metode pengamatan hama

28
PEDOMAN PENGAMATAN DAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN KARET Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta, Desember 2003.

Upload: arief-mualim

Post on 13-Dec-2014

203 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Metode Pengamatan Hama

PEDOMAN

PENGAMATAN DAN

PENGENDALIAN

ORGANISME

PENGGANGGU

TANAMAN KARET

Direktorat Perlindungan Perkebunan.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan.

Departemen Pertanian.

Jakarta,

Desember 2003.

Page 2: Metode Pengamatan Hama

PEDOMAN PENGAMATAN DAN PENGENDALIAN ORGANISME

PENGGANGGU TANAMAN KARET

PENDAHULUAN

Tanaman karet mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian di

Indonesia, karena banyak penduduk yang hidupnya mengandalkan komoditas ini.

Luas areal perkebunan karet di Indonesia telah mencapai lebih dari 3 juta hektar,

sedangkan di Malaysia dan Thailand yang menjadi pesaing utama Indonesia memiliki

luas areal perkebunan karet di bawah jumlah tersebut.

Lahan karet yang luas itu hanya 15 persen merupakan perkebunan besar, sedangkan 85

persen adalah perkebunan rakyat yang dikelola seadanya saja, bahkan ada yang hanya

mengandalkan pertumbuhan alami. Akibatnya dari tahun ke tahun produksi karet alam

Indonesia berada di bawah Malaysia dan Thailand.

Sejak tahun 1980-an pemerintah cq. Direktorat Jenderal Perkebunan melalui berbagai

proyek perkebunan secara bertahap telah melakukan peremajaan tanaman dan upaya

perbaikan budidaya tanaman karet serta peningkatan pemberdayaan petani karet untuk

mengelola kebunnya sebagai suatu usaha bisnis.

Problem yang dihadapi sampai saat ini adalah walaupun produksi karet Indonesia

tergolong besar di dunia tetapi harga jualnya rendah di pasaran luar negeri akibat

rendahnya mutu produksi karet yang dihasilkan. Organisme pengganggu tanaman (OPT)

merupakan salah satu penyebab rendahnya mutu tersebut.

Page 3: Metode Pengamatan Hama

Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu disusun Pedoman Pengelolaan OPT Karet

yang berbasis pengendalian hama terpadu (PHT) untuk menunjangn petugas

perlindungan perkebunan membantu petani karet dalam mengelolan kebunnya.

PENYAKIT PENTING TANAMAN KARET

1. JAMUR AKAR PUTIH (JAP)

a. Pengenalan

penyakit Jamur Akar Putih disebabkan oleh Rigidoporus lignosus atau R. microporus

yang menyerang akar tunggang maupun akar lateral. Penyakit ini dapat mengakibatkan

kematian tanaman dengan intensitas yang sangat tinggi terutama pada tanaman karet

yang berumur 2-4 tahun. Serangan dapat terjadi mulai pada pembibitan, tanaman belum

menghasilkan (TBM) sampai tanaman menghasikan (TM). Pada permukaan akar

terserang ditumbuhi benang-benang jamur berwarna putih kekuningan dan pipih

menyerupai akar rambut. Benang-benang tersebut menempel kuat pada akar sehingga

sulit dilepas. Akar tanaman yang sakit akhirnya membusuk, lunak dan berwarna coklat.

Gejala ini baru terlihat apabila daerah perakaran dibuka.

Tanaman yang terserang daun-daunnya berwarna hijau kusam, layu dan gugur, kemudian

diikuti dengan kematian tanaman. Jamur ini menular melalui kontak langsung antara akar

atau tunggul yang sakit dengan akar tanaman sehat. Spora dapat juga disebarkan oleh

angin yang jatuh di tunggul dan sisa kauy akan tumbuh membentuk koloni. Umumnya

penyakit akar terjadi pada pertanaman bekas hutan atau tanaman, karena banyak tunggul

dan sisa-sisa akar sakit dari tanaman sebelumnya yang tertinggal di dalam tanah yang

menjadi sumber penyakit.

b. Pengamatan

Tujuan pengamatan adalah mengetahui kondisi ekosistem kebun yang meliputi antara

lain keadaan tanaman, gejala serangan penyakit dan faktor lingkungannya seperti iklim,

Page 4: Metode Pengamatan Hama

tanah dan air. Hasil pengamatan dianalisa untuk pengambilan keputusan tentang tindakan

yang akan dilakukan dalam mengelola ekosistem di kebunnya.

Pengamatan dilakukan sesuai luasan yang dimiliki oleh petani. Apabila ada tanaman yang

daun-daunnya berwarna hijau gelap atau kusam, permukaan daun menelungkup,

adakalanya membentuk bunga dan buah padahal belum sesuai dengan umurnya, maka

perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan membuka tanah di sekitar pangkal

batang tanaman untuk melihar tingkat serangan penyakit.

Ringan : Benang jamur berwarna putih baru menempel di permukaan akar atau kulit akar

mulai membusuk karena serangan jamur

Berat : kulit dan kayu akar sudah membusuk karena serangan jamur.

Untuk meyakinkan adanya serangan jamur akar putih pada suatu areal pertanaman karet,

dapat dilakukan dengan cara menutup leher akar tanaman yang dicurigai dengan

mulsa/serasah/rumput kering, 2-3 minggu kemudian akan tampak benang-benang jamur

yang melekat pada leher akar apabila mulsa diangkat. Pengamatan tajuk tanaman untuk

keseluruhan areal kebun karet dilakukan setiap 3 bulan, dimulai sejak tanaman berumur 6

bulan. Pemeriksaan dengan menggunakan mulsa dilakukan setiap 6 bulan yaitu pada awal

dan akhir musim hujan.

c. Pengendalian

pengendalian penyakit jamur akar putih lebih diarahkan kepada pencegahan pertambahan

tanaman terserang.

1. Cara pencegahan penyakit jamur akar putih adalah:

a. Satu meter di sekitar tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa akar dan

tunggul tanaman lainnya. Sisa akar dan tunggul ini harus dibongkar dan

dibakar supaya tidak menjadi sumber penyakit

Page 5: Metode Pengamatan Hama

b. Menanam tanaman penutup tanah minimal satu tahun lebih awaldari

penanaman karet. Tanaman yang dianjurkan adalah jenis kacang-kacangan

seperti Calopogonium muconoides atau C. caeruleum, Centrosema

pubescens, Pueraria javanica. Jenis tanaman ini dapt membantu aktivitas

mikroba untuk mempercepat pembusukan sisa-sisa akar dan tunggul

tanaman sehingga dapat menekan perkembangan jamur penyebab

penyakit.

c. Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur Trichoderma

harzianum yang telah dicampur dengan kompos sebanyak 200 gram per

lubang tanam (1 kg T. harzianum dicampur dengan 50 kg kompos/pupuk

kandang). Menanam bibit tanaman yang sehat bebas dari jamur akar putih.

