hama besta

27
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jeruk merupakan salah satu komuditi buah buahan penting yang mendapat prioritas utama untuk dikembangkan secara nasional. Hal ini disebabkan antara lain, usahataninya dapat memberikan sumbangan besar dalam meningkatkan pendapatan petani, disukai oleh konsumen karena kandungan gizi yang tinggi, dan permintaan pasar (domestk dan luar negri) yang makin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Abuhaerah (1987}, dengan pengelolaan yang baik,usaha tani jeruk memberikan nilai hasil diatas Rp. 10 juta per Ha per tahun (Warda, 2005). Salah satu gangguan yang mengakibatkan kehilangan hasil cukup tinggi pada tanaman jeruk adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).Lebih 50 jenis penyakit dan 10 jenis hama diketahui dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman jeruk, diantaranya adalah lalat Buah, Kutu Daun, Ulat peliang daun, sedangkan penyakit utama adalah, CVPD, Diplodia dan busuk pangkal batang. Cara pengendalian hama yang umum

Upload: renobess

Post on 28-Dec-2015

49 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hama Besta

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jeruk merupakan salah satu komuditi buah buahan penting yang

mendapat prioritas utama untuk dikembangkan secara nasional. Hal ini

disebabkan antara lain, usahataninya dapat memberikan sumbangan besar dalam

meningkatkan pendapatan petani, disukai oleh konsumen karena kandungan gizi

yang tinggi, dan permintaan pasar (domestk dan luar negri) yang makin

meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Abuhaerah (1987}, dengan pengelolaan

yang baik,usaha tani jeruk memberikan nilai hasil diatas Rp. 10 juta per Ha per

tahun (Warda, 2005).

Salah satu gangguan yang mengakibatkan kehilangan hasil cukup

tinggi pada tanaman jeruk adalah serangan organisme pengganggu tanaman

(OPT).Lebih 50 jenis penyakit dan 10 jenis hama diketahui dapat menimbulkan

kerusakan pada tanaman jeruk, diantaranya adalah lalat Buah, Kutu Daun, Ulat

peliang daun, sedangkan penyakit utama adalah, CVPD, Diplodia dan busuk

pangkal batang. Cara pengendalian hama yang umum dilakukan petani adalah

secara kimiawi dengan pestisida, yang penerapannya kadang kadang tidak

memperdulikan kaidah kaidah sumber daya alam dan lingkungan hidup

(Agus dan Najamuddin, 2008).

Hama yang sangat potensi menimbulkan kerugian pada usaha tani

tanaman holtikultura di Dunia adalah lalat buah. Lebih dari seratus jenis tanaman

holtikultura diduga menjadi sasaran serangan lalat buah. Seranagn hama tersebut

dapat menyebabkan buah jeruk menjadi rusak dan busuk karena perilaku lalat

buah betina meletakkan telur pada buah, kemudian telur menetas menjadi larva

Page 2: Hama Besta

2

dan memakan daging buah, kemudian buah jeruk akan gugur sebelum waktunya.

Pada umumnya populasi yang tinggi intensitas serangnya juga tinggi. Lalat buah

betina meletakkan telur pada kulit buahyang sudah matang atau setengah matang.

Seekor imago lalat buah betina meletakkan tel ur antara 1-10 butir di satu buah

dan dalam sehari mampu meletakkan telur sampai 40 butir (Herlinda dkk, 2007).

Kerusakan kuantitatif buah jeruk terjadi karena adanya penurunan

jumlah hasil panen buah. Akibatnya terjadi penurunan produksi buah yang

berkualitas. Oleh karena itu lalat buah sebagai hama utama yang sangat ditakuti

petani khususnya di daerah tropis seperti Indonesia. Lalat buah Bactrocera

dorsalis (famili Tepritidae) merupakan salah satu hama penting pada buah

buahan. Serangga ini hidup bersimbiose mutualistis dengan satu bakteri, sehingga

apabila lalat meletakkan telur pada buah, maka akan selalu disertai bakteri dan

mungkin disusul jamur yang Pada akhirnya mengakibatkan buah busuk

(Wahyono dan Tarigan, 2004).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk

mengetahui dampak kerusakan yang ditimbulkan hama lalat buah (Bractocera

dorsalis Hendel. ) pada tanaman jeruk (Citrus sinensis L.)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut.

sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan ,

dan sebagai syarat masuk praktikal test Laboratorium Dasar Perlindungan

Tanaman Sub-Hama, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Page 3: Hama Besta

3

TINJAUAN PUSTAKA

Hama Bactrocera dorsalis (Hendel)

Sistematika dan klasifikasi Bactrocera dorsalis (Hendel) menurut

Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Bangsa : Diptera

Suku : Tephritidae

Marga : Bactrocera

Jenis : Bactrocera dorsalis (Hendel)

Biologi Hama

Telur berwarna putih, berbentuk lonjong dan elips, mempunyai ukuran

1.17 x 0,21 mm diletakkan dalam botol yang telah dilubangi. Seekor betina

mampu meletakkan telur pada buah sebanyak 1 – 10 butir dan dalam sehari

mampu meletakkan telur sampai 40 butir. Sepanjang hidupnya seekor betina

mampu bertelur sampai 800 butir (Putra, 2011). Dalam perkembangbiakannya,

induk lalat akan menempatkan telur telurnya pada jaringan buah dalam posisi

agak miring, kedua helai benang halusnya itu tetap menjulur keluar. Telur

menetas dalam 2 atau 3 hari, larva langsung merusak dan memakan jaringan buah.

Siklus hidupnya dapat dikatakan demikian singkat, sekitar 14 sampai 21 hari

(Ganeshan and Rajabalee, 1997).

Telur menetas + 6 hari sejak telur diletakkan, larva instar satu

berwarna putih. Perkembangan larva berakhir pada instar akhir yaitu pada insar

Page 4: Hama Besta

4

tiga dengan ciri tubuh berwarna putih cream dan mempunyai panjang tubuh 10

mm. Selama dalam kurungan larva diberikan makanan pengganti (Putra, 2011).

Bentuk pupa bulat lonjong, berwarna putih cream sampai cokelat

muda, besarnya pupa tergantung besarnya larva. Perkembangan larva ke pupa

berkisar antara 6 – 7 hari tergantung jenis makanan yang diberikan. Pupa

mempunyai ukuran panjang sekitar 9,4 mm. Stadia pupa menjadi Imago sekitar

7 – 9 hari (Soeroto dkk., 1995).

Serangga dewasa hidup diberbagai habitat, biasanya ditemukan dekat

dengan larva dan sering dijumpai pada bunga bungaan (Jumar, 2000). Imago lebih

besar dari lalat rumah, mempunyai warna yang sangat bervariasi yaitu kuning,

coklat tua sampai hitam pada torax. Ukuran panjang tubuhnya berkisar 8 mm,

panjang sayap 7,3 mm (Putra, 2011).

Pada betina mempunyai Ovipositor yang sangat jelas dan berguna

untuk meletakkan telur, sedangkan pada jantan biasanya mempunyai ukuran tubuh

lebih kecil dibanding dengan betina dan tanpa ovipositor (Putra, 2011).

Gambar 1. Lalat buah (Bactrocera dorsalis (Hendel))Sumber : http://www.agroatlas.ru/

Page 5: Hama Besta

5

Daur Hidup

Dalam siklus hidupnya lalat buah mempunyai 4 stadium hidup yaitu

telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur kedalam kulit

buah jeruk atau di dalam luka atau cacat buah secara berkelompok. Lalat buah

betina bertelur sekitar 15 butir. Telur berwarna putih transparan berbentuk bulat

panjang dengan salah satu ujungnya runcing (Soeroto dkk., 1995).

Larva lalat buah hidup dan berkembang di dalam daging buah selama

6-9 hari. Larva mengorek daging buah sambil mengeluarkan enzim perusak atau

pencerna yang berfungsi melunakkan daging buah sehingga mudah diisap dan

dicerna. Enzim tersebut diketahui yang mempercepat pembusukan, selain bakteri

pembusuk yang mempercepat aktivitas pembusukan buah. Jika aktivitas

pembusukan sudah mencapai tahap lanjut, buah akan jatuh ke tanah, bersamaan

dengan masaknya buah, larva lalat buah siap memasuki tahap pupa, larva masuk

dalam tanah dan menjadi pupa (Herlinda, 2007).

