lp anemia defisiensi zat besi

37
LAPORAN PENDAHULUAN “ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI” A. PENGERTIAN. Anemia : Suatu keadaan dimana kadar HB dan atau hitung eritosit lebih rendah dari harga normal. Anemia defisiensi zat besi : Merupakan anemia Mikrosistik Hipokrom disertai penurunan jumlah sintesis hemoglobin. B. ETIOLOGI. 1. Perdarahan kronik. 2. Infestasi cacing tambang (Ankilostomiasis). 3. Diet yang tak mencukupi. 4. Absorbsi yang menurun. 5. Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, laktasi. 6. Perdarahan pada saluran cerna, manstruasi, donor darah. 7. Hemoglobinuria. 8. Penyimpanan besi yang berkurang seperti pada hemosiderosis paru. C. TANDA DAN GEJALA KLINIS. 1. Besi plasma kurang dari 40 mg per 100 ml. 2. Hb 6 – 7 mg per 100 ml. 1

Upload: nitut-vuoi-felice

Post on 20-Nov-2015

79 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

KDM

TRANSCRIPT

Laporan pendahuluan

LAPORAN PENDAHULUANANEMIA DEFISIENSI ZAT BESIA. PENGERTIAN.Anemia : Suatu keadaan dimana kadar HB dan atau hitung eritosit lebih rendah dari harga normal.

Anemia defisiensi zat besi : Merupakan anemia Mikrosistik Hipokrom disertai penurunan jumlah sintesis hemoglobin.

B. ETIOLOGI.1. Perdarahan kronik.2. Infestasi cacing tambang (Ankilostomiasis).3. Diet yang tak mencukupi.4. Absorbsi yang menurun.5. Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, laktasi.6. Perdarahan pada saluran cerna, manstruasi, donor darah.7. Hemoglobinuria.

8. Penyimpanan besi yang berkurang seperti pada hemosiderosis paru.C. TANDA DAN GEJALA KLINIS.1. Besi plasma kurang dari 40 mg per 100 ml.2. Hb 6 7 mg per 100 ml.3. Rambut rapuh dan halus.4. Kuku tipis, rata, mudah patah, bentuk seperti sendok (koilonikia).

5. Atropi Papilla lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah daging, meradang dan sakit.6. Tibul Stomatitis Angularis (pecah-pecah) dengan kemerahan dan rasa sakit di sudut-sudut mulut).7. Malnutrisi.8. Cepat lelah, taki kardi, palpitasi dan takipnea pada latihan fisik.

D. PENATALAKSANAAN.

1. Mengatasi penyebab pendarahan kronik, misalnya pada Ankilostomiosis diberikan Antelmintik yang sesuai.2. Pemberian preparat Fe.a. Fero sulfat 3 X 325 mg secara oral dalam kadaan perut kosong, dapat dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikkan bertahap.

b. Fero glukonat 3 X 200 mg secra oral sehabis makan.c. Iron Dekstran mengandung Fe 50 mg/ml, diberikan secara intramuscular, dan juga dapat pula diberikan intravena.

E. PATOFISIOLOGI.

F. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.1. Dasar Data Pengkajian Pasiena. Aktifitas/Istirahat.Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum.

Kehilangan produktivitas; penurunan semangat untuk bekerja.

Toleransi terhadap latihan rendah.

Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

Tanda : Takikardi/takipnea, dispnea pada bekerja atau istirahat.

Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.

Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

Ataksia, tubuh tidak tegak.

Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang yang menumjukan keletihan.b. Sirkulasi.

Gejala :

Riwayat kehilangan darah kronis, mis.. perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB); angina , CHF (akibat kerja jantung berlebihan).

Riwayat endokarditis infektif kronis.

Palpitasi.

Tanda :

TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural.

Disritmia: Abnormalitas EKG, mis.. depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardi.

Bunyi jantung : Murmur sistolik (DB).

Ekstrimitas (warna): pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak seperti pada keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (Aplastik, AP) atau kuning lemon terang (PA).

Sclera: Biru atau putih seperti mutiara (DB).

Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah keperifer dan vasokontriksi kompensasi).

