hama dan penyakit

22
PENDAHULUAN Di dalam melakukan kegiatan budi daya, pengendalian hama dan penyakit sangat di perlukan untuk mencegah terjadinya kerugian oleh pembudi daya dan kerugian bagi orang banyak akibat mutu rendah dan penyakit yang menyerang. Untuk itu perlu di lakukan pemberantasan hama dan penyakit dengan baik, terutama pada saat pengolahan tanah pada tambak. Adanya hama di dalam tambak sangat merugikan bagi para pembudi daya dan spesies itu sendiri. Untuk itu para pembudi daya juga perlu memahami lebih dalam jenis – jenis hama yang dapat mengganggu, merusak bahkan memangsa spesies yang di budi dayakan. Dengan di ketahuinya jenis – jenis hama tersebut maka pembudi daya dapat mencegahnya atau memberantasnya dengan memberi obat sesuai dengan jenis hama yang di ketahui. Begitu pula dengan penyakit, yang sangat merugikan sekali bagi pembudi daya karena adanya suatu penyakit dapat menyebabkan ikan / udang mati secara mendadak dalam jangka waktu yang singkat.

Upload: irfanalwi

Post on 13-Jun-2015

6.501 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

hama dan penyakit pada kultivan ikan

TRANSCRIPT

Page 1: Hama Dan Penyakit

PENDAHULUAN

Di dalam melakukan kegiatan budi daya, pengendalian hama dan penyakit sangat di

perlukan untuk mencegah terjadinya kerugian oleh pembudi daya dan kerugian bagi orang

banyak akibat mutu rendah dan penyakit yang menyerang. Untuk itu perlu di lakukan

pemberantasan hama dan penyakit dengan baik, terutama pada saat pengolahan tanah pada

tambak.

Adanya hama di dalam tambak sangat merugikan bagi para pembudi daya dan spesies itu

sendiri. Untuk itu para pembudi daya juga perlu memahami lebih dalam jenis – jenis hama yang

dapat mengganggu, merusak bahkan memangsa spesies yang di budi dayakan. Dengan di

ketahuinya jenis – jenis hama tersebut maka pembudi daya dapat mencegahnya atau

memberantasnya dengan memberi obat sesuai dengan jenis hama yang di ketahui. Begitu pula

dengan penyakit, yang sangat merugikan sekali bagi pembudi daya karena adanya suatu penyakit

dapat menyebabkan ikan / udang mati secara mendadak dalam jangka waktu yang singkat.

Page 2: Hama Dan Penyakit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sejalan dengan berkembangnya usaha budidaya ikan laut tersebut, terdapat pula

beberapa masalah yang mengganggu, sehingga menghambat perkembangan usaha

budidaya, yaitu hama dan penyakit ikan. Apabila keadaan tersebut tidak segera

ditanggulangi lebih awal, maka kegiatan budidaya ikan laut akan terganggu, akibatnya

ikan akan menurun karena

tingkat kematiannya tinggi.

Untuk menghindari hal tersebut perlu diupayakan pencegahan dan pengobatan

terhadap hama dan penyakit ikan. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa tidak

semua penyebab kematian dikarenakan penyakit, maka dalam menangani masalah ini,

tindakan penanggulangannya dilakukan secara hati-hati dan teliti agar tidak menimbulkan

kesalahan yang merugikan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan ikan / udang terserang penyakit meliputi:

A. Faktor-faktor kimia dan fisika, antara lain:

1. Perubahan salinitas air secara mendadak;

2. pH yang terlalu rendah (air asam), dan pH yang terlalu tinggi (air basa/alkalis);

3. Kekurangan oksigen dalam air;

4. Zat beracun, pestisida (insektisida, herbisida dan sebagainya);

5. Perubahan suhu air yang mendadak;

6. Kerusakan mekanis (luka-luka);

7. Perairan terkena polusi.

B. Makanan yang tidak baik :

1. Kekurangan vitamin dan komposisi gizi yang buruk;

2. Bahan makanan yang busuk dan mengandung kuman-kuman.

C. Bentuk fisik dan kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh keturunan.d. Stres

Stres yang terjadi pada ikan berkaitan dengan timbulnya penyakit pada ikan tersebut.