Pada radius 30-100 cm di sekeliling tanaman (seluas tajuk tanaman)

dilakukan penaburan 100-150 gram serbuk belerang yang dibenamkan ke

dalam tanah dengan menggunakan garpu. Kegiatan ini diulang setiap 6

sampai 12 bulan sampai tanaman karet berumur 6 tahun. Sebagai

pengganti belerang dapat digunakan pupuk Ammonium Sulfat (ZA) sesuai

dosis anjuran dengan cara ditaburkan di sekitar tanaman. Diantara

tanaman karet tidak dianjurkan ditanami tanaman sela yang merupakan

inang jamur penyebab penyakit seperti ubi jalar, ubi kayu dan sebagainya.

2. Cara pengendalian penyakit jamur akar putih pada areal pertanaman karet yang

sudah terserang adalah:

a. Dari hasil pemeriksaan leher akar tanaman yang dicurigai dapat diketahui

tingkat serangan jamur akar putih. Tanaman yang terserang berat atau

telah mati/tumbang harus segera dibongkar secara menyeluruh dan dibakar

di luar areal pertanaman. Sisa-sisa akar harus dibersihkan kemudian bekas

lubang dan 4 tanaman di sekitarnya ditaburi dengan Trichoderma

harzianum yang telah dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 200

gram per lubang atau tanaman. Menanam tanaman marygold (Tithonia

diversifolia) di dalam bekas lubang yang dibongkar dan di sekitar tanaman

karet dengan jarak 1 meter diantara 2 barisan tanaman. Bila masih

memungkinkan untuk penyulaman, dibuat lubang tanam baru berukuran

Page 6: Metode Pengamatan Hama

40 x 40 x 30 cm. Lubang ini ditaburi T. harzianum kemudian ditanam

bibit karet stum tinggi. Di sekitar bibit ditaburi serbuk belerang atau pupuk

ZA sebanyak 100 gram.

b. Tanaman sakit dengan tingkat serangan ringan masih dapat diselamatkan

dengan cara membuka dan membuat lubang tanam 30 cm di sekitar leher

akar dengan kedalaman sesuai serangan jamur. Benang-benang jamur

yang menempel pada akar dikerok dengan alat yang sudah tumpul agar

tidak melukai akar, bagian akar yang sudah busuk dipotong dan

dikumpulkan untuk dibakar. Bekas kerokan dan potongan ditutup dengan

ter dan Izal kemudian seluruh permukaan akar diolesi dengan fungisida

yang direkomendasikan. Setelah luka mengering, akar ditutup kembali

dengan tanam. Empat tanaman jiran di sekitar tanaman sakit, ditaburi

dengan T. harzianum dan pupuk ZA.

c. Tanaman yang telah diobati diperiksa kembali 6 bulan setelah pengolesan

dengan membuka leher akar. Bila masih terdapat benang-benang jamur,

maka dilakukan pengobatan kembali. Pengolesan atau penyiraman akar

dilakukan setiap 6 bulan sekali sampai tanaman menjadi sehat. Metode

penyiraman dilakukan pada tanaman muda dengan cara membuka tanah di

sekitar tanaman sedalam 8-10 cm sesuai umur tanaman.

2. PENYAKIT GUGUR DAUN

a. Pengenalan

ada tiga jenis jamur penyebab penyakit gugur daun karet yaitu: Oidium heveae,

Colletotrichum gloeosporioides dan Corynespora casiicola. Ketiga penyakit daun

tersebut dapat menyerang di pembibitan, tanaman muda, tanaman menghasilkan, tanaman

tua dan di tanaman entress. Pada tanaman menghasilkan, penyakit ini dapat merugikan

karena mengakibatkan daun-daun muda berguguran, yang mengakibatkan pertumbuhan

tanaman terhambat sehingga produksi lateks menurun bahkan tidak menghasilkan lateks

sama sekali, serta produksi biji merosot.

Page 7: Metode Pengamatan Hama

Oidium heveae dan Colletotrichum gloeosporioides menyerang pucuk dan daun muda,

sedangkan Corynespora cassiicola menyerang daun muda dan daun tua. Penyakit ini

dapat timbul di pembibitan, TBM, dan TM. Penyebab penyakit dapat diketahui

berdasarkan gejala yang tampak pada tanaman terserang.

Penyakit gugur daun yang disebabkan oleh Oidium heveae dikenal juga sebagai penyakit

embun tepung. Daun-daun yang berumur 1-9 hari apabila terserang permukaannya

mengeriput, ujung daun mengering dan akhirnya gugur sehingga tanaman menjadi

gundul. Daun-daun yang berumur 10-15 hari apabila terserang, pada jaringan daun

tampak adanya bercak yang tembus cahaya/translucens –tetapi daun tidak gugur. Di

bawah permukaan daun terdapat koloni bundar berwarna putih seperti tepung halus yang

terdiri dari benang-benang dan spora jamur. Spora ini mudah diterbangkan oleh angin

dan mudah tercuci dari permukaan daun oleh air hujan. Serangan berat terjadi apabila

cuaca kering diselingi dengan hujan yang singkat pada malam atau pagi hari pada saat

tanaman sedang membentuk daun-daun muda, terutama di kebun dengan ketinggian 300

meter dari permukaan laut (dpl). Penularan penyakit ini melalui spora yang diterbangkan

oleh angin sehingga dapat mencapai jarak yang jauh.

Penyakit gugur daun yang disebabkan oleh Colletotrichun gloeosporioides, pada daun

muda yang terserang terlihat bercak-bercak berwarna coklat kehitaman, keriput, bagian

ujungnya mati dan menggulung yang akhirnya gugur. Pada daun yang berumur lebih dari

10 hari serangan Colletotrichum gloeosporioides, menyebabkan bercak-bercak daun

berwarna coklat dengan halo berwarna kuning dan permukaan daun menjadi kasar.

Serangan lebih lanjut bercak tersebut menjadi berlubang. Disamping menyerang daun, C.

gloeosporioides dapat pula menyerang ranting muda yang masih berwarna hijau dengan

menimbulkan gejala busuk, kering dan akhirnya mati pucuk (die back).

Penyakit gugur daun yang disebabkan oleh Corynespora cassicola diawali dengan bercak

coklat dan selanjutnya berkembang menjadi guratan menyerupai tulang ikan. Bercak ini

akan meluas sejajar dengan urat daun dan kadang tidak teratur. Daun mejnadi kuning dan

coklat kemerahan kemudian gugur. Penyebaran penyakit melalui spora yang dibawa oleh

Page 8: Metode Pengamatan Hama

angin. Tanaman yang terserang mengalami gugur berulang kali sehingga meranggas

sepanjang tahun.

b. Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali mulai pada saat tanaman membentuk tunas

baru sampai daun menjadi hijau. Pengamatan dilakukan pada 10 pohon sampel yang

tersebar merata di dalam areal kebun yang diamati.

