literatur hama

Upload: ahmad-idhan-rifaldi

Post on 14-Oct-2015

35 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Jurnal Litbang Pertanian, 22(2), 2003 57

    Hama pengisap buah Helopeltis an-tonii (Hemiptera; Miridae) merupa-kan salah satu kendala utama pada budidaya kakao di Indonesia. Hama inimenimbulkan kerusakan dengan caramenusuk dan mengisap cairan buahmaupun tunas-tunas muda. Seranganpada buah muda menyebabkan matinyabuah tersebut, sedangkan serangan padabuah berumur sedang mengakibatkanterbentuknya buah abnormal. Akibatnya,daya hasil dan mutu kakao menurun.Serangan berat H. antonii dalam satumusim dapat menurunkan daya hasil rata-rata 42% selama tiga tahun berturut-turut(Wardoyo 1988).

    Selain menyerang buah, H. antoniijuga menyerang tunas-tunas muda atau

    pucuk. Serangan berat dan berulang-ulang pada pucuk dapat menekan pro-duksi kakao sekitar 3675% (Sulistyowatidan Sardjono 1988). Usaha untukmelindungi buah kakao dari serangan H.antonii dapat dilakukan dengan me-ngembangkan populasi semut pada buahkakao (Wardoyo 1988). Namun, menurutSulistyowati dan Sardjono (1988),penanggulangan serangan H. antoniipada tanaman kakao masih mengguna-kan insektisida sebagai pilihan utama.Di beberapa kebun di Sumatera, penang-gulangan hama tersebut dilakukandengan insektisida yang dikombinasikandengan semut hitam.

    H. antonii Signoret juga merupakansalah satu hama yang sering menimbul-

    kan kerugian di beberapa kebun teh.Populasi hama lebih dari 8 ekor/m2(terdiri atas 2 ekor dewasa dan 6 ekornimfa) atau intensitas serangan 65,50%dapat menurunkan produksi pucuk tehklon Kiara-8 sebesar 87,60% selama 8minggu (Dharmadi 1989). MenurutWidayat et al. (1996), H. antonii hampirselalu menjadi masalah di berbagaiperkebunan teh di Indonesia. Kehilanganhasil yang diakibatkan oleh H. antoniidapat mencapai 40% bahkan lebih.Menurut Sukasman (1996), seranganyang berat dapat menimbulkan kerugiansekitar 50100%. Untuk menanggulangiserangan H. antonii pada tanaman tehdan menekan populasinya dapat di-lakukan dengan pemangkasan tanaman,

    STATUS Helopeltis antonii SEBAGAI HAMA PADABEBERAPA TANAMAN PERKEBUNAN

    DAN PENGENDALIANNYA

    Warsi Rahmat Atmadja

    Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jalan Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111

    ABSTRAK

    Helopeltis antonii merupakan hama utama pada tanaman perkebunan (jambu mete, kakao, dan teh), sehinggakeberadaannya di lapang perlu mendapat perhatian yang serius. Siklus hidupnya lebih kurang 24 hari, dan selamahidupnya mengalami lima kali pergantian kulit. H. antonii merusak tanaman sejak di pembibitan. Bagian tanamanyang diserang adalah pucuk, daun muda, tunas, tangkai muda, ranting muda, bunga, buah, dan biji. Pengendalian H.antonii dengan insektisida sintetis telah terbukti efektif, tetapi berpotensi menimbulkan dampak negatif sehinggaumumnya digunakan sebagai alternatif terakhir. Alternatif pengendalian lainnya seperti pengendalian secara mekanis,fisik, kultur teknis, dan hayati belum dilakukan secara optimal. Pengendalian dengan musuh alami mempunyaiprospek yang cukup baik untuk dikembangkan karena aman bagi lingkungan dan musuh alami tersedia di alam.

    Kata kunci: Helopeltis antonii, tanaman perkebunan, pengendalian

    ABSTRACTStatus of Helopeltis antonii as a pest of some estate crops and its control

    Helopeltis antonii is a main pest of estate crops (cashew, cacao, and tea), therefore its existence needs a seriousattention. The lifecycle of H. antonii is about 24 days and during its life it molted five times. The pest destroysplant since the cultivation of seedling. The parts of the plant destroyed are the tip of the leaf, young leaf, bud,young stem and branch as well as flower, fruit and seed. The control of H. antonii using synthetic insecticide wasproved effectively, however, it caused negative impact so that, generally, it is applied as the last alternative. Theother controls such as mechanically, physically, technical culture and biocontrol have not been applied optimally.The control using natural enemies has a good prospect to be developed since it is safe to the environment andnaturally provided.

    Keywords: Helopeltis antonii, estate crops, control

  • 58 Jurnal Litbang Pertanian, 22(2), 2003

    pengaturan daur petik pucuk teh,penggunaan klon unggul, penggunaaninsektisida sintetis, tanaman inang, danmusuh alami (Dharmadi 1990).

    Selain pada kakao dan teh, H. antoniimerupakan hama penting pada tanamanjambu mete. Menurut Nair et al. (1979)dan Ohler (1979), hama ini menyerangpucuk, tangkai bunga, dan buah muda.Daun yang terserang H. antonii terhambatpertumbuhannya dan menjadi kering.Serangan pada bunga menyebabkankegagalan pembuahan. Buah yangterserang menunjukkan gejala bercak-bercak cokelat atau hitam yang akhirnyamengering dan gugur.

    Pada tanaman jambu mete, serangansudah dianggap membahayakan biladaun-daun muda sudah banyak yangterserang. Untuk mengendalikannyadapat digunakan insektisida nabati,semut hitam, semut rangrang, danBeauveria bassiana (Wikardi et al. 1996).Menurut Karmawati et al. (2001), peng-gunaan B. bassiana merupakan carayang paling efektif untuk mengendalikanH. antonii dan mempertahankan pro-duksi gelondong jambu mete.

    Tulisan ini mengungkapkan hasilpenelitian maupun studi literatur tentanghama H. antonii yang menyerang tanamankakao, jambu mete, dan teh serta ke-mungkinan pengendaliannya.

    BIOLOGI Helopeltis antonii

    Helopeltis spp. termasuk ke dalam ordoHemiptera, famili Miridae. Serangga inibertubuh kecil ramping dengan tandayang spesifik yaitu adanya tonjolan yangberbentuk jarum pada mesoskutelum.Helopeltis merupakan genus yangmempunyai banyak spesies. Di Indonesia,spesies yang banyak merusak tanamanjambu mete, kakao, dan teh adalahH. antonii dan H. theivora Waterh(Nanopriatno 1978; Soenaryo danSitumorang 1978; Djamin 1980).

    Stadium Telur

    Menurut Kilin dan Atmadja (2000), telurmulai diletakkan serangga betina padapucuk jambu mete pada hari kelimasampai ketujuh dari saat serangga men-jadi dewasa. Telur diletakkan secara ber-kelompok 23 butir dalam jaringantanaman yang lunak seperti bakal buah,ranting muda, bagian sisi bawah tulang

    daun, tangkai buah, dan buah yang masihmuda. Setiap ekor serangga betinameletakkan telur rata-rata 18 butir.

    Menurut Wardoyo (1983), jumlahtelur yang dihasilkan oleh seekorserangga betina selama hidupnya padatanaman kakao rata-rata mencapai 121,90butir (67229 butir) dan banyaknya teluryang menetas rata-rata 71,70 butir (23134 butir), atau fertilisasi telur 58,80%(34,2085,50%). Keberadaan telur padajaringan bagian tanaman ditandai denganmunculnya benang seperti lilin agakbengkok dan tidak sama panjangnya di-permukaan jaringan tanaman. Dalamwaktu 68 hari, telur-telur tersebut mulaimenetas menjadi nimfa (Bagian Ilmu Hamadan Penyakit Tanaman 1971; Sudarmadji1979; Sudarsono 1980). (Gambar 1).

    Stadium Nimfa

    Pada pucuk tanaman jambu mete, waktuyang diperlukan mulai saat menetas

    sampai menjadi dewasa adalah 1115hari. Selama itu, nimfa mengalami limakali ganti kulit. Pergantian kulit pertama,kedua, ketiga, keempat, dan kelimaberturut-turut adalah 2; 3; 2,5; 2,5; dan 3hari (Kilin dan Atmadja 2000).

    Pada tanaman kakao, periode nimfaberkisar antara 1113 hari. Lama per-gantian kulit pertama, kedua, ketiga, dankeempat adalah 23 hari, sedangkan lamainstar kelima 34 hari (Wardoyo 1983).Pada tanaman jambu mete, lama perganti-an kulit instar pertama, kedua, ketiga,keempat, dan kelima berturut-turut adalah4, 2, 2, 2, dan 4 hari. Periode stadia nimfaberkisar antara 1014 hari (Wiratno et al.1996).

    Instar pertama berwarna cokelatbening, yang kemudian berubah menjadicokelat. Untuk nimfa instar kedua, tubuhberwarna cokelat muda, antena cokelattua, tonjolan pada toraks mulai terlihat.Nimfa instar ketiga tubuhnya berwarnacokelat muda, antena cokelat tua, tonjol-an pada toraks terlihat jelas dan bakalsayap mulai terlihat. Nimfa instar keempatdan kelima ciri morfologinya sama (Gambar2).

    Stadium Dewasa

    Pada tanaman jambu mete, nimfa instarpertama sampai serangga dewasamemerlukan waktu 24 hari. Rata-ratalamanya hidup serangga betina dewasaadalah 18,90 hari (716 hari), dan seranggadewasa jantan 19,80 hari (637 hari) (Kilindan Atmadja 2000). Menurut Wiratno etal. (1996), rata-rata lamanya hidupserangga dewasa jantan dan betinaGambar 1. Telur Helopeltis antonii.

    Gambar 2. Nimfa Helopeltis antonii.

  • Jurnal Litbang Pertanian, 22(2), 2003 59

    pada tanaman jambu mete berkisar 24hari.

    Hasil penelitian Wardoyo (1983)menunjukkan bahwa pada buah kakao,dari setiap 30 ekor nimfa yang menetasdapat diperoleh 2429 ekor (rata-rata 26,70ekor) serangga dewasa, dengan per-bandingan 1,30 betina dan 1 jantan. Lamahidup serangga betina berkisar antara 1042 hari, sedangkan serangga jantan 852hari (Gambar 3).

    KERUSAKAN YANGDITIMBULKAN

    Tanaman Jambu Mete

    Di pembibitan, nimfa instar pertama dankedua pertama-tama menyerang daunmuda kemudian pucuk. Gejala seranganditandai dengan adanya bercak-bercaktransparan berbentuk elips di sepanjangtepi tulang daun dan bentuk segi empatpada helai daun. Bercak tersebut pada hariberikutnya berubah warna menjadi cokelat.Serangan yang berat dapat menyebabkankematian tanaman. Nimfa instar ketigamenyerang tunas kemudian ke bagianbatang. Gejala serangan ditandai denganadanya bercak cokelat tua berbentuk elips.Serangan nimfa pada bibit yang berumur23 bulan menyebabkan pertumbuhanbibit terhambat (Wiratno et al. 1996).

    Nimfa instar keempat dan kelimamengisap cairan pucuk lebih banyakdibanding serangga dewasa. Nimfa instarkelima dan serangga betina lebih ber-

    potensi menimbulkan kerusakan di-banding nimfa instar pertama, kedua,ketiga, keempat, dan serangga jantan(Atmadja 1999). Menurut Karmawati et al.(1999), nimfa H. antonii terutamamenyerang bagian tengah dan bawahtajuk tanaman.

    Serangga dewasa mula-mula me-nyerang daun muda, kemudian berlanjutke bagian batang yang muda. Gejalaserangan ditandai dengan timbulnyabercak cokelat tua berukuran 810 mm.Serangan berat pada pucuk menyebabkanpucuk mati sehingga mempengaruhipembungaan. Bila serangan terjadi padasaat pertumbuhan tanaman memasukifase generatif, pucuk tidak dapat meng-hasilkan tangkai bunga.

    Selain menyerang pucuk, daun mudadan bunga, H. antonii juga menyerangbuah semu. Serangan pada buah semuyang berumur lebih dari 5 minggumenyebabkan pertumbuhan buah tidaknormal. Bila serangan terjadi pada buahyang berumur kurang dari 4 minggu, buahakan mengering, berwarna hitam kemudi-an gugur (Wiratno et al. 1996).

    Menurut Nair et al. (1979) dan Ohler(1979), H. antonii menyerang daun,cabang bunga, gelondong, dan buahsemu jambu mete. Daun yang terserangterhambat pertumbuhannya dan menjadikering. Serangan pada bunga me-nyebabkan kegagalan pembuahan. Buahsemu yang terserang berwarna cokelattua (hitam) akhirnya mengering dangugur. Berdasarkan hasil penelitianKarmawati et al. (1999), imago H. antoniimemberikan kontribusi terhadap kerusak-an pada bagian atas tajuk tanaman.

    Tanaman Kakao dan Teh

    H. antonii merupakan hama penting padatanaman kakao di Jawa dan SumateraUtara. Bagian tanaman yang diserangadalah daun muda, tangkai daun, pucuk,dan buah. Pucuk yang terserang terutamayang masih lunak dengan daun belummembuka. Buah yang disenangi adalahyang masih muda dan yang mendekatimatang. Buah yang terserang menunjuk-kan bekas tusukan berupa bercak-bercak hitam pada permukaan buah.Pada serangan berat, seluruh permukaanbuah dipenuhi oleh bekas tusukanberwarna hitam dan kering, kulitnyamengeras serta retak-retak (Djamin 1980).Serangan berat pada buah muda yangberukuran kurang dari 5 cm menyebabkanbuah kering dan rontok Soenaryo danSitumorang (1978). Serangan berat jugamenyebabkan kesehatan tanaman ter-ganggu dan menurunkan produksihingga 60% (Nanopriatno 1978) ataurata-rata 42% selama tiga tahun berturut-turut (Wardoyo 1988).

    Dharmadi dan Abdurachman (1985)menyatakan bahwa pada tanaman teh,daur petik 6 hari menurunkan intensitasserangan sebanyak 45,12% setelah me-ngalami 11 kali petik, dan daur petik 7hari menurunkan intensitas serangan49,90% setelah mengalami 10 kali petik.Daur petik yang lebih pendek denganstandar petikan medium meningkatkanproduksi pucuk secara kumulatif dalamsatuan waktu tertentu dibanding daurpetik yang lebih panjang. Hal ini karenadaur petik yang lebih panjang akanmemberikan kesempatan pada telur yangdiletakkan pada internodus pucuk tehuntuk menetas, karena masa inkubasitelur berkisar 815 hari.

    STRATEGI PENGENDALIAN

    Pengendalian H. antonii dapat meng-gunakan beberapa komponen pengendali-an yang dikenal dengan pengendalianhama terpadu (PHT). Pada tanaman jambumete, pengendalian meliputi: pengen-dalian secara mekanis, kultur teknis,hayati (penggunaan musuh alami), dandengan pestisida.

    Pengendalian Secara Mekanis

    Pengendalian secara mekanis meliputimenangkap H. antonii dan penyelubung-Gambar 3. Helopeltis antonii betina.

  • 60 Jurnal Litbang Pertanian, 22(2), 2003

    an buah dengan kantong plastik. Padatanaman jambu mete, pengendalian secaramekanis sudah dilakukan, tetapi masihbersifat konvensional. Namun, informasitentang itu masih terbatas (Wikardi et al.1996).

    Pada kakao pengendalian H. antoniisecara mekanis dapat dilakukan denganmenangkap serangga dengan tangan ataudengan menggunakan alat bantu berupabambu yang diberi perekat (getah) padaujungnya (Koningberger dalam Nara danBenyamin 1972; Direktorat JenderalPerkebunan 1976). Namun, pengendaliantersebut kurang efektif karena mem-butuhkan tenaga kerja yang relatif ba-nyak dan hasilnya kurang memuaskan.

    Penyelubungan buah dengan kan-tong plastik dapat dilakukan pada buahyang berukuran 812 cm. Salah satu ujungdari kantong tersebut diikat dengan tali,dan ujung lainnya dibiarkan terbuka(Wardoyo 1981). Buah yang diselubungidengan kantong plastik akan terhindardari serangan H. antonii.

    Pengendalian Secara KulturTeknis

    Pemupukan yang tepat dan teratur. Padajambu mete, pemberian pupuk secara tepatdan teratur akan menjadikan tanamantumbuh dengan baik serta memiliki dayatahan yang tinggi terhadap gangguanhama. Pemberian unsur hara yang tidakseimbang akan mempengaruhi kondisitanaman. Pemupukan N yang berlebihanmengakibatkan jaringan tanaman menjadilunak dan mengandung asam aminoyang tinggi sehingga disenangi oleh H.antonii.

    Tanaman yang memperoleh unsur Pdalam jumlah cukup lebih tahan terhadapserangan hama dan penyakit, karenaunsur P akan mempertinggi daya re-generasi tanaman dari kerusakan. UnsurK berperan penting pada proses asimilasidan bertindak sebagai katalisator. Fungsilain dari unsur K yaitu untuk memperkuatjaringan tanaman serta mempertinggiunsur hara K dalam tanah. Kondisitanaman yang lemah karena lahanyang tidak subur atau kekurangan airakan mempercepat perkembangan po-pulasi H. antonii. Pemupukan denganamonium sulfat akan meningkatkanserangan hama ini, demikian juga padatanaman yang kekurangan fosfat danpotasium (Bagian Ilmu Hama dan

    Penyakit Tanaman 1971; Wikardi et al.1996).

    Pada kakao, pemberian pupuk secaratepat dan teratur juga dapat mengen-dalikan H. antonii (Gunther dan Jeppson1960), karena akan meningkatkan per-tumbuhan serta ketahanan tanamanterhadap serangan hama. Tanaman yangkekurangan unsur P dan K akan menjadipeka terhadap serangan H. antonii(Sundjaya 1970; Balai Penelitian TanamanRempah dan Obat 1999).

    Pada tanaman teh, pemberian pupukyang tepat dan teratur diperlukan untukmendapatkan keseimbangan dan keter-sediaan unsur hara bagi tanaman.Tanaman yang sehat relatif tahan ter-hadap gangguan hama. Ketersediaanunsur hara yang cukup, menjadikantanaman lebih tahan terhadap seranganhama dan penyakit, karena pertumbuhan-nya lebih baik dan lebih cepat pulih darikerusakan. Pemupukan nitrogen yangberlebihan menyebabkan tanaman men-jadi peka terhadap serangan hama, karenakualitas pucuk teh bertambah baiksehingga disenangi oleh hama tersebut(Dharmadi 1990).

    Pemangkasan. Pengendalian H. antoniidengan pemangkasan bisa dilakukan padatanaman jambu mete. Namun, informasihasil penelitian tentang hal ini belumbanyak diperkenalkan kepada petani(Wikardi et al. 1996).

    Pada tanaman kakao, pemangkasandilakukan dengan cara membuang tunasair (siwilan) yang tumbuh di sekitarprapatan dan cabang-cabang utama(Sudarsono 1980). Tunas air akan meng-ganggu pertumbuhan tanaman karenadapat menjadi pesaing tanaman dalampengambilan zat hara dan air. Karena H.antonii meletakkan telur pada jaringantanaman yang lunak termasuk tunas air,maka pembuangan tunas ini secarateratur setiap 2 minggu, akan mengurangipopulasi H. antonii karena telur yangterdapat pada tunas air akan terbuang.

    Menurut Dharmadi (1990), tanamanteh umumnya dipangkas secara periodik24 tahun sekali, tergantung kecepatanpertumbuhan tanaman dan ketinggiantempat. Pemangkasan akan mempe-ngaruhi iklim mikro, diikuti pertumbuhantunas dan pucuk muda, yang berartiterjadi perubahan kualitas makanan H.antonii. Pemangkasan sebagai salah satucara dalam teknik budi daya tanaman tehdan dapat mempengaruhi populasi H.

    antonii. Pemangkasan perdu teh seringdilakukan untuk menghindari darigangguan H. antonii. Akibat pemangkas-an, H. antonii tidak ditemukan padaperdu teh mulai dari saat perdu tersebutdipangkas sampai 16 minggu.

    Sanitasi tanaman inang. H. antonii jugadapat hidup pada tanaman inang lainseperti kapok (Ceiba petandra), rambutan(Nephelium lappasicium), dadap (Eryth-rina vaginata), albasia (Albizia chinensis)dan berbagai famili Leguminoceae(Direktorat Jenderal Perkebunan 1976;Nanopriatno 1978). Menurut Dharmadi etal. (1987), gulma pada perkebunan tehyang merupakan inang alternatif dari H.antonii adalah harendong (Clidemiahirta), kecubung (Datura alba), jalantri(Erigeron sumatreusis), babadotan(Ageratum mexicatum), sintrong (Erech-tites valerianifolia), antanan (Centellaasiatica), jukut haseum (Polygonumnepalense), kirinyuh (Eupa-toriumpallescens), calincing (Oxalis latifolia),dan teklan (Eupatorium riparium). Untukmenghindari serangan H. antonii makatanaman inang tersebut harus dimusnah-kan dari areal perkebunan.

    Pohon pelindung. Pada budi daya jambumete, pohon pelindung diperlukan waktutanaman masih bibit dan pada awalpenanaman di lapang. Namun, informasitentang hal ini masih terbatas (Wikardi etal. 1996).

    Pada tanaman kakao, pohon pe-lindung sangat diperlukan, baik pohonpelindung sementara maupun tetap.Pelindung sementara diperlukan waktubibit ditanam di lapang. Menurut(Direktorat Jenderal Perkebunan 1976),pohon pelindung tetap diperlukan agarpertumbuhan dan perkembangan tanam-an cukup ideal. Pohon pelindung yangterlalu lebat akan meningkatkan ke-lembapan udara di sekitar tanamansehingga merangsang perkembanganhama dan penyakit. Untuk mengurangiserangan H. antonii maka pohonpelindung sebaiknya tidak terlalu lebat,sehingga sirkulasi udara berlangsunglancar terutama pada tempat yang seringdiserang oleh H. antonii. Serangga H.antonii tidak tahan terhadap angin dansinar matahari secara langsung.

    Menurut Sukasman (1996), pena-naman pohon pelindung pada pertanam-an teh dimaksudkan untuk memperbaikiiklim mikro. Penanaman pohon pelindung

  • Jurnal Litbang Pertanian, 22(2), 2003 61

    juga dapat menambah keragaman tanaman,sehingga secara teoritis, baik hama,parasitoid, predator, dan entomopatogenberada pada kondisi yang seimbang.Dengan demikian peningkatan populasiH. antonii mampu ditekan oleh organismelainnya.

    Pemilihan klon unggul. Dalam rangkamenunjang program pengembanganperkebunan perlu dilakukan pemilihanklon-klon unggul yang cocok untukdaerah tertentu. Beberapa keuntunganpenggunaan tanaman teh klonal di-banding tanaman asal biji adalah tanam-an lebih seragam, cepat menghasilkan,dan produksi pucuk lebih tinggi (Astikaet al. 1978). Namun, penggunaan tanamanteh klonal memiliki kelemahan, yaitumempunyai ketahanan yang berbeda-beda terhadap serangan hama danpenyakit, serta daya adaptasinya terhadaplingkungan cukup beragam.

    Hasil pengamatan tentang jumlahindividu H. antonii dan produksi pucukbeberapa klon teh disajikan pada Tabel 1.Dari tabel tersebut diketahui terdapat klonteh yang menunjukkan tingkat populasihama yang tinggi, yaitu Cin-143 dan SA-40, yang berarti klon tersebut lebih pekadaripada klon teh lainnya. Untukmencegah peningkatan populasi hamadisarankan untuk menanam klon yangtahan dan berproduksi tinggi seperti TRI-2024, TRI-2025, PS-I, SA-35, Kiara-8, PS-125, dan RB-I.

    Pengendalian Secara Hayati

    Pada jambu mete, pengendalian H. antoniisecara hayati masih belum banyak

    dilakukan. Menurut Wikardi et al. (1996),pengendalian H. antonii dengan me-manfaatkan musuh alami khususnya B.bassiana telah dilaksanakan di PropinsiDaerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tetapibelum memberi hasil yang memuaskan.Hal tersebut disebabkan aplikasi B.bassiana dilakukan pada siang hari,padahal cendawan tersebut tidak tahanterhadap sinar matahari. Selain itu,serangga sasaran (H. antonii) juga aktifpada siang hari. Untuk meningkatkanefektivitas B. bassiana sebaiknya aplikasidilakukan pada pagi atau sore hari. Selainmenggunakan B. bassiana, pengendalianhayati juga dapat dilakukan dengansemut hitam dan semut rangrang, namunhasilnya belum diketahui.

    Penelitian Karmawati et al. (1999) diWonogiri telah menemukan beberapajenis predator H. antonii, yaitu Coccinellasp., semut hitam, dan semut rangrang.Namun, populasi semut hitam dan semutrangrang lebih dominan. Keefektifanpredator dalam mengendalikan H. antoniimembutuhkan waktu sekitar dua tahun.Peran predator dalam mengendalikan H.antonii telah pula diteliti di beberapanegara. Di Malaysia, jenis semut yangdominan adalah Dolichoderus thoracicus(Khoo dan Ho 1992), di Australia jenissemut rangrang yang dominan adalahOccophyla smaragdina. Di India, selainjenis semut, musuh alami yang banyakditemukan di lapang adalah parasitoidTelenomus sp. dan Chaetostricha (Sunda-raraju 1992).

    Pengendalian H. antonii padatanaman kakao dengan menggunakansemut hitam cukup prospektif (Hutauruk1988), terutama jenis D. thoracicus pada

    tanaman kakao secara hayati (Bakri et al.1986).

    Menurut Nanopriatno (1978), semuthitam jenis D. bituberculatus mempunyaikemampuan untuk mengusir H. antoniidari tanaman kakao. Predator tersebutpernah diteliti pada tahun 1904 diperkebunan Silowuk Sawangan dan padatahun 1938 di Kediri. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa tingkat serangan H.antonii pada buah kakao yang seringdikunjungi semut hitam lebih rendahdaripada yang tidak dikunjungi semut.Namun, jenis semut ini tidak dapatbersaing dengan jenis lainnya padahabitat baru. Oleh karena itu, sebelumdiintroduksikan lokasi baru perlu di-bebaskan dari jenis semut lain.

    Pengendalian H. antonii padatanaman teh secara hayati dapat dilaku-kan dengan melindungi dan merangsangkehidupan musuh alami serta introduksi,pengembangbiakan dan pelepasan pa-rasitoid serta predator yang spesifik.Berdasarkan hasil inventarisasi, predatorH. antonii adalah dari kelompok Mantidae,Reduviidae, Arachnidae, dan semut.Selain predator tersebut, terdapat jugacacing parasit pada nimfa H. antonii yaituAgumarata paradacamadata. ParasitoidEupharus helopeltianus merupakanmusuh alami yang cukup potensial.Patogen yang menyerang H. antonii yaitujamur Metarhizium yang dapat berperansebagai biota pengendali secara hayatidi kebun teh (Dharmadi 1990). Burungkapinis (Collocalia esculenta), selainmerupakan predator kutu loncat, juga se-bagai predator H. antonii (Sukasman 1996).

    Pengendalian Secara Kimiawi

    Pada tanaman jambu mete, pengendaliansecara kimiawi harus dilakukan denganhati-hati, karena pengendalian yang tidaktepat justru akan meningkatkan populasiH. antonii. Tanaman yang disemprotinsektisida akan tumbuh lebih cepatdengan tunas-tunas baru yang lebihsukulen dan disukai hama tersebut.Selain itu, pengendalian kimiawi yangtidak tepat akan membunuh predatordan parasitoid hama tersebut. Pengen-dalian kimiawi dilakukan bila diperlukan,dengan menggunakan beberapa jenisinsektisida secara bergantian (Ohler1979).

    Menurut Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Industri (1996),

    Tabel 1. Rata-rata jumlah individu H. antonii dan produksi pucuk beberapaklon teh.

    Klon Jumlah individu H. antonii Produksi pucuk(ekor/perdu) (g/perdu)

    Cin-143 0,40 40,72SA-35 0,05 27,88SA-40 0,46 24,10Kiara-8 0,03 25,11TRI-2025 0,05 47,25TRI-2024 0,06 55,53RB-3 0,26 23,93PS-125 0,02 36,65PS-I 0,05 44,10RB-I 0 28,37

    Sumber: Dharmadi (1990).

  • 62 Jurnal Litbang Pertanian, 22(2), 2003

    penggunaan insektisida hendaknyamenjadi alternatif terakhir dan dilakukanbila ambang kendali telah dilampaui.Insektisida yang dianjurkan untukmengendalikan H. antonii adalah darigolongan karbamat, terutama untukpembibitan dan kebun-kebun produksiyang belum pernah diaplikasi insektisidalain, serta dari golongan monokrotofosdan siodosulfan.

    Pada pembibitan dan pertanamanmuda, aplikasi insektisida diarahkan padadaun muda dan pucuk tanaman. Padatanaman produktif dilakukan pada bungadan buah muda.

    Menurut Betrem dalam Nara danBenyamin (1972), pendebutan serbukbelerang yang mengandung 0,72%retenon dengan interval pendekatan 10hari sangat baik menekan populasi H.antonii. Namun demikian, penggunaanserbuk retenon berbahaya bagi manusiakarena mengakibatkan iritasi pada selaputlendir hidung.

    Jenis insektisida yang dapat di-gunakan untuk mengendalikan H. antoniiadalah insektisida yang mengandungbahan aktif siflutrin, tiodikarb, asefat,sipermetrin, dekametrin, klorpirifos,fention, karbamat, metomil, dan formation(Sulistyowati dan Sardjono 1988).Insektisida yang mengandung bahan aktifsiflutrin dengan konsentrasi 0,04% efektifmenekan serangan H. antonii sampai5,67%. Penggunaan insektisida tiodikarb,asefat, sipermentrin I, dekametrin,sipermentrin II, klorpirifos, fention, BPMC,metomil, dan formation dapat menekanpopulasi H. antonii berturut-turut 5; 6,44;6,44; 6,55; 6,55; 8; 8,11; 8,67; 8,89; dan 11%,sedangkan insektisida dengan bahanaktif metamidofas dapat menekan po-pulasi H. antonii 23,66%.

    Sukasman (1996) menyatakan bahwapengendalian H. antonii dengan insek-tisida juga dilakukan pada pertanamanteh. Namun mulai tahun 1987 penggunaaninsektisida pada tanaman teh berangsur

    turun dan mulai tahun 1994 tidakdigunakan sama sekali.

    Penggunaan insektisida pada ta-naman teh sangat selektif, dan diutamakanpada pertanaman dengan kepadatanhama cukup tinggi. Penurunan peng-gunaan insektisida juga dipengaruhioleh harga insektisida yang semakinmahal dan meningkatnya kesadaran akanefek samping yang ditimbulkan (Koch1986). Penggunaan insektisida padakonsentrasi sublethal mempengaruhisistem reproduksi H. antonii danmenghasilkan telur lebih banyak daripadatanpa insektisida. Semakin sering hamatersebut menerima rangsangan insektisidadalam konsentrasi sublethal, populasihama semakin meningkat. Oleh karenaitu, penggunaan insektisida perlu di-lakukan secara tepat, baik jenis, dosis, alatsemprot, dan waktu penyemprotannya(Dharmadi 1990).

    PROSPEK ALTERNATIFPENGENDALIAN

    Untuk mengendalikan H. antonii padatanaman jambu mete, pengendalian yangmempunyai prospek di masa yang akandatang adalah dengan patogen B.bassiana dan M. anisopleae, karena keduajenis jamur tersebut mudah dibiakkan dilaboratorium dan digunakan oleh petani.Aplikasi dilakukan pagi atau sore hariuntuk menghindari sinar matahari.Pengendalian dengan semut hitam dansemut rangrang kurang efektif karenasifatnya bukan sebagai predator tetapihanya pengganggu saja. Pengendaliandengan insektisida, kultur teknis, mekanisdan fisik tersebut kurang efisien danmencemari lingkungan.

    Pada tanaman kakao, pengendalianH. antonii yang prospektif yaitu dengancara penunasan, sanitasi tanaman inang,B. bassiana, dan penggunaan predator

    semut hitam dan semut rangrang.Penunasan dan sanitasi tanaman inangmudah dilakukan oleh petani. Pengen-dalian dengan B. bassiana, predatorsemut hitam dan semut rangrang memilikipotensi cukup baik karena B. bassianamudah dikembangbiakkan di laboratoriumdan di lapang. Pengendalian H. antoniidengan cara pemupukan yang tepat danteratur serta penanaman pohon pelin-dung kurang efektif karena banyak meng-gunakan tenaga dan biaya yang cukupmahal. Pengendalian dengan insektisidasintetis dapat menimbulkan pencemaranlingkungan, biayanya mahal, dan me-nimbulkan resistensi hama.

    Pengendalian H. antonii padatanaman teh yang prospektif yaitu denganpenanaman klon unggul, serta pe-ngendalian hayati baik menggunakanpredator maupun patogen. Klon-klonunggul tahan H. antonii kini telah banyaktersedia. Predator dan patogen jugamudah dikembangbiakkan di laboratori-um. Pengendalian dengan insektisidakurang prospektif karena mencemarilingkungan dan menimbulkan resistensihama.

    KESIMPULAN

    H. antonii merupakan hama utama padatanaman jambu mete, kakao, dan teh. Siklushidup H. antonii lebih kurang 24 hari,dan selama hidupnya mengalami lima kalipergantian kulit. H. antonii merusaktanaman perkebunan dengan menyerangpucuk, daun muda, tunas, tangkai muda,ranting muda, bunga, buah, dan biji.

    Pengendalian H. antonii dapatdilakukan dengan cara mekanis, fisik,kultur teknis, dan pengendalian hayati.Pengendalian hayati mempunyai prospekyang cukup baik karena aman bagilingkungan dan potensinya cukup tersediadi alam.

    DAFTAR PUSTAKA

    Astika, W., D. Muchtar, dan Sutrisno. 1978.Penyandraan klon-klon teh. Warta BalaiPenelitian Teh dan Kina 4(3/4): 10 hlm.

    Atmadja, W.R. 1999. Potensi Helopeltis antoniiSign. dalam merusak pucuk tanaman jambumete. Seminar Nasional Biologi MenujuMillenium III, Yogyakarta, 20 November1999. 8 hlm.

    Bagian Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman.1971. Beberapa Hama Pertanian Penting diIndonesia. Bagian Ilmu Hama dan PenyakitTanaman, Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor. 129 hlm.

    Bakri, A.H., P. Sembiring, dan M.J. Redshow.1986. Pengendalian Helopeltis spp. secaraterpadu dengan menggunakan semut hitam

    dan bahan kimia pada tanaman coklat diSumatera Utara. Temu Ilmiah EntomologiPerkebunan Indonesia di Medan. hlm. 5360.

    Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.1999. Program Penelitian Tanaman JambuMete. Penyusunan Prioritas dan DesignProgram Penelitian Tanaman Industri, 10

  • Jurnal Litbang Pertanian, 22(2), 2003 63

    11 Maret 1999. Balai Penelitian TanamanRempah dan Obat, Bogor. 11 hlm.

    Dharmadi, A. dan Abdurachman. 1985. Pengaruhdaur petik terhadap serangan Helopeltisantonii pada tanaman teh. Lokakarya Teh,Bandung. 15 hlm.

    Dharmadi, A., M. Yeni, dan A. Kusman. 1987.Studi tentang pemilihan gulma perkebunanteh sebagai tumbuhan inang bagi Helopeltisantonii. Warta Balai Penelitian Teh dan Kina13(2). 8 hlm.

    Dharmadi, A. 1989. Status Serangga HamaHelopeltis antonii Signoret (Hemiptera;Miridae) dan Evaluasi Cara Pengelolaan padaTanaman Teh di Daerah Endemik. DisertasiDoktor Institut Teknologi Bandung. hlm.110.

    Dharmadi, A. 1990. Faktor penyebab pe-ningkatan populasi serangga hama Helopeltisantonii Signoret di perkebunan teh. Pro-siding Simposium Teh V, Bandung, 27Februari 1 Maret 1990. hlm. 173188.

    Direktorat Jenderal Perkebunan. 1976. PedomanBercocok Tanam Coklat. Direktorat Jen-deral Perkebunan, Jakarta. 95 hlm.

    Djamin. 1980. Strategi pengendalian hamacoklat. Kumpulan Makalah KonferensiCoklat Nasional, Medan, 1618 September1980. hlm. 4445.

    Gunther, F.A. and L.R. Jeppson. 1960. ModernInsecticide and Work Production. Universityof California Chapman & Hall Ltd. 296 p.

    Hutauruk, C.H. 1988. Penggunaan semut hitamDolichoderus bituberculatus Mays (Hyme-noptera; Formicidae) untuk mengendalikanhama pengisap buah Helopeltis antoniiSignoret (Hemiptera; Miridae) pada kakaoLinduk (Theobroma cacao L.). ProsidingKomunikasi Teknis Kakao 1988. BalaiPenelitian Perkebunan Jember. hlm. 188211.

    Karmawati, E., T.E. Wahyono, T.H. Savitri, danIW. Laba. 1999. Dinamika populasi Helopel-tis antonii Signoret pada jambu mete. JurnalPenelitian Tanaman Industri IV(6): 163167.

    Karmawati, E., T.H. Savitri, R.A. Warsi, dan T.E.Wahyono. 2001. Pengendalian hama terpaduHelopeltis antonii pada tanaman jambu mete.

    Jurnal Penelitian Tanaman Industri VII(I):15.

    Khoo, K.C. and C.T. Ho. 1992. The influenceof Dolichoderus thoracicus (Hymenoptera;Formicidae) on lesses due to Helopeltisantonii (Heteroptera; Miridae) blackpoddiseases and mamalian pests in cocoa inMalaysia. Bull. Entomol. Res. 28(4): 485491.

    Kilin, D. dan W.R. Atmadja. 2000. Perbanyakanserangga Helopeltis antonii Signoret padabuah ketimun dan pucuk jambu mete. JurnalPenelitian Tanaman Industri V(4): 199122.

    Koch. 1986. Control of Insect in Tea. Mimco-graph. Balai Penelitian Teh dan Kina,Gambung. 20 hlm.

    Nair, M.K., E.V.V.B. Rao, K.K.N. Nambiar, andM.C. Nambiar. 1979. Cashew. CentralPlantation Crops Research, Amsterdam.260 pp.

    Nanopriatno. 1978. Hama-Hama Penting Ta-naman Coklat. Balai Penelitian PerkebunanBesar Bogor. Sub Balai Penelitian Budi DayaJember. 32 hlm.

    Nara, J. dan Benyamin. 1972. Helopeltis antoniiSignoret pada tanaman teh ditinjau dari segibiologi dan pengaruh lingkungan. MenaraPerkebunan 40(4): 167174.

    Ohler, J.G. 1979. Cashew. Communication 71,Department of Agricultural Research,Kolningljk Institute, V.D. Tropen, Amster-dam. 25 p.

    Pusat Penelitian dan Pengembangan TanamanIndustri. 1996. Pengenalan dan PengamatanHama Helopeltis spp. Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Industri, Bogor. 6hlm.

    Soenaryo dan Situmorang. 1978. Budi DayaCoklat dan Pengelolaannya. Balai PenelitianPerkebunan Bogor. 32 hlm.

    Sudarmadji, D. 1979. Pembiakan Helopeltisantonii di laboratorium. Kongres BiologiNasional IV, Bandung, 1012 Juli 1979. 6hlm.

    Sudarsono. 1980. Budi Daya Coklat. LembagaPendidikan Perkebunan, Yogyakarta. 49hlm.

    Sukasman. 1996. Pengujian pohon lamtorotahan kutu (Hantu) sebagai sarana pe-

    ngendalian hayati Helopeltis antonii padateh sekaligus meningkatkan keuntungan40% atau lebih bagi perkebunan. ProsidingSeminar Sehari Alternatif PengendalianHama Teh Secara Hayati. Pusat PenelitianTeh dan Kina, Gambung, Bandung, 5Desember 1996. hlm. 2227.

    Sulistyowati, E. dan Sardjono. 1988. Pe-ngendalian kimiawi hama pengisap buah(Helopeltis antonii Signoret) dan ulat kilan(Hyposidra talaca Walk.) pada kakao.Prosiding Komunikasi Teknis Kakao 1988.hlm. 212222.

    Sundararaju, D. 1992. Biological control of teamosquito bug and other sucking pest ofcashew. Annual Report, National ResearchCentre for Cashew, India. p. 4044.

    Sundjaya, P.I. 1970. Dasar-Dasar EkologiSerangga. Bagian Ilmu Hama Tumbuhan,Fakultas Pertanian. Institut PertanianBogor. 129 hlm.

    Wardoyo, S. 1981. Metode pengamatanpenggerek buah coklat. Prosiding LokakaryaHama Penggerek Buah Coklat. 76 hlm.

    Wardoyo, S. 1983. Pembiakan Helopeltis antoniiSignoret di laboratorium pada buah kakao.Menara Perkebunan 51(2): 3338.

    Wardoyo, S. 1988. Strategi penanggulangan hamakakao. Prosiding Komunikasi Teknis Kakao,1988. hlm. 176187.

    Widayat, W., D.J. Rayati, dan M. Martosupomo.1996. Penggunaan jamur Paecilomycetesfumoso roseus (PFR) sebagai teknologialternatif pengendalian hama nonkimiawipada tanaman teh. Prosiding Seminar SehariAlternatif Pengendalian Hama Teh SecaraHayati. Pusat Penelitian Teh dan Kina,Gambung, 5 Desember 1996. hlm. 113.

    Wikardi, E.A., Wiratno, dan Siswanto.1996.Beberapa hama utama tanaman jambu metedan usaha pengendaliannya. Seminar ForumKomunikasi Ilmiah Komoditas Jambu Mete,56 Maret 1996. Balai Penelitian TanamanRempah dan Obat, Bogor. 9 hlm.

    Wiratno, E.A. Wikardi, I.M. Trisawa, danSiswanto. 1996. Biologi Helopeltis antonii(Hemiptera; Miridae) pada tanaman jambumete. Jurnal Penelitian Tanaman IndustriII(I): 3642.