Stres merupakan suatu rangsangan yang menaikkan batas keseimbangan psikologi dalam

diri ikan terhadap lingkungannya. Biasanya stres pada ikan diakibatkan perubahan

lingkungan akibat beberapa hal atau perlakuan misalnya akibat

Page 3: Hama Dan Penyakit

pengangkutan/transportasiikan-ikan yang dimasukkan ke dalam jaring apung di laut dari

tempat pengangkutan biasanya akan mengalami shock, berhenti makan dan mengalami

pelemahan daya tahan terhadap penyakit.

e. Kepadatan Ikan

Kepadatan ikan yang melebihi daya dukung perairan (carrying capacity) akan

menimbulkan persaingan antar ikan tinggi, oksigen terlarut menjadi rendah dan sisa

metabolisme seperti ammonia akan meningkat sehingga dapat menimbulkan stres dan

merupakan penyebab timbulnya serangan penyakit. (Anonim, 2005).

Penyebab penyakit di atas tergolongkan kedalam faktor intern (dari dalam), maksudnya

penyebab penyakit itu masih di sebabkan oleh spesies itu sendiri. Sedangkan faktor

eksternal di sebabkan oleh lingkungan di sekitar tempat spesies di budi dayakan.

Timbulnya penyakit pada budidaya tambak salah satunya disebabkan karena

menumpuknya limbah disekitar lingkungan tambak (faktor ekstern) sehingga

menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme. Jika pertumbuhan mikroorganisme ini

melimpah terutama pada golongan pengurai akan diikuti dengan turunnya kualitas air di

sekeliling perusahaan hatchery (Anonim, 2004).

Page 4: Hama Dan Penyakit

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1. PENGERTIAN HAMA

Pada umumnya hama yang sering menyerang ikan / udang yang di budi dayakan itu sama

hanya tergantung spesies yang di pelihara .

Hama tambak adalah segala macam hewan yang ada di tambak, selain yang

dibudidayakan, dan dianggap merugikan karena mengurangi produktifitas maksimal, disebabkan

hilangnya hewan budidaya karena proses makan memakan (predasi), terjadinya persaingan

dalam pemanfaatan sumber energi atau menimbulkan kerugian di bidang fasilitas.

3.2. HAMA YANG MENYERANG IKAN

Hama dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu :

3.2.1. Pemangsa (Predator)

Predator adalah hewan yang secara langsung membunuh dan memakan spesies yang di

pelihara sehingga jumlah udang dalam petakan menjadi kurang. Di samping jumlah memakan

spesies yang di pelihara berkurang, juga menimbulkan dampak lain seperti persaingan dalam

pemanfaatan oksigen, mengurangi ruang lingkup bagi memakan spesies yang di pelihara, di

samping itu jatah makanan yang seharusnya untuk hewan budi daya, akan di makan juga oleh

hewan pemangsa sehingga pertumbuhan udang menjadi terhambat. Jenis-jenis hewan termasuk

dalam golongan predator sangat banyak, mulai dari vertebrata tingkat rendah, yaitu ikan sampai

vertebrata tingkat tinggi seperti lingsang. Bahkan jenis-jenis ikan, seperti payus (Elops

hewaiensis), Bulan-bulan (Megalops cyprinoides), kerapu (Epinephelus sp.) dan Sphyraena sp.,

dan lain-lain.