Intensitas serangan dinyatakan dalam tajuk, makin tipis kerapatan tajuk makin berat

intensitas serangannya yaitu:

Kerapatan tajuk 25 - < 50 % = serangan penyakit daun berat

Kerapatan tajuk > 50 – 75 % = serangan penyakit daun ringan

Pengambilan keputusan untuk pengendalian segera dilakukan terutama pada gejala

serangan penyakit yang berat di areal pertanaman yang diamati.

c. Pengendalian

- Mencegah timbulnya penyakit daun dengan menanam 3-4 jenis klon anjuran yang

resisten dalam satu areal pertanaman. Klon yang dianjurkan seperti PR 261, RRIC

100, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, klon seri IRR 00, dan IRR

seri 100.

- Tanaman yang terserang ringan sebaiknya diberi pupuk nitrogen dua kali dosis

anjuran pada saat daun-daun mulai terbentuk. Pupuk dibenamkan ke dalam tanah

agar mudah diserap oleh akar.

- Tanaman yang terserang berat perlu disemprot dengan fungisida kontak yang

direkomendasikan, pada saat mulai membentuk daun dengan interval 1 minggu

sampai daun berwarna hijau (umur daun 21 hari).

Page 9: Metode Pengamatan Hama

3. PENYAKIT BIDANG SADAP

3.1. Kanker Garis

a. Pengenalan

Penyakit kanker garis yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora diawali dengan

adanya selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap.

Bila dikerok, diatas irisan sadap akan tampak garis-garis tegak berwarna coklat atau

hitam. Garis-garis ini akan berkembang dan berpadu satu sama lain membentuk jalur

hitam yang tampak seperti retakan membujur pada kulit pulihan. Terkadang di bawah

kulit pulihan akan terbentuk gumpalan lateks yang mengakibatkan pecahnya kulit,

kemudian keluar tetesan lateks berwarna coklat dan berbau busuk. Penyakit ini

mengakibatkan kerusakan berupa benjolan-benjolan atau cekungan-cekungan pada bekas

bidang sadap lama sehingga penyadapan berikutnya sulit dilakukan. Kanker garis sering

dijumpai pada kebun-kebun yang terletak di daerah beriklim basah dan kelembabannya

tinggi serta tanaman yang disadap terlalu dekat dengan tanah. Penularan penyakit melalui

spora yang disebarkan oleh angin dan air hujan.

b. Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap hari sadap selama musim hujan, terutama di kebun-kebun

yang sering terserang kanker garis. Semua tanaman/pohon yang menunjukkan gejala

serangan harus segera dilakukan tindakan pengendalian dengan pengolesan fungisida.

Tanaman yang telah dikendalikan diamati setiap minggu. Bila masih tersebut bagian yang

menunjukkan gejala serangan kulit membusuk maka dilakukan lagi pengolesan fungisida.

c. Pengendalian

- Di daerah yang sering mengalami serangan kanker garis harus menanam klon

yang tahan (PR 300 dan PR 303)

- Jarak tanam tidak terlalu rapat

Page 10: Metode Pengamatan Hama

- Tanaman penutup tanah yang terlalu lebat dipangkas

- Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran

- Hindari penyadapan yang terlalu dekat dengan tanah

- Pisau sadap diolesi dengan fungisida atau larutan desinfektan sebelum dilakukan

penyadapan

- Pada tanaman yang sudah menunjukkan gejala serangan dilakukan pengolesan

fungisida di sepanjang jalur selebar 5-10 cm diatas dan dibawah alur sadap

dengan kuas

- Pengolesan dilakukan segera setelah penyadapan sebelum lateks membeku

- Bagian yang membusuk harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cara mengerok

sampai pada bagian yang masih sehat, setelah itu diolesi dengan fungisida

- Fungisida yang dianjurkan antara lain Difolatan 4F 2%, Difolatan 80 WP 2%,

Demosan 0,5% atau Actidione 0,5%.

3.2. Mouldy Rot

a. Pengenalan

penyakit Mouldy Rot disebabkan oleh Ceratocystis fimbriata, mula-mula tampak selaput

tipis berwarna putih pada bidang sadap di dekat alur sadap. Selaput ini kemudian

berkembang membentuk lapisan seperti beludru berwarna kelabu sejajar dengan alur

sadap. Bila lapisan kelabu ini dikerok, akan tampak bintik-bintik berwarna coklat hitam.

Serangan ini akan meluas hingga ke kambium dan bagian kayu. Pada serangan berat

bagian yang sakit nampak membusuk dan berwarna hitam kecoklatan. Bekas serangan

akan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap.

Seperti halnya kanker garis, penyakit Mouldy Rot mengakibatkan luka-luka pada bidang

sadap, akibatnya bekas bidang sadap menjadi bergelombang sehingga menyulitkan

penyadapan berikutnya atau tidak dapat lagi disadap. Penyakit ini biasanya timbul pada

musim hujan dan paling banyak di jumpai di daerah-daerah yang berkelembaban tinggi.

Page 11: Metode Pengamatan Hama

Penularan penyakit ini melalui spora yang diterbangkan oleh angin atau melalui pisau

sadap yang dipakai menyadap pohon yang sakit.

b. Pengamatan

pengamatan penyakit Mouldy Rot terutama dilakukan selama musim hujan dengan

interval 1-2 minggu. Pengamatan dilakukan pada semua tanaman dalam luasan areal

kepemilikan petani, apabila ditemukan gejala serangan walaupun hanya satu tanaman

saja, perlu segera dilakukan tindakan pengendalian pada tanaman itu saja. Hal ini

dimaksudkan agar tanaman tersebut cepat sehat sebelum bagian kayunya membusuk

sehingga mampu membentuk kulit bidang sadap yang baru.

Disamping itu dengan tindakan tersebut dimaksudkan untuk menghilangkan sumber

penularan penyakit Mouldy Rot.

c. Pengendalian

- Di daerah yang beriklim basah atau daerah rawan penyakit ini dianjurkan

menanam klon yang resisten seperti GT 1 atau AVROS 2037.

- Jarak tanam tidak terlalu rapat

- Perbaikan drainase kebun dan pengendalian gulma

- Pemupukan sesuai dosis anjuran agar tanaman tetap sehat

- Menurunkan intensitas penyadapan dari S2/d2 menjadi S2/d3 atau S3/d4 atau

menghentikan penyadapan pada saat serangan berat

- Hindari penyadapan yang terlalu dalam agar kulit cepat pulih

- Setiap dilakukan penyadapan, pisau sadap dicelupkan ke dalam larutan fungisida

atau desifektan untuk mencegah terjadinya penularan

- Tanaman yang sudah menunjukkan gejala serangan harus segera dilakukan

pengolesan atau penyemprotan fungisida. Pengolesan dilakukan pada area 5 cm

diatas irisan sadap sehari setelah penyadapan dan getah belum dilepaskan.

Interval pengolesan 1-2 minggu sekali tergantung berat ringannya serangan

samapi tanaman sehat kembali.

Page 12: Metode Pengamatan Hama

- Fungisida yang dianjurkan antara lain Bavistin 50 WP 2 %, Derosol 60 WP 0,1

%, Topsin M 75 WP 2%, Benlate 50 WP 0,5 %, Indofol 476 F 2%, Difolatan 4 F

2 % dan Difolatan 80 WP 2 %.

3.3. Kering Alur Sadap (KAS)

a. Pengenalan

Kering Alur Sadap merupakan penyakit fisiologis yang relatif terselubung, karena secara

morfologis tanaman tampak sehat, malah seringkali menampakkan pertumbuhan tajuk

yang lebih baik dibandingkan tanaman normal, tetapi kulit tidak mengeluarkan lateks bila

disadap. Gejala awal sebagian alur sadap kering, kemudian lebih lanjut terlihat kulit

bidang sadap kering dan pecah-pecah hingga mengelupas. Secara normal tanaman karet

yang produktif melakukan regenerasi lateks tergantung dari lamanya lateks mengalir pada

setiap kali penyadapan.

Penyadapan yang berlebihan sebelum regenerasi lateks dan pemberian stimulan yang

berlebihan hanya mengeluarkan/membuang lebih banyak serum sehingga secara

fisiologis tidak terjadi keseimbangan yang mengakibatkan sel-sel pembuluh lateks

mengalami keletihan. Oleh karena ketidakseimbangan fisiologis ini menyebabkan

terjadinya kerusakan inti sel yang menyebabkan terjadinya koagulasi di dalma sel

pembuluh lateks sehingga daerah aliran lateks mnejadi kering karena tertutupnya jaringan

pembuluh lateks.

Penyebab utama terjadinya kering alur sadap adalah tidak seimbangnya antara lateks

yang dieksploitasi dengan lateks yang terbentuk kembali. Intensitas kering alur sadap

dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu jenis klon, sistem penyadapan, pemeliharaan

tanaman dan umur tanaman. Kering alur sadap tidak menular dari satu tanaman ke

tanaman lainnya tetapi secara berlahan menyebar antara panel ke panel sesuai dengan

arah sadapan dan alur pembuluh lateks.

Page 13: Metode Pengamatan Hama

b. Pengamatan

untuk mendeteksi penyakit kering alur sadap pada tanaman karet yang telah

menunjukkan gejala awal, dilakukan tes tusuk sesuai dengan arah penyebarannya.

Apabila tidak mengeluarkan lateks maka segera dilakukan tindakan pengendalian.

Pengamatan dilakukan pada semua tanaman dalam luasan areal kepemilikan petani,

sehingga dapat segera dilakukan tindakan pengendalian apabila ditemukan gejala

serangan KAS.

c. Pengendalian

- Melakukan pemupukan yang teratur dan seimbang, kemudian ditambah pupuk

KCl dengan 160 gram untuk setiap tanaman per tahun

- Menghindari penyadapan berat dan pemberian stimulan yang berlebihan

- Waktu dan intensitas penyadapan sesuai anjuran, menyadap dengan kedalaman

sadap 1,0-1,5 mm dari kambium, ketebalan irisan sadap 1,66-2,00 mm untuk

setiap kali panyadapan. Sudut kemiringan irisan sadap 300-400 untuk bidang

sadap bawah.

- Mengikis atau mengerok kulit bidang sadap (bark scrapping) yang bergejala KAS

menggunakan pisau sadap hingga kedalaman 3-4 mm dari kambium pada hari ke

0. tehnik pengikisan sama dengan prinsip penyadapan.

- Mengaplikasikan atau mengoles formula, No. BB (produk dari Penelitian

Bioteknologi Perkebunan Bogor) atau Antico f-96 (Produk dari Balai Penelitian

Karet Sembawa)

- Menyadap kulit sehat dapat diteruskan setelah 12 bulan sejak scrapping dilakukan

dan ketebalan kulit mencapai lebih 7 mm. Penyadapan dapat dilakukan setelah

kulit pulih sempurna.

- Menyemprot, mengoleskan insektisida Matador, Akodan atau Supracide pada hari

ke-3, 8 dan 15, setelah pengerokan kulit untuk mencegah serangan hama pada

kulit yang luka.

3.4. Kering Alur Sadap (KAS)

Page 14: Metode Pengamatan Hama

a. Pengenalan

penyakit nekrosis kulit (Bark Necrosis/BN) adalah penyakit busuk pada kulit bidang

sadap yang disebabkan oleh jamur Fusarium solani yang berasosiasi dengan

Botryodiplodia sp. Gejala awal dimulai dengan timbulnya bercak coklat seperti memar

pada permukaan kulit. Penyakit berkembang pada lapisan kulit sebelah dalam dan

merusak lapisan kambium, bahkan sampai ke lapisan kayu. Akibatnya kulit pecah dan

terjadilah perdarahan karena pembuluh lateks pecah. Kerusakan dapat berlanjut pada

semua bagian kulit batang, mulai dari kaki gajah sampai ke percabangan. Serangan BN

biasanya diikuti oleh serangan penggerek Xyloborus sp dan Platypus cupulatus serta

jamur Ustilina sp sehingga mempercepat kematian tanaman.

Kerusakan kambium dapat menyebabkan kulit pulihan tumbuh tidak merata sehingga

menyulitkan penyadapan berikutnya atau sama sekali tidak dapat disadap lagi karena

tanaman mati.

Penularan penyakit terjadi melalui spora yang dibawa angin atau pisau sadap. Penyakit

ini dapat berkembang sepanjang tahun terutama pada perubahan musim kemarau ke

musim hujan. Penyakit nekrosis umumnya timbul pada tanaman yang sudah disadap.

Penyadapan yang terlalu berat tanpa diikuti dengan pemupukan yang memadai dapat

menurunkan ketahanan tanaman sehingga mudah terinfeksi oleh Fusarium sp. Umumnya

infeksi Fusarium sp terjadi pada tanaman yang lemah sebagai akibat interaksi antara sifat

klon, sistem penyadapan dan lingkungan kebun atau cuaca setempat.

b. pengamatan

pengamatan dilakukan pada semua tanaman dalam luasan areal kepemilikan petani.

Interval pengamatan setiap 3 bulan sekali dan pada waktu peralihan musim kemarau ke

musim hujan. Adanya nekrosis kulit perlu diketahui sedini mungkin supaya dapat segera

dilakukan pengendalian pada bagian yang terserang sebelum meluas dan merusak banyak

kulit.

Page 15: Metode Pengamatan Hama

c. Pengendalian

- Prinsip pengendalian penyakit nekrosis kulit sama dengan kering alur sadap,

tetapi karena penyakit nekrosis kulit bersifat patogenik sehingga formula yang

digunakan untuk pengolesan tanaman yang terserang ditambah dengan fungisida

yang telah direkomendasikan.

- Tanaman yang menunjukkan gejala nekrosis kulit, keraknya dikerok kemudian

jaringan yang sakit dioles dengan Antico F 96 (formula yang dihasilkan oleh

Balai Penelitian Sembawa). Bagian yang dioles mencakup 30 cm dari daerah

serangan di sebelah atas dan 20 cm di sebelah bawahnya. Pengolesan dilakukan di

sekeliling batang yang terserang, apabila serangan pada panel, pengolesan

dilakukan di sekeliling kulit pulihan diatas irisan sadap selebar 30 cm dan 20 cm

di sekeliling panel di bawah irisan sadap. Penyadapan tidak perlu dihentikan

tetapi sebaiknya disadap ringan dan menghentikan penggunaan stimulan.

- Pisau sadap dicelupkan ke dalam larutan desinfektan sebelum menyadap ke

tanaman berikutnya.

- Pada serangan ringan pengolesan formula cukup sekali saja, tetapi pada serangan

berat pengolesan formula diulang sampai pada bulan berikutnya dan selanjutnya

setiap 3 bulan sampai tanaman sehat kembali.

4. JAMUR UPAS

a. Pengenalan

penyakit jamur upas disebabkan oleh Corticium salmonicolor yang menyerang batang,

cabang, dan ranting. Pada pangkal atau bagian atas percabangan tampak benang-benang

berwarna putih seperti sutera. Sekumpulan benang ini selanjutnya membentuk lapisan

kerak berwarna merah jambu, kadang-kadang pada permukaan kulit keluar cairan lateks

berwarna coklat kehitaman yang meleleh di permukaan bagian yang terserang. Kulit dan

kayu tanaman yang terserang akan membusuk, mengering dan berwarna hitam. Pada

serangan lanjut, bagian tanaman yang terserang akan mati atau membusuk sehingga

mudah patah oleh hembusan angin. Penyakit ini sering dijumpai pada klon-klon yang

Page 16: Metode Pengamatan Hama

tertajuk rindang dan tanaman muda umur 3-7 tahun terutama di daerah yang memiliki

curah hujan tinggi dan kelembaban tinggi.

Penyakit ini umumnya berkembang pada musim hujan atau pada areal yang selalu

lembab. Penularan penyakit jamur upas melalui penyebaran spora oleh angin. Pada

lapisan kerak berwarna merah pada kulit terserang terdapat banyak spora yang dapat

tersebar bila lapisan dikerok.

b. Pengamatan

pengamatan dilakukan 1-2 minggu sekali, dimulai pada awal sampai akhir musim hujan,

terutama pada daerah yang sering diserang jamur upas dan yang berkelembaban tinggi.

Apabila terdapat benang-benang jamur seperti sutera pada pangkal percabangan atau

pada bagian atasnya perlu segera dilakukan pengendalian.

c. Pengendalian

- Pada daerah yang rawan penyakit ini ditanam klon yang resisten seperti AVROS

2037, BPM 1, BPM 24, dan PR 261

- Jarak tanam tidak terlalu rapat

- Pemupukan dilakukan sesuai dosis anjuran

- Perbaikan drainase kebun dan pengendalian gulma, pemotongan cabang yang

telah mati pada musim kemarau, potongan cabang dimusnahkan supaya sporanya

tidak menyebar

- Pelumasan fungisida pada cabang-cabang yang menunjukkan gejala awal yaitu

pada permukaan kulit sampai bagian yang masih sehat. Apabila ada bagian kulit

yang busuk, harus dikupas sampai bagian yang masih sehat. Apabila ada bagian

kulit yang busuk, harus dikupas sampai bagian yang masih sehat kemudian dioles

dengan fungisida hingga 30 cm keatas dan ke bawah dari bagian yang sakit.

- Fungisida yang direkomendasikan antara lain Fylomer 90, 0,5%, Calixin RM dan

Dowea 262.

Page 17: Metode Pengamatan Hama

HAMA PENTING TANAMAN KARET

1. RAYAP

a. Pengenalan

Serangan rayap pada berbagai spesies tanaman seringkali menyebabkan terjadinya

penurunan hasil bahkan menyebabkan kematian tanaman, sehingga menimbulkan

kerugian ekonomis yang sangat besar. Rayap dapat menyebabkan kerusakan fisik secara

langsung dan seringkali mempengaruhi struktur perakaran tanaman. Akibat lainnya

adalah terganggunya proses pengambilan hara dan suplai air pada tanaman serta

menurunnya ketahanan tanaman inang terhadap serangan faktor lainnya seperti penyakit

dan hama lainnya.

Rayap yang menyerang pertanaman karet adalah dari kelompok Microtermes inopiratus,

Coptotermes congfignathus. Rayap adalah serangga yang masing-masing mempunyai

fungsi dalam satu koloni. Misalnya golongan ratu dan jantan untuk perkembangbiakan

sedangkan golongan tentara yang jumlahnya sangat banyak untuk mencari makanan.

Rayap umumnya menimbulkan kerusakan pada tanaman karet dengan cara menggerek

batang dari ujung daun sampai ke akar dan memakan akar. Pada areal perkebunan karet

yang terserang jamur akar putih biasanya diiringi dengan rayap sehingga mempercepat

kematian tanaman.

b. Pengamatan

ekosistem pertanian atau agroekosistem sangat berbeda dengan ekosistem pemukiman

sehingga pengendalian rayap lebih memerlukan pertimbangan yang tepat mengingat

luasnya areal perlakuan, tingginya keragaman organisme lain bukan sasaran, toksisitas

termitisida terhadap tanaman, residu termitisida dan lain-lain. Oleh karena itu, diperlukan

pengamatan secara cermat untuk mengamati kondisi daerah perlakuan, jenis hama, gejala

serangan dan tingkat kerusakan. Pengamatan dilakukan pada areal pertanaman yang

menunjukkan gejala serangan.

Page 18: Metode Pengamatan Hama

c. Pengendalian

Pengendalian hama rayap dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

- Mencegah rayap memperoleh jalan masuk ke dalam tanaman inang

- Mengurangi jumlah rayap yang berada di lokasi tanaman

- Membuat tanaman itu sendiri memiliki ketahanan terhadap serangan rayap

Tindakan pengendalian rayap tersebut dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu

melalui tehnik pengendalian kimiawi (Chemical Control) dan tehnik pengendalian non

kimiawi (Non Chemical Control).

Dalam mengendalikan serangan hama rayap kita perlu melakukan analisa agroekosistem,

supaya pengendalian rayap yang kita lakukan tepat guna dan tepat sasaran, sehingga

sebisa mungkin diupayakan pengendalikan kimia digunakan sebagai cara terakhir.

Berikut ini cara-cara pengendalian hama rayap

1. Pengendalian Non Kimiawi

a. Tehnik Budidaya

a) Sanitasi areal perkebunan

b) Membersihkan tunggul-tunggul tanaman sisa pembukaan lahan baru

c) Memperbaiki drainase untuk menjaga kelembaban tanah

d) Mengurangi jumlah bahan-bahan yang dapat menjadi sumber makanan

rayap

e) Pembongkaran sarang untuk memudahkan musuh alami masuk ke dalam

sarang

b. Pengendalian Hayati

a) Patogen

i. Nuclear Polyhodrosis Viruses (NPV)

ii. Cendawan Metarrhizium spp

Page 19: Metode Pengamatan Hama

iii. Cendawan Beauveria bassiana

iv. Nematoda Entomofagus Steinernema sp dan Heterorhabditi indica

b) Predator dan Parasitoid di dalam sarang

i. Semut Predator

c) Predator dan Parasitoid di luar sarang

i. Serangga predator: semut, capung, lalat perampok, lalat kecoa

ii. Kalajengking

iii. Binatang amfibi

iv. Burung

v. Binatang mamalia: kelelawar, pemakan serangga

2. Pengendalian secara Kimiawi

a. Penyiraman (Drenching)

Di sekitar sistem perakaran (0,5 m) dari batang pohon dibuat parit sedalam 15 cm

kemudian ke dalam parit tersebut disiramkan termitisida sebanyak 2,5-4 liter per meter.

b. Perlakuan Pada Lubang Tanam

Pada saat penanaman atau penggantian pohon yang sudah mati dan akan diganti dengan

pohon baru, maka lubang tanam perlu mendapat perlakuan anti rayap. Termitisida yang

digunakan berupa termitisida cair yang diaplikasikan dengan penyiraman atau dengan

menggunakan termitisida dalam formulasi butiran yang dicampur dengan tanah.

c. Pembasmian Sarang

Untuk cara ini umumnya digunakan senyawa kimia yang muda h menguap (fumigan)

atau dengan cara menggunakan termitisida cair yang disuntikkan ke pusat sarang

2. URET

a. Pengenalan

Uret umumnya menyerang tanaman muda. Tanaman di pembibitan sering mengalami

seranga berat 30-50 persen yang mengakibatkan tanaman mati. Uret tanah yang

menyerang tanaman karet antara lain Helotrichia serrata, H. sufoflava, H. essa, Anomala

Page 20: Metode Pengamatan Hama

varians, Leucopholis sp dan Exopholis sp. Warna uret putih dan bentuknya seperti huruf

C. Kumbang memiliki moncong dan tanduk. Uret merusak akar dan bagian tanaman yang

ada di dalam tanah. Tanaman yang terserang berwarna kuning, layu dan akhirnya mati.

b. Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada tanaman muda dan di areal pembibitan. Apabila ditemukan

gejala serangan maka perlu dilakukan pemeriksaan dengan membuka tanah di sekitar

tanaman untuk melihat adanya hama ini dan tingkat kerusakan bagian tanaman yang ada

di dalam tanah.

c. Pengendalian

Mengumpulkan uret di sekitar tanaman terserang dan dimatikan.

3. BABI HUTAN

a. Pengenalan

Tanaman karet sering mengalami kerusakan akibat serangan babi hutan, celeng, bagong

(Sus sctrofa vittatus) terutama pada saat peremajaan tanaman dan pertanaman muda yang

berbatasan dengan hutan. Kerusakan tanaman karet akibat serangana babi terutama

disebabkan oleh aktivitas mencari makan. Biasanya babi mencari makan dengan

menggali tanah untuk mencari cacing tanah atau serangga tanah, akibatnya akar tanaman

karet menjadi rusak, sehingga menyebabkan penyerapan unsur hara dan ait dari tanah

menjadi terhambar. Akibat lain dari kerusakan ini adalah tanaman menjadi rentan

sehingga memudahkan tanaman terserangan oleh hama atau penyakit. Kerusakan akibat

pencarian makan biasanya disebut kerusakan tidak langsung. Sedangkan kerusakan

langsung akibat serangan babi terutama pada pertanaman karet yang masih muda. Babi

biasanya menyukai akar, kulit batang, batang dan daun dari tanaman yang masih muda.

b. Akibat Serangan

Page 21: Metode Pengamatan Hama

Akibat serangan babi, tanah di sekitar tanaman dan akar tanaman menjadi rusak, apabila

tanaman muda yang terserang bisa menyebabkan tanaman menjadi tumbang. Tanaman

yang akarnya tusak, daunnya menjadi layu dan kuning.

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada areal tanaman yang berdekatan dengan hutan primer,

sekunder, semak belukar, padang alang-alang. Pengamatan terutama dilakukan pada

malam hari, karena aktivitas makan babi hutan biasanya pada malam hari terutama

menjelang subuh (pukul 04-06) dan menjelang maghrib (16-19). Apabila di areal

tanaman ditemukan tumpukan sisa makanan, ranting atau tumbuhan, ini perlu dicurigai

karena kemungkinan tumpukan ini merupakan sarang babi hutan betina yang mau

melahirkan. Interval pengamatan 4 bulan sekali.

d. Pengendalian

Pengendalian babi hutan tergantung dari:

- Keadaan lingkungan/habitat

- Populasi

- Kerusakan

- Kondisi masyarakat setempat

Hal yang perlu diperhatikan dalam sistem pengendalian babi hutan adalah organisasi dan

koordinasi antara pihak petani, aparat pemerintah setempat dan pihak swasta.

Pengendalian babi hutan bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

- Sanitasi

o Membersihkan semak belukar alang-alang

o Membersihkan air yang tergenang

o Membersihkan kebun yang kotor

- Fisik/Mekanik

o Memagar tanaman: pagar kayu di sekitar areal tanaman, pagar individu

(jika mungkin dengan kayu, kawat anyam, pagar tutup drum)

Page 22: Metode Pengamatan Hama

o Membuat parit di sekitar tanaman

o Memasang jerat/perangkap

o Memasang jaring

o Mengusir dengan bunyi-bunyian

o Memburu dengan tumbak, tali, jaring, anjing pemburu

o Memasang umpan berpancing misalnya menggunakan ubi jalar, ubi kayu,

pisang, cempedak, bangkai hewan

o Kombinasi dari berbagai cara diatas

- Biologis

o Parasit: Penggunaan parasit untuk mengendalikan babi kurang efektif

karena dengan cara pengendalian ini dikhawatirkan babi yang telah

terparasit dan sakit bisa menularkan penyakitnya ke manusia

o Predator: Manusia

- Kimiawi

o Penggunaan umpan beracun: Umpan dilubangi, racun dimasukkan

kemudian lubang ditutup kembali. Umpan yang telah disiapkan sebanyak

10-15 potong diletakkan pada daerah jelajah/runway/jalan yang biasa

dilewati babi berkelompok. Umpan diletakkan dan disamarkan dengan

cara ditutupi dedaunan. Jarak antara kelompok umpan sekitar 50-100

meter. Pemasangan umpan sebaiknya dilakukan pada sore hari. Umpan

tidak boleh disentuh dengan tangan langsung, karena bisa membahayakan.

Apabila pengumpanan berhasil dan ada babi hutan yang mati, bangkainya

harus segera dikubur. Jika lebih dari 3 hari, umpan tidak disentuh oleh

babi dan tanaman masih rusak segera ganti umpan. Contoh racun babi

adalah Zinc Phosphate.

Page 23: Metode Pengamatan Hama

GULMA PENTING TANAMAN KARET

a. Pendahuluan

Gulma merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman perkebunan disamping

penyakit dan hama. Kehilangan hasil oleh gulma yang diderita oleh petani dan pengusaha

perkebunan cukup banyak dan terjadi pada berbagai tingkatan dalam siklus produksi dan

pengolahan. Gulma secara langsung bersaing dengan tanaman pokok untuk mendapatkan

air, unsur hara, cahaya dan faktor tumbuh lainnya. Disamping itu beberapa jenis gulma

mengeluarkan zat yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman sehingga menunda

masa sadap atau memperpanjang masa tidak produktif. Sama seperti tanaman perkebunan

lainnya, tanaman karet juga tidak terlepas dari gangguan gulma. Pada pertanaman karet

dikenal banyak jenis gulma yang menyerang diantaranya Axonopus compressus (rumput

pait/papaitan), Borreria alata (gletak/goletrak), Centotheca lappaceae (suket

lorodan/jukut kidang), Chromolaena odorata ( kirinyuh), Croton hirtus (jarak bromo),

Cyclosorus aridus (pakis kadal), Cyrtococcum patens (telur ikan), Imperata cylindrica

(alang-alang), Lantana camara (tahi ayam/cente), melastoma malabatrichum

(senggani/harendong), Mikania micrantha (sembung rambat/areu caputeheur), Panicum

repens (balungan/jajahean), Paspalum conjugatum (pahitan/jukut pahit). Dari semua

gulma yang disebut diatas Imperata cylindrica, Chromolaena odorata dan Mikania

micrantha merupakan gulma yang paling penting pada tanaman karet.

Gulma dapat menyebabkan : (1) Penurunan hasil, (2) Penurunan kualitas hasil, (3)

Mempersulit pelaksanaan kegiatan penyiangan, pemupukan, kultur teknis lainnya, (4)

Menjadi inang bagi hama dan organisme penyebab penyakit.

b. Pengendalian

Agar tanaman karet dapat memberikan hasil yang optimal maka pengendalian gulma

adalah suatu keharusan. Pengendalian gulma di perkebunan karet umumnya dilakukan

dengan penyiangan memakai cangkul/kored dengan tangan (manual) dan pengendalian

secara kimiawi.

Page 24: Metode Pengamatan Hama

Ulangan pengendalian gulma harus dilakukan secara teratur agar berhasil baik.

Penyiangan manual efektif bila tenaga kerja cukup banyak tersedia dan areal tidak begitu

luas. Pada areal yang luas dimana tenaga kerja sedikit agar pengendalian gulma efektif

dan ekonomis, pengendalian dilakukan secara kimiawi atau menggunakan herbisida.

Sejak pembukaan lahan dan pembersihan kebun harus sekaligus ditujukan untuk

pengendalian gulma sehingga pada saat penanaman ateal pertanaman bersih dari gulma.

Gulma berbahaya (noxious weed) seperti alang-alang, mikania, kirinyuh, karendong

dianjurkan diberantas dari pertanaman karet.

1. Pengendalian Gulma di Pembibitan

Pembibitan harus diusahakan selalu bersih dari gulma/clean weeding. Oleh karena itu

ulangan pengendalian gulma harus teratur. Dengan demikian tidak ada kesempatan bagi

gulma mengadakan persaingan dan pelaksanaannya mudah.

a. Pengendalian gulma secara manual yakni dengan mencabut, menggunakan

cangkul/kored, dilakukan dua (2) minggu sekali sampai tajuk saling

bersinggungan, selanjutnya penyiangan sebulan sekali.

b. Pengendalian gulma secara kimiawi yaitu dengan herbisida dilakukan setelah

bibit berumur 4 bulan (warna batang coklat). Penyemprotan harus hati-hati dan

dihindarkan agar percikan (drift) herbisida seminimal mungkin mengenai bagian

bibit yang masih hijau.herbisida yang dapat digunakan adalah Gramoxone 1,5/1,0

liter dan Paracol 1,5/1 liter dengan volume semprot60 liter/ha disemprotkan dua

kali berselang dua minggu.

2. Pengendalian Gulma Pada Pertanaman

2.1. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Pada tanaman belum menghasilkan (TBM) terutama tahun pertama sampai tahun ketiga,

tanah masih terbuka sehingga gulma tumbuh subur dan cepat. Oleh karena itu gulma

Page 25: Metode Pengamatan Hama

harus dikendalikan agar tanaman karet dapat tumbuh subur dan dapat mencapai produksi

optimal.

2.1.1. Piringan Tanaman

Piringan tanaman dengan jari-jari 0,5 – 1,0 m agar selalu bersih dari gulma atau

penutupan tanah oleh gulma maksimum 30%. Pengendalian gulma dapat dilakukan

secara manual atau kimiawi.

a. Penyiangan secara manual yakni dengan mencabur atau menggunakan

kored/cangkul, dilakukan sebulan sekali atau tergantung pada perkembangan

gulma. Arah penyiangan dibuat silih berganti. Penyiangan I menjauhi batang

tanaman sedangkan penyiangan ke II menuju batang tanaman, demikian

selanjutnya. Hal ini juga berlaku pada penyiangan jalur tanaman untuk

menghindarkan terjadinya pencekungan tanah sekeliling pangkal batang.

b. Pengendalian secara kimiawi yakni dengan menggunakan herbisida. Herbisida

yang digunakan adalah Paracol 1,5/lt/ha, Ustinex SP 2,0/2,0 kg/ha, masing-

masing dalam 600 liter air, penyemprotan dilakukan dua (2) kali berselang dua (2)

minggu, penyemprotan selanjutnya disesuaikan dengan perkembangan gulma.

Menjelang tanaman mulai menghasilkan, kebun yang penyiangannya hanya pada

piringan diubah menjadi penyiangan jalur atau dibuat jalan panen selebar 1 meter.

2.1.2 Gawangan Tanaman

a. Penanaman tanaman penutup tanah kacangan (PTK). Setelah pengolahan

tanah/pembukaan lahan selesai segera dilakukan pengajiran. Penanaman PTK dilakukan

setelah pengajiran diupayakan satu tahun sebelum penanaman karet atau paling lambat

bersamaan dengan penanaman karet. PTK ditanam 1,5-2,0 meter dari ajir/barisan

tanaman dalam 4 baris.

Kacangan yang digunakan adalah:

- Campuran konvensional yaitu Centrosema pubesncens, Calpogonium mucunoides

dan Pueraria javanica dengan perbandingan 2:2:1. Penanaman dilakukan dengan

Page 26: Metode Pengamatan Hama

menugal sedalam kurang lebih 5 cm. Dalam satu lubang diisi 3-5 butir biji,

kemudian ditutup dengan tanah. Jarak dalam barisan 40-50 cm atau dideder

sepanjang larikan.

- Capologonium caeruleum, ditanam di lapangan dengan bibit dalam polybag yang

berasal dari biji maupun stek. Bibit yang berasal dari biji lebih dahulu

dikecambahkan kemudian dipindahkan ke pembibitan dalam polybag. Bibit yang

berasal dari stek, stek diambil 2 ruas dari tanaman yang cukup tua dan sudah ada

tumbuh akarnya, ditanam dalam polybag. Setelah 3-4 minggu bibit dapat

dipindahkan ke lapangan, jarak tanam dalam barisan 1 m. tiap lubang tanaman

diberi pupuk 3 gram rock phospate. Penanaman dapat dilakukan pada awal musim

hujan atau akhir msim kemarau. Gulma yang tumbuh diantara PTK harus

dikendalikan dengan mencabut atau menggunakan kored agar tidak mengganggu

pertumbuhan PTK.

b. Penanaman Tanaman Sela

Pada gawangan yang tidak ditanami PTK sebaiknya ditanami tanaman sela seperti

jagung, padi, kacang tanah, kedelai, dan sebagainya. Tanaman sela akan membantu

pendapatan petani dan sekaligus mendorong petani untuk melakukan pemeliharaan

tanaman. Bila ditanami tanaman sela maka jarak antara tanaman sela dengan tanaman

karet minimal 1 meter. Tanaman sela diberi pupuk yang cukup. Penanaman tanaman sela

diupayakan sepanjang tahun dengan menanam tanaman yang sesuai dengan musimnya,

seperti penanaman padi, jagung pada musim hujan dan kedelai, kacang uci pada musim

kemarau. Dengan demikian tanaman terpelihara sepanjang tahun.

c. Gawangan yang Tidak Ditanami

Pada gawangan yang tidak ditanami, gulma berkayu didongkel, gulma berbahaya

diberantas, sedangkan gulma lainnya dibabat setinggi 30 cm. Pembabatan dilakukan 1,5-

2,0 bulan sekali.

2.1. Tanaman Menghasilkan (TM)

Page 27: Metode Pengamatan Hama

Pada tanaman menghasilkan umumnya tajuk tanaman sudah saling menutup sehingga

gulma yang tumbuh adalah gulma yang tahan terhadap naungan antara lain rumput pait

Axonopus compressus, pahitan Paspalum conjugatum, Jajahean Panicum repens, Pakis

Kadal Dryoptesis arida dan Pakis Kinca Neprolepsis biserata. Jalur tanaman selebar 2

meter tetap diupayakan bersih dari gulma atau penutupan gulma 50 %. Pengendalian

dapat dilakukan dengan mengkored, membabat, mendongkel atau kimiawi. Pengendalian

gulma dilakukan terutama sebelum pemupukan agar pupuk tidak diserap gulma dan jalan

penyadap.

Herbisida yang dapat digunakan banyak, disesuaikan dengan jenis gulma, dapat dilihat

pada buku pestisida untuk Pertanian dan Perkebunan.

Pada gawangan pengendalian gulma dilakukan dengan pembabatan, pendongkelan atau

kimiawi. Pada umumnya pengendalian gulma dilakukan dengan pembabatan.

Daftar Pustaka

Anonim. 1984. Pedoman Pengenalan Berbagai Jenis Gulma Penting pada Tanaman

Perkebunan. Jakarta: Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan

Anonim. 1991. Pedoman Pengenalan Pengamatan dan Pengendalian Beberapa Penyakit

Penting pada Tanaman Karet. Jakarta : Direktorat Bina Perlindungan Tanaman

Tanaman Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian

Anonim. 1999. Budidaya dan Pengolahan Strategi Pemasaran. Jakarta. Penebar

Swadaya.

Mangoensoekarjo S, Balai Penelitian Perkebunan, Medan. 1983. Gulma dan Cara

Pengendalian Pada Budidaya Perkebunan. Jakarta. Direktorat Jenderal

Perkebunan, Departemen Pertanian.

Nandika D., Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap : Biologi dan Pengendaliannya. Harun

Yakup (ed), Surakarta. Muhammadiyah University Press.

Page 28: Metode Pengamatan Hama

Nasution, U. 1984. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan

Aceh. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa

(P47M).

Sujatno, Pawirosoemardjo, S. 2001. Pengenalan dan tehnik Pengendalian Penyakit Jamur

Akar Putih pada Tanaman Karet Secara Terpadu. Warta Pusat Penelitian Karet.

Jakarta: Pusat Penelitian Karet. Vol (20): 1-3. hal 64-75.

Sumarmadji. 2001. Pengendalian Kering Alur Sadap dan Nekrosis Pada Kulit Tanaman

Karet. Warta Pusat Penelitian Tanaman Karet. Jakarta. Pusat Penelitian Karet. Vol

(20): 1-3. hal. 76-88.

PEDOMAN PENGAMATAN DAN PENGENDALIAN ORGANISME

PENGGANGGU TANAMAN KARET. Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat

Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta, Desember 2003. 35

halaman.