Pupa berwarna kecoklatan berbentuk oval dengan panjang 5 mm.

Lalat dewasa berwarna merah kecoklatan, dada berwarna gelap dengan 2 garis

kuning membujur dan pada bagian perut terdapat garis melintang. Lalat betina

ujung perutnya lebih runcing dibandingkan lalat jantan. Siklus hidup dari telur

menjadi dewasa berlangsung selama 16 hari. Fase kritis tanaman yaitu pada saat

tanaman mulai berbuah terutama pada saat buah menjelang masak.

Lalat buah yang mempunyai ukuran tubuh relatif kecil dan siklus

hidup yang pendek peka terhadap lingkungan yang kurang baik. Suhu optimal

untuk perkembangan lalat buah ? 26?C, sedangkan kelembaban relatif sekitar

70%. Kelembaban tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan pupa.

Page 6: Hama Besta

6

Kelembaban tanah yang sesuai untuk stadia pupa adalah 0-9%. Cahaya

mempunyai pengaruh langsung terhadap perkembangan lalat buah. Lalat buah

betina akan meletakkan telur lebih cepat dalam kondisi yang terang, sebaliknya

pupa lalat buah tidak akan menetas apabila terkena sinar. Lalat buah paling

banyak menyerang pada pamelo (Citrus grandis) dan sedikit yang

menyerang jeruk manis (C. sinensis) maupun keprok (C. reticulata). Pada pamelo

diidentifikasi sebagai B. carambolae dan B. papayae. Pada pamelo serangan lalat

buah kadang-kadang bersamaan dengan serangan penggerek buah Citripestis

sagitiferella, sehingga agak sulit membedakan serangga tersebut. Hama ini

banyak ditemukan di sentra-sentra produksi jeruk seperti di Sumatera Utara dan

Jawa Timur (Soeroto dkk., 1995).

Gambar 2. Daur Hidup Lalat buah (Bactrocera dorsalis (Hendel))Sumber : http://www.agroatlas.ru/

Page 7: Hama Besta

7

Gejala Serangan

Gejala awal serangan Bactrocera doralis (Hendel) ditunjukkan oleh

adanya noda hitam berukuran kecil pada buah jeruk. Bintik hitam yang berwarna

hitam tersebut merupakan bekas tusukan Ovipositor. Larva yang baru menetas

langsung memakan daging buah, akibat dari aktifitas larva ini menyebabkan

bagian buah yang ada disekitarnya menjadi bercak luas dan basah yang

bertambah. Selanjutnya larva akan memakan daging buah hingga buah menjadi

busuk dan gugur sebelum waktunya (Easwakamoorthy et.al., 1990).

Tingkat kerusakan pada buah jeruk yang matang lebih tinggi dari buah

mengkal. Hal ini terjadi oleh pengaruh buah jeruk matang yang teksturnya lebih

lunak sehingga kerusakannya lebih mudah telihat. Sedangkan pada muah mentah

dan mengkal sebenarnya sudah ada lalat buahnya. Karena buahnya masih keras

maka kerusakannya tidak nyata terlihat. Kerusakan yang terjadi pada buah jeruk

akibat serangan B.dorsalis berfluktuasi. Serangan tertinggi terjadi pada umur

tanaman 17 mst (13,15 %). Hal ini dipengaruhi oleh jumlah telur yang diletakkan

lalat buah betina. Pada umumnya satu ekor imago lalat buah dapat meletakkan

1 – 10 telur. Populasi lalat buah tinggi menyebabkan jumlah telur yang diletakkan

meningkat dan akibatnya kerusakan pada buah jeruk juga meningkat. Kerusakan

buah jeruk pada saat tanaman 17 mst tersebut diduga ada kaitannya dengan

jumlah buah jeruk dan populasi lalat buah. Ketersediaan buah yang banyak dan

populasi lalat buah yang tinggi menyebabkan tingkat kerusakan buah jeruk pada

saat ini tinggi (Herlinda, 2007).

Kerusakan pada buah jeruk yang diserang oleh imago lalat buah

sanagt dipengaruhi oleh umur buah. Kriteria kematangan buah jeruk yang diamati

Page 8: Hama Besta

8

memberikan impormasi yang jelas mengenai tingkat kerusakan pada buah.

Serangan B.dorsalis tidak hanya menyerang buah yang sudah matang saja tetapi

juga menyerang buah yang masih mengkal. Oleh karena itu bila ingin melakukan

pengendalian lalat buah sebaiknya dilakukan pada saat buah jeruk masih mentah

atau menjelang mengkal. B.dorsalis umumnya menyerang buah jeruk yang

matang atau setengah matang. Buah jeruk yang matang atau menjelang matang

mengeluarkan aroma ekstraksi ester dan asam organik yang semerbak sehingga

mengundang B.dorsalis untuk datang dan meletakkan telur (Kalshoven, 1981).

Pengendalian

Pengendalian lalat buah tergolong sulit. Hal ini disebabkan oleh

rendahnya kepedulian masyarakat terhadap fakta fakta biologis bahwa lalat buah

mempunyai inang yang cukup luas. Namun kerusakan pada tumbuhan yang

mempunyai nilai rendah jarang diperhatikan, sehingga menguntungkan lalat buah

karena inang tersedia terus menerus.

Pada tanaman berwujud pohon, pengendalian biologi dilakukan

dengan pengolahan (pembalikan) tanah merupakan cara yang cukup efektif untuk

membunuh calon calon pupa lalat buah yang ada dibawah permukaan tanah.

Pengendalian hayati pada dasarnya adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh

alami untuk mengendalikan populasi hama yang merugikan (Untung, 1993).

Musuh alami lalat buah yang paling penting adalah parasitoid, misalnya tawon

dari family Braconidae. Contoh predator lalat buah adalah semut O. Smaragdina

(Putra, 2011).

Pengendalian secara teknis yang dilakukan pada umumnya adalah

dengan pembungkusan buah buahan ataupun pemberonjongan pohonnya dengan

Page 9: Hama Besta

9

kasa, pengasapan untuk mengusir lalat buah, penyemprotan dengan insektisida,

pemadatan tanah dibawah pohon untuk memutus siklus hidup serta penggunaan

atraktan (zat pemikat) yang salah satunya berbahan methyl eugenol. Namun

demikian, cara cara pengendalian ini dirasa masi kurang efektif, karena tidak

dilakukan secara serentak dan kontiniu, sehingga daedarah yang tidak

dikendalikan menjadi sumber infeksi dimasa mendatang. Selain hal tehnis, juga

masalah mahalnya zat pengendali, khusnya antraktan lalat buah, sehingga

petani/pengguna belim semuanya mampu memperoleh bahan ini. Sebagai contoh,

antraktan komersil yang ada dipasaran saat ini harganya berkisar antara

Rp 1.000.000 hingga Rp.1.500.000/liternya (Kardinan, 2009).

Pada tanaman sayuran, misalnya cabai, pemakaian mulsa menjadi

alternatif yang cukup menjanjikan. Mulsa yang dipasang dibawah tanaman akan

menghalangi larva instar terakhir untuk berpupa didalam tanah. Jenis mulsa yang

dapat digunakan adalah plastik, atau potongan jerami kering. Petani mencoba

menggunakan mulsa jerami, meskipun efektifitasnya dalam membunuh larva larva

lalat buah tidak setinggi mulsa plastik (Putra, 2011).

Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dngan satu tekhnik

pengendalian lalat buah di Hawai yaitu dengan penggunaan aktran (pemikat lalat

buah dengan bahan aktif metil eugenol (C12H24O2) yang dapat mengurangi

penggunaan pestisida sebesar 75 sampai 95 %. Antraktan berperan untuk

memonitor populasi lalat, memerangkap dan membunuh lalat, serta mengganggu

perkawinan lalat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan penggunaan

antraktan metil eugenol dapat menurunkan intensitas serangan lalat buah pada

Page 10: Hama Besta

10

mangga sebesar 70% dan selasih efektif memerangkap hama lalat buah pada jeruk

dan daya tahannya berlangsung hingga 57 hari (Manner, et.al.,2006).

Tekhnik steril dan methode genetik lainnya adalah spesifik dan tidak

mempunyai efek negatif terhadap lingkungan. Tetapi konpleksitasnya diliar

jangkauan seorang petani dan programnya harus direncanakan, diorganisir dan

diterapkan oleh badan pemerintah. Kemungkinan musimnya ini tiba dengan keras

beberapa tekhnik steril harus dikerjakan di negara asia dimana sangat kecil dan

dan skala luas, pusat strategi pengontrolan hama yang sulit diterapkan. Hanya

pengecualian untuk lalat buah, program pemberantasan harus dilaksanakan Dacus

cucurbiate (Coquilett) di Jepang dari tahun 1972 sampai sekarang dan program

penindasa Bactrocera dorsalis (Hendel) di Taiwan sejak tahun 1975 sampai

sekarang (Dhaliwal, 1998).

Page 11: Hama Besta

11

PERMASALAHAN

Lalat buah merupakan lalat yang sangat merugikan di bidang

holtikultura, karena sering membuat produk holtikultura seperti mangga, cabai,

jambu biji, belimbing, nangka, jeruk dan buah buahan lainnya menjadi busuk dan

berbelatung. Hama ini juga dapat menjadi penghambat perdagangan

(Trade barrier) antar Negara, karena apabila pada komoditas ekspor suatu eksport

terdapat telur lalat buah, maka prodak tersebut akan ditolak. Hal ini pernah terjadi

terhadap Indonesia pada komoditas paprika yang akan di eksport ke Taiwan

(Kardinan, 2009).

Saat ini, usaha yang banyak dilakukan untuk menekan serangan

organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah dengan menggunakan pestisida.

Keuntungan cara ini adalah cepat memberikan hasil berupa kematian OPT, mudah

cara aplikasinya, sementara itu efek penggunaan pestisida yang membahayakan

seperti pencemaran lingkungan, keamanan bagi konsumen, terbunuhnya

organisme yang bukan sasaran, dan terjadinya resistensi dari organisme target

tidak atau kurang menjadi pertimbangan (Istianto,2009).

Penanganan OPT sebagai paktor pembatas dalam meningkatkan

produksi dan mutu buah jeruk perlu dilakukan secara serius mengingat akan

tuntutan pasar international. Dibutuhkan persyaratan mutu termasuk daftar OPT

serta penangannya dengan residu pestisida minimum. Pada era perdagangan bebas

ini, orientasi utama adalah peningkatan daya saing global termasuk penyelamatan

produksi pertanian dari serangan OPT sebagai persyaratan untuk perlindungan

kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup. Oleh karena itu,

Page 12: Hama Besta

12

penggunaan pestisida di pertanian jeruk perlu dikurangi dan sebagai alternatif

pengendalian yang aman terhadap lingkungan (Dinata dan Suryani,2012).

Salah satu langkah penting yang harus dilakukan dalam rangka

monitoring dan pengendalian lalat buah yang menyerang tanaman jeruk

adalahmemahami bioekologi dari lalat buah tersebut. Sejumlah hasil penelitian

tentang bioekologi lalat buah Bactrocera sp, telah dilaporkan oleh beberapa

peneliti. Misalnya, tentang biologi perkembangannya ; tentang fluktuasi

populasinya, perihal migrasi dan perubahan populasinya; dan tentang biologi

molekularnya (Manurung dkk,2012)

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) mencakup

kegiatan yang dapat menyebabkan penurunan produksi dan mutu buah dengan

memperhatikan aspek keamanan produk dan kelestarian lingkungan serta sumber

daya alam. Pengendalian OPT dilakukan dengan penerapan prinsip pengendalian

Hama Penyakit Terpadu (PHT). PHT dapat dilakukan dengan cara : Fisik, yaitu

mengendalikan organisme pengganggu secara manual; Biologi, dengan

memanfaatkan peranan agensia hayati seperti predator dan potogen; Kultur

teknis, dengan penanaman varietas toleran, pengaturan jarak tanam, pengaturan

drainase, pemupukan berimbang, penjarangan buah; kimiawi; dengan pestisida.

Cara ini merupakan alternatif terahir dengan mempertimbangkan ambang

ekonomi.

Kebun jeruk harus bersih dari unsur unsur yang dapat menjadi tumbuh

kembangnya berbagai hama, penyakit, dan gulma. Kegiatan sanitasi meliputi

penyiangan. Penyiangan harus lebih insentif dilakukan pada musim penghujan.

Biasanya kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk dan

Page 13: Hama Besta

13

pembumbunan. Upaya menjaga kebersihan kebun juga harus dilakukan terhadap

ranting ranting sisa pemangkasan dan bagian bagian tanaman yang mengandung

penyakit. Ranting ranting dan sisa sisa bagian tanaman ini diangkut keluar areal

kebun dan dimasukkan dalam lubang kemudian dibakar

(Poerwanto dan Solichah, 2010).

Page 14: Hama Besta

14

PEMBAHASAN

Dari uraian berbagai masalah yang sering terjadi seperti yang telah

dijelaskan maka dapat diambil sebuah penyelesaian berupa di intensifkannya

penyuluhan lapangan terhadap cara-cara pengendalian hama ini dengan baik dan

benar selain itu pihak-pihak yang bertanggung jawab juga ikut serta dalam

membantu atau mengkontribusikan jasa dalam bidang masing-masing seperti :

Pemuka masyarakat setempat yang memberikan pengarahan dan

pengertian kepada para petani setempat bagaimana seharusnya cara pengendalian

hama ini dengan baik dan benar, karena kalau diperhatikan masalah sosial juga

mempengaruhi proses pengendalian dan cara pengendalian yang dilakukan oleh

para petani

Ahli kultur jaringan atau pembiakan varietas baru terus berusaha

menemukan varietas-varietas baru yang lebih  tahan terhadap serangan hama ini

serta menemukan cara-cara pengendalian yang lebih efektive dan efesien juga

mengurangi resiko dampak yang ditimbulkan oleh kelebihan residu penyemprotan

pestisida sehingga dampak kerusakan yang di timbulkan oleh hama lalat buah ini

bisa diminimalisir.

Selanjutnya yaitu pengintensifikasian penyuluhan oleh lembaga

penyuluhan lapangan pertanian oleh dinas pertanian setempat tentang cara-cara

pengendalian yang lebih baik dan benar. Dalam hal ini peran pemerintah setempat

juga dibutuhkan dalam proses sosialisasi agar masyarakat lebih termotivasi untuk

melakukan cara-cara pengendalian yang di anjurkan.

Apabila hal-hal diatas bisa dilaksanakan dengan baik mudah-mudahan

akan memperlihatkan pengaruh yang baik terhadap kualitas komoditi dan

Page 15: Hama Besta

15

menurunnya presentase jumlah hama ulat tritip pada komoditi-komoditi yang

terserang khususnya komoditi tanaman jeruk.

Page 16: Hama Besta

16

KESIMPULAN

1. Hama lalat buah (Bactrocera dorsalis Hendel.) sering menyerang atau

mengganggu tanaman budidaya dan mengakibatkan kerusakan dan

kerugian yang tidak sedikit, yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.

2. Hama lalat buah hidup pada buah yakni daging buah ketika pada fase

larva, larva tersebut memakan daging buah.

3. Pada buah yang telah rusak terdapat adanya noda noda berupa bintik

bintik hitam seperti bekas tusukan namun berukuran kecil.

4. Pengelolaan hama terpadu pada tanaman jeruk dapat berupa penyuluhan

secara intensif dan berkelanjutan, penggunaan benih/bibit bermutu dari

varietas unggul, dan bercocok tanam yang tepat.

5. Pengelolaan terpadu pada hama lalat buah adalah dengan cara

pengendalian hayati.

Page 17: Hama Besta

17

DAFTAR PUSTAKA

Agus, N. dan Najamuddin.2008. Inventarisasi Keberadaan Hama dan Predatornya

Pada Pertanaman Jeruk Besar (Citrus Grandis L.). Di Kabupaten

Pangkep. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI

XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 5 Nopember 2008.

Dhaliwal, G.S, dan R. Arora. 1998. Principles Of Insect Pest Management.

Kalyani Publisher : New Delhi

Dinata,K. dan Suryani, S.M.R., 2012. Identifikasi dan Status Serangan Opt

Utama Pada Pertanian Jeruk Rgl di Kabupaten Lebong.

Easwakamoorthy,S., H. David, G. Santhalakshmi, M. Shanmudasundaram,V.

Nandagopal and N.K. Kurup. 1990. Toxicity Of Certain Insecticides To

Sturmiopsis inferns, A Larva Parasite Of Sugarcane Month Borers.

Sugarcane Breeding Institute, India.

Ganeshan,S. And A. Rajabalee. 1997. Parasitoid of The Sugarcane Spotted Borer,

Chilo sacchariphagus (Lepidoptera: Pyralidae), in Mauritius. Mauritius Sugar

Industry Reasearch Institute, Riduit, Mauritius.

Kalshoven, L.G.E. 1981 The Pest of Crop in Indonesia. Revised and Translated

by PA. Vander Lean. PT. Ichtiar Baru – Van Hoove. Jakarta.

Herlinda,S, R.Mayasari, T.Adam, Y.Pujiastuti. 2007. Populasi dan Serangan Lalat

Buah Bactrocera Dorsalis (HENDEL) (Diptera: Tephritidae) serta Potensi

Parasitoidnya pada Pertanaman Cabai (Capsium Annuum L). Seminar

Nasional dan Kongres Ilmu Pengetahuan Wilayah Barat, Palembang :

Palembang.

Page 18: Hama Besta

18

Istianto,M. 2009. Pemanfaatan minyak Atsiri Pengendali Organisme Pengganggu

Tanaman Buah. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Sumatera

Barat.

Jayanto, A.D. 2009. Jeruk (Citrus sp). Balai Penelitian dan Pengembangan,

Jakarta.

Kardinan,A. 2009. Tanaman Aromatik Pengendali Hama Lalat Buah. Balai

Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Jakarta.

Manner, H.I, R.S.Buker, V.E.Smith, D.Ward and C.R.Elevitch.2006. Citrus and

Fortunella (Kumquat). Species Profiles For Pasific Island Agroforestry.

Amerika.

Manurung, B, P. Prastowo, dan E.E. Tarigan, Pola Aktivitas Harian dan

Dinamika Populasi Lalat Buah Bactrocera Dorsalis Complex Pada

Pertanaman Jeruk di Dataran Tinggi Kabupaten Karo Provinsi Sumatera

Utara.

Prihatman,K., 2000. Jeruk (Citrus sp). Kantor Deputi Menegristek Bidang

Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,

Jakarta.

Poerwanto, M.E. dan Solichah,S. Kajian Prefensi Ovip Osisi D Iaph O Rin A.

Citri Ku Wayama Pada Tanaman Jeruk Yang Terinfeksi Cvpd dan Jeruk

Sehat. Universitas Pembangunan Nasional. Yogyakarta.

Putra, N.S. 2011. Majalah Serangga Online.

http : // majalah serangga.wordpress.com diakses pada tanggal 08 Oktober

2013.

Reo, R.. 2010. Budidaya Jeruk.

Page 19: Hama Besta

19

http; // dragonball.student.umm.ac.id/2010/08/24/budidaya-jeruk diakses

pada tanggal 08 Oktober 2013.

Ristek, 2013. Jeruk (Citrus sp). Kantor Deputi Menegristek Bidang

Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340.

Telp. 021 316 9166 -69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Sarjan, M., H.Yulistiono dan H.Haryanto 2010. Kelimpahan dan komposisi

species lalat buah pada lahan kering di Kabupaten Lombok Barat.

http://fp.unram.ac.id/data/2012/02/5Sarjan.pdf diakses pada tanggal 08

Oktober 2013.

Soeroto, A., W. Nadra, dan L. Chalid. 1995. Petunjuk Praktis Pengendalian Lalat

buah. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Dan Holtikultura Direktorat

Bina Perlindungan Tanaman. Jakarta. 35 hal.

Untung,K. 1993 Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University

Prees:Yogyakarta.

Wahyono,T.E., N.Tarigan 2004. Perbanyakan Lalat Buah (Bactrocera Dorsalis) di

Laboratorium. Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional

Pertanian : Bogor.

Warda, 2005. Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk Siem di Luwu Utara. Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. ISBN 979-95025-6-7