3.2.2. Penyaing

Jenis-jenis hewan penyaing yang sering ditemukan di tambak diantaranya :

1. Cacing Polychaeta “Dendronereis sp. (Palolo)”

2. Udang-udangan Mesopodopsis (Jambret), Metapenaus monoceros (Udang api-api), Penaeus

Page 5: Hama Dan Penyakit

merguiensis (Udang putih), Penaeus indicus (Udang jaring)

3. Serangga Chironomus sp.

4. Moluska Cerithidae, Trisipan

5. Ikan Cichlidae Tilapia mossambica (Mujair), Microryridae, Aplocheilus panchax (Kepala

timah),Mugiliidae Mugil Cephalus (Belanak),Siganiidae Siganus sp. (Samadar)

3.2.3.Perusak

Keberadaan hama ini dapat menimbulkan bebrapa kerugian diantaranya kerusakan pada tanggul

sehingga menyebabkan kebocoran . Jenis perusak antara lain kepiting (Scylla serrata) dan udang

pantus (Thalassina sp). Kepiting biasanya membuat lubang-lubang pada tanggul sehinga

kedalaman air sulit dipertahankan dan masuk hama pemangsa dan penyaing dalam petakan

tambak. Selain itu menyebabkan ikan / udang lolos melalui lubang kepiting.

Prosedur Pengendalian Hama

Prosedur pengendalian hama dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

Cara Fisik

1. Pengolahan Tanah

Sebelum benur ditebar, usahakan agar tambak dikeringkan secara total agar semua

organisme mati dan pengeringan dasar tambak dapat membantu memperbaiki struktur tanah

dasar.

2. Perbaikan PematangLubang-lubang pada pematang sebaiknya diperbaiki, jika terdapat lubang dapat dilakukan

penyumbatan. Cara lain adalah dengan melapisi tanggul dengan plastik.

3. Mekanik (Penangkapan langsung)Dilakukan dengan menangkapi udang liar, ikan, kepiting dan ular. Cara ini sangat efektif

jika dilakukan teratur sehingga menghemat biaya pembelian pestisida.

Page 6: Hama Dan Penyakit

4. Penyaringan Air yang MasukAir yang ke dalam tambak harus disaring terlebih dahulu, misalnya dengan ijuk atau

dengan saringan yang berukuran halus agar hewan-hewan liar tidak dapat masuk kedalam

petakan tambak.

Cara Kimiawi

Jika cara fisik mengalami hambatan maka cara kimiawi dapat digunakan tetapi tetap

harus hati-hati dalam pemilihan jenis maupun dosis yang digunakan. Cara kimiawi lebih

menguntungkan dalam hal tenaga dan waktu.

3.3. PENGERTIAN PENYAKIT

Penyakit di artikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi yang

mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab, dan terbagi atas dua

kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal) dan luar (eksternal). Penyakit ikan umumnya

adalah eksternal. Penyakit internal : genetik, sekresi internal, imunodefisiensi, saraf dan

metabolik. Penyakit eksternal :

1). Non patogen

· Penyakit lingkungan :suhu dan kualitas air lainnya (pH, kelarutan gas, zat beracun).

· Penyakit nutrisi : kekurangan nutrisi, gejala keracunan bahan pakan.

2). Patogen; bersifat parasit dan terdiri atas empat kelompok yaitu :

· Penyakit viral

· Penyakit jamur

· Penyakit bakterial

Gejala-gejala umum penyakit ikan

1. Warna kusam atau pucat

2. Sirip rontok

3. Sirip lepas dan kadang tidak rapi

4. Luka

5. Pendarahan

6. Produksi lendir berlebihan/berkurang

Page 7: Hama Dan Penyakit

7. Tutup insang selalu terbuka, warna lembar insang pucat

8. Benjolan pada insang/daging

9. Mata menonjol

10. Ukuran kepala dan badan tidak proporsional, kemungkinan terjadi kelainan bentuk lain

Karakteristik penyakit infeksi pada ikan.

Ikan merupakan salah satu hewan air yang selalu bersentuhan dengan lingkungan

perairan sehingga mudah terinfeksi patogen melalui air. Infeksi bakteri dan parasit tidak terjadi

pada hewan darat melalui perantara udara, namun pada ikan sering terjadi melalui air. Pada

budidaya, air tidak hanya sebagai tempat hidup bagi ikan, tapi juga sebagai perantara bagi

patogen.

3.3.1 Istilah penting penyakit infeksi pada ikan

Istilah penting yang seringkali digunakan dalam penyakit infeksi ikan adalah sebagai

berikut :

Epidemiologi : ilmu yang mempelajari hubungan berbagai faktor yang mempengaruhi frekuensi

dan penyebaran penyakit pada suatu komunitas.

Penyebaran vertikal : penyebaran penyakit dari suatu generasi ke generasi selanjutnya melalui

telur.

Penyebaran horisontal : penyebaran penyakit dari ikan satu ke ikan yang lain pada kelompok

ikan dan waktu yang sama.

Carrier : hewan yang membawa organisme penyebab penyakit dalam tubuhnya, namun hewan

tersebut terlihat sehat sehingga menjadi pembawa atau penyebar infeksi.

Vektor : hewan yang menjadi perantara organisme penyebab penyakit dari inang yang satu ke

inang yang lain.

Contoh : siput, burung.

Patogenisitas : kemampuan untuk dapat menyebabkan terjadinya penyakit.

Virulensi : derajat patogenisitas suatu mikroorganisme.

Kisaran inang : kisaran hewan-hewan yang dapat diinfeksi oleh patogen.

Page 8: Hama Dan Penyakit

3.3.2 Prosedur diagnosa di lapangan

Pengukuran panjang dan berat ikan. Pengamatan tanda-tanda luar pada permukaan tubuh

dan insang. Gunting lembaran insang dan ambil lendir tubuh untuk mendeteksi parasit di bawah

mikroskop. Ambil contoh darah dari sirip dada menggunakan jarum suntik untuk pembuatan

preparat apusan darah dengan menggunakan pewarnaan Giemsa. Isolasi jamur dengan

menggunakan agar GY jika diduga terjadi infeksi jamur. vi. Isolasi bakteri dari sirip atau insang

dengan menggunakan agar cytophaga, jika diamati adanya insang atau sirip yang membusuk.

Isolasi bakteri dari luka dengan menggunakan agar TS atau BHI, jika ikan memiliki borok atau

ada pembengkakan pada permukaan tubuh. Bedah ikan dengan peralatan bedah yang bersih

untuk membuka rongga perut dan amati tanda-tanda internal.Isolasi bakteri dari hati, ginjal dan

limpa dengan menggunakan agar TS atau BHI. x. Pembuatan preparat limpa pada kaca preparat

dengan pewarnaan Giemsa untuk mendeteksi infeksi bakteri.Fiksasi setiap organ dengan larutan

formalin 10°I° berpenyangga fosfat- untuk histopatologi dan dalam etanol 70% untuk uji PCR.

Pekerjaan di laboratorium Pekerjaan yang paling penting bagi ahli penyakit adalah mendiagnosa

penyakit. Jika diagnosanya salah, maka penanganannya juga akan salah. Bila terlalu lama untuk

mendiagnosa penyakit, ikan mati sebelum pengobatan dilakukan, diagnosa harus tepat dan cepat.

Prosedur diagnosa adalah sebagai berikut : pertama, coba isolasi patogen dari ikan yang sakit

(kecuali untuk infeksi oleh virus); kedua, patogen yang diisolasi diinfeksikan ke ikan yang sehat.

Bila diduga virus, larutan yang sudah disaring dengan menggunakan saringan 0,45 µm homogen,

diinfeksikan ke ikan yang sehat. Jika ikan yang sekarat (moribund) dengan gejala seperti ikan

yang sakit tersebut, hal ini membuktikan bahwa yang diisolasikan tersebut merupakan penyebab

penyakit. Dengan demikian, penyebab penyakit teridentifikasi sebagai spesies yang sama dengan

patogen sebelumnya. Diagnosa penyakit ikan dapat menjadi lengkap dengan adanya identifikasi

penyebab penyakit.

Metode pemeriksaan untuk konfirmasi diagnosa berbeda untuk setiap jenis patogen,

virus, bakteri, jamur dan parasit. Tindakan penanganan Penyakit viral : jika ikan terinfeksi oleh

virus sangatlah sulit untuk diobati. Ada dua cara tindakan pencegahan yaitu membersihkan virus

penyebab penyakit dari lingkungan clan meningkatkan kekebalan ikan terhadap viral. Tindakan

pencegahan pertama, desinfeksi semua wadah clan peralatan, seleksi incluk clan telur bebas

virus. Tindakan selanjutnya bila memungkinkan adalah meningkatkan kualitas telur, penggunaan

vaksin clan immunostimulan atau vitamin. Diantara tindakan penanganan yang ada, vaksin

Page 9: Hama Dan Penyakit

merupakan tindakan yang paling efektif untuk mencegah penyakit viral. Sampai sekarang, vaksin

untuk beberapa penyakit viral telah dikembangkan sebagai komoditas komersial, tapi untuk virus

herpes koi belum dilakukan. Di masa yang akan datang, vaksin terhadap virus herpes koi dapat

dikembangkan.

Penyakit bakterial : penyakit bakterial dapat diobati dengan antibiotika. Namun,

penggunaan antibiotika yang tidak tepat menghasilkan efek yang negatif. Itulah sebabnya

pemilihan antibiotika yang tepat merupakan pekerjaan yang paling penting untuk masalah infeksi

bakteri. Pemilihan antibiotika dilakukan berdasarkan hasil uji sensitivitas obat. Antibiotika dapat

mengobati dengan cepat ikan yang terinfeksi dengan bakteri, namun dapat menyebabkan

timbulnya bakteri yang resisten terhadap antibiotika. Dari hal tersebut, pengembangan vaksin

terhadap setiap penyakit bakterial sangatlah penting.

Penyakit jamur : sampai sekarang belum dikembangkan tindakan penanganan untuk

infeksi jamur pada hewan air. Jadi pencegahan tindakan yang dapat dilakukan. Spora yang

berenang di air untuk menemukan inang menunjukkan sensitivitas terhadap beberapa zat kimia.

Penyakit parasitik : pada umumnya ektoparasit dapat ditangani dengan zat kimia. Namun, telur

dan siste memiliki resistensi terhadap zat kimia. Berdasarkan keberadaan parasit, pengobatan

kedua harus dilakukan setelah spora atau oncomiracidium menetas. Untuk menentukan jadwal

pengobatan untuk setiap parasit, studi siklus hidup parasit sangatlah penting.

3.3.3.. PENYAKIT YANG MENYERANG IKAN BANDENG

Penyakit penting yang sering menyerang bandeng adalah :

3.3.3.1 Pembusukan sirip

Disebabkan oleh bakteri. Gejalanya sirip membusuk dari bagian tepi.

3.3.3.2.Vibriosis

Disebabkan oleh bakteri Vibriosis sp , gejalanya nafsu makan turun, pembusukan sirip,

dan bagian perut bengkak oleh cairan.

3.3.3.3 Penyakit oleh Protozoa.

Gejalanya nafsu makan hilang, mata buta, sisik terkelupas, insang rusak, banyak

berlendir.

3.3.3.4. Penyakit oleh cacing renik.

Sering disebabkan oleh cacing Diploctanum yang menyerang bagian insang sehingga

Page 10: Hama Dan Penyakit

menjadi pucat dan berlendir.

Penyakit dari bakteri, parasit dan jamur disebabkan lingkungan yang buruk, dan

penurunan daya tahan tubuh ikan. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan oleh tingginya

timbunan bahan organik dan pencemaran lingkungan dari aliran sungai.. Bahan organik dan

kotoran akan membusuk dan manghasilkan gas-gas yang berbahaya. Ketahanan tubuh ikan

ditentukan konsumsi nutrisinya. Maka cara pengendalian penyakit harus menitikberatkan pada

kedua faktor tersebut. Untuk mengatasi penurunan kualitas lingkungan dapat dilakukan

perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 yang mengandung

unsur mineral dan asam-asam organik penting yang mampu menetralkan berbagai gas berbahaya

hasil pembusukan kotoran dalam kolam dan unsur mineral akan menyuburkan plankton sebagai

pakan alami. Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dalam jumlah yang ideal, perlu diberikan

pakan dengan standar protein yang sesuai serta dengan penambahan/pencampuran NASA pada

pakan buatan. NASA dengan kandungan mineral-mineral penting, vitamin, asam organic, protein

dan lemak akan menambah dan melengkapi nutrisi pakan, sehingga ketahanan tubuh untuk hidup

dan berkembang selalu tercukupi.

3.3.4. Penyakit bakterial pada ikan kerapu

Diantara jenis bakteri tersebut bakteri V alginolyticus dan V fuscus merupakan jenis yang

sangat patogen pada ikan kerapu tikus.

3.3.4.1. Vibrio alginolyticus

Vibrio alginolyticus dicirikan dengan pertumbuhannya yang bersifat swarm (Gambar 2)

pada media padat non selektif. Ciri lain adalah gram negatif, motil, bentuk batang, fermentasi

glukosa, laktosa, sukrosa dan maltosa, membentuk kolom berukuran 0.8-1.2 cm yang berwarna

kuning pada media TCBS. Bakteri ini merupakan jenis bakteri yang paling patogen pada ikan

kerapu tikus dibandingkan jenis bakteri lainnya. Nilai konsentrasi letal median (LC50) adalah

sebesar 106.6 pada ikan dengan berat antara 5-10 gram. Kematian masal pada benih diduga

disebabkan oleh infeksi bakteri V alginolyticus. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan

penggunaan berbagai jenis antibiotika seperti Chloramfenikol, eritromisina dan oksitetrasiklin.

Page 11: Hama Dan Penyakit

Sifat lain yang tidak kalah penting adalah sifat proteolitik yang berkaitan dengan mekanisme

infeksi bakteri.

3.3.4.2. Vibrio anguillarum

Dibandingkan dengan V alginolyticus, V anguillarum merupakan spesies yang kurang

patogen terhadap ikan air payau. Pada uji patogenisitas ikan kerapu tikus ukuran 5 gram yang

diinfeksi bakteri dengan kepadatan tinggi hingga 108 CFU/ikan hanya mengakibatkan mortalitas

20%. Diagnosis penyakit dapat dilakukan dengan melakukan isolasi dan identifikasi bakteri.

Penumbuhan bakteri pada media selektif TCBS akan didapatkan koloni yang kekuningan dengan

ukuran yang hampir sama dengan koloni V alginolyticus akan tetapi bakteri ini tidak tumbuh

swarm pada media padat non-selektif seperti NA.

3.3.4.3 Penyakit Protozoa

4.3.4.1. Cryptocaryonosis

Penyakit ini sering ditemukan pada ikan kerapu bebek dan macan, dengan tanda ikan

yang tersering terlihat bercak putih. Stadia parasit yang menginfeksi ikan dan menimbulkan

penyakit adalah disebut trophont berbentuk seperti kantong atau genta (Gambar 3) berukuran

antara 0.3-0.5 mm, dan dilengkapi dengan silia. Tanda klinis ikan yang terserang adalah ikan

seperti ada gangguan pernafasan, bercak putih pada kulit, produksi mukus yang berlebihan,

kadang disertai dengan hemoragi, kehilangan nafsu makan sehingga ikan menjadi kurus. Erosi

(borok) dapat terjadi karena infeksi sekunder dari bakteri. Diagnosis dapat dilakukan dengan

melihat gejala seperti adanya bercak putih, tetapi untuk lebih memantapkan (diagnosis definitif)

perlu dilakukan pengamatan secara mikroskopis dengan cara memotong insang, mengerok dari

lendir. Serangan penyakit dapat diatasi dengan penjagaan kualitas air. Perlakuan bahan kimia

pengendali parasit dapat dilakukan seperti perendaman dalam larutan formalin 25 ppm,

perendaman ikan dalam air bersalinitas 8 ppt selama beberapa jam dan memindahkan ikan yang

udah diperlakukan ke dalam wadah barn bebas parasit.

Page 12: Hama Dan Penyakit

4.3.3.2. Infestasi Trichodina

Penempelan Trichodina (Gambar 4) pada tubuh ikan sebenarnya hanya sebagai tempat pelekatan

(substrat), sementara parasit ini mengambil partikel organik dan bakteri yang menempel di kulit

ikan. Tetapi karena pelekatan yang kuat dan terdapatnya kait pada cakram, mengakibatkan

seringkali timbul luka, terutama pada benih dan ikan muda. Pelekatan pada insang juga

seringkali disertai luka dan sering ditemukan set darah merah dalam vakuola makanan

Trichodina. Pada kondisi ini maka Trichodina merupakan ektoparasit sejati.

Trichodina yang merupakan ektoparasit pada ikan air laut mempakan spesies yang bersifat

sebetulnya lebih bersifat komensal daripada ektoparasit. Trichodina spp. yang didapatkan pada

ikan air payau merupakan spesies yang memiliki toleransi yang luas terhadap kisaran salinitas.

Trichodina yang menempel di insang umunmya berukuran lebih kecil dibandingkan yang hidup

di kulit, contohnya adalah Trichodinella. Ikan yang terserang Trichodina biasanya warna

tubuhnya terlihat pucat, produksi lendir yang berlebihan dan terlihat kurus. Diagnosis dapat

dilakukan dengan cara melakukan pengerokan (scraping) pada kulit, atau mengambil lembaran

insang dan melakukan pemeriksaan secara mikroskopis. Pencegahan terhadap wabah penyakit

adalah dengan cara pengendalian kualitas lingkungan, karena mewabahnya penyakit berkaitan

dengan rendahnya kualitas lingkungan. Perlakuan terhadap ikan yang terinfeksi oleh parasit

adalah dengan cara perendaman dalam larutan formalin 200-300 ppm.

4.3.3.3. Caligus sp., parasit golongan Crustacea

Parasit jenis ini sering, ditemukan baik pada induk ikan maupun di tambak. Penempelan

ektoparasit ini dapat menimbulkan luka, dan akan lebih parah lagi karena ikan yang terinfeksi

dengan parasit sering menggosok-gosokkan tubuhnya ke dinding bak atau substrat keras lainnya.

Timbulnya luka akan diikuti dengan infeksi bakteri. Caligus sp. berukuran cukup besar sehingga

dapat diamati dengan tanpa bantuan mikroskop. Perlakuan ikan terserang parasit cukup mudah,

yaitu hanya merendamnya dalam air tawar selama beberapa menit. Perlakuan dengan formalin

200-250 ppm juga cukup efektif. Penggunaan bahan seperti Triclorvon (Dyvon 95 SP) hiingga 2

ppm dapat mematikan parasit.

Page 13: Hama Dan Penyakit

KESIMPULAN

Dari pembahasan yang ada dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa dalam pembudidayaan

ikan, baik pada air payau maupun air laut di butuhkan pengawasan yang ekstra pada kultivan

yang di pelihara. Hal ini dilakukan karena tidak menutup kemungkinan bahwa kultivan akan

terserang penyakit, yang mana akan menimbulkan kerugian.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, “Pedoman Teknis Penanggulangan Penyakit Ikan Budidaya Laut”, Departemen Kelautan dan perikanan 2005.

Anonim, “Pengendalian Hama Yang Sering Terjadi Di Tambak Air Payau” Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004.

Anonim, “Jenis Penyakit Pada Ikan (Finfish) Budidaya Air Payau” Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005.

Anonim,“Cegah Bercak Putih (WSSV) yang Menyerang Udang di Tambak” Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005.

Page 14: Hama Dan Penyakit

Dr. A. B. Susanto, M.Sc, dkk.”Pembesaran Bandeng”Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 2004.

Makalah kelompokDasar-dasar akuakultur

Hama Dan Penyakit Pada Pembudidayaan Ikan

OLEH :

KELOMPOK : I

Page 15: Hama Dan Penyakit

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR