laporan praktikum hama

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan kegiatan untuk memprediksi populasi atau serangan OPT dan kemungkinan penyebaran serta akibat yang ditimbulkan oleh OPT tersebut. Peramalan merupakan komponen yang penting dalam strtegi pengelolaan hama dan penyakit karena dapat memberikan peringatan dini mengenai tingkat dan luasnya serangan. Peramalan dapat dilakukan dengan beberapa teknik berdasarkan jenis penyakit yang ingin diamati. Beberapa teknik peramalan diantaranya adalah menggunakan metode sampling, spore trap dan baiting. Sampling tanaman merupakan metode yang dilakukan untuk mendapatkan data kerusakan yang dihasilkan oleh tanaman. Sampling dilakukan dengan penentuan sebagian tanaman yang diskoring. Tanaman ditentukan dengan model-model sampling berdasarkan dengan jenis tanaman yang akan diskoring. Dua keuntungan sampling adalah biaya yang lebih rendah dan pengumpulan data yang lebih cepat daripada mengukur seluruh populasi. Spore trap digunakan untuk mengangkap spora yang tersebar di udara. Beberapa jenis jamur seperti Aspergillus dan Penicillium memproduksi spora yang kering sehingga dapat bertahan lama dari kekeringan dan radiasi. Beberapa fungi seperti Fusarium menghasilkan spora yang tersebar saat keadaan

Upload: dimastr

Post on 25-Oct-2015

314 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Spore Trap, Baiting Apple, Sampling tanaman

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Hama

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan kegiatan untuk

memprediksi populasi atau serangan OPT dan kemungkinan penyebaran serta akibat yang

ditimbulkan oleh OPT tersebut. Peramalan merupakan komponen yang penting dalam strtegi

pengelolaan hama dan penyakit karena dapat memberikan peringatan dini mengenai tingkat

dan luasnya serangan.

Peramalan dapat dilakukan dengan beberapa teknik berdasarkan jenis penyakit yang

ingin diamati. Beberapa teknik peramalan diantaranya adalah menggunakan metode

sampling, spore trap dan baiting.

Sampling tanaman merupakan metode yang dilakukan untuk mendapatkan data

kerusakan yang dihasilkan oleh tanaman. Sampling dilakukan dengan penentuan sebagian

tanaman yang diskoring. Tanaman ditentukan dengan model-model sampling berdasarkan

dengan jenis tanaman yang akan diskoring. Dua keuntungan sampling adalah biaya yang

lebih rendah dan pengumpulan data yang lebih cepat daripada mengukur seluruh populasi.

Spore trap digunakan untuk mengangkap spora yang tersebar di udara. Beberapa jenis

jamur seperti Aspergillus dan Penicillium memproduksi spora yang kering sehingga dapat

bertahan lama dari kekeringan dan radiasi. Beberapa fungi seperti Fusarium menghasilkan

spora yang tersebar saat keadaan lembab. Saat kelembaban udara menurun seperti ketika

pergantian malam ke siang, sporofor Cladosporium akan bereaksi memelintir dan lepas

sehingga tersebar ke udara dan menjadikannya jenis yang mudah untuk ditemui saat siang

hari (Adam dan Moss, 2000)

Metode Baiting atau umpan dilakukan dengan untuk memastikan jenis Phytophthora

yang menyerang hingga tahap spesies. Banyak bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai

umpan Phythophthora. Beda jenis Phythophthora yang menyerang, maka beda pula umpan

yang digunakan.

1.2 Tujuan

Pada praktikum pertama yaitu praktikum sampling lahan jagung dengan penyakit

karat daun jagung bertujuan untuk mengetahui perkembangan penyakit karat daun jagung.

Page 2: Laporan Praktikum Hama

Praktikum kedua yaitu spore trap bertujuan untuk mengetahui pembuatan spore trap,

bagaimana aplikasinya dilapangan dan keberadaan spora dari suatu patogen di lapangan.

Praktikum ketiga, baiting pyhtophtora dengan menggunakan menggunakan apel bertujuan

untuk mengetahui apakah sampel tanah yang digunakan terdapat phytophtora atau tidak.

Page 3: Laporan Praktikum Hama

BAB II

METODOLOGI

2.1 Sampling Lahan Jagung

2.1.1 Alat dan Bahan:

- Lahan pertanaman jagung

- Alat tulis

- Dokumentasi

2.1.2 Prosedur Kerja:

1. mencari lahan yang sudah ditanami tanaman yang masih berumur muda

2. sampling penyakit (disease severity) dilakukan dengan membagi 5 titik sampel

dengan masing-masing titik sampel terdiri dari atas 3 tanaman.

3. sampling dilakukan dengan waktu 7 hari sekali

2.2 SPORE TRAP

2.2.1 Alat dan Bahan:

- Obyek glass

- Agar

- ajir

- Tali rafia

- mikroskop

2.2.2 Prosedur Kerja:

1. obyek glass diolesi dengan agar pada salah satu sisinya

2. kemudian obyek glass yang telah diolesi, dipasang pada ajir dengan cara diikat

dengan tali rafia. Obyek glass dipasang pada bagian atas dan bagian tengah

ajir.

3. setelah obyek glass terpasang, selanjutnya langsung diaplikasikan pada lahan

pertanaman selama 1 hari

Page 4: Laporan Praktikum Hama

4. setelah satu hari, kemudian objek glass diamati di mikroskop untuk melihat

keberadaan spora yang tertangkap.

2.3 BAITING PHYTOPHTHORA MENGGUNAKAN MEDIA APEL

2.3.1 Alat dan Bahan:

- Sampel tanah tembakau dan jagung

- Apel 2 buah

- Cock borer

- Alkohol

- Kapas

- Plastik wrap

- Label

2.3.2 Prosedur Kerja:

1. sampel tanah diambil dari pertanaman tanaman tembakau dan jagung

2. sebelum apel dilubangi, terlebih dahulu disemprotkan oleh alkohol. Kemudian

dibuat 4 lubang dari masing-masing sisi apel ± 1 cm.

3. sampel tanah tembakau dan jagung dimasukkan kedalam apel yang telah

dilubangi

4. kemudian masing-masing lubang yang telah dimasukkan sampel tanah ditutup

dengan kapas.

5. selanjutnya apel dibungkus dengan plastik wrap. Diinkubasikan selama 3 hari

lalu apel tersebut diamati. Apabila apel busuk, hal tersebut menunjukkan

indikator bahwa sampel tanah yang digunakan mengandung phytophtora.

Page 5: Laporan Praktikum Hama

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Sampling Lahan Jagung

Pengambilan sampling dilakukan dengan cara mengamati per daun (disease severity)

pada setiap tanaman dengan setiap titik pengamatan terdiri dari tiga tanaman. Sampling

dilakukan dengan interval waktu 7 hari sekali (setiap hari rabu) sehingga didapatkan enam

kali data pengamatan.

Berdasarkan hasil pengamatan presentase intensitas penyakit karat daun pada jagung

terbesar adalah 24%. Presentase tersebut berada pada titik 5 yang berada di pinggir

pertanaman sehingga memiliki potensi infeksi yang lebih besar.

Tabel 1. Persentase tanaman terinfeksi

Page 6: Laporan Praktikum Hama

Karat jagung disebabkan oleh tiga spesies dari dua genera yaitu Puccinia sorghi Scw.,

P. polysora Underw., dan Physopella zeae (Mains) Cunmins dan Ramachar (Syn. Angiospora

zeae Mains). Cendawan ini menyerang bagian daun yang mulai menua berupa bintik-bintik

seperti warna karat, merah kecoklatan. Di bawah permukaan daun ada bintik-bintik berwarna

kuning. Jika serangan sudah meluas ke seluruh daun, daun akan kelihatan kering. Gejala pada

tanaman jagung yang terinfeksi penyakit karat adalah adanya bisul (pustules = sori), terutama

pada daun. Bisul terbentuk pada kedua permukaan daun bagian atas dan bawah. Bisul dengan

warna coklat kemerahan tersebar pada permukaan daun dan berubah warna menjadi hitam

kecoklatan setelah teliospora berkembang. Pada saat terjadi penularan berat, daun menjadi

kering.

Gejala yang ditimbulkan:

1. Penyakit karat daun muncul ketika tanaman akan berbunga

2. Bercak-bercak kuning kemerahan pada daun, dan kelobot jagung.

Cendawan karat punya tanaman inang rumput calincing (Oxalis sp) yang biasa

tumbuh di ketinggian lebih dari 400 m, sedang sporanya bertebaran di udara. Spora-spora itu

akan mendarat kalau perbedaaan suhu udara di bagian atas dan bagian bawah cukup besar.

