zat yang dapat

merusak sumsum tulang (Mielotoksin).

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges, 1999 :572)

Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume

korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan

mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia

(aplastik). Nilai normal eritrosit (juta/mikro lt) : 3,9 juta per mikro liter pada

wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter pada pria

Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.

Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons

sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).

Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat

mengindikasikan tipe khusus anemia).

LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan

kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.

Page 8: LP ANEMIA

Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia,

misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih

pendek.

Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).

SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin

meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik) Nilai normal Leokosit (per

mikro lt) : 6000–10.000 permokro liter

Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi

(hemolitik)

Nilai normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000–400.000 per mikro liter darah

Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin

Nilai normal Hb (gr/dl) : Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP,

hemolitik).

Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan

dengan defisiensi masukan/absorpsi

Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)

TBC serum : meningkat (DB)

Feritin serum : meningkat (DB)

Masa perdarahan : memanjang (aplastik)

LDH serum : menurun (DB)

Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)

Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,

menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).

Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :

perdarahan GI

Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam

hidroklorik bebas (AP).

Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam

jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:

peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah

(aplastik).

Page 9: LP ANEMIA

7. KOMPLIKASI

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia

akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang

terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus

memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat

ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin.

Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu

perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak. Anemia berat, gagal jantung

kongesti dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi

terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Selain itu dispnea, nafas pendek dan

cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya

pengurangan oksigen (Price &Wilson, 2006).

8. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah

yang hilang:

a. Anemia aplastik:

Transplantasi sumsum tulang

Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)

b. Anemia pada penyakit ginjal

Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat

Ketersediaan eritropoetin rekombinan

c. Anemia pada penyakit kronis

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan

untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya,

besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.

d. Anemia pada defisiensi besi

Dicari penyebab defisiensi besi

Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat

ferosus.

5. Anemia megaloblastik

Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila

difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik

dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.

Page 10: LP ANEMIA

Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan

selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang

tidak dapat dikoreksi.

Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan

asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

9. ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

1) Aktivitas / istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;

penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.

Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.

Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.

Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu

menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang

menunujukkan keletihan.

2) Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,

menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat

endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).

Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi

melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST

dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur

sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa

(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit

hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat

(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti

mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler

dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok

(koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban

secara premature (AP).

Page 11: LP ANEMIA

3) Integritas ego

Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,

misalnya penolakan transfusi darah.

Tanda : depresi.

4) Eleminasi

Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi

(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.

Penurunan haluaran urine.

Tanda : distensi abdomen.

5) Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani

rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan

menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya

penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,

kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan

vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering,

tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi).

Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).

6) Neurosensori

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan

berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.

Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;

klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.

Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak

mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,

AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan

koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif,

paralysis (AP).

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8) Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

Page 12: LP ANEMIA

9) Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan

pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker,

terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah

sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.

Ptekie dan ekimosis (aplastik).

10) Seksualitas

Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).

Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.

Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

b. Diagnosa keperawatan

1) Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen dan kebutuhan.

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna, ketidakmampuan mencerna makanan/ absorpsi

nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal.

4) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

perubahan sirkulasi dan neurologis, gangguan mobilitas, defisit nutrisi.

5) Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diit, perubahan

proses pencernaan, efek samping terapi obat.

6) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin,

prosedur invasif, kerusakan kulit.

7) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi prognosis dan

kebutuhan pengobatan.

c. Perencanaan (Intervensi)

1. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.

Tujuan : Perfusi jaringan adekuat

Kriteria hasil :

Tanda vital stabil

Membran mukosa warna merah muda

Page 13: LP ANEMIA

Pengisian kapiler baik

Intervensi :

1) Ukur tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membran mukosa,

dasar kuku.

Rasional : Memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi

jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.

2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi

untuk kebutuhan seluler.

3) Awasi upaya pernapasan, auskultasi bunyi napas, perhatikan bunyi

adventisius.

Rasional : Dispnea, gemericik menunjukkan gagal jantung kanan karena

regangan jantung lama/ peningkatan kompensasi curah jantung.

4) Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi

Rasional : Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial

risiko infark.

5) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat

sesuai indikasi

Rasional : Vasokontriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.

6) Awasi hasil pemeriksaan laboratorium, misalnya hemoglobin/ hematokrit

dan jumlah sel darah merah, analisa gas darah

Rasional : Mengidentifikasi definisi dan kebutuhan pengobatan/respon

terhadap terapi.

7) Berikan sel darah merah darah lengkap/packed, produk darah sesuai

indikasi. Awasi ketat untuk komplikasi transfusi.

Rasional : Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki

defisiensi untuk menurunkan perdarahan.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen dan kebutuhan.

Tujuan : Peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)

Kriteria hasil :

Tanda-tanda vital dalam batas normal

Tak ada keluhan dalam beraktivitas

Page 14: LP ANEMIA

Intervensi :

1) Kaji kemampuan klien untuk melakukan tugas normal, catat laporan

kelelahan, keletihan dan kesulitan menyelesaikan tugas.

Rasional : Mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan

2) Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas, catat

respon terhadap aktivitas (misal: peningkatan denyut jantung, tekanan

darah, disritmia, pusing dan sebagainya).

Rasional : Manifestasi kordipulmonal dari upaya jantung dan paru-paru

untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.

3) Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring. Pantau dan batasi

pengunjung.

Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen

tubuh.

4) Ubah posisi klien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.

Rasional : Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan

pusing, berdenyut dan peningkatan risiko cedera.

5) Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi bila perlu, memungkinkan klien

untuk melakukan sebanyak mungkin.

Rasional : Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila klien

melakukan sesuatu sendiri.

6) Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi.

Rasional : Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal

dan memperbaiki turus otot/stamina, tanpa kelemahan.

7) Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada,

napas pendek, kelemahan atau pusing terjadi

Rasional : Regangan/stress kardiopulmonal berlebihan/ stress dapat

menimbulkan dekompensasi/ kegagalan.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna, ketidakmampuan mencerna makanan/ absorpsi

nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :

Berat badan stabil

Membran mukosa lembab

Page 15: LP ANEMIA

Peningkatan toleransi aktivitas

Intervensi :

1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.

Rasional : Mengidentifikasi definisi, menduga kemungkinan intervensi.

2) Observasi dan catat masukan makanan klien.

Rasional : Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi

makanan.

3) Timbang berat badan setiap hari.

Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas intervensi

nutrisi.

4) Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering.

Rasional : Masukan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan

meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.

5) Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan

Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan

pertumbuhan bakteri.

4. Risiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan

sirkulasi dan neurologis, gangguan mobilitas, defisit nutrisi.

Tujuan : Integritas kulit dapat dipertahankan

Kriteria hasil :

Membran mukosa lembab

Elastisitas kulit kembali dalam satu detik.

Pengisian kapiler baik.

Intervensi :

1) Kaji integritas kulit, catat perubahan turgor, gangguan warna, hangat lokal,

eritema, ekskoriasi.

Rasional : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan mobilisasi.

Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.

2) Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila klien tidak

bergerak atau di tempat tidur.

Rasional : Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit, membatasi iskemia

jaringan/mempengaruhi hipoksia selular.

3) Ajarkan agar permukaan kulit tetap bersih dan kering

Page 16: LP ANEMIA

Rasional : Area lembab terkontaminasi memberikan media yang sangat baik

untuk pertumbuhan organisme patogenik.

4) Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif

Rasional : Menghindari kerusakan kulit dengan mencegah/menurunkan

tekanan terhadap permukaan kulit

5. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet,

perubahan proses pencernaan, efek samping terapi obat.

Tujuan : Fungsi usus kembali normal

Kriteria hasil :

Tidak ada gangguan usus

Peningkatan nafsu makan

Intervensi :

1) Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.

Rasional : Membantu mengidentifikasi penyebab/faktor pemberat dan

intervensi yang tepat.

2) Auskultasi bising usus.

Rasional : Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun

pada konstipasi.

3) Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada

makanan/cairan.

Rasional : Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat

dalam identifikasi defisiensi diit.

4) Dorong masukan cairan 2500-3000 ml/hari.

Rasional : Membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi

dan membantu mempertahankan status hidrasi pada diare.

5) Hindari makanan yang membentuk gas.

Rasional : Menurunkan distres gastrik dan distensi abdomen.

6. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin, prosedur

invasif, penyakit kronis.

Tujuan : Mencegah/menurunkan risiko infeksi

Kriteria hasil :

Luka bebas drainase, purulen atau eritema dan demam

Tanda-tanda vital normal

Hemoglobin normal (14 – 16 g%)

Page 17: LP ANEMIA

Intervensi :

1) Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan klien.

Rasional : Mencegah kontaminasi silang.

2) Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur/perawatan luka.

Rasional : Menurunkan risiko infeksi bakteri.

3) Dorong perubahan posisi atau ambulasi yang sering, latihan batuk dan

napas dalam

Rasional : Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membatu

memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.

4) Tingkatkan masukan cairan adekuat.

Rasional : Membantu dalam pengenceran sekret pernapasan untuk

mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh.

5) Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa

demam.

Rasional : Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi atau

pengobatan.

6) Amati eritema/cairan luka.

Rasional : Indikator infeksi lokal.

7) Beri antibiotik oral selama indikasi.

Rasional : Antibiotik dapat menurunkan risiko infeksi.

Page 18: LP ANEMIA

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. (2001). Buku saku diagnosa keperawatan (edisi kedelapan). Jakarta : EGC.

Doengoes, Marillyn E., Mary Frances Moorhouse., & Alice C. Geissler. (1999). Rencana

asuhan keperawatan (edisi ketiga). Jakarta : EGC.

Hoffbrand, A.V., J.E. Pettit., Mary Frances Moorhouse., & Alice C. Geissler.(1996) Kapita

selekta hematologi (edisi kedua). Jakarta : EGC.

Leeson, C. Rolland., Thomas s. Leeson., & Anthony A. Paparo. (1996) Buku ajar histologi

(edisi kelima). Jarta : EGC.

Mansjoer, Arif., Supiohaita., Wahyu Ika Wardhani., & Wiwiek Setiowulan. (2000). Kapita

selekta kedokteran 2 (edisi ketiga).Jakarta : Media Aesculapius.

Price, Sylvia. A., Lorraine M. Wilson. (1994) Patofisiologi konsep klinis proses-proses

penyakit 1 (edisi keempat). Jakarta : EGC.

Reeves, Charlene J., Gayle Roux., & Robin Lockhart. (2001). Keperawatan medikal bedah

(edisi pertama). Jakarta : Salemba Medika.

Smeltzer, Suzanne C., Brenda G. Bare. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah

Brunner-Suddart (edisi kedelapan). Jakarta : EGC.

Tjokronegoro., Hendar Utama. (2001). Buku ajar ilmu penyakit dalam 2 (edisi ketiga).

Jakarta : Balai penerbit FKUI.