Kuku: mudah patah, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

c. Integritas Ego.Gejala :

Keyakinan agama/ budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, missal : penolakan transfusi darah.

Tanda :

Depresi.

d. Eliminasi.

Gejala ;

Riwayat Pielonefritis, gagal ginjal.

Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).

Daiare atau konstipasi.

Penurunan haluaran urine.

Tanda :

Distensi abdomen.

e. Makanan dan cairan.

Gejala :

Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB).

Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).

Mual/ muntah, dyspepsia, anoreksia.

Adanya penurunan berat badan.

Tidak pernah puas mengunyah atau pika untuk es, kotoran tepung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).Tanda :

Lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat.

Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB).

Stomatitis dan glositis (status defisiensi).

Bibir : selitis, misal; inflamasi bibir dengan sudut bibir pecah (DB).

f. Higiene.Tanda :

Kurang bertenaga, penampilan tak rapih.

g. Neurosensori.

Gejala :

Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi.

Insomnia, penurunan pengelihatan, dan bayangan pada mata.

Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah, parestesia tangan/kaki (AP). Klaudisasi.

Sensasi menjadi dingin.

Tanda :

Peka rangsang, depresi, gelisah, cenderung tidur, apatis.

Mental : tak mampu berespon lambat dan dangkal.

Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP).

Epistaksis, perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Ganggua koordinasi ataksia, penurunan rasa getar pada posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).

h. Nyeri/Kenyamanan.Gejala :

Nyeri abdomen samara, sakit kepala (DB).

i. Pernafasan.Gejala :

Riwayat TB, Abses Paru. Nafas pendek pada istirahat dan aktifitas.

Tanda :

Takipnea, ortopnea, dan dispnea.

j. Keamanan.

Gejala :

Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, mis, benzene, insektisida, fenilbutason, naftalen.

Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan.

Riwayat kangker, terapi kangker.

Tidak toleran terhadap dingin dan/atau panas.

Transfuse darah sebelumnya.

Gangguan pengeliatan.

Penyembuhan luka buruk, sering infeksi.

Tanda :

Demam rendah, menggigil, berkeringat malam.

Limfadenopati umum.

Petekie dan ekimosis (aplastik).

k. Sexsualitas.Gejala :

perubahan aliran menstruasi, missal menoragia atau amenore (DB).

Hilang libido (pria dan wanita).

Impotent.

Tanda :

Serviks dan dinding vagina pucat.

l. Penyuluhan/Pembelajaran.Gejala :

Kecenderungan keluarga untuk anemia (DB/AP). Penggunaan antikonvulsan masa lalu/saat ini antibiotic, agen kemoterapi (gagal susum tulang), aspirin, obat antiinflamasi atau antikoagulan).

Penggunaan alcohol kronis.

Adanya/berulangnya episode perdarahan aktif (DB).

Riwayat penyakit hati, ginjal, masalah hematology: penyakit seliak atau penyakit malabsorpsi lain, enteritis regional, manisfestasi cacing pita, poliendokrinopati, masalah autonium (missal, antibody pada sel pariental, factor intrinsic, antibody tiroid dan sel T). Pembedahan sebelumnya. Missal, Splenektomi, eksisi tumor, penggantian katub prostetik, eksisi bedah duodenum atau reseksi gaster, gastrektomi parsial/total (DB/AP).

Riwayat adanya masalah dengan adanya penyembuhan luka atau perdarahan: infeksi kronis, (RA), penyakit granulomatus kronis, atau kangker sekunder (sekunder anemia).

Pertimbangan :

DRG menunjukan rerata lama dirawat 4 6 hari.

Rencana Pemulangan :

Dapat memerlukan bantuan dalam pengobatan (injeksi), aktivitasperawatan diri dan/atau pemeliharaan rumah, perubahan rencana diet.

2. Pemeriksaan Diasnotik.Jumlah Darah Lengkap (JDL): Hemoglobin Dan Hematokrit Menurun. Jumlah eritrosit: Menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume korpuskuler rerata) dan MCH (hemoglobin korpus rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (Aplastik).

Jumlah retikulosit : Bervariasi, missal menurun (AP), meningkat (respon sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).

Pewarnaan SDM: Mendekati perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe kusus anemia).

LED : Peningkatan menunjukan adanya reaksi inflamasi, missal peningkatan kerusakan SDM atau penyakit malignasi.

Masa hidup SDM: Berguna dalam membedakan diagnosa anemia, missal pada tipe anemia tertentu, SDM mempunyai waktu hidup lebih pendek.

Tes kerapuhan eritosit: Menurun (DB).

SDP : Jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).

Jumlah Trombosit: Menurun (Aplastik); Meningkat (DB); Normal Atau Tinggi (Hemolotik). Hemoglobin elektroferesis: mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.

Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).

Folat serum dan vitamin B12 :Membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorbsi.

Besi serum: tak ada (DB), tinggi (hemolitik).

TIBC serum: Meningkat (DB).

Feritin serum: menurun (DB).

Masa perdarahan : memanjang (aplastik).

LDH serum: mungkin meningkat (AP).

Tes schilling: penurunan ekskresi vitamin B12 urine (AP).

Guaiak: mungkin positif untuk darah pada urine, feses dang aster, menunjukan perdarahan akut /kronis (DB).

Analisa gaster: penurunan sekresi dengan peningkatan PH dan tak adanya asam hidrokolik bebas (AP).

Aspirasin sumsum tulang/pemeriksaan biopsy: Sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk membedakan tipe anemia, missal, peninkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).

Pemeriksaan endoskopik dan radiografik: memeriksa sisa perdarahan, perdarahan GI.3. Intervensi Keperawatan.

Masalah Keperawatan Atau Diagnosa Keperawatan.a. Perubaha pervusi jaringan behubungan dengan penuruna komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrient ke sel.b. Intoleran aktifitas berhungan dengan ketidak seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.

d. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist (anemia), deficit nutrisi, gangguan mobilitas.

e. Konstipasi atau diare berhungan dengan penuruna masukan diet, perubahan proses pencernaan, efek samping terapi obat.

f. Resiko tinggi terhadap infeksi berhungan dengan pertahana sekunder tidak adekuat, pertahanan utama tidak adekuat.g. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhungan dengan kurang mengingat, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

Perioritas Keperawatan.a. Peningkatan perfusi jaringan.

b. Memberikan kebutuhan nutrisi / cairan.

c. Mencegah komplikasi.

d. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis, dan program pengobatan.

Tujuan Pemulangan.a. Kebutuhan aktifitas sehari-hari terpenuhi mandiri atau dengan bantuan orang lain.

b. Komplikasi tercegah atau minimal.

c. Proses penyakit atau proknosis dan program terapi dipahami.

3.1 a.Diagnosa Keperawatan:Perfusi jaringan, perubahan: (uraikan).

b.Dapat Dihubungkan Dengan:Penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen /nutrient ke sel.

c.Kemungkian Dibuktikan Oleh: palpitasi, angina.

Kulit pucat membrane mukosa, kering, kuku dan rambut rapuh.

Ekstremits dingin.

Penurunan haluaran urine.

Mual/muntah, destensi abdomen.

Perubahan TD, pengisian kapiler lambat.

Ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi.d.Tujuan:

Menunjukan perfusi adekuat missal, tanda vital stabil, membrane mukosa warna merah muda, pemgisian kapiler baik, haluran urine adekuat, mental seperti biasa.

Tindakan Atau Intervensi.Rasional.

Mandiri.a. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit atau membrane mukosa, dasar kuku.

b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

c. Awasi upaya pernafasan, auskultasi bunyi nafas perhatikan bunyi adventisius.

d. Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.

e. Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori, bingung.

f. Orientasi/orientasikan ulang pasien sesuai kebutuhan. Catat jadwal dan aktifitas pasien untuk dirujuk. Berikan cukup waktu untuk pasien berfikir, komunikasi dan aktifitas.

g. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi.

h. Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.Kolaborasi.

a. Awasi pemeriksaan laboratorium, missal, HB/HT dan jumlah SDM, GDA.b. Berikan SDm darah lengkap/packet, produk darah sesuai indikasi. Awasi ketat untuk proses transfuse.

c. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi.

d. Siapkan interfensi pembedahan sesuai indikasi.Mandiri.a. Memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.

b. Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan: kontraindikasi bila ada hipotensi.c. Dispnea, gemericik menunjukan GJK karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.

d. Iskemia selular mempengaruhi jaringan miokerdial/potensial resiko infark.

e. Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia atau defisiensi vitamin B12.

f. Membantu memperbaiki proses piker dan kemampuan melakukan/ mempertahankan kebutuhan AKS.

g. Vasokontriksi (keorgan vital) menurunkan sirkulasi perifer. Keyamanan pasien/kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi (penurunan perfusi organ).

h. Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.

Kolaborasi.a. Mengidentifikasi definisi dan kebutuhan pengobatan/respon terhadap terapi.b. Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki definisi untuk menurunkan resiko perdarahan.

c. Memaksimalkan transport oksigen kejaringan.d. Trasplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum tulang/anemia aplastik.

3.2a.Diagnosa Keperawatan.Intoleran aktifitas.

b.Dapat Dihubungkan Dengan.

Ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kenutuhan.

c.Kemungkinan Dibuktikan Oleh.

Kelemahan dan kelelahan.

Mengeluh penurunan toleransi aktifitas/latihan.

Lebih banyak memerlukan istirahat/tidur.

Palpitasi, takikardia, peningkatan TD/respons pernapasan dengan kerja ringan.

d.Tujuan:

Melaporkan peningkatan toleransi aktifitas (termasuk aktifitas sehari-hari). Menunjukan penurunan tnda fisiologis intoleransi, missal. Nadi, pernafasan, dan TD masih dalam rentang normal pasien.Tindakan Atau Intervensi.Rasional.

Mandiri.a. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas/AKS normal, catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas.

b. Kaji kehilangan/ gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.c. Awasi TD, nadi, pernafasan, selama dan sesudah aktifitas. Catat respon terhadap tingkat aktifitas (missal, peningkatan denyut jantung/TD, disritmia, pusing, dispnia, takipnea, dan sebagainya).

d. Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Pantau dan batasi pengunjung, elepon dan gangguan berulang tindakan yang tak direncanakan.e. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.

f. Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat. Pilih periode istirahat dengan periode aktifitas.

g. Berikan bantuan dalam aktivitas/ ambulansi bila perlu, memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin.

h. Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, termasuk aktifitas yang pasien pandang perlu. Tingkatkan tingkat aktifitas sesuai toleransi.

i. Gunakan teknik penghematan energi, missal, mandi dengan duduk, duduk untuk melakukan tugas-tugas.

j. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktifitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi. Mandiri.a. Mempengaruhi pilihan interfensi/ bantuan.

b. Menunjukan perubahan neurologist karena defisensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/ resiko cedera.c. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.

d. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.

e. Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cidera.

f. Mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regangan pada system jantung pernafasan.

g. Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri.

h. Meningkatkan secara bertahap tingkat aktifitas sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meningkatkan harga diri dan rasa terkontrol.

i. Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpanagn energi dan mencegah kelemahan.

j. Regangan/stress kardiopulmunal berlebihan/stress dapat menimbulkan dekompensasi/kegagalan.

3.3a.Diagnosa Keperawatan.

Nutrisi, perubahan: kurang dari kebutuhan tubuh.

b.Dapat Dihubungkan Dengan.

Kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal.

c.Kemungkinan Dibuktikan Oleh.

Penurunan berat badan dibawah normal untuk usia, tinggi, dan bangun badan. Penurunan lipatan kulit trisep.

Perubahan gusi, membrane mukosa mulut. Penurunan toleransi untuk aktivitas, kelemahan dan kehilangan tonus otot.

d.Tujuan.

Menunjukan penungkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal.

Tidak mengalami tanda malnutrisi.

Menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.

Tindakan Atau Intervensi.Rasional.

Mandiri.a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.b. Observasi dan catat masukan makanan pasien.c. Timbang berat badan tiap hari.

d. Berikan makan sedikit dan frekuensi dering dan/atau makanan diantra waktu makan.e. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan.

f. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik, sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka.

Kolaborasi.

a. Konsul pada ahli gizi.

b. Pantau pemeriksaan laboratuprium, missal, HB/HT, BUN, albumin, protein, Transferin, Besi serum, B12, Asam folat, TIBC, Elektrolit serum. Berikan obat sesuai indikasi missal.

Vitamin dan suplemen mineral, missal: sianokobalamin (B12), asam Folat (Flovite), asam Askorbat (Visatamin C). Besi Dextran (IM/IV).

Tambahan besi oral missal: fero sulfat (Feosol), fero glukonat (HCI).

Asam hidronat (HCL).

c. Anti jamur atau pencuci mulut anestetik jika diindikasi.

d. Berikan diet halus, rendah serat, menghindari makanan panas, pedas, atau terlalu asam sesuai indikasi.

e. Berikan suplemen nutrisis, missal: Ensure, Isocal.Mandiri.a. Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.

b. Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.

c. Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas intervensi nutrisi.d. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pe -masukan juga mencegah distensi gaster.

e. Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ.f. Meningkatkan nafsu makan dan peningkatan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut kusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/ luka / perdarahan dan nyeri berat.Kolaborsi.a. Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.b. Meningkatkan efektifitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang diberikan.

Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.

Diberikan sampai deficit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat diabsorbsi atau terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk penggantia oral menjadi efektif.

Mungkin berguna pada beberapa tipe anemia defisiensi besi. Mempunyai sifat absorbsi vitamin B12 selama minggu pertama terapi.

c. Mungkin diperlukan pada adanya stomatitis/glositis untuk meningkatkan penyembuhan jaringan mulut dan memudahkan masukan.

d. Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi pasien.

e. Meningkatkan masukan protein dan kalori.

3.4a.Diagnosa Keperawatan.

Intergritas kulit, kerusakan resiko tinggi terhadap.

b.Faktor Resiko Meliputi.

Perubahan sirkulasi dan neurologist (anemia).

Gangguan mobilitas.

Deficit nutrisi.

c.Kemungkinan Dibuktikan Oleh.

Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa actual.d.Tujuan.

Mempertahankan integritas kulit.

Mengidentifikasi factor resiko/perilaku individu untuk mencegah cidera dermal.

Tindakan Atau Intervensi.Rasional.

Mandiri:a. Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema, ekskoriasi.

b. Ubah posisi secara periodic dan pijat permukaan tulang bila pasien tidak bergerak atau ditempat tidur.c. Ajarkan permukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.

d. Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif.

Kolaborasi.

Gunakan alat pelindung missal, kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air, pelindung tumit/siku, dan bantal sesuai indikasi. Mandiri.a. Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.

b. Meningkatkan sirkulasi kesemua area kulit membatasi iskemia jaringan/ mempengaruhi hipoksia seluler.

c. Area lembab, terkontaminasi memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan dan meningkatkan iritasi.

d. Meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah statis.

Kolaborasi. Menghindari kerusakan kulit dengan mencegah/menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit.

3.5a.Diagnosa Keperawatan.

Konstipasi atau diare.

b.Dapat Dihubungkan Dengan. Penurunan masukan diet, perubahn proses pencernaan. Efek samping terapi obat.

c.Kemungkinan Dibuktikan Oleh.

Perubahan pada frekuensi, karakteristik, dan jumlah feses.

Mual/muntah, penurunan nafsu makan.

Laporan nyeri abdomen tiba-tiba, kram.

Gangguan bunyi usus.

d.Tujuan.

Membuat/kembali pola normal pada fungsi usus.

Menunjukan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab, factor pemberat.

Tindakan Atau Intervensi.Rasional.

Mandiri.a. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.b. Auskultasi bunyi usus.c. Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian pada makanan/cairan.

d. Dorong masukan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung.

e. Hindari makanan yang membentuk gas.

f. Kaji kondisi kulit parianal dengan sering, catat perubahan dalam kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan parianal setiap defekasi jika terjadi diare.

Kolaborasi.

a. Konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet seimbang dengan tinggi serat dan bulk.

b. Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk, atau enema sesuai indikasi, pantau keefektifan.

c. Berikan obat anti diare, missal, difenoksilat hidroklorida dengan atropine (lomotil) dan obat pengabsorpsi air, missal, Metamucil.Mandiri.a. Membantu mengidentifikasi penyebab/ factor pemberat dan intervensi yang tepat.

b. Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.c. Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet.

d. Membantu dalam memperbaiki konsistensi. Akan membantu mempertahankan status dehidrasi pada diare.

e. Menurunkan distress gastric dan distensi abdomen.

f. Mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.

Kolaborasi.a. Serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi.

b. Mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.

c. Menurunkan mobilitas usus bila diare terjadi.

3.6a.Diagnosa Keperawatan.Infeksi, resiko tinggi terhadap.

b.Faktor Resiko Meliputi.

Pertahanan sekunder, tidak adekuat, missal, penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respon inflamasi tertekan).

Pertahanan utama tidak adekuat, missal, kerusakan kulit, statis cairan tubuh, prosedur invasive, penyakit kronis, malnutrisi.

c.Kemungkinan Dibuktikan Oleh.

Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa actual.

d.Tujuan.

Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi.

Meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

Tindakan Atau Intervensi.Rasional.

Mandiri.a. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.

b. Dorong perubahan posisi.ambulasi yang sering. Latihan batuk, dan nafas dalam.

c. Tingkatkan cairan adekuat.

d. Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan. Batasi tumbuhan hidup/bunga potong.e. Pantau suhu. Catat adanya menggil dan takikardi dengan atau tanpa demam.

f. Amati eritema/cairan luka.

Kolaborasi.

a. Ambil specimen untuk kultur/ sensitivitas sesuai indikasi.

b. Berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik.Mandiri.a. Menurunkan resiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.

b. Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu mobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.

c. Membantu dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh (missal, pernafasan dan ginjal).

d. Membatasi pemajanan pada bakteri/ infeksi. Perlindungan isolasi dapat dibutuhkan pada anemia aplastik. Bila respon imun sangat terganggu.

e. Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evalusi/pengobatan.

f. Indikator inveksi local. Catatan: pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.

Kolaborasi.

a. Membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen kusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan.

b. Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses inveksi local.

3.7a.Diagnosa Keperawatan.

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

b.Dapat Dihubungkan Dengan.

Kurang terpajan/mengingat.

Salah interprestasi informasi.

Tidak mengenal sumber informasi.

c.Kemungkinan Dibuktikan Oleh.

Pertanyaan meminta informasi.

Pernyataan salah konsepsi.

Tidak adekuat mengikuti instruksi.

Terjadi komplikasi yang dapat dicegah.d.Tujuan.

Menyatakan pemahaman konsep penyakit, prosedur diagnostic, dan rencana pengobatan.

Mengidentifikasi factor penyebab.

Melakukan tindakan yang perlu/perubahan pola hidup.

Tindakan Atau Intervensi.Rasional.

Mandiri.a. Berikan informasi mengenai anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia.b. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.

c. Jelaskan darah diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan memperburuk anemia.

d. Tinjau perubahan diet yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan diet khusus (ditentukan oleh tipe anemia/defisiensi)

e. Kaji sumber-sumber, missal: keuangan dan memasak.

f. Dorong untuk menghentikan merokok.

g. Intruksikan dan peragakan pemberian mandiri preparat besi oral.

Diskusikan pentingnya hanya meminum obat yang diresepkan.

Sarankan minum obat dengan makanan atau segera setelah makan.

Encerkan preparat cair dan berikan dengan sedotan.

Peringatkan bahwa feses dapat tampak hitam kehijauan seperti ter.

Tekankan pentingnya memeli hara kebersihan mulut.

Instruksikan pasien/orang terdekat tentang pemberian besi parenteral:1. Pemberian obat dengan Z-track.

2. Gunakan jarum terpisah untuk mengambil obat dan injeksi.3. Peringatkan kemungkinan tentan kemungkunan reaksi sistemik, missal: kemerahan pada wajah, muntah, mual, mialgia. Dan diskusikan tentang pentingnya melaporkan gejal.

4. Diskusikan kerantaan terhadap infeksi, tanda/gejala yang memerlukan intervensi medis, missal: demam, sakit tenggorok, eritema/luka basah, urine berkabut, rasa terbakar saat defekasi.

5. Identifikasi masalah, missal: bukti meniup hidung dengan keras, olah raga kontak, konstipasi atau feses keras, penggunaan pencukur elektrik, sikat gigi halus.

6. Telaah kebersiahn mulut, pentingnya perawatan gigi teratur.

7. Instruksikan untuk menggunakan produk aspirin.

8. Rujuk kesumber komunitas yang tepat bila indikasi, missal: kupon makanan dari pelayanan social, meal-on-wheels.Mandiri.1. Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.2. Ansietas/takut tentang ketidak tauan meningkatkan beban jantung. Pengetahuan tentang apa yang diper kirakan menurunkan ansietas.

3. Ini sering merupakan kekawatiran yang tidak diungkapkan yang dapat memperkuat ansietas pasien.

4. Daging merah, hati, kuning telue, sayuran berdaun hijau, biji bersekam dan buah yang dikeringkan adalah sumber asam folat dan vitamin C (meningkatkan Absorbsi besi).5. Sumber tidak adekuat dapat mempengaruhi kemampuan untuk membuat/menyiapkan makanan yang tepat.

6. Menurunkan ketersediaan oksigen dan menyebabkan vasokontriksi.

7. Penggantian besi biasanya membutuhkan waktu 3-6 bulan. Sementara injeksi vitamin B12 mungkin perlu untuk selama hidup pasien.

Kelebihan obat dosis besi dapat menjadi toksik.

Besi paling baik diabsorbsi pada lambung kosong. Namun garam besi merupakan iritan lambung dan dapat menyebabkan dyspepsia, diare dan distensi abdomen bila diminum saat lambung kosong.

Besi yang tidak dilarutkan dapat menempel di gigi. Asam askorbat meningkatkan absorbsi besi.

Pengeluaran besi berlebihan akan merubah warna feses.

Suplemen besi tertentu. Missal: fosol dapat meninggalkan sisa pada gigi dan gusi.

1. Mencegah ekstra vasasi (kebocoran) dengan nyeri yang menyertai.2. Obat dapat mewarnai kulit.

3. Kemungkinan efek terapi memerlukan evaluasi ulang untuk pilihan dan dosis obat.

4. Penurunan produksi lekosit potensial resiko untuk infeksi, catatan : cairan purulen bukan bentuk abses granulosit (aplastik).

5. Menurunkan resiko perdarahan dari jaringan yang rapuh.

6. Efek anemia (lesi oral) dan/atau suplemen besi meningkatkan risiko infeksi/bakterimia.

7. Meningkatkan kecenderungan perdara han.8. Mungkin memerlukan bantuan dengan persiapan makan/penjual makanan.

DAFTAR PUSTAKA.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi pada Praktik Klinis . ed. E. EGC : Jakarta.

Kumala, Poppy , dkk. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. EGC : Jakarta.

Kozier , Barbara. BA. 1984. Fundamental Of Nurcing, Concept and Prosedur. Ed. 3. Addison Wesley Publishing Company : Philadhelpia.

Mansjoer. Arif . dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran , ed. 3. jilid 2. Media Ausculapius FK UI : Jakarta.

Priharjo . Robert. 1993 . Pemenuhan Aktifitas Istirahat Pasien. EGC : Jakarta.

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI

Disusun :

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KJR (201)

Keperawatan Medikal Bedah I.

Disusun Oleh :

Kelas II.aAnang Satrianto (0201100002)

Frida Yuniartika (0201100018)

Much. Basuki S. (0201100022)

Siti Rukaya (0201100030)

Veny Septiana Wulan (0201100073)

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

PRODI KEPERAWATAN

2003KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas kehendak-Nyalah penyusunan Makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah I tahun ajaran 2002-2003. Setelah melalui beberapa tahapan Akhirnya Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik apabila tidak didukung oleh beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth. Bp. Joko Pitoyo, Skp, Mkep. selaku koordinator dosen Keperawatan Medical Bedah I.

2. Yth. Ibu Tavib Dwi W, S.kep. Ns. selaku dosen mata ajaran Keperawatan Medical Bedah I.

3. Semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penyusun harapkan. Dan makalah ini penyusun persembahkan kepada para pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Malang, 1 November 2003

Penyusun

(Kelas II.A)

PAGE 24