Kejadian ini biasa berlangsung pada tengah hari. Jika pada sore harinya turun hujan yang

membuat lingkungan lebih dingin dan lembab, spora itu akan berkembangbiak dan merusak

tanaman jagung.

Peramalan epidemi penyakit mempunyai peranan penting dalam pengambilan

keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan

atau memprediksi peristiwa dimasa depan, sebab efektif atau tidaknya suatu keputusan

umumnya tergantung pada beberapa faktor yang tidak dapat kita lihat pada waktu keputusan

itu diambil. Peramalan merupakan komponem penting dalam strategi pengelolaan hama dan

penyakit tanaman sebab dengan adanya peramalan dapat memberikan peringatan dini

mengenai tingkat dan luasnya serangan.

Prakiraan penyakit tanaman memungkinkan untuk memprediksi peluang terjadinya

peledakan (out-break) atau peningkatan intensitas penyakit dan kemudian bagi kita untuk

menentukan apa, kapan dan dimana tindakan pengendalian akan dilakukan. Itu semua akan

bermanfaat sekali karena dalam pengelolaan penyakit tumbuhan, faktanya dilapangan petani

harus selalu menghitung resiko, biaya dan keuntungan pada setiap keputusan yang di ambil.

Page 7: Laporan Praktikum Hama

Mengingat penyebab-penyebab penyakit sangat halus, maka faktor lingkungan sangat besar

pengaruhnya terhadap terjadinya penyakit.

Pengamatan penyakit adalah kegiatan penghitungan dan pengumpulan informasi

tentang keadaaan populasi atau tingkat serangan penyakit dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya pada waktu dan tempat tertentu. Teknik pengamatan penyakit pada

tanaman memiliki arti penting dikarenakan merupakan salah satu cara untuk mengetahui

tingkat kerusakan serta perkembangan dari penyakit sehingga dapat menjawab pertanyaan

perlu tidaknya penyakit tersebut untuk dikendalikan. Keberhasilan dalam mengendalian

penyakit sangat dipengaruhi oleh teknik pengamatan yang digunakan. Teknik pengamatan

yang digunakan bermacam-macam tergantung dari jenis tanaman yang ingin diamati.

Untuk pengamatan penyakit yang dipakai adalah random sample (probability

sampling). Hal ini dikarenakan untuk mengetahui keadaan yang sesungguhnya dilapangan.

Setelah dilakukan pengamatan dengan berdasarkan kaidah-kaidah seperti yang telah

disebutkan di atas, dalam pengamatan penyakit maka ada satu aspek lagi yang harus dan

penting untuk diperhatikan yaitu adalah penghitungan Intensitas Penyakit (IP).

Rumus atau model perhitungan Intensitas Penyakit (IP) sangat banyak yang telah

dimodifikasi atau belum. Hal ini lebih disesuaikan dengan patogen yang diamati. Satu jenis

model dapat digunakan untuk menghitung IP dari berbagai jenis penyakit, namun adakala

model tersebut hanya cocok digunakan untuk menghitung suatu penyakit tertentu. Hasil

perhitungan IP untuk suatu jenis penyakit akan berbeda jika pengamatan yang dilakukan oleh

orang yang berbeda pula. Sehingga dalam penarikan kesimpulannya juga akan berbeda.

Pemilihan model atau rumus perhitungan IP turut menentukan hasil akhir dari

pengamatan. Dalam memilih model atau rumus perhitungan IP, hal-hal yang perlu diketahui

adalah:

1. Jenis penyakit, maksudnya disini adalah lebih terhadap pengenalan terhadap penyakit,

missal gejala, pathogen, dan penyebarannya.

2. Jenis Patogen, maksudnya adalah lebih kepada perkembangan dari patogen tersebut serta

karakter patogen.

3. Teknik pengamatan yang digunakan dapat berupa pengamatan mutlak atau pengamatan

relative serta teknik pengamatan lainnya.

Page 8: Laporan Praktikum Hama

4. Skoring yang digunakan.

Penghitungan intensitas penyakit dalam nilai keparahan penyakit ( disease severity )

berdasarkan rumus Townsend dan Heüberger (1974 dalam Agrios 2005) adalah sebagai

berikut

Keterangan :

I = keparahan penyakit

ni = jumlah tanaman dengan skor ke-i

vi = nilai skor penyakit

N= jumlah tanaman yang diamati

V= skor tertinggi

3.2 Spore Trap

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, tidak ada spora yang tertangkap dalam

objek glass, karena pada saat mengamati agar pada objek glass telah rusak. Selain itu,

kemungkinan penyebab yang mengakibatkan tidak terlihat atau teramatinya spora pada saat

pengamatan dengan menggunakan mikroskop adalah permukaan objek glass yang terdapat

agar, tidak diberi air atau dibasahi sedikit terlebih dahulu dan ditutup kembali dengan kaca

penutup.

Spore trap ini digunakan untuk menjebak spora dan penyakit yang terbawa angin dan

berterbangan di udara. Jamur penyebab penyakit tumbuhan kebanyakan disebarkan dengan

beberapa macam bentuk spora, atau dengan potongan-potongan benang jamur. Alat-alat

penular ini disebarkan oleh angin, air, hewan, dan manusia maupun oleh kontak antara bagian

tanaman yang sehat dengan yang sakit, dan dapat juga terbawa bahan tanaman seperti biji dan

umbi.

Dasar metode non kultur adalah dengan menjebak mikroorganisme pada suatu alat

kemudian mikororganisme yang terjebak dihitung secara langsung (saat itu juga tanpa

Page 9: Laporan Praktikum Hama

inkubasi) dengan mikroskop. Dasar teknik ini adalah sama dengan metode impaction atau

filtration yang akan dijelaskan kemudian. Cara ini hanya spesifik digunakan untuk

menghitung spora jamur maka disebut juga jebakan spora (spore trap). Spora yang dihitung

tidak memperdulikan apakah spora tersebut mampu untuk berkecambah atau tidak.

Beberapa jenis spore trap adalah Air-O-Cell, Allergenco, VersaTrap, Burkard,

Cyclex, Cyclex-d, Micro-5 dll. Cara kerjanya adalah dengan menyedot udara memasuki alat

lalu partikel yang terbawa akan ditumbukkan dengan substrat sampling yang lengket,

kemudian sisa udara keluar lewat lubang. Spora yang menempel langsung dihitung dan

diidentifikasi.

Kelebihan metode non kultur adalah :

mudah digunakan.

dapat membedakan jenis jamur secara cepat berdasarkan bentuk spora.

cepat dan dapat menghemat waktu (tanpa inkubasi).

tidak tergantung pada jenis media pertumbuhan yang cocok.

bisa juga untuk mendeteksi partikel udara lainnya seperti hifa, polen, fragmen epitel

kulit dll.

cocok untuk menghitung spora yang dihubungkan dengan dampak alergi karena alergi

dapat dipicu oleh spora hidup atau mati.

Kekurangan metode ini adalah :

tidak dapat membedakan jenis jamur lebih jauh atau lebih detail (misalnya morfologi

spora Aspergillus sp. dan Penicillium sp. umumnya sama).

tidak dapat membedakan spora yang mampu untuk tumbuh atau spora mati.

Kurang cocok dipakai untuk mendeteksi sel vegetatif atau endospora bakteri.

3.3 Baiting Phytophthora pada Apel

Pada praktikum ini sampel tanah dari lahan jagung yang digunakan tidak menunjukan

adanya indikator mengandung phytophtora karena pada bagian lubang apel dengan tanah

jagung tidak membusuk. Hanya terdapat satu apel yang busuk pada bagian sampel tanah

tembakau.

Page 10: Laporan Praktikum Hama

Gambar 2. Baiting phytophthora pada apel setelah 3 hari

Tanah merupakan habitat berbagai mikro organisme seperti dari golongan jamur, 

serangga, nematoda, bakteri, dan banyak mikro organisme lain. Jamur termasuk golongan

yang cukup dominan di dalam tanah, baik perananya sebagai patogen tanaman, dekomposer,

bahkan sebagai agen pengendali hayati. Jamur di dalam tanah yang berperan sebagai agen

pengendali hayati dapat diisolasi agar diperoleh isolat murni. Jamur agen hayati tular tanah

dikelompokkan sebagai jamur patogen serangga (entomopatogen) dan antagonis.

3.3.1 Deteksi dan isolasi Phytophthora dengan baiting dari tanah

Banyak bagian tanaman dapat digunakan untuk selektif umpan phytophthora. Ini

meliputi: buah-buahan, biji-bijian, polong, bibit, kotiledon, daun, cakram daun / strip, dan

kelopak. Pada dasarnya terdapat tiga teknik memancing:

1. Penyisipan tanah atau jaringan yang terinfeksi ke dalam lubang yang dibuat pada buah

berdaging (misalnya apel, kakao pod, pir, semangka).

2. Penanaman benih, bibit atau stek berakar ke dalam tanah, diikuti dengan penyiraman berat

untuk menginduksi infeksi.

3. Pengambangan atau berbagai jenis bagian umpan dibenamkan dalam campuran air dan

tanah. Ini adalah metode yang paling banyak digunakan untuk mengisolasi Phytophthora spp.

Jaringan tanaman yang terinfeksi dapat dicampur dengan tanah untuk memaksimalkan

deteksi.

Cara terbaik tentang pengambilan sampel tanah untuk phytophthora adalah sebagai

berikut: jika memungkinkan sampel harus diambil dari tanah lembab, dekat akar sehat

minimal 5 cm di bawah tanah permukaan. Permukaan tanah sering kering dan bersuhu tinggi,

menjadikannya tempat yang tidak sesuai bagi phytophthora. Sampel tanah terbaik diambil

Page 11: Laporan Praktikum Hama

selama atau setelah cuaca basah, yang biasanya meningkatkan aktivitas phytophthora.

Sampling terbaik di bawah kanopi tanaman sebagai pertumbuhan.

Tabel 2. Teknik baiting phytophthora dari tanah

Page 12: Laporan Praktikum Hama

Sumber : research.cip.cgiar.org

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Rata-rata serangan karat daun pada tanaman jagung mencapai 19,6% dengan serangan

yang paling tinggi mencapai 24% dan tiap minggunya terus meningkat

Tidak ada spora yang tertangkap karena objek glass telah rusak ketika akan diamati.

Bagian apel dengan tanah jagung tidak membusuk sedangkan satu bagian apel yang

membusuk pada bagian sampel tanah tembakau. Ini menandakan bahwa tanah

tembakau terserang Phythophthora sedangkan lahan jagung tidak.

Page 13: Laporan Praktikum Hama

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Spore trap (non-culturable) sampling air.

Diakses melalui http://www.emlab.com/s/sampling/SporetrapSampling.html pada 24

April 2013.

Drenth, Andre and Barbara Sendall. 2001. Practical guide to detection and identification of

phytophthora. CRC for Tropical Plant Protection. Australia.

Diakses melalui

https://research.cip.cgiar.org/confluence/download/attachments/37192003/

Drenth_Phytophthora_Practical_guide9.pdf?

version=1&modificationDate=1273703622000 pada 24 April 2013

Kindi, Muhammad. 2011. Laporan peramalan hama dan epidemiologi penyakit tanaman.

Diakses melalui http://muhamadkindi.blogspot.com/ pada 24 April 2013

Pradikha, E. Indra. 2010. Pengambilan Sampel Mikroorganisme Udara (Air Sampling).

Diakses melalui http://praktikmikrobiologi.blogspot.com/2011/01/pengambilan-

sampel-mikroorganisme-udara.html pada 24 April 2013.

Reed, Aileen. 2006. Sampling and testing for plant pathogens. Department of Agriculture and

Food. Western Australia.

Diakses melalui

http://www.agric.wa.gov.au/objtwr/imported_assets/content/pw/ph/bulletin2006_sam

pling_areid.pdf pada 24 April 2013

Soenartiningsih dan A. Haris Talanca. 2010. Intensitas serangan penyakit antraknosa

( colletothricum sp. ) pada varietas/galur dan hasil sorgum. Prosiding Seminar Ilmiah

Page 14: Laporan Praktikum Hama

dan Pertemuan Tahunan PEJ dan PFJ XX. Sulawesi Selatan.

Diakses melalui http://www.peipfi-komdasulsel.org/wp-content/uploads/2012/01/134-

138-NINGSIH-3.pdf pada 24 April 2013

Page 15: Laporan Praktikum Hama

LAMPIRAN GAMBAR

Page 16: Laporan Praktikum Hama

Laporan Praktikum Peramalan Epidemiologi Penyakit

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengamatan dan Peramalan Hama Penyakit

Tanaman

Disusun oleh:

Kelompok 2

Cahyaningtyas J. 150510100006

M. Riga Ansori 150510100059

Dimas Tri Rahadian 150510100072

Sellyna Agustin 150510100086

Dickdoyo Langgeng Waskito 150510100